PENGAWASAN MUTU SEDIAAN SUSPENSI ORAL Amoxixilin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGAWASAN MUTU SEDIAAN SUSPENSI ORAL “AMOXICILLIN SUSPENSI”



Oleh : Kelompok 2



1. Carolina Dyah Astuti



(2030122014)



2. Hera Purnama Sari



(2030122028)



3. Novintrie Mia Dara



(2030122045)



4. Rahmad Hidayat



(2030122051)



5. Reski Mulia



(2030122056)



6. Septa Guna Efi



(2030122061)



7. Siti Nirmala



(2030122064)



8. Ulfadhila Yulfi



(2030122070)



9. Widya Yolanda Herdissa



(2030122074)



10. Yulianis Ali Permatasari



(2030122079)



Dosen Pengampu: apt. DEDI NOFIANDI, M.Farm



PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA 2020



DAFTAR ISI



1



KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………. i DAFTAR ISI …………………………..………………………………………………………….......... ii BAB I PENDAHULUAN ….....………………………………………………………………………... 1 1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………………….1 1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………….……...2 1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………………..2 1.4 Manfaat……………………………………………………………………………………………2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………………..... 3 2.1. Pengertian Suspensi…………………………………………………………………….................3 2.2. Pengertian Amoxicillin……………………………………………………………………………6 2.2.1. Monografi Amoxicillin……………………………………………………………………..6 2.3. CPOB…………………………………………………………………………………………….6 2.3.1 Manajemen Mutu…………………………………………………………………………..7 2.4. Penerimaan Bahan Baku………………………………………………………………………….8 2.5. Penerimaan Bahan Baku Amoxicillin…………………………………………………………….9 2.5.1. Sertifikat Analysis Amoxicillin…………………………………………………………….9 2.6. Evaluasi Bahan Baku Amoxicillin....……………………………………………………………12 2.7. Teknik Sampling Bahan Baku…………………………………………………………………..13 2.8. Label Bahan Baku……………………………………………………………………………….15 2.9. Pengawasan selama proses produksi…………………………………………………………….17 2.10. Pengawasan Mutu & Pemastian mutu sediaan setengah jadi suspensi Amoxicillin………...…18 2.11. Pemeriksaan Produk Akhir……………………………………………………………………..21 2.12. Pengemasan…………………………………………………………………………………….22 2.13. Penentuan Expired Date produk……………………………………………………………….23



2



BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………….. 24 3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………….24 3.2. Saran…………………………………………………………………………………………...24 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………...25



BAB I



3



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.



Tugas utama Dept. QC adalah :



 Memastikan bahwa bahan awal untuk produksi obat memenuhi spesifikasi yang ditetapkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas dan keamanannya → Pemeriksaan bahan awal



 Memastikan bahwa tahapan-tahapan proses produksi obat telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan → Pengawasan selama proses Produksi (In Process Control/IPC)



 Memastikan bahwa semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan laboratorium terhadap suatu batch obat telah dilaksanakan dan batch tersebut memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusikan → Evaluasi prosedur produksi dan pengkajian catatan produks



 Suatu batch obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran yang telah ditetapkan → Program stabilitas.



4



Bagian QC memiliki wewenang khusus untuk memberikan keputusan akhir meluluskan atau menolak atas mutu Bahan Awal, Bahan Kemas, Produk Antara dan Produk Ruahan ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat. Amoxicillin merupakan golongan penisilin yang tidak stabil jika berada dalamlarutan dalam jangka waktu yang lama. Oleh sebab itu, amoxicillin dibuat dalam bentuk sediaan serbuk kering yang direkonstitusi terlebih dahulu sebelum digunakan. Fase pendispersi dari suspensi antibiotik adalah air, biasanya ditambahkan pewarna, pemanis, pewangi dan perasa agar sediaan lebih menarik dan menutupi rasa pahit (Ansel, 2005). Amoxicillin mempunyai spektrum luas, tetapi lebih efektif pada basil gram negatif seperti Neisseria gonorrhoeae, Haemophilus influenzae, Escherichia coli,Proteus mirabilis, Salmonella. Amoxicillin merupakan derivate penicillin yang mengalami hidrolisis dengan mendegradasi produksi cincin ß-laktam (Lund, 1994). Amoxicillin tidak stabil terhadap paparan cahaya, terurai pada suhu 30350C, namun stabil pada pH 3,5-6,0. Amoxicillin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92%di saluran pencernaan pada penggunaan dosis tunggal secara oral (FI edisi IV, 1995). Suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawanya. Sediaan suspensi mempunyai kelebihan tersendiri daripada bentuk sendiaan tablet atau kapsul yaitu karena suspensi yang mudah digunakan oleh anak- anak, bayi, maupun orang dewasa yang susah menelan tablet atau kapsul (Farmakope Indonesia Edisi III, 1994). 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pengawasan mutu sediaan suspensi oral Amoksisilin ? 1.3 Tujuan Untuk mengetahui pengawasan mutu sediaan suspensi oral Amoksisilin. 1.4 Manfaat 1. Menambah pengetahuan dan wawasan. 2. Mengetahui peran seorang apoteker di pengawasan mutu.



BAB II



5



TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suspensi Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (Depkes RI, 2014). Suspensi dalam bidang farmasi adalah suatu dispersi kasar dimana partikel zat padat yang tidak larut terdispersi dalam suatu medium cair. Partikel-partikel tersebut kebanyakan mempunyai diameter lebih besar dari 0,1 mikrometer, dan beberapa dari partikel tersebut bila dilihat di bawah mikroskop menunjukkan adanya gerak Brown jika dispersi mempunyai viskositas rendah (Martin, 2008). Syarat sediaan suspensi antara lain harus mengandung zat antimikroba yang sesuai untuk melindungi kontaminasi bakteri, ragi dan jamur; sesuai sifatnya, partikel yang terdapat dalam suspensi dapat mengendap pada dasar wadah bila didiamkan, pengendapan seperti ini dapat mempermudah pengerasan dan pemadatan sehingga sulit terdispersi kembali, walaupun dengan pengocokan maka ditambahkan zat untuk meningkatkan kekentalan (Depkes RI, 2014). Macam-macam bentuk suspensi antara lain suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral; suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit; suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar; suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikelpartikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata (Depkes RI, 2014).



Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi (Syamsuni, 2007).



Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah:



6



1) Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas penampangnya (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel, daya tekan ke atas cairan akan semakin besar, akibatnya memperlambat gerakan partikel untuk mengendap sehingga untuk memeperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel. 2) Kekentalan (Viskositas). Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran cairan tersebut, semakin kental suatu cairan kecepatan alirannya semakin turun atau semakin kecil. Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turun partikel yang ada di dalamnya. Dengan demikian, dengan menambah kekentalan atau viskositas cairan, gerakan turun partikel akan diperlambat. Namun kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan Hukum Stokes.



V = kecepatan aliran d = diameter partikel ρo = bobot jenis caira η = viskositas cairan g = gravitasi ρ = bobot jenis partikel 3) Jumlah partikel (konsentrasi). Semakin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadi endapan partikel dalam waktu singkat, 4) Sifat atau muatan partikel. Suatu suspensi kemungkinan besar terdiri atas beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian, ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan yang menghasilkanbahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Sifat bahan tersebut sudah merupakan



7



sifat alam, maka tidak dapat mempengaruhinya. Jika partikel mengendap, maka akan mundah tersuspensi kembali dengan pengocokan ringan. Partikel yag mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregasi dan selanjutnya membentuk compacted cake. Peristiwa ini disebut caking.Sistem pembentukan suspensi yaitu sistem flokulasi dan sistem deflokulasi. Perbedaan deflokulasi dan flokulasi sebagai berikut: Deflokulasi: 1) Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lainnya. 2) Sedimentasi yang terjadi lambat, masing-masing partikel mengendap



terpisah dan partikel



berada dalam ukuran paling kecil. 3) Sedimen terbentuk lambat. 4) Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi kembali. 5) Tampilan suspensi bagus karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut. Flokulasi: 1) Partikel merupakan agregat yang bebas. 2) Sedimentasi terjadi cepat. 3) Sedimen terbentuk cepat. 4) Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah



terdispersi



kembali



seperti semula. 5) Tampilan suspensi kurang bagus sebab sedimentasi terjadi cepat dan cairan yang jernih dan nyata. 2.2 Amoksisilin 2.2.1 Monografi Amoksisilin Zat Aktif



Amoksisilin



8



diatasnya



terjadi



Struktur Kimia



Rumus Molekul



C16H19N3O5S.3H2O



Berat Molekul



419,45 gr/mol



Pemerian



Serbuk hablur putih; praktis tidak berbau



Kelarutan



Sukar larut dalam air dan dalam metanol; tidak larut dalam benzen, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform.



Kandungan



Amoksisilin untuk Suspensi Oral mengandung amoksisilin, C16H19N3O5S tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Mengandung satu atau lebih dapar, pewarna, perisa, pengawet, penstabil , pemanis dan pensuspensi yang sesuai.



pH



5,0-7,5



Titik Lebur



194oC



FI III, FI VI hal 131-132 2.3. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang penerapan pedoman cara pembuatan obat yang baik adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. Sertifikat CPOB merupakan bukti bahwa industri farmasi telah memenuhi persyaratan CPOB dalam memproduksi suatu sediaan farmasi, dimana sertifikat ini diterbitkan oleh Kepala BPOM yang berlaku selama 5 tahun selama yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu.



9



2.3.1 Manajemen Mutu Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar.Area laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Selain itu bagi suatu laboratorium untuk pengawasan selama proses mungkin lebih memudahkan apabila letaknya di daerah tempat pembuatan atau pengemasan dimana dilakukan pengujian fisik seperti penimbangan dan uji monitoring lainnya secara periodik. Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan. Personil pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang diperlukan. Persyaratan dasar dari Pengawasan Mutu adalah bahwa: Sarana dan prasarana yang memadai, personil yang telah terlatih dan prosedur yang disetujuitersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOB. Pengambilan sempel bahan awal, bahan pengemasan, produk antara produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang di setujui oleh Pengawas Mutu. Metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila Perlu). Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, dengan derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label yang benar. Pengawasan Mutu secara menyeluruh juga memunyai tugas lain, antara lain menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu, mengevaluasi, mengawasi dan menyimpan baku pembandingan, memastikan kebenaraan label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat aktif dan obat jadi dipantau, mengambil bagian investigasi keluhan yang berkaitan dengan produk dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan jika perlu dicatat Mutu suatu produk tergantung pada :



 Bahan awal



10



 Proses pembuatan  Pengawasan mutu  Bangunan  Peralatan yang digunakan  Personalia 2.4 Penerimaan Bahan Baku Alur Penerimaan Bahan Baku



11



2.5 Pemeriksaan Bahan Baku Amoksisilin Struktur kimia



Rumus molekul



C16H19N3O5S.3H2O



Nama kimia



Amoksisilin / Amoksisilin trihidrat



Sinonim



Asam



(2S,5R,6R)-6[(R)-()-2-amino-2-(p-hidroksifenil)-



asetamido]-3,3-dimetil-7-okso-4-tia-1



12



azabisiklo[3.2.0]heptan-2-karboksilat trihidrat [61336-707] (FI VI ,127) Berat molekul



419,45 gr/mol (FI VI,127)



Pemerian



Serbuk hablur putih; praktis tidak berbau (FI VI, 127)



Kelarutan



Sukar larut dalam air dan dalam metanol; tidak larut dalam benzen, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform.



pH



5,0 - 7,5



Dosis



Dosis: dewasa dan anak-anak dengan berat badan diatas 20 kg : sehari 250 – 500 mg tiap 8 jam. Anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20 – 40 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi, diberikan tiap 8 jam.



Stabilitas



Stabil pada suhu dibawah 30 derajat celsius



Khasiat



Antibiotik



Wadah



dan Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar yang



penyimpanan



terkendali (FI VI, 132)



Kesimpulan: sediaan suspensi Amoksisilin sebagai Antibiotik (mengobati infeksi saluran nafas, infeksi saluran kemih, infeksi kulit, pneumonia) Bentuk sediaan Suspensi, Tablet, kapsul, Sirup Kemasan : botol



13



2.5.1. Sertifikat Analysis Amoxicillin



14



15



16



2.6 Evaluasi bahan baku Amoksisilin 1. Organoleptis Alat : Panca Indra Cara kerja : Bentuk, warna, bau : dilihat bentuk, warna dan bau serbuk dari eritromycin secara visual dan bandingkan dengan literature. 2. Ukuran partikel Alat : mikroskop optik Cara kerja : Ukuran partikel ditentukan secara mikroskop dengan cara, skala okuler dikalibrasi dengan cara micrometer ditempatkan dibawah mikroskop. Setelah itu garis awal skala okuler dihimpatkan dengan garis awal objektif dan ditentukan harga skala okuler, suspense yang partikelnya akan dianalisis diletakkan diatas objek glass, lalu dilakukan grouping, yaitu ditentukan ukuran sediaan dengan membagi jarak ukur menjadi beberapa bagian: diukur kurang lebih 100 partikel dan digolongkan kedalam grup yang telah ditentukan 3. Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti Amoksisilin BPFI. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar 4. pH alat : pH meter cara kerja : Antara 7,0 dan 9,0 lakukan penetapan menggunakan PH meter yang telah dibakukan dengan larutan dapar tertentu. 5. Keseragaman sediaan Digunakan dengan metode keseragaman kandungan dalam wadah dosis tunggal. Diperlukan untuk sediaan padat yang mengandung bahan aktif yang ditambahkan, kecuali bahwa uji keseragaman bobot dapat diterapkan untuk situasi khusus seperti tercantum diatas.



2.7 Teknik Sampling Bahan Baku



17



1. Pola n Pengambilan sampel dengan menggunakan pola n, hanya dilakukan jika bahan yang akandiambil sampelnya diperkirakan homogen dan diperoleh dari pemasok yang disetujui. Sampel dapat diambil dari bagian manapun dari wadah (umumnya dari lapisan atas). Dimana pengambilan sampel dapat diambil dengan menggunakan rumus : n=1+√N Keterangan



:



n = jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel N = jumlah wadah yang diterima Catatan : Apabila N ≤4, maka sampel diambil dari tiap wadah Contoh : Dik : N = 10 karung Dit : n ? Jawab = 1 +



=1+



= 1 + 3,16 = 4,16 = 5 karung 2. Pola p Pengambilan sampel dengan menggunakan pola p, hanya dilakukan jika bahan homogen, diterima dari pemasok yang disetujui dan tujuan utama adalah untuk pengujian identitas. Dimana pengambilan sampel dapat diambil dengan menggunakan rumus : p = 0,4 √ N Keterangan



: p = jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel berdasarkan pembulatan ke atas N = jml wadah yang diterima



Contoh : Dik : N = 10 karung Dit : p ? Jawab = 0,4 √ N = 0,4√ 10 = 0,4 x 3,1 = 2 karung 3. Pola r



18



Pengambilan sampel dengan menggunakan pola r, dapat dilakukan apabila bahan diperkirakan tidak homogen dan/atau diterima dari pemasok yang belum dikualifikasi. Pengambilan sampel dengan menggunakan Pola r dapat juga digunakan untuk produk herbal yang digunakan sebagai bahan awal. Dimana pengambilan sampel dapat diambil dengan menggunakan rumus : r = 1,5 √ N Keterangan



: r = jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel berdasarkan pembulatan ke atas N = jml wadah yang diperkirakan akan digunakan untuk produksi



Contoh : Dik : N = 10 karung Dit : r ? Jawab = 1,5√ N = 1,5√ 10 = 1,5 x 3,1 = 4,65 = 5 karung



2.8 Label Bahan Baku Bahan baku terdiri dari 3 label, diantaranya sebagai berikut : 1. Label Kuning ( Karantina )



 Artinya yaitu untuk menyatakan bahwa suatu bahan atau produk sedang dalam proses pemeriksaan oleh Pengawasan Mutu dan belum boleh digunakan. 2. Label Hijau



19



 Artinya yaitu untuk menyatakan bahwa suatu bahan atau produk telah lulus dari pemeriksaan oleh QC setelah dilakukan pemeriksaan fisik secara visual. Setelah bahan baku diluluskan, bagian penyimpanan akan membuat bukti penerimaan bahan baku (BPBB). Bahan baku akan disimpan dalam gudang sesuai dengan stabilitas bahan baku. Bahan baku yang diluluskan diberi label hijau dengan tulisan diluluskan dan ditempel diatas label karantina. 3. Label Merah



 Artinya yaitu untuk bahan baku yang tidak memenuhi syarat dan juga hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak memenuhi kriteria produki.



2.9 Pengawasan selama Proses Produksi Produk Ruahan adalah bahan yang telah selesai diolah dan tinggal memerlukan proses



20



pengemasan menjadi obat jadi. PRODUK RUAHAN



Tidak memenuhi syarat (Reject)



2.10 Pengawasan mutu dan pemastian mutu sediaan setengah jadi (produk ruahan) Suspensi Oral Amoksisilin



21



No



Jenis evaluasi



Prinsip evaluasi



Syarat



Evaluasi fisika 1 Uji organoleptis (warna,Pengamatan secaravisual. bau, rasa dan kejernihan)



Suspensi memperbaiki rasa untuk zat aktif yang pahit



2 Uji pH suspensi Setelah Menentukan pH larutan dengan pH-meter direkonstitusi



yang telah dibakukan dengan larutan dapar



baik 5,0-



tertentu.



7,5



3 Homogenitas



Sediaan suspensi terkonstisusi dilarutkan dengan air hingga mencapai volume yang telah ditentukan yaitu 60 mL. Setelah itu, zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahanlahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Sediaan terkonstitusi dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Selain itu, kekentalan suspensitidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang .



4



Untuk sediaan sirup kering, distribusi partikel homogen (tersalut) setelah direkonstitusi, dapat diamati dari semakin besarnya ukuran partikel maka rongga– rongga antar partikel yang terbentuk pun semakin besar dandistribusinya menyebar di dalam sediaan, sehingga setelah dikocok sediaan suspensi kering ini dapat terdispersi homogen kembali



Penetapan ukuran partikel dan distrbusi ukuran partikel pasa terdispersi



pH yang



5



Penetapan bobot jenis Pada penetapan bobot jenis sediaan suspensi kering menggunakan piknometer. sediaan dengan Untuk mengetahui bobot jenis sediaan dapat piknometer diperoleh dari selisih bobot piknometer yang telah diisi zat uji dengan bobot piknometer kosong



6



Volume terpindahkan



Volume rata-rata suspensi yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satu pun volume wadah yang kurang



22



dari 95% dari volume yang dinyatakan dalam etiket 7



Kadar air



Antara 1,5-14,5%



8 Penetapan waktu rekonstitusi



Penetapan ini dilakukan untuk menentukan lamanya waktu terkonstitusi suatu sediaan. Dalam hal ini sediaan serbuk kering ditambahkan air, kemudian dihitung waktu yang diperlukan sampai sediaan tersebut membentuk suspense dengan sempurna.



9 Volume sedimentasi dan kemampuan redispersi



Untuk sediaan suspensi kering yang baik diharapkan terdapat sedimentasi yang besar atau tidak terjadi sama sekali (melarut homogen) . Hal ini penting karena dengan volume sedimentasi yang besar maka kemungkinan untuk melarut secara homogen kembali akan lebih besar bila dibandingkan dengan volume sedimentasi yang sedikit (dapat membentuk caking). Untuk mengetahui kemampuan redispersi sediaan maka sediaan yang sudah didiamkan dikocok kembali. Apabila setelah dikocok sediaan mudah melarutkembali dan menjadi larutan yang homogen maka kemampuan redispersinya baik.



10 Sifat aliran dan viskositas dengan Viskosimeter Brookfield



Sediaan sirup kering Amoxicillin ini mengikuti sifat aliran Hukum Non Newton pseudoplastik. Viskositas sediaan ini dapat diukur dengan menggunakan Viskosimeter Brookfield karena viskosimeter ini dapat mengukur viskositas sediaan yang bersifat Non Newton dan Newton



B. Evaluasi kimia 11 Penetapan kadar zat aktif



Penetapan kadar dilakukan dengan metode KCKT. Pembuatan larutan uji: Encerkan secara kuantitatif dan bertahap sejumlah volume seperti yang tertera pada etiket, dicampur segar dan bebas gelembung udara dalam pengenceran hingga diperoleh larutan yang mengandung 1mg amoxicillin trihidrat per ml. saring melalui penyaring 1 μm atau porositas lebih halus dan gunakan filtrate sebagai larutan uji. Gunakan larutan dalam waktu 6 jam



12 Identifikasi



Untuk identifikasi diperlukan suatu larutan yang mengandung setara dengan 4 mg amoxicillin dengan penambahan asam



23



klorida 0,1 N pada sejumlahamoxicillin untuk suspensi oral. Biarkan larutan selama 5 menit sebelum digunakan C. Evaluasi Biologi 13 Uji efektifitas pengawet Sediaan sirup kering yang sudah dilarutkan diambil sebanyak 20 mL dan dimasukkan ke dalam 5 tabung bakteriologi bertutup, berukuran sesuai dan steril. Kemudian inokulasi masing-masing tabung dengan salah satu suspense mikroba baku dengan menggunakan perbandingan 0,10 mL inokula setara dengan 20 mL sediaan, dan campur. Mikroba uji dengan jumlah yang sesuai harus ditambahkan sedemikian rupa hingga jumlah mikroba tiap mL sediaan uji segera setelah inokulasi adalah antara 100.000 dan 1.000.000 per mL. Tetapkan jumlah mikroba viabel di dalam tiap suspensi inokula, dan hitung angka awal mikroba tiap mL sediaan yang diuji dengan metode lempeng. Kemudian setelah diinokulasi tabung diinkubasi pada suhu 200C sampai 250C. Setelah itu, tabung diamati pada hari ke 7, ke 14, ke 21dan ke 28 sesudah inokulasi. Setiap perubahan yang terlihat dicatat dan tetapkan jumlah mikroba viabel pada tiap selang waktu tersebut dengan metode lempeng. Dengan menggunakan bilangan teoritis mikroba pada awal pengujian, hitung perubahan kadar dalam persen tiap mikroba selama pengujian 14 Uji potensi antibiotik



Uji antibiotik untuk sirup kering dengan bahan aktif Amoxicillin dapat diuji dengan metode Lempeng Silinder. Cawan petri yang telah diberi lempeng silinder yang berisi antibiotik selanjutnya diinkubasi selama 1618 jam dengansuhu 320C sampai 350C. Semakin besar zona hambatan yang terukur maka semakin baik sediaan sirup kering Amoxicillin yang dibuat.



2.11 Pemeriksaan Produk Akhir Produk jadi adalah suatu produk obat yang telah mengalami seluruh tahap proses, baik tahap pembuatan maupun pengemasan primer dan sekunder.



24



25



Evaluasi produk jadi Volume terpindahkan Cara kerja : botol 60 ml yang sebelumnya telah dikalibrasiSediaan suspensi yang telah jadi kemudian dimasukkan kedalam botol 60 ml sampai batas kalibrasi , Tuang kembali suspensi dalam gelas ukur untuk mengetahui volume terpindahkannya serta ketepatan dalam melakukan kalibrasi Keseragaman volume Cara kerja : diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar, lalu dilihat keseragaman volume secara visual 2.12 Pengemasan Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan kemasan primer dan bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama seperti terhadap bahan awal. Perhatian khusus hendaklah diberikan kepada bahan cetak. Bahan cetak tersebut hendaklah disimpan dengan kondisi keamanan yang memadai dan orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Label lepas dan bahan cetak lepas lain hendaklah disimpan dan diangkut dalam wadah tertutup untuk menghindarkan campur baur. Bahan pengemas hendaklah diserahkan kepada orang yang berhak sesuai prosedur tertulis yang sudah disetujui.



Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas primer hendaklah diberi nomor yang spesifik atau penandaan yang menunjukkan identitasnya. Bahan pengemas primer, bahan pengemas cetak atau bahan cetak lain yang tidak berlaku lagi atau obselet hendaklah dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat. Bahan yang akan dimusnahkan hendaklah ditempatkan di area terpisah, diberi label “Ditolak” dan dikeluarkan dari sistem persediaan. Tindakan ini untuk menghindari kesalahan pengambilan bahan pengemas. Sistem persediaan dapat dibuat secara manual atau elektronis yang mencakup antara lain: Ø nomor kode dan nama bahan atau produk Ø tanggal penerimaan dan pengeluaran atau penyerahan Ø jumlah penerimaan atau penyerahan dan sisa persediaan Ø nomor bets/lots Ø nama pemasok Ø tanggal daluarsa atau uji ulanh Ø status bahan, apakah karantina, diluluskan atau ditolak



26



Untuk menghindari campur baur, hanya satu jenis bahan pengemas cetak tertentu saja yang diperbolehkan diletakkan di tempet kodifikasi pada saat yang sama. Hendaklah ada sekat pemisah yang memadai antar tempat kodifikasi tersebut. Yang diperbolehakan masuk ruang kodifikasi pada saat yang sama hanya bahan pengemas cetak. Syarat pelulusan produk jadi obat oleh bagian QA adalah : a. Memenuhi persyaratan pengawasan mutu dalam semua spesifikasi pengolahan dan pengemasan b. Bagian pengawasan mutu obat telah menyimpan produk jadi dalam jumlah cukup untuk 2x analisis sebagai contoh pertinggal yang akan digunakan untuk pengujian dimasa mendatang. c. Kemasan akhir atau penandaan memenuhi persyaratan sesuai hasil pemeriksaan bagian pengawasan mutu obat d. Produk jadi obat yang diterima didalam daerah karantina sesuai dengan jumlah yang tertera pada dokumen pemindahan bahan e. Telah dilakukan evaluasi kesesuaian pengisian dan catatan batch 2.13 Penentuan expired date produk Dilakukan dengan cara stabilitas dipercepat dengan suhu 45OC dan RH 75 Produk disimpan pada suhu ekstrim selama 3 bulan, jikaproduk tidak rusak selama penyimpanan 3 bulan maka kadaluarsa produk bertahan selama 1 tahun, jika produk masih bertahan selama 3 bulan ke 2, maka kadaluarsa produk selama 2 tahun. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pengawasan mutu adalah bagian yang penting dalam CPOB agar tiap obat yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan penggunaannya. Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.Evaluasi Pengawasan mutu pada aluminium hidroksida suspensi terdiri dari : 1.



Evaluasi fisika : Uji organoleptis, uji Ph, homogenitas, penetapan ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel, bobot jenis, volume terpindahkan, kadar air, penetapan waktu rekonstruksi, volume sedimentasi dan kemampuan redispersi, sifat alir dan viskositas



2.



Evaluasi Kimia : Penetapan kadar zat aktif dan identifikasi



3.



Evaluasi Biologi : Uji efektivitas pengawet dan uji potensi antibiotic.



27



Dari semua uji evaluasi yang dilakukan dalam pengawasan mutu Amoksisilin suspensi pada makalah ini menunjukan bahwa amoksisilin suspensi memenuhi persyaratan dalam pengawasan mutu dan memenuhi syarat dalam CPOB. 3.2 Saran Apoteker diharapkan dapat lebih memahami CPOB terutama dalam pengawasan mutu produk agar dihasilkan produk yang memenuhi persyaratan karena mutu suatu sediaan akan mempengaruhi kualitas dari produk yang akan dipasarkan serta mempengaruhi kesehatan dan efek terapi obat terhadap konsumen yang nantinya akan mengkonsumsi sediaan tersebut. Apoteker juga diharapkan kedepan nya tidak hanya memahami pengawasan mutu sediaan suspensi tetapi juga sediaan obat yang lainnya.



DAFTAR PUSTAKA Anonim a. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim b. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.. Anonim b. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI.Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.. Ansel, H. C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press



Badan POM. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik : Jakarta Ika Ristia. 2011. Uji Stabilitas Fisik Dan Daya Antibakteri Suspensi Eritromisin Dengan Suspending Agent Pulvis Gummi Arabici. Pharmacon Vol 12 No. 2 Desember 2011 Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association. London



28



29



30