Sediaan Suspensi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORSAN SEMENTARA PRAKTIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN : SUSPENSI A. Dasar Teori Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase air. Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai,dan ditujukan untuk penggunaan oral (Anonim, 1995). Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Anonim, 1979). Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain beruapa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan (Anonim, 2014). Jenis-jenis suspense : 1. Suspensi oral Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. 2. Suspensi topikal Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai β€œLotio” termasuk dalam kategori ini. 3. Suspensi tetes telinga Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. 4. Suspensi optalmik (Anonim, 2014). Kelebihan sediaan suspensi: 1. Baik digunakan untuk pasien yang sulit mengkonsumsi tablet, pil, kapsul, terutama anak-anak 2. Memiliki homogenitas yang cukup tinggi 3. Lebih mudah diabsorpsi karena luas permukaan kontak dengan permukaan saluran cerna tinggi 4. Dapat menutupi rasa yang tidak enak/pahit dari obat 5. Dapat mengurangi penguraian zataktif yang tidak stabil dalam air (Parrot, 1971). Kekurangan sediaan suspensi: 1. Memiliki tingkat kestabilan yang rendah 2. Aliran yang terlalu kental membuat sediaan sulit untuk dituang



3. Ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan larutan 4. Pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan sistem dispersi akan meningkat apabila terjadi perubahan temperatur 5. Harus dilakukan pengocokan terlebih dahulu sebelum digunakan. (Parrot, 1971). Perbedaan Suspensi dengan Emulsi Suspensi dan emulsi sama-sama merupakan bentuk dari sebuah sistem dispersi, namun keduanya mempunyai beberapa perbedaan, yaitu : 1. Suspensi terdiri dari zat padat yang tidak larut dan cairan sebagai mediumnya, sedangkan emulsi terdiri dari dua zat cair yang tidak saling campur. 2. Komponen dalam suspensi dapat berada pada fase yang serupa, sedangkan emulsi tidak 3.



Emulsi kurang stabil, namun kestabilan dapat ditingkatkan dengan menambahkan bahan pengemulsi (emulgator) (Anief, 2007) .



B. Resep 1. Resep No. XII R/



sulf. Praecip



10



Campor



1



PGA



2



Sol. Calc. Hydroxyd Aqua rosarum aa ad



100



m.f.susp s.b.d.d.u.e Pro:



Mira (12 tahun)



2. Resep Standar R/



Champorae



1,5



Sulf. Praecipitati



10



Gumini Arabic



5



Sol. Calci Hydroxyd



67



Aquae rosarum



56,5 (Anonim, 2007)



3. Kekuatan Sediaan



: Sulfur praecipitatum 10 gram



C. Deskripsi Bahan 1. Sulfur praecipitatum Pemerian : serbuk amorf atau serbuk hablur renik, warna kuning pucat, sangat halus, tidak berbau dan berasa. Kelarutan : praktis tidak larut di air dan etanol, sangat mudah larut di karbondisulfida, sukar larut di minyak zaitun. Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik. Khasiat : anti scabies, anti puritik (Anonim, 1995). 2. Camphora/ kamfer Pemerian : hablur, granul, atau massa hablur, putih atau tidak berwarna, bau khas tajam, rasa pedas dan aromatic, menguap perlahan pada suhu kamar. Kelarutan : sukar larut di air, sangat mudah larut dalam etanol dan eter, kloroform, mudah larut dalam karbondisulfida dan heksana. Penyimpanan : wadah tertutup rapat, hindarkan dari panas berlebihan Khasiat : anti iritan, anti puritas (Anonim, 1995). 3. Pulvis gumm arabicum Pemerian : serbuk, putih atau putih kekuningan, tidak berbau Kelarutan : larut hamper sempurna di air, praktis tidak larut di etanol Penyimpanan : wadah tertutup baik. Khasiat : suspending agent (Anonim, 1995). 4. Solutio Calci Hydroxyd Pemerian : zat cair tidak berwana dan tidak berbau. Kelarutan : bervariasi tergantung suhu suatu larutan disimpan, lebih kurang 170 mg per 100 ml pada suhu 15oC dan berkurang pada suhu yang lebih tinggi. Penyimpanan : wadah tertutup rapat terisi penuh pada suhu tidak lebih dari 25oC Khasiat : astringent (Anonim, 1995). 5. Aquae rosarum Terbuat dari air bunga mawar yang didestilasi untuk setiap 1 bagian volumedengan air dicampur segerasebelum digunakan. Pemerian : cairan jernih/ agak keruh, baud an rasa tidak boleh menyimpang dari minyak atsiri asal. Penyimpanan : wadah tertutup rapat. Khasiat : astringent yang mendinginkan, corrigen adoris, pelarut, penyegar (Ansel, 1998).



D. Perhitungan dan Penimbangan Bahan 1. Sulfur praecipitatum : 10 gram 2. Camphor : 1 gram 3. PGA : 2 gram 4. Sol. Calc. Hydroxyd :



100βˆ’(10++1+2) 2



= 43,5 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š β‰ˆ 43,5 π‘šπ‘™



5. Aquae rosarum : 43,5 ml Untuk dicampur PGA : 1,5 Γ— 2 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š = 3 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š β‰ˆ 3,00 π‘šπ‘™ Untuk ditambah pada pencampuran bahan : 40,5 ml



E. Alat dan Bahan a. Sudip



g. pipet tetes



b. Mortar



h. sendok sungu



c. Stamper



i. neraca lengan



d. Botol



j. anak timbang



e. Gelas ukur



k. ayakan B50



f. Gelas beaker F. Langkah Kerja Diayak sulfur praecip dengan ayakan B50



Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan



Dimasukkan champor 1 gram ke dalam mortir I, ditetesi 3-4 tetes spiritus fortiori 90%, digerus



Ditambahkan sulfur praecip ke dalam mortar sedikit demi sedikit, diaduk hingga homogen



Di mortar II dibuat mucilago dengan menambahkan PGA 3 ml dan aqua 1,5 kali bobot PGA, diaduk kembali



Dicampur hingga homogen campuran dari mortar I dan II



Ditambahkan sol. Calc. hydroxyd sebanyak 43,5 ml sedikit demi sedikit , diaduk hingga homogen



Ditambahkan aqua rosarum 40,5 ml sedikit demi sedikit, diaduk hingga homogen



Dimasukkan suspensi ke dalam botol, ditutup, dan diberi etiket biru G. Etiket Etiket yang digunakan berwarna biru karena obat luar ( topical ).



Apotek Farmasetika Sekip Utara, Yogyakarta No: XII Tgl: 18 April 2020 Nama Pasien : Mira (12 tahun) Obat : lotio kummer feldi / lotion obat jerawat Aturan Pakai : digunakan 2 Γ— sehari dioleskan Obat Luar Peringatan Simpan di Kadaluarsa Apoteker Digojog dahulu



Tempat sejuk (25oC-30oC)



18 Mei 2020 Anik



BUD 30 hari setelah peracikan karena formula topical mengandung air. H. Wadah Akhir Botol bermulut lebar agar sediaan mudah dituang ketika pemakaian dan saat digojog tidak tumpah.



I. Daftar Pustaka Anief M., 2007, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2014, Farmakope Indonesia, Edisi V, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.



Anonim , 2007, Kapita Selekta Dispensing 1 untuk pelayanan kefarmasian, Edisi revisi, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta. Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, diterjemahkan oleh. Ibrahim, F., UI Press, Jakarta. Parrott, E.L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, Edisi III, Burgess Publishing Company, Minneapolis.



Yogyakarta, 18 April 2020 Asisten Koreksi,



Praktikan,



Anik Pratiwi