KEL 1 - Produksi Sediaan Suspensi Amoksisilin Yang Baik - FIX-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRODUKSI SEDIAAN SUSPENSI AMOKSISILIN YANG BAIK



Dosen : Prof. Dr. Teti Indrawati, MS.,Apt Disusun Oleh: Kelompok 1 Friska Raulina S



19340274



Astri Herliansi Andika Kardi



21340051



Diana Karina



21340052



Hermila Nopianti



21340053



PROGRAM STUDI APOTEKER FAKULTAS FARMASI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Teknologi Sediaan Farmasi yang berjudul “Produksi Sediaan Suspensi Amoksisilin yang Baik Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan saran atas penyusunan makalah ini: 1.



Ibu Prof. Dr. Teti Indrawati, MS., Apt selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Sediaan Farmasi. 



2.



Semua rekan sekelas program studi Profesi Apoteker Institut Sains dan Teknologi Nasional dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena



itu, kami mengharapkan adanya kritik, saran, serta usulan yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.     



                                                                                   



Jakarta,   Oktober 2021



                                                                                              



i



Penyusun



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR......................................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2 1.3 Tujuan................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3 2.1 Suspensi................................................................................................. 3 2.1.1 Sistem Pembentukan Suspensi..................................................... 4 2.1.2 Metode Pembuatan Suspensi.......................................................5 2.2 Amoksisilin............................................................................................ 5 2.2.1 Sifat Fisika kimia Amoksisilin.................................................... 7 2.3 Amoksisilin Untuk Suspensi Oral (farmakope Indonesia Edisi VI)..... 10 2.3.1 Komponen sediaan Suspensi Amoksisilin.................................. 11 2.3.2 Evaluasi Suspensi Amoksisilin.................................................... 13 2.4 Cara Pembuatan Obat Yang Baik ........................................................ 15 BAB III PEMBAHASAN.................................................................................... 20 3.1 Memproduksi Sediaan Amoksisilin Yang Baik.................................... 20 3.2 Apa Komponen Sediaan Dan Bagaimana Rancangan Formulasi Sediaan Suspensi Amoksisilin............................................................... 22 3.3 Bagaimana Pengadaan Barang Dan Alurnya........................................ 24



ii



3.4 Bagaimana Memproduksi Sediaan Yang Baik ( Alur, Proses Produksi Evaluasi, Pengemasan, Penyimpanan Dan Distribusi............................ 25 3.5 Bagaimana Formulasi Sediaan Suspensi Amoksisilin yang Baik.......... 29 BAB IV PENUTUP.............................................................................................. 30 4.1 Kesimpulan............................................................................................ 30 4.2 Saran....................................................................................................... 31 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 32



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair, sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah sediaan seperti tersebut diatas dan tidak termasuk kelompok suspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-lain. Suspensi dibuat karena alasan utama yaitu dimana zat aktifnya tidak larut dalam pelarutnya. Namun, diformulasi sedemikian rupa sehingga zat aktif tersebut berada dalam suatu sediaan yang stabil. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan, sediaan seperti ini disebut untuk suspensi oral, salah satu sediaan suspense oral yaitu antibiotic amoxicillin. Antibiotik secara umum diartikan sebagai obat yang melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik bekerja dengan menyerang langsung infeksi bakteri di dalam tubuh kita lalu melemahkannya sehingga dapat dibunuh dengan sistem kekebalan tubuh kita. Salah satu antibiotik yang banyak beredar di pasaran adalah golongan penisilin yaitu amoxicillin. Amoksisilin merupakan antibiotik golongan betalaktam yang termasuk turunan penisilin semi sintetik yang stabil dalam suasana asam, berspektrum luas dan bersifat bakteriolitik. Amoksisilin berkhasiat sebagai antibiotik dengan mekanisme kerjanya yaitu menghambat pembentukan mukopeptida pada bakteri yang diperlukan untuk membentuk dinding sel mikroba. Amoxicillin digunakan untuk mengatasi infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, telinga, mata dan saluran pernapasan (Medicastore Apotik, 2013). Amoksisilin memiliki sifat farmakokinetik dan farmakodinamik yang mirip dengan ampisilin (Grayson, 2010). Amoksisilin diserap dengan baik dari traktus gastrointestinal, dengan atau tanpa adanya makanan, berbeda dengan obat golongan penisilin lainnya yang lebih baik diberikan setidaknya 1-2 jam sebelum atau sesudah makan (Katzung, 2007). Amoksisilin juga memiliki sifat fisika kimia dengan memiliki berat molekul 365,4 g/mol dengan pemerian Serbuk hablur, putih, paraktis tidak berbau, Amoksisilin juga memiliki 1



kelarutan yang sukar larut dalam air dan methanol, tidak larut dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform. Dalam memproduksi sediaan suspensi Amoksisilin perlu diperhatikan keamanan, khasiat dan mutu produk obat yang dihasilkannya sehingga harus memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan oleh CPOB, Pengawasan menyeluruh juga sangat penting untuk menjamin agar konsumen dalam memilih sediaan obat dapat memperoleh produk yang memenuhi persyaratan mutu yang di tetapkan. Mutu produk tergantung dari personalia yang menangani, bahan awal, pengawasan mutu, bangunan dan fasilitas, peralatan, proses produksi yang terdapat pada Asep-aspek Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin mutu obat yang dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Sehingga dalam makalah ini akan membahas tentang cara pembuatan suspense amoksisilin yang baik. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana memproduksi sediaan suspensi amoksilin yang baik ? 2. Apa komponen sediaan dan bagaimana rancangan formulasi sediaan suspensi amoksilin? 3. Bagaimana pengadaan barang dan alurnya? 4. Bagaimana memproduksi sediaan yang baik (alur, proses produksi, evaluasi, pengemasan, penyimpanan dan distribusi. 5. Bagaimana formulasi sediaan sediaan suspensi amoksilin yang baik 1.3 Tujuan 1. Untuk memahami cara memproduksi sediaan suspensi amoksilin yang baik 2. Untuk memahami komponen dan rancangan formulasi sediaan. 3. Untuk memahami pengadaan barang dan alurnya. 4. Untuk memahami proses produksi sediaan yang baik yang meliputi alur, proses produksi, evaluasi, pengemasan, penyimpanan dan distribusi. 5. Untuk memahami formulasi sediaan sediaan suspensi amoksilin yang baik



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Suspensi Suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan endapan harus terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Suspensi kering merupakan suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat akan digunakan. Agar campuran setelah ditambahkan air membentuk disperse yang homogen maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi. Komposisi suspensi kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa atau aroma, buffer dan zat warna. Obat yang biasa dibuat dalam sediaan suspense kering adalah obat yang tidak stabil untuk disimpan dalam periode waktu tertentu dengan adanya pembawa air (sebagai contoh obat-obat antibiotic) sehingga lebih sering diberikan sebagai campuran kering untuk dibuat suspensi pada waktu akan digunakan. Biasanya suspense kering hanya digunakan untuk pemakaian selama satu minggu dan dengan demikian maka penyimpanan dalam bentuk cairan tidak terlalu lama. Biasanya digunakan Pulvis Gummosus untuk menaikkan Viskositas cairan karena bila tidak, zat yang tidak larut akan cepat mengendap. Banyaknya zat pengental tidak tergantung pada banyaknya serbuk, tetapi tergantung dari besarnya volume cairan (Anief, 2006). Dalam pembuatan suspensi, pembahasan partikel dari serbuk yang tak larut di dalam cairan pembawa adalah langkah yang penting. Kadang-kadang adalah sukar mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain-lain kontaminan. Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ-nya, besar mereka mengambang pada permukaan cairan. Pada serbuk yang halus mudah kemasukan udara dan sukar dibasahi meskipun ditekan dibawah pemukaan dari suspensi medium. Mudah dan sukar terbasahinya serbuk dapat dilihat dari sudut kontak yang dibentuk serbuk dengan permukaan cairan (Anief, 2007). Serbuk dengan sudut kontak ±90ºC akan menghasilkan serbuk yang terapung keluar dari cairan. Sedangkan serbuk yang mengambang dibawah cairan mempunyai sudut kontak 3



yang lebih kecil dan bila tenggelam, menunjukkan tidak adanya sudut kontak. Serbuk yang sulit dibasahi dengan air disebut Hidrofob, seperti: sulfur, Carbo adsorben, Magnesii Stearas dan serbuk yang mudah dibasahi air disebut hidrofil seperti: Zinci Oxydi, Magnesii carbonas (Anief, 2006). Dalam pembuatan suspensi penggunaan surfaktan (wetting agent) adalah sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka akan menurunkan sudut kontak, dan pembasahannya akan dipermudah (Anief, 2007). Gliserin dapat berguna dalam penggerusan zat yang tidak larut karena akan memindahkan udara di antara partikel-partikel hingga bila ditambahkan air dapat menembus dan membasahi partikel karena lapisan gliserin pada permukaanpartikel mudah campur dengan air. Maka itu pendispersian partikel dilakukan dengan menggerus dulu partikel dengan gliserin, propilenglikol, koloid gom baru diencerkan dengan air (Anief, 2007). 2.1.1



Sistem Pembentukan Suspensi



A. Sistem Deflokulasi Pada sistem deflokulasi partikel suspensi tetap dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain dan bila terjadi sedimentasi telah sempurna, partikel- partikel akan membentuk rangkaian yang terbungkus dan berdekatan serta partikel yang lebih kecil akan mengisi antara partikel yang lebih besar. Partikel yang berada dibawah sedimen lama-kelamaan akan tertekan karena berat dari partikel diatasnya dan partikel-partikel akan lebih rapat. Untuk mensuspensikan atau mendispersi kembali diperlukan mengatasi enersi rintangan yang tinggi. Karena sulit terdispers kembali dengan pengocokan ringan, maka partikel tetap saling tarik-menarik yang kuat dan membentuk cake yang keras (Anief, 2007). B. Sistem Flokulasi Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat lemah, cepat mengenap dan mudah tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake. Sedangkanpada sistem deflokulasi, partikelterdeflokulasi mengenap perlahan-lahan dan akhirnya membentuk sedimen dan terjadi agregasi dan selan$utnya cake yang keras ter$adi dan sukar tersuspensi kembali. Pada sistem flokulasi biasanya mencegah pemisahan yang tergantung pada kadar partikel padat dan derajat flokulasinya dan pada waktu sistem flokulasi kelihatan kasar akibat terjadinya flokul. Dalam sistem deflokulasi, partikel terdispersi baik dan mengenap sendiri dan lebih lambat daripada 4



sistem flokulasi tetapi partikel deflokulasi dapat membentuk sedimen atau cake yang sukar terdispersi kembali (Anief, 2006). 2.1.2



Metode Pembuatan Suspensi



a. Metode Dispersi Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk, kemudian baru diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersikan serbuk ke dalam pembawa. Hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah termasuki udara sehingga sukar dibasahi. Untuk menurunkan teganganpermukaan antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent (Syamsuni, 2006). b. Metode Presipitasi Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik, larutan zat ini kemudian diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air sehingga akan ter$adi endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Cairan organik tersebut adalah etanol, propilen glikol dan polietilen glikol (Syamsuni, 2006) 2.2



Amoksisilin  Amoksisilin adalah antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran nafas, saluran empedu, saluran seni, seperti gonorhu, gastroenteris, meningitis dan infeksi karena bakteri salmonella sp seperti demam tipoid. Amoksisilin trihidrat aktif melawan bakteri gram positif yang tidak menghasilkan betalaktamase dan aktif melawan bakteri gram negatif karena amoksisilin dapat menembus pori-pori dalam mebran fosfolipid luar. Volume distribusi amoksisilin kurang lebih 260 – 310 mL/kg dan secara luas terdistribusi ke banyak jaringan, termasuk hati, paru-paru, prostat, otot, empedu, cairan peritoneum, cairan pleura, cairan pleura, cairan mata, dapat berakumulasi di cairan amnion dan melewati plasenta, namun memiliki penetrasi yang buruk ke sistem saraf pusat kecuali ada inflamasi (Kaur et al., 2011). Amoksisilin memiliki rumus molekul C16H19N3O5.3H2O dan berat molekul sebesar 419,45 dan 365,41 untuk amoksisilin. Pemerian amoksisilin meliputi serbuk hablur 5



berwarna putih, praktis dan tidak berbau. Amoksisilin sukar larut dalam air dan metanol dan tidak larut dalam benzene, karbon tetraklorida dan dalam kloroform. Stabilitas amoksisilin, tidak stabil terhadap paparan cahaya, terurai pada suhu 30-35ºC serta tidak tahan terhadap suhu yang tidak terkendali.



Gambar 1. Struktur Kimia Amoksisilin 2.2.1



Sifat Fisika kimia Amoksisilin Rumus Molekul



: C16H19N3O5S



Berat Molekul



: 365,4 g/mol



Pemerian



: Serbuk hablur, putih, paraktis tidak berbau



Kelarutan



: sukar larut dalam air dan methanol, tidak larut dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform.



Stabilitas



: Amoksisilin yang merupakan derivate penisilin mengalami hidrolisis yang mendegradasi produksi cincin betalaktam.



Terhadap cahaya



: tidak stabil terhadap paparan cahaya



Terhadap suhu



: terurai pada suhu 30 – 35°C



Stabilitas terhadap pH



: 3,5 – 6,0°C



Stabilitas terhadap Air



: 11,5 – 14,5%°C



Penyimpanan



: dalam wadah yang tidak tembus cahaya



Mekanisme kerja amoksisilin menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebiih pada ikatan penisilin protein, sehingga menyebabkan penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase sitesis peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel terhambat, dan sel bakteri menjadi pecah . Amoksisilin dapat digunakan untuk mengobati penyakit seperti amandel, sinusitis, radang tenggorokan, faringitis, gonore, luka dan untuk 6



mencegah endokartigis yang disebabkan oleh bakteri pada organ-organ beresiko tinggi pada saat perawatan gigi. Amoksisilin memiliki efek samping yang tidak diinginkan jika digunakan bersamaan dengan obat lain seperti allupurinol akan menyebabkan ruam, amoksisilin yang dicampur dengan probenesid dapat meningkatkan kadar amoksisilin dalam darah, penggunaan antibiotik dengan obatobatan kontrasepsi dapat menyebabkan penurunan kemampuan usus untuk reabsorbsi estrogen, dan amoksisilin yang digabung penggunaannya dengan antibiotik lain seperti kloramfenikol, sulfonamid dan tetrasiklin dapat menurunkan efektifitas antibiotik amoksisilin. Amoksisilin merupakan kategori obat keras yang Penggunaannya diatur dan hanya boleh digunakan sesuai dengan resep dokter sehingga pada penggunaan amoksisilin harus memenuhi petunjuk dokter dan penggunaan dosis yang telah ditetapkan sesuai dengan etiket yang tertera pada kemasan. A. Indikasi  Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut (lihat keterangan di



atas),



bronkitis, uncomplicated



community-



acquired



pneumonia,



infeksi Haemophillus influenza, salmonellosis invasif; listerial meningitis. juga untuk profilaksis endokarditis; terapi tambahan pada listerial meningitis, eradikasi Helicobacter pylori (IONI, 2017). B. Dosis Untuk dosis amoksisilin secara oral 250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat; untuk anak hingga 10 tahun: 125 - 250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat. Otitis media, 1 g setiap 8 jam. Anak 40 mg/kg bb sehari dalam 3 dosis terbagi (maksimum 3 g sehari). Pneumonia, 0,5 – 1 g setiap 8 jam. Antrax (terapi dan profilaksis setelah paparan), 500 mg setiap 8 jam; anak dengan berat badan kurang dari 20 kg, 80 mg/kg bb sehari dalam 3 dosis terbagi, berat badan lebih dari 20 kg, dosis dewasa. Terapi oral jangka pendek: Abses gigi: 3 g, diulangi setelah 8 jam; Infeksi saluran kemih: 3 g, diulangi setelah 10-12 jam; Injeksi intramuskular: 500 mg tiap 8 jam; anak dengan berat badan 50-100 mg/kg bb sehari dalam dosis terbagi; Injeksi intravena atau infus: 500 mg tiap 8 jam, dapat dinaikkan sampai 1 g tiap 6 jam pada infeksi berat; anak : 50-100 mg/hari dalam dosis terbagi. Listerial meningitis (dalam kombinasi dengan antibiotik lain), infus intravena, 2 g setiap 4 jam untuk 10 -14 jam. Endokarditis (dalam kombinasi dengan antibiotik lain jika diperlukan), infus intravena, 2 g setiap 6 jam, 7



ditingkatkan hingga 2 g setiap 4 jam, seperti dalam endokarditis enterokokus atau jika amoksisilin digunakan tunggal. C. Kontra Indikasi Obat ini hipersensitifitas terhadap penisilin, serta hati-hati pada penderita yang memiliki gangguan ginjal, hati dan sistem hematologi (Lasy et al., 2004). Selain itu, dapat menyebabkan ruam pada penderita dengan infeksi mononukleus sehingga tidak baik diberikan pada penderita penyakit ini (McEvoy and Gerald, 2002). D. Interaksi Obat a. Kombinasi dengan asam klavulanat (inhibitor kuat bagi β-laktam bacterial) membuat amoxcilin ini menjadi lebih efektif terhadap kuman yang memproduksi penisilin. Terutama digunakan terhadap infeksi saluran kemih dan saluran nafas yang resisten terhadap amoxcilin (Tjay dan Rahadja, 2008). b. Disulfiram dan probensial memiliki aktifitas dalam meningkatkan efek amoxicillin. Amoxcilin meningkatkan efek antikoagulan dari warfarin Efektivitas tetracycline, chloramphenicol, serta sediaan kontrasepsi oral dihambaat oleh golongan penisilin E. Efek Samping a) Hipersensitivitas merupakan efek amoksilin yang paling penting. Determinan antigenik utama dari hipersensitivitas amoksilin adalah metabolitnya yaitu asam penisiloat yang dapat menyebabkan reaksi imun. Sekitar 5% pasien mengalami hal ini, berkisar dari kulit kemerahan berupa makulopapular sampai dengan angioderma (ditandai dengan bengkak di bibir, lidah, areaperiorbital) serta anapilaktik. Reaksi alergi silang terjadi diantara sesama antibiotika β-laktam (Mycek et al., 2001). b) Diare disebabkan oleh ketidakseimbangan mikroorganisme intestinal dan sering terjadi (Mycek et al., 2001). F. Peringatan Meskipun belum ada penelitian mengenai pemberian amoxcilin pada ibu hamil, penggunan amoxcilin ternyata tidak terpengaruh terhadap perkembangan janin. Amoxcilin pada ibu hamil diberikan jika benar-benar diperlukan saja. Karena amoxcilin terdistribusi pada ASI sehingga menyebabkan reaksi sensisitivitas pada bayi. Dengan demikian penggunaan amoxcilin tidak dianjurkan pada ibu menyusui (MyEvoy and Gerald, 2002). 8



Hati-hati pada pasien dengan kelainan Phenylketinuria (definisi genetik homozigot dari Phenylalanin hidroksilase) dan kelainan lain yang intake Phenylalanin dalam tubuh perlu dibatasi. Formula amoxcilin dengan rute per oral yang mengandung aspartame akan di metabolism di dalam saluran pencernaan menjadi phenialanin. Sehingga formulasi serbuk amoxcilin untuk oral tidak seharusnya menggunakan aspartame. Selain itu juga perlu diwaspadai penggunaan pada penderita mononukleuosis. Berdasarkan undang-undang mengenai obat dan makanan, amoxcilin tergolong dalam golongan obat keras. Obat keras hanya dapat diperoleh dengan resep dokter di apotek-apotek rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan. Tanda khusus untuk obat keras yaitu lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi. Selain itu pada obat keras wajib mencantumkan kalimat “Harus Dengan Resep Dokter”. G. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya H. Farmakokinetika a) Absorpsi Amoksisilin hampir diabsorpsi sehingga konsekuensinya amoxcilin tidak cocok untuk pengobatan shigella atau enteritis karena salmonella, karena kadar efektif secara terapetik tidak mencapai organisme dalam celah intestinal (McEvoy and Gerald, 2002). Amoksisilin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92% di saluran pencernaan pada penggunaan dosisi tunggal secara oral. Nilai puncak konsentrasi serum dan AUC meningkat sebanding dengan meningkatnya dosis. Efek terapi amoxcilin akan tercapai setelah 1-2 jam setelah pemberian per oral. Meskipun adanya makanan di saluran pencernaan dilaporkan dapat menurunkan dan menunda tercapainya nilai puncak konsentrasi serum amoxicillin, namun hal tersebut tidak berpengaruh pada jumlah total obat yang diabsorpsi (McEvoy and Gerald, 2002). b) Distribusi obat ke seluruh tubuh baik. Amoxcilin dapat melewati sawar plasenta, tetapi tidak satupun menimbulkan efek teratogenik. Namun demikian, penetrasinya ke tempat 9



tertentu seperti tulang atau cairan serebrospinalis tidak cukup untuk terapi kecuali di daerah tersebut terjadi inflamasi. Selama fase akut (hari pertama), meningen terinflamasi lebih permeable terhadap amoxicillin, yang menyebabkan peningkatan rasio sejumlah obat dalam saraf pusat dibandingkan rasionya dalam serum. Bila infeksi mereda, inflamasi menurun maka permeable sawar terbentuk kembali (Mycek et al,.2001). c) Eliminasi Jalan utama eliminasi sistem sekresi asam organik (tubulus) di ginjal, sama seperti melalui filtart glomerulus. Penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis obat yang diberikan harus disesuaikan (Mycek et al., 2001). 2.3



Amoksisilin Untuk Suspensi Oral (farmakope Indonesia Edisi VI) Amoksisilin



untuk



Suspensi



Oral



mengandung



amoksisilin,



C16H19N3O5S tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Mengandung satu atau lebih dapar, pewarna, perisa, pengawet, penstabil, pemanis dan pensuspensi yang sesuai. Baku pembanding Amoksisilin BPFI; tidak boleh dikeringkan, merupakan bentuk trihidrat. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pembeku.



Identifikasi waktu retensi puncak utama



kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. pH Antara 5,0 dan 7,5; lakukan penetapan menggunakan suspensi yang dikonstitusikan seperti yang tertera pada etiket. Volume terpindahkan Memenuhi syarat. Keseragaman sediaan Memenuhi syarat untuk padatan yang dikemas dalam wadah dosis tunggal. Uji batas mikroba Angka lempeng total tidak lebih dari 1000 koloni per g, dan angka total kapang dan khamir tidak lebih dari 100 koloni per g. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi. Pengencer, Fase gerak dan Larutan baku Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Amoksisilin. Larutan uji Konstitusikan amoksisilin untuk suspensi oral seperti tertera pada etiket, bebas gelembung udara. Encerkan suspensi dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL. Saring melalui penyaring dengan porositas 1 µm atau lebih kecil. Gunakan filtrat dalam waktu 6 jam.



10



Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,5; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase amoksisilin, C16H19N3O5S dalam suspensi dengan rumus: ( ) ( 𝑆 ) × 𝑃 × 𝐹 × 100 CS adalah kadar Amoksisilin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar amoksisilin dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku; P adalah potensi amoksisilin dalam µg per mg Amoksisilin BPFI; F adalah faktor konversi 0,001 mg per µg. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruang terkendali. 2.3.1



Komponen sediaan Suspensi Amoksisilin Data preformulasi pembuatan suspense Amoksisilin sebagai berikut:



a. Bahan Aktif Amoksisilin untuk suspensi oral mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% C16H19N3O5S dari jumlah yang tertera pada etiket. Mengandung satu atau lebih zat pendapar, pewarna, pengaroma, pengawet, penstabil, pemanis dan pensuspensi yang sesuai. pH untuk suspense antara 5,0 dan 7,5 dalam suspense yang disiapkan pada etiket. b. PVP Pemerian



: Pemerian berbentuk serbuk halus berwarna putih sampai putih kekuning-



kuningan,karakteristik tidak berbau atau hampir berbau, higroskopis. Kelarutan



: larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton, methanol dan air.



polivinil pirolidon atau PVP Tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak mineral. Dapat menangguhkan, mengikat, menstabilkan dan meningkatkan gaya kohesifitas serbuk, diperlukan untuk membentuk granul. 11



c. Natrium benzoate Natrium benzoat pertama digunakan sebagai bahan anti mikroba dalam kosmetik, makanan dan bahan farmasetik digunakan pada konsetrasi 0,01 – 0,5% dalam obat oral 0,5%, pada produk parenteral dari 0,01 – 0,5% pada kosmetik. Permukaan natrium benzoat sebagai presentative dibatasi oleh aktifitasnya sebagai range pH.Natrium benzoat merupakan zat kimiawi dengan sifat membunuh atau menghambat pertumbuhan Mikroorganisme. Zat ini mempertahankan jumlah hara pada taraf rendah untuk waktu yang cukup lama. Dengan demikian, zat pengawet dapat mencegah pembusukan dari sediaan farmasi, kosemetik atau bahan makanan. d. Sukrosa Bisa berfungsi sebagai pengisi dan pengikat dan pemanis jika digunakan sebagai pengisi dapat menghasilkan kekerasan granul yang lunak. Sukrosa digunakan dalam pemanis tablet untuk menutupi rasa dari pahit dari zat aktif amoksisilin. e. CMC Na Suspending agent, Stabilizing agent, Pelapisan agen; bahan stabilisasi, menangguhkan agen, tablet dan hancur untuk kapsul; pengikat tablet; agen peningkat viskositas. f. Vanillin Vanillin disini berfungsi selain sebagai pengaroma juga sebagai perasa. selain itu vanillin juga berperan sebagai pengawet. g. Asam Sitrat Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk putih;tidak berbau; rasa sangat asam; agak higroskopik ; merapuh pada keadaan dingin dan panas. Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanol(95%) P; sukar larut dalam eter h. natrium Benzoat Pemerian : kristal putih tidak berwarna, bau seperti benzoin, higroskopis Kelarutan : larut dalam 75 bagian etanol (95%) P; larut dalam 1,8 bagian air 12



Kegunaan



: Pengawet antimikroba



2.3.2 Evaluasi Suspensi Amoksisilin 1.



Homogenitas Untuk Sediaan suspensi terekonstitusi dilarutkan dengan air hingga mencapai volume yang telah ditentukan yaitu 100 mL. Setelah itu, zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan – lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Sediaan terekonstitusi dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Selain itu, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang



2.



Distribusi Ukuran Partikel Untuk sediaan suspense kering Amoksisilin distribusi partikel homogen (tersalut) setelah direkonstitusi, lalu di amati dari semakin besarnya ukuran partikel maka rongga – rongga antar partikel yang terbentuk pun semakin besar dan distribusinya menyebar di dalam sediaan, sehingga setelah dikocok sediaan suspensi kering ini dapat terdispersi homogen kembali.



3.



Volume Terpindahkan Masing-masing sediaan suspensi yang telah dilarutkan (10 botol) dituangkan ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur yang tidak melebihi dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi. Penuangan dilakukan secara hati-hati untuk menghindari pembentukan gelembung udara, kemudian diamkan selama 30 menit. Apabila sudah tidak ada gelembung udara, maka volume tiap campuran sudah dapat diiukur. Volume rata-rata suspensi yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satu pun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan dalam etiket.



4.



Penetapan pH Penetapan pH dalam hal ini diuji agar dapat diketahui pH dari sediaan yang dibuat untuk selanjutnya stabilitas pH dari sediaan dapat dipertahankan pada suatu rentang pH tertentu. Untuk sirup kering amoxicillin memiliki rentang pH stabilitas dari 3,5 –



13



6, sehingga pada saat penetapan rentang pH ini tidak boleh berubah. Penetapan pH dengan menggunakan pH meter. 5.



Penetapan Bobot Jenis Sediaan Dengan Piknometer Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air, dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi keduanya ditetapkan pada suhu 250C. Pada penetapan bobot jenis sediaan suspensi kering ini menggunakan piknometer. Piknometer yang kosong, kering, dan bersih diisi dengan air yang sudah matang dengan suhu 25 0C kemudian ditimbang untuk kalibrasi. Kemudian sirup kering yang sudah dilarutkan diatur suhunya hingga kurang lebih 200C dan dimasukkan ke dalam piknometer. Setelah itu, suhu piknometer diatur hingga mencapai suhu 250C, dan kelebihan zat uji dibuang. Dan timbang kembali piknometernya. Kemudian untuk mengetahui bobot jenis sediaan dapat diperoleh dari selisih bobot piknometer yang telah diisi zat uji dengan bobot piknometer kosong.



6.



Kadar Air Untuk suspensi kering kadar air pada sediaan tidak lebih dari 3%.



7.



Penetapan Waktu Rekonstitusi Penetapan ini dilakukan untuk menentukan lamanya waktu terkonstitusi suatu sediaan. Dalam hal ini sediaan serbuk kering ditambahkan air, kemudian dihitung waktu yang diperlukan sampai sediaan tersebut membentuk suspensi dengan sempurna.



8.



Volume Sedimentasi dan Kemampuan Redispersi Volume sedimentasi dapat diuji dengan melarutkan sediaan dengan air. Setelah itu, dikocok hingga homogen, kemudian diamkan. Kemudian lihat sedimentasi yang terjadi setelah didiamkan selama satu hari. Untuk sediaan suspensi kering yang baik diharapkan terdapat sedimentasi yang besar atau tidak terjadi sama sekali (melarut homogen). Hal ini penting karena dengan volume sedimentasi yang besar maka kemungkinan untuk melarut secara homogen kembali akan lebih besar bila dibandingkan dengan volume sedimentasi yang sedikit (dapat membentuk caking). Untuk mengetahui kemampuan redispersi sediaan maka sediaan yang sudah



14



didiamkan dikocok kembali. Apabila setelah dikocok sediaan mudah melarut kembali dan menjadi larutan yang homogen maka kemampuan redispersinya baik. 9.



Sifat Aliran dan Viskositas Dengan Viskosimeter Brookfield Sediaan suspense mengikuti sifat aliran Hukum Non Newton pseudoplastik yaitu viskositas cairan akan menurun dengan meningkatnya kecepatan geser. Fenomena sediaan yang mengikuti sifat aliran pseudoplstik juga akan mengikuti sifat aliran tiksotropik. Viskositas sediaan ini dapat diukur dengan menggunakan Viskosimeter Brookfield karena viskosimeter ini dapat mengukur viskositas sediaan yang bersifat Non Newton dan Newton. Prinsip kerjanya adalah dengan dengan menggunakan spindel dan motor. Setelah motor dihidupkan maka spindel akan berputar dan diamati angka yang ditunjukkan oleh jarum merah, dicatat. Untuk menghitung viskositasnya maka angka yang ditunjukkan oleh jarum merah dikalikan dengan suatu faktor yang terdapat pada brosur alat.



2.5 Cara pembuatan obat yang baik (CPOB) Cara pembuatan obat yang baik merupakan bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. Untuk



memproduksi sediaan suspensi yang baik harus memenuhi



persyaratan yang terdapat dalam CPOB. A. Persyaratan dasar dari CPOB adalah: 1. Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secarakonsisten menghasilkan obat yangmemenuhi persyaratan mutu danspesifikasi yang telah ditetapkan. 2. Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi 3. Tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk: b. Personil yang terkualifikasi dan terlatih c. Bangunan dan sarana dengan luas yang memadai d. Peralatan dan sarana penunjang yang sesuai e. Bahan, wadah dan label yang benar f. Prosedur dan instruksi yang disetujui; dan tempat penyimpanan 15



g. Transportasi yang memadai. 4. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi denganbahasa yang jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secaraspesifik pada sarana yang tersedia; 5. Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secarabenar 6. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatatselama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yangdipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benarbenar dilaksanakan danjumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Tiap penyimpangan dicatat secaralengkap dan diinvestigasi 7. Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkanpenelusuran riwayat bets secara lengkap, disimpan secarakomprehensif dan dalam bentuk yang mudah diakses 8. Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap mutu obat 9. Tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dariperedaran; danj) keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat danpencegahan pengulangan kembali keluhan. B. Aspek CPOB 1.



Menejemen Mutu Unsur dasar manajemen mutu



a. suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya b. tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan (Pemastian Mutu). Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pemastian Mutu = CPOB (produksi & pengawasan mutu) ditambah faktor lain (desain & pengembangan produk). 2.



Personalia SDM Sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yg memuaskan dan pembuatan obat yg benar. Industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yg terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh 16



pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yg berkaitan dengan pekerjaannya. 3.



Bangunan Dan Fasilitas Memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.



4. Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar: 1.



mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets



2.



memudahkan pembersihan serta perawatan shg dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk



5. Sanitasi Dan Higiene Ruang lingkup: personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu 6. Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar. 7. Pengawasan Mutu Bagian esensial dari CPOB dimana memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pengawasan Mutu mencakup: a. Pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk dilulu skan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan. 17



b. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan 8. Inspeksi Diri, Audit Mutu Dan Audit & Persetujuan Pemasok Mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif Audit mutu dimana sebagai pelengkap inspeksi diri. Pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit dan Persetujuan Pemasok. Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. 9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk Dan Penarikan Kembali Produk Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. 10. Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Macammacam dokumen antara lain : a. Spesifikasi Spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, produk antara dan produk ruahan



18



b. Dokumen Produksi Dokumen Produksi Induk Prosedur Produksi Induk (Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk) Catatan Produksi Bets (Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets) c. Prosedur dan Catatan Pembuatan Dan Analisis Berdasarkan Kontrak Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). 11. Kualifikasi Dan Validasi CPOB Mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Kegiatan validasi meliputi kualifikasi (personil, peralatan, sistem dan instrumen), kalibrasi alat ukur dan validasi (prosedur dan proses). Kualifikasi terdiri atas : a. Kualifikasi Desain (KD) adalah unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru. b.



Kualifikasi Instalasi (KI) hendaklah dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru atau yang dimodifikasi



c. Kualifikasi Operasional (KO) d. Kualifikasi Kinerja (KK) Misal, kualifikasi kinerja mesin cetak tablet dilakukan untuk membuktikan kinerja mesin cetak tablet antara lain kekerasan dan keseragaman bobot tab



19



BAB III PEMBAHASAN 3.1 Bagaimana memproduksi sediaan suspensi amoksilin yang baik . Cara memproduksi sediaan suspensi yang baik harus memenuhi persyaratan yang terdapat dalam CPOB.



Pada proses produksi sediaan suspensi amoxcilin,alur proses



produksi diawali dengan menentukan formula yang tepat dalam proses produksi sediaan Suspensi amoxcilin. Proses formulator di bagian RnD dilakukan atau dikerjakan oleh apoteker. Hal ini meliputi dalam penentuan bahan sediaan yang digunakan dalam pembuatan sediaan suspensi amoxcilin, sehingga sediaan suspensi amoxcilin yang diproduksi dapat digunakan secara aman dan efektif. Kemudian untuk bahan baku pada proses pembuatannya yang dibeli dari supplayer, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim QC (dipimpin oleh apoteker) dengan mengambil bahan di gudang penyimpanan, pemeriksaan yang dilakukan oleh tim QC meliputi pemeriksaan mutu dan pemeriksaan dilakukan secara laboratoris dari sediaan tersebut yang sesuai dengan kriteria dari bahan tersebut sesuai dengan CPOB, serta terbebas nya dari bahan-bahan yang berbahaya dan tidak layak pakai.Dari hasil uji tersebut tim QC dapat memutuskan apakah bahan baku tersebut memenuhi kriteria yang berstandarkan Cara Pembuatan Obat Yang Baik atau tidak. Produksi sediaan golongan antibiotik β – laktam seperti amoxicillin dan sediaan steril dalam industri farmasi mempunyai tata udara yang berbeda dari sediaan non steril yaitu adanya penambahan HEPA filter. udara yang telah melewati penyaringan pre filter dan medium filter, akan disaring kembali dengan menggunakan penyaringan pertikulat udara berefisiensi tinggi (High Efficiency Particulate Filter/ HEPA) dengan efisiensi penyaringan 99,997%. Selanjutnya dilakukan penyesuaian suhu dengan cooling coil, masuk ke dalam blower kemudian disaring kembali dengan HEPA filter udara yang dihasilkan siap dialirkan ke ruang produksi.



20



Dalam ruangan pabrik yang memproduksi sediaan antibiotik golongan β – laktam harus memiliki sistem tata udara atau lebih sering dikenal dengan Air Handling Unit (AHU) merupakan suatu sistem yang mengkodisikan lingkungan melalui pengendalian suhu, kelembaban, arah pergerakan udara dan mutu udara termasuk pengendalian partikel dan pembuangan kontaminan yang ada di udara. Adanya sistem tata udara yang telah diatur sedemikan rupa akan memberikan perlindungan terhadap lingkungan, memastikan produksi obat yang bermutu, kenyamanan dalam lingkungan kerja, serta memberikan perlindungan pada lingkungan dimana terdapat bahan berbahaya melalui sistem pembuangan udara yang efektif dan aman dari bahan tersebut. Bahan baku obat yang pertama, bahan baku yang datang diterima oleh GBB dan GKS. Bagian GBB dan GKS bertugas untuk pembuatan LPB, pengecekan nama bahan, jumlah, pabrik pembuat, nomor batch, tanggal barang datang, expired date, spesifikasi yang telah ditetapkan serta pencatatan kartu stok gudang. Setelah bahhan baku telah diberikan penandaan dan diperiksa maka dimasukkan kedalam ruang karantina dan diberi label kuning. Setelah itu gudang akan mengajukan permintaan sampling ke bagian Quality Control. Lalu bahan baku disimpan dalam ruang karntina. Dalam ruang karantina akan diperiksa oleh Quality Control. Bila bahan. Bila



baku lulus uji maka



diberikan label hijau lalu dipindahkan kebagian GBB lulus uji. Bila bahan baku tidak lulus uji maka diberikan label merah dan dikembalikan ke Departemen Pembelian disertai dengan alasan penolakan. Setelah itu Departemen Pembelian akan mengembalikan atau penggantian kepada supplier. Pada proses pembuatan suspensi kering, yang pertama dilakukan adalah mencampurkan



zat



aktif



(amoksilin)



lalu



ditambahkan



zat



pengawet



(Na.Benzoat) dan zat pensuspensi (CMC-Na) lalu dimasukkan kedalam mixer, Setelah itu terbentuk massa granul, lalu dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan oscillator granulator. Setelah itu didapatkan massa granul dasar dan granul 1 lalu dikeringkan dalam fluid bed dryer dan didapatakan granul 2 dan diperiksa kadar airnya oleh Quality Control. Setelah lulus uji maka menjadi produk setengah jadi. Setelah itu dimasukkan kembali kedalam mixer dan ditambahkan bahan tambahan dan adsorben (ditambahkan adsorben jika zat aktif



21



bersifat higroskopik). Setelah itu suspensi direkonstitusi kedalam kemasan primer lalu dievaluasi oleh Quality Control berupa pemeriksaan kadar bahan aktif suspense amoksilin , kadar air, homogenitas, bulk densitas, pH dan viskositas. Setelah lulus uji, diberikan etiket, brosur dan dikemas dalam kemasan sekunder. Setelah itu diperiksa oleh Quality Control berupa pemeriksaan keseragaman bobot, no batch dan exp date. Setelah itu dikeluarkan dan dimasukkan kedalam ruang karantina dan menunggu dikeluarkan oleh bagian Quality Assurance untuk dipasarkan. 3.2 Apa komponen sediaan dan bagaimana rancangan formulasi sediaan suspensi amoksilin Komponen suspensi Amoxicillin yaitu bahan aktif (Amoxicillin) yang diinginkan dalam sediaan dry suspensi, kemudian dibuat bentuk suspensi setelah direkonstitusi, kemudian diberi suspending agent (Carbomer, acasia, Natrium Alginat), kemudian diberi wetting agent (Sodium Lauryl sulfate, Benzolkanium Chlorida dan Decausate Sodium), air merupakan media pertumbuhan mikroba, kemudian mengalami penyimpanan setelah rekonstitusi, ditambahkan pengawet (Na- Benzoat, Butyl Paraben dan Asam Benzoat), kemudian terjadi perubahan pH setelah penambahan bahan lain dan disimpan, kemudin diberi pendapar (Citric Acid Monogydrate, Calium Carbonate dan Sodium pospat monobasic, Asam Sitrat), kemudian diberi pemanis (Aspartam, Sakarin Natrium dan Sorbitol, Sukrosa, Laktosa), lalu diberi perasa (Blackcurent, Strawberry dan Orange, Vanilli)



22



Rancangan formulasi sediaan suspensi amoksilin : JUMLAH % Bahan



Fungsi



Amoksisilin



F1



F2



F3



Bahan Aktif



3,25



5



2,5



Sodium Sitrat



Buffering agent



-



5



-



Asam Sitrat



Dapar



1



2,1



1



Na Benzoat



Pengawet



0,2



0,17



0,25



39



3



20



Laktosa Pemanis Sorbitol



6.8



-



-



PVP



-



5



2



PGA



-



5



-



0.9



-



1



PENSUSPENSI CMC NA



Sodium Sakarin



Pemanis buatan



0,27



Perasa Orange Flavour



-



1,5



-



Vanili



-



-



0,015



23



Pemerian serbuk hablur putih praktis tidak berbau bubuk putih atau kristal bening tanpa bau kristal sebagai berwarna atau tembus ,atau sebagai kristal putih, bubuk efflorescent. bubuk putih atau kristal bening tanpa bau Padatan Putih serbuk, butiran atau kepingan, berwarna putih rasa manis, dan bersifat higroskopik putih sampai kuning mudah, higriskopis, bubuk amorf Serbuk putih atau putih kekuningan, tidak berbau serbuk atau atau butiran, berwarna putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau dan bersifat higroskopik berupa bubuk yang berwarna putih atau kristal tidak berwarna, tidak berbau, larut dalam air serbuk kekuningan, kemerahan larut dalam air, dalam larutan berwarna orange cairan sedikit kekuningan - kuning bebrau khas (aroma



Perisa melon



Qs



-



-



PH



4-5



4,5



5



F1



Karakteristik sediaan Metode



Evaluasi



F2  Serbuk yang homogen, mudah terdispersi aseptabel, bentuk bau dan rasa seupensi teralu encer



Serbuk yang homogen, mudah terdispersi aseptabel, bentuk bau dan rasa terlalu manis



vanillin) cairan jernih samai kekuningan berbau khas (aroma melon)



F3 Serbuk yang homogeny mudah terdispersi aseptabel, bentuk bau dan rasa



Granulasi Kering



Homogenitas, Distribusi ukuran partikel, volume terpindah, pH, Bobot Jenis, Kadara Air, Penetapan waktu rekrostruksi



Homogenitas, Distribusi ukuran partikel, volume terpindah, pH, Bobot Jenis, Kadara Air, Penetapan waktu rekrostruksi, Volume sedimentasi.



Homogenitas, Distribusi ukuran partikel, volume terpindah, pH, Bobot Jenis, Kadar Air, Penetapan waktu rekrostruksi, Volume sedimentasi, dan sifat alir



Formula (tabel 1) untuk membandingkan formula yang dapat memperoleh konsentrasi untuk menghasilkan suspense dengan kekentalan yang optimum. 3.3 Bagaimana pengadaan barang dan alurnya Alur pengadaan bahan baku Amoksilin dilakukan oleh PPIC berdasarkan permintaan pasar/markering yang permintaan disampaikan kepada purchasing yang bertanggung jawab terhadap pembelian barang dan jasa yang dibutuhkan. Alur barang dilakukan oleh QC yang dipimpin oleh seorang apoteker yang bertugas memeriksa dan sampling bahan baku amoksilin dan diberi lebel dan disimpan di gudang sesuai spesifikasinya. Proses produksi dimulai dari penerimaan bahan baku amoksilin dari gudang, disimpan dalam suatu ruangan penyimpanan bahan baku, untuk selanjutnya dilakukan penimbangan. Setelah bahan baku diterima dan telah sesuai dengan yang dibutuhkan, produksi akan dimulai dengan proses mixing, kemudian sebelum di distribusikan akan diberi label pass yang dilakukan oleh QC setelah itu produk siap di distribusikan. 3.4 Bagaimana memproduksi sediaan yang baik (alur, proses produksi, evaluasi, pengemasan, penyimpanan dan distribusi).



24



Cara memproduksi sediaan sediaan suspensi Amoxcilin yang baik yang meliputi alur, proses produksi, evaluasi, pengemasan, penyimpanan dan distribusi. 1. Alur Memproduksi sediaan suspensi Amoxcilin Bahan baku yang sudah disetujui dan memenuhi spesifikasi di timbang sesuai dengan formulasi yang sudah di tentukan, kemudian bahan baku yang sudah di timbang di lakukan proses pengolahan/ proses pencampuran sesuai dengan prosedur yang sudah tervalidasi sehingga didapat produk ruahan yang di simpan di wadah / storage. produk ruahan yang sudah di cek oleh quality control dan dinyatakan realease, masuk ke proses pengemasan/ filling menggunakan bahan pengemas botol, di capping, prose labeling botol yang sudah di isi dengan produk (dry sirup amoxcilin) di packing/ cartoning menggunakan pengemasan sekunder / dus dan Outer Box (OB). 2.



Proses produksi Dalam proses produksi sediaan suspense amoksilin, yang pertama dilakukan adalah mencampurkan zat aktif (amoksilin) lalu ditambahkan zat pengawet (Na.Benzoat) dan zat pensuspensi (CMC-Na) lalu dimasukkan kedalam mixer, Setelah itu terbentuk massa granul, lalu dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan oscillator granulator. Setelah itu didapatkan massa granul dasar dan granul 1 lalu dikeringkan dalam fluid bed dryer dan didapatakan granul 2 dan diperiksa kadar airnya oleh Quality Control. Setelah lulus uji maka menjadi produk setengah jadi. Setelah itu dimasukkan kembali kedalam mixer dan ditambahkan bahan tambahan dan adsorben (ditambahkan adsorben jika zat aktif bersifat higroskopik). Setelah itu suspensi direkonstitusi kedalam kemasan primer.



3. Evaluasi a.



Homogenitas Untuk Sediaan suspensi terekonstitusi dilarutkan dengan air hingga mencapai volume yang telah ditentukan yaitu 100 mL. Untuk uji homogenitas hasilnya homogen hal ini terlihat pada saat pengendapan sediaan mudah didispresikan kembali secara homogen. Selain itu,



25



kekentalan suspensi tidak terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. b.



Distribusi Ukuran Partikel Dari pengujian ukuran partikel yang dilakukan dengan mikroskop electron pada formulasi untuk perbesaran 10 maupun 40 kali, partikel terbanyak ditemukan dalam ukuran rentang 0-10 µ. Sehingga suspensi yang dibuat memenuhi syarat ukuran partikel suspensi.



c.



Volume Terpindahkan Volume rata-rata suspensi yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satu pun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan dalam etiket. Hasilya tidak ada pengurangan volume (volume tetap).



d.



Penetapan pH Untuk sirup kering amoxicillin memiliki rentang pH stabilitas dari 3,5 – 6, sehingga pada saat penetapan rentang pH ini tidak boleh berubah. Penetapan pH dengan menggunakan pH meter. Ph yang didapat dari sediaan suspense amoksisilin ini adalah 5.



e.



Penetapan Bobot Jenis Sediaan Dengan Piknometer Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air, dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi keduanya ditetapkan pada suhu 250C. Pada penetapan bobot jenis sediaan suspensi kering ini menggunakan piknometer. Piknometer yang kosong, kering, dan bersih diisi dengan air yang sudah matang dengan suhu 250C kemudian ditimbang untuk kalibrasi. Kemudian sirup kering yang sudah dilarutkan diatur suhunya hingga kurang lebih 200C dan dimasukkan ke dalam piknometer. Setelah itu, suhu piknometer diatur hingga mencapai suhu 250C, dan kelebihan zat uji dibuang. Dan timbang kembali piknometernya. Kemudian untuk mengetahui bobot jenis sediaan



dapat diperoleh dari selisih bobot



piknometer yang telah diisi zat uji dengan bobot piknometer kosong. f.



Kadar Air



26



Untuk suspensi kering kadar air pada sediaan tidak lebih dari 3%. g.



Penetapan Waktu Rekonstitusi Kemudian karena sediaan merupakan dry syrup, maka dilakukan uji rekonstitusi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan agar partikel tedistribusi secara homogen dalam cairan pembawanya. Dari uji yang dilakukan waktu rekonstitusi adalah 1 menit,sedangkan sediaan standar membutuhkan waktu rekonstitusi selama 2 menit. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat lebih baik daripada sediaan standar.



h.



Volume Sedimentasi dan Kemampuan Redispersi Volume sedimentasi dapat diuji dengan melarutkan sediaan dengan air. Setelah itu, dikocok hingga homogen, kemudian diamkan. Kemudian lihat sedimentasi yang terjadi setelah didiamkan selama satu hari. Hasil yang didapat tidak ada endapan pada suspensi. Untuk mengetahui kemampuan redispersi sediaan maka sediaan yang sudah didiamkan dikocok kembali dan hsil yang didapat setelah dikocok sediaan mudah melarut kembali dan menjadi larutan yang homogen maka kemampuan redispersinya baik.



i.



Sifat Aliran dan Viskositas Dengan Viskosimeter Brookfield Sediaan suspensi mengikuti sifat aliran Hukum Non Newton pseudoplastik yaitu viskositas cairan akan menurun dengan meningkatnya kecepatan geser. Fenomena sediaan yang mengikuti sifat aliran pseudoplstik juga akan mengikuti sifat aliran tiksotropik. memiliki viskositas 315,9 cP dengan percent viskositas 63,2 % menggunakan spindle 61. Visikositas yang baik, ditandai dengan nilai persen visikositas diatas 50%. Sehingga sediaan tidak mudah mengalami pengendapan dan mudah dituang.



4. Pengemasan Dalam proses pengemasan sediaan suspense amoksilin proses pengemasan/ filling menggunakan bahan pengemas botol, di capping, prose labeling botol yang sudah di isi dengan produk (dry sirup amoxcilin) di



27



packing/ cartoning menggunakan pengemasan sekunder / dus dan Outer Box (OB). 5. Penyimpanan Penyimpanan Produk yang sudah dikemas ( Produk jadi ) disimpan di Gudang obat jadi. Penyimpanan disusun berdasarkan mapping yang telah dibuat untuk memudahkan pencarian obat jadi. Pengeluaran obat jadi dilakukan berdasarkan prinsip FIFO ( First in first out ) dan FEFO ( First expired first out ). Penyimpanan obat jadi di ruangan sejuk dan kering agar zat yang terkandung tidak mudah rusak. Selain itu sediaan ini harus terlindung dari suhu tinggi dan sinar matahari langsung. Suhu penyimpanan sediaan suspensi di gudang harus terjaga yaitu pada suhu ruang tidak lebih dari 30ºC. 6. Distribusi Produk dapat didistribusi kepada pihak ketiga hanya setelah diluluskan oleh Quality Control. Dalam Proses Pendistribusian hendaklah memastikan bahwa penerima kontrak pengangkutan (kontraktor) memahami dan mematuhi kondisi transportasi dan penyimpanan yang sesuai. Catatan yang terkait dengan pendistribusian produk hendaklah disimpan. 3.5 Bagaimana formulasi sediaan sediaan suspensi amoksilin yang baik Formulasi dalam pembuatan suspensi amoksisilin yang di rancang terdiri dari zat aktif yaitu Amoksilin, Bahan Pengawet Na. Benzoat, Bahan Pengikat PVP, sweeting agent Sukrosa, suspending agent CMC- NA, Perasa/pengaroma : Vanillin, Serbuk yang homogen dan mudah terdispersi aseptabel, bentuk bau dan rasa suspense teralu encer. Amoksisilin dibuat dalam bentuk sediaan sirup kering bukan sirup jadi karena sifat amoksisilin yang tidak stabil dalam air untuk waktu yang lama.



28



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Cara memproduksi sediaan suspensi yang baik harus memenuhi persyaratan yang terdapat dalam CPOB. Proses formulator di bagian RnD dilakukan atau dikerjakan oleh apoteker, selain itu bagian RnD juga merancang persiapan untuk melakukan semua metode, evaluasi hingga karakteristik dari sediaan



29



untuk dilakukan oleh semua bagian seperti QA,QC, produksi dan Gudang. Pada proses produksi sediaan suspensi amoxcilin,alur proses produksi diawali dengan menentukan formula yang tepat dalam proses produksi sediaan Suspensi amoxcilin. Hal ini meliputi dalam penentuan bahan sediaan yang digunakan dalam pembuatan sediaan suspensi amoxcilin, sehingga sediaan suspensi amoxcilin yang diproduksi dapat digunakan secara aman dan efektif. Kemudian untuk bahan baku pada proses pembuatannya yang dibeli dari supplayer, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim QC (dipimpin oleh apoteker) dengan mengambil bahan di gudang penyimpanan, pemeriksaan yang dilakukan oleh tim QC meliputi pemeriksaan mutu dan pemeriksaan dilakukan secara laboratoris dari sediaan tersebut yang sesuai dengan kriteria dari bahan tersebut sesuai dengan CPOB, serta terbebas nya dari bahan-bahan yang berbahaya dan tidak layak pakai.Dari hasil uji tersebut tim QC dapat memutuskan



apakah



bahan



baku



tersebut



memenuhi



kriteria



yang



berstandarkan Cara Pembuatan Obat Yang Baik atau tidak. 2. Komponen dalam pembuatan suspensi amoksilin yang di dapat antara lain : zat aktif Amoxcillin, bahan pengawet: (Natrium Benzoat, Sodium Benzoat dan nipagin) bahan pengikat: (PVP,sorbitol,) sweeting agent (Sukrosa,laktosa dan saccharum album) suspending agent : (CMC NA ,metil selulosa dan PGA) perasa/pengaroma (Vanillin, perisa melon dan orange flavor) . 3. Pengadaan bahan awal diperoleh dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi. Pengadaan bahan awal dilakukan oleh bagian purchasing. Untuk alur bahan baku dimulai dari ruang penerimaan barang masuk ke ruang karantina kemudian masuk ke gudang penyimpanan bahan baku dan berakhir di ruang proses produksi. 4. Alur proses produksi, penimbangan, pencampuran , pengisian, pengemasan, produk jadi , karantina kemudian masuk ke gudang produk jadi. Evaluasi pada sediaan suspensi amoksilin baik IPC dan PPC meliputi Penetapan Bobot Jenis, Penetapan Bobot per Mililiter, Homogenitas,VolumeTerpindahkan,Penetapan Kekentalan,Volume Sedimentasi dan Kemampuan Redispersi serta Uji Batas Mikroba. Pengemasan sediaan suspensi menggunakana botol yang sudah di



30



evaluasi uji kebocoran, kelengkapan kemasan dan fisik kemasan. Penyimpanan sediaan suspense pada suhu ruang