KB 1 Modul Aqidah PPG 2021 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PESERTA PPG PAI 2021: MUNAWAR



PENDALAMAN MATERI (Lembar Kerja Resume Modul) 1. Judul Modul 2. Kegiatan Belajar 3. Refleksi



: AQIDAH AKHLAK : AL-ASMĀ AL-HUSNĀ: Allah, alRahmān, Al-Rahīm, dan al-Malik (KB 1)



PETA KONSEP



nama-nama yang terbaik dan sempurna untuk Allah



AL-ASMĀ AL-HUSNĀ



Ada berbagai pendapat jumlah asmaul husna, yaitu 99, 127, 132, bahkan ada yang berpendapat lebih dari 200 nama. Namun di konsep ini hanya akan mengambil 4 nama saja dari asmaul husna. Yaitu:



Allah



Ar Rahman



Ar Rahim



Al Malik



Nama-nama yang disandang Allah menunjukkan sifat-sifat yang amat sempurna dan tidak sedikitpun tercemar dengan kekurangan.



Konsep Al-Asmā' Al-Husnā Tentang Allah



Menurut Ahmad Husnan, kata Ilāh yang berbentuk kata Allah mempunyai arti mengherankan atau menakjubkan, karena segala perbuatan/ciptaan-Nya menakjubkan atau karena bila dibahas hakikat-Nya, akan mengherankan akibat ketidaktahuan makhluk tentang hakikat zat yang Maha Agung itu. Istilah nama Allah sebagai nama Tuhan, sangat jelas identik dengan konsep ketuhanan dalam Islam al-Asmā' al-Ḥusnā adalah nama-nama Allah yang berjumlah 99 (sembilan puluh Sembilan).



“Berpikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan berpikir tentang zat-Nya”



KONSEP RABB SECARA BAHASA



Secara Bahasa: Rabb al-walad bermakna memelihara anak dengan memberi makan dan mengasuhnya; Rabb asy-syai’ memilikinya;



bermakna



mengumpulkan



dan



Rabb al-amr, bermakna memperbaikinya. Allah sebagai Rabb yang bermakna aktif, yaitu Yang Memiliki, Yang Menguasai, Yang Memelihara, Yang Membimbing, Yang Mendidik, Yang Merubah dan berbagai perbuatan aktif lainnya



Adapun al-Rabb adalah Tuhan dan merupakan salah satu dari nama Allah yang jamaknya arbāb. dalam bahasa Arab, kata rabb berarti “yang memiliki”, “yang menguasai”, “yang menjaga”, “yang memelihara”, “yang membimbing”, “yang mendidik”, “yang merubah”.



Kata rabb menunjukkan adanya pemaknaan mengenai tauhid Rububiyah dimana adanya unsur mengesakan Allah Swt, dalam mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta (Q.S: AlZumar: 62; al-Fathir: 3; al-Mulk: 1; al-A’raf: 54)



RABB DALAM KONSEP AL QUR'AN



Tuhan yang haq dalam konsep Al-Qur’an adalah Allah. Hal ini dinyatakan antara lain dalam surat Ali Imran ayat 62, surat Shad 35 dan 65, surat Muhammad ayat 19. Ajaran tentang Ketuhanan yang diberikan kepada kepada semua Nabi. Q.S. Hud ayat 84 dan surat al- Maidah ayat 72, al-Ankabut ayat 46, Thaha ayat 98, dan Shad ayat 4



Surah al-Ikhlash dan An Nas merupakan contoh makna Rabb dari sebagian al-‘asmā al-husnā



KONSEP AL-ASMĀ AL-HUSNĀ TENTANG AR RAHMAN & AL MALIK



Kata al-Rahmān berasal dari kata Rahīma yang artinya menyayangi atau mengasihi yang terdiri dari huruf Rā, Hā, dan Mim, yang mengandung makna kelemahlembutan, kasih sayang, dan kehalusan Lafaz al-Rahmān dan al-Rahīm keduanya merupakan isim yang berakar dari bentuk masdar al-Rahmān dengan maksud mubalagah; lafaz al-Rahmān lebih balig (kuat) daripada lafaz al-Rahīm. Di dalam al-Qur’an kata al-Rahmān terulang sebanyak 57 kali, sedangkan alRahīm sebanyak 95 kali Kata rahim tersebut melahirkan kata al-Rahmān.



DIMENSI AR RAHMAN



Muhammad Quraish Shihab menyatakan bahwa baik al-Rahmān maupun alRahīm terambil dari akar kata Rahmat. Hadist qudsi dinyatakan bahwa Allah berfirman: “Aku adalah al-Rahmān, Aku menciptakan rahīm, kuambilkan untuknya nama yang berakar dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya (silaturrahim) akan Ku-sambung (rahmat-Ku) untuknya dan siapa yang memutuskannya Kuputuskan (rahmat-Ku baginya). (HR. Abudaud dan Attirmizi melalui Abdurrahman bin ‘Áuf).



Rammat sesama makhluk tidaklah sama dengan Rahmat dari Khaliq kepada makhluk. Rahmat yang menghiasi diri seseorang, tidak luput dari rasa pedih yang dialami oleh jiwa pemiliknya. Rasa itulah yang mendorongnya untuk mencurahkan rahmat kepada yang dirahmati. Sehingga rahmat dalam pengertian demikian adalah rahmat makhluk. Sedangkan Al-Khaliq (Allah) tidaklah demikian.



DIMENSI AL MALIK



al-Malik yang secara umum diartikan raja atau penguasa Kata "Malik" mengandung arti penguasaan terhadap sesuatu disebabkan oleh kekuatan pengendalian dan keshahihannya. Kata "Malik" yang biasa diterjemahkan raja adalah yang menguasai dan menangani perintah dan larangan, anugerah dan pencabutan. Karena itu, biasanya kerajaan terarah kepada manusia, tidak kepada barang yang sifatya tidak dapat menerima perintah dan larangan Salah satu kata "Malik" dalam Al-Qur'an adalah yang terdapat dalam surah al-Nās, yakni "Malik al-nās" (Raja manusia) Al-Malik dalam Q.S. al-Rahmān ayat 29; Thaha ayat 114; alMukminun ayat 122; al- Zukhruf ayat 85; al-an'am ayat 73 dan surah al-Hajj ayat 56



KONSEP MUKJIZAT, KAROMAH DAN SIHIR



Yaitu sesuatu yang terjadi di luar adab kebiasaan dan tidak sesuai dengan hukum sebagaimana yang telah ditetapkan dalam teori fisika dan biologi. Mukjizat dan karomah sebab kejadiannya bersumber langsung dari Allah , sedangkan sihir bersumber dari para jin atas izin dari Allah.



MUKJIZAT Unsur pokok kedua dari mukjizat ialah bahwa mukjizat harus dibarengi dengan perlawanan. Unsur ketiga dari suatu mukjizat adalah bahwa mukjizat itu setelah dilakukan perlawanan terhadapnya, ternyata tidak terkalahkan untuk selama- lamanya.



KAROMAH Karomah datangnya dari sisi Allah Membentuk kharisma seseorang di mata umat Karomah dianggap sebagai kejadian yang bersifat asumtif dan datang bukan dengan tujuan untuk merusak akidah Karamah berasal dari bahasa arab berarti kemuliaan, keluhuran, dan anugerah Perhatikan Q. S. an-Naml: 40, Q.S. Ali Imran: 37, Q.S. Yunus: 62-63, “Ibrah bahwa generasi masa kini hendaknya menghormati orang shalih dan selalu ingin dekat kepada orang terkasih



SIHIR Secara bahasa bermakna segala sesuatu yang sebabnya nampak samar. Sebagian ulama mengatakan bahwa sihir adalah benar-benar terjadi ‘riil’, dan memiliki hakikat. Artinya, sihir memiliki pengaruh yang benar-benar terjadi dan dirasakan oleh orang yang terkena sihir. Namun ada ulama lain menjelaskan bahwa sihir hanyalah pengelabuan dan tipuan mata semata, tanpa ada hakikatnya. Al-Laits mengatakan Sihir adalah suatu perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada syaitan dengan bantuannya. Dunia sihir dan perdukunan telah tersebar di tengah-tengah masyarakat. Bentuk sihir bisa pelet, santet, dan “aji- aji” lainnya. Sebagai seorang muslim, tidaklah kita memandang sesuatu melainkan dengan kaca mata syariat, terlebih dalam perkara-perkara ghaib, seperti sihir dan yang semisalnya.