Kel 2 Distress Spiritual [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA (DISTRESS SPIRITUAL)



MAKALAH



oleh KELOMPOK 2



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNVERSITAS JEMBER 2017



1



2



ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL: DISTRESS SPIRITUAL



MAKALAH



diajukan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah keperawatan kesehatan jiwa dengan dosen: Ns. Emi Wuri Wuryaningsih, S.Kep., Sp. Kep.J



oleh: Lathifah Nur Lailiyah



NIM 142310101012



Wulan Diaz Tri Kurniawati



NIM 142310101034



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNVERSITAS JEMBER 2017 PRAKATA



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul



3



“Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Psikososial: Distress Spiritual”. Makalah ini disusun berdasarkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.



Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep.,Sp.Kep.J, selaku PJMK Keperawatan Kesehatan Jiwa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember;



2.



Ns. Emi Wuri Wuryaningsih, S.Kep., Sp. Kep.J selaku dosen pengampu matakuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa.



3.



Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi



kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.



Jember, Januari 2017



Penulis



4



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL......................................................................................



i



HALAMAN JUDUL.........................................................................................



ii



PRAKATA.......................................................................................................... iii DAFTAR ISI......................................................................................................



iv



BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................



1



1.1 Latar Belakang....................................................................................



1



1.2 Tujuan.................................................................................................



1



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................



2



2.1 Contoh Kasus......................................................................................



2



2.2 Pengertian...........................................................................................



2



2.3 Psikopatologi/Psikodinamika.............................................................



3



2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan.....................................



4



2.4.1 Diagnosa Medis.........................................................................



4



2.4.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................



4



2.5 Penatalaksanaan (Terapi Medis dan Keperawatan)............................



5



2.5.1 Penatalaksanaan Medis..............................................................



5



2.5.2 Penatalaksanaan Keperawatan...................................................



5



BAB 3. PENUTUP............................................................................................. 10 3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 10 3.2 Saran



......................................................................................... 10



DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 11 PERTANYAAN HASIL DISKUSI................................................................... 12



5



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta sedangkan kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa ketertarikan dan kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan maaf (Ambarwati, 2012). Sebagaimana seorang manusia pada hakikatnya membutuhkan keyakinan untuk terus melanjutkan kehidupan. Apabila seseorang memiliki masalah sehingga keyakinannya terganggu dan orang tersebut tidak dapat mengatasinya hingga menimbulkan rasa kecemasan, ketakutan, dan putus asa maka seseorang tersebut dapat dikatakan ia mengalami gangguan yaitu distress spiritual. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar sebagai makhluk yang holistik yaitu bio-psiko-sosio-spiritual. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat dengan klien, meskipun perawat tidak memiliki keyakinan yang sama dengan klien.



Sehingga, dalam makalah ini akan



dibahas mengenai distress spiritual dan bagaimana pern perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan distress spiritual. 1.2 Tujuan 1.2.1 Mengetahui beberapa kasus yang berhubungan dengan distress spiritual 1.2.2 Mengetahui dan memahami definisi distress spiritual 1.2.3 Mengetahui psikopatlogi atau psikodinamika dari distress spiritual 1.2.4 Mengetahui diagnosis medis dan keperawatan distress spiritual 1.2.5 Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan



1



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Contoh Kasus Penelitian di RSU dan Holistik Sejahtera Bhakti Salatiga menemukan kasus Nn. Rika umur 21 Tahun memiliki penyakit kanker dengan distres spiritual. Nn. Rika di opname selama 1x dengan 2x bimbingan spiritual. Nn. Rika mengatakan bahwa ia lelah dengan kondisinya, Nn. Rika sudah tidak menjalankan kewajiban shalat lima waktu semenjak sakit. Sambil terbaring mbak Rika mengatakan “sebelum diingatkan oleh keluarga dan pak Sanuri saya tidak shalat karena saya tidak kuat kemana- mana” (Wawancara, Rika, 10 November 2014). Pak Sanuri adalah pembimbing agama yang disediakan oleh RSU dan Holistik Sejahtera Bhakti Salatiga (Chotimah, 2014). 2.2 Pengertian Distress spiritual adalah keadaan dimana individu/kelompok mengalami/resiko mengalami gangguan sistem keyakinan/nilai yang memberikan kekuatan, harapan dan arti kehidupan seseorang (Carpenito,1998, hal.382 dalam Azizah, 2011) yang ditandai dengan karakteristik: rasa kesadaran, sumber-sumber yang sakral, kedamaian. Distress spiritual adalah suatu keadaan menderita yang berhubungan dengan gangguan kemampuan untuk mengalami makna hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, dunia, atau kekuatan yang tinggi (Herdman, 2015).



2



2.3 Psikopatologi/Psikodinamika -



Biological: Penyakit terminal Kehilangan fungsi anggota tubuh Cacat tubuh Nyeri Penuaan



PREDISPOSING FACTOR



Psicologycal: - ncaman kematian - asing tentang diri sendiri - persepsi tentang tugas yang tidak selesai



-



Sosiokultural: Asing tentang sosial Gangguan sosiokultural Kesepian Transisi Hidup Background keluarga



PRECIPITATING FACTOR Nature: - Penyakit terminal (Misal: Kanker)



Origin: - Faktor internal: merasakan sakit yang sangat sehingga putus asa - Faktor Eksternal: dukungan keluarga



Timing: - Muncul disaat ada faktor pencetus



Number: - ≥ 2/3



Appraisal of Stressor Kognitif: Afektif: - Menanyakan - Cemas makna penderitaan - Perasaan tidak dan hidup dicintai - Menanyakan - Rasa bersalah identitas



Physiological: - Tidak berdaya - Menangis - Insomnia -



Behavioral: Sosial: - Kurang pasrah - Menolak interaksi - Mudah marah dengan orang terdekat, pemimpin spiritual - Merasa Asing



Coping Resourches Personal abilities: - Kemampuan Menyikapi - Kemampuan beraktivitas



Social Support: - Dukungan keluarga - Stigma masyarakat



Material Assets: - Harta benda - Mampu menghasilkan



Positive beliefe: - Percaya akan adanya penyelesaian atau solusi



Coping Mechanism Konstruktif:



Destruktif: Continum of Coping Responses



Adaptif



Maladaptif:



Sehat Mental



Distress Spiriual:



3



2.4 Diagnosis Medis dan Diagnosis Keperawatan 2.4.1 Diagnosis Medis  semua diagnosis medis dapat menyebabkan seseorang mengalami distress spiritual apabila orang tersebut maladaptif terhadap kondisinya. 2.4.2 Diagnosis Keperawatan  Distress spiritual - Berhubungan dengan: (faktor predisposisi) - ditandai dengan:  ansietas: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman 



(Herdman, 2015). insomnia: Gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi



     



(Herdman, 2015) letih menangis menanyakan identitas menyakan makna hidup menyakan makna penderitaan takut: merupakan defence mechanism, atau mekanik bela diri. Maksudnya ialah bahwa rasa takut timbul pada diri seseorang disebabkan adanya kecenderungan untuk membela diri sendiri dari bahaya atau hanya perasaan



         



yang tak enak terhadap sesuatu hal (Soelasmono, 2011) kurang pasrah marah perasaan tidak dicintai rasa bersalah strategi koping yang tidak efektif menolak interaksi dengan orang terdekat menolak interaksi denga pemimpin spiritual merasa asing tidak berminat pada alam tidak berdaya



2.5 Penatalaksanaan (Terapi Medis dan Keperawatan) 2.5.2 Penatalaksanaan medis: 2.5.3 Penatalaksanaan keperawatan



No



Diagnosa



Tujuan



dan



Kriteria Intervensi 4



. 1.



Hasil Distress spiritual



Setelah



dilakukan



NIC - Peningkatan koping perawatan .....x24 jam px  Individu memilki kesehatan spiritual  Bantu pasien yang baik. NOC Dengan kriteria hasil : - Px menerima status kesehatannya. - Px menaha diri kemarahan. - Px dapat



menyelesaikan masalah dengan konstruktif.  Berikan penilaian



penyesaian



pasien terhadap perubahan citra dai



mengontrol



kecemasan.



- Px memiliki koping efektif. - Px memiliki harapan - Px mampu terlibat dalam kegiatan sosial.



untuk



tubuh sesuai dengan indikasi.  Bantu pasien dalam mengembagan penilaian terkait dengan kejadian secara obyektif.  Dukung sikap pasien terkait dengan harapan yang realistis sebagai upaya untuk mengatasi perasaan ketidak berdayaan.  Keluarga  Keluarga mencarikan sumbersumber spiritual.  Cari jalan untuk



memahami



perspektif pada pasien berada pada situasi stress yang berat.  Dukung keterlibatan keluarga, dengan cara yang tepat.  Dukung keluarga memverbalisasikan mengenai



sakitnya



untuk perasaan anggota



keluarga. - Inspirasi harapan  Individu  Ajarkan pasien aspek positif mengenai harapan.  Bantu pasien mengembangkan spiritualitas diri.  Libatkan pasien secara aktif pada perawatannya sendiri.  Dukung hubungan terapeutik 5



dengan orang yang penting bagi pasien.  Ciptakan



lingkungan



yang



memfasilitasi



pasien



melaksanakan praktik agamanya dengan cara yang tepat  Keluarga  Berikan keluarga



kesempatan



bagi



terlibat



dalam



pengobatan  Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi



area



dari



harapan dalam hidup.  Berikan kesempatan pasien/keluarga



untuk



bagi terlibat



dalam kelompok pendukung - Fasilitasi pengembangan spiritual  Individu  Dukung pasien untuk memeriksa komitmen spiritualnya didasarkan pada kepercayaan dan nilai.  Berikan lingkungan yang mendukung sikap meditasi atau renungan



untuk



refleksi diri.  Keluarga  Dukung partisipasi



melakukan



dalam



pelayanan keagamaan, layanan pengasingan diri, dan program khusus berdoa/belajar.  Dukung penggunaan



perayaan



spiritual. - Dukungan spiritual  Individu  Dengarkan ungkapan perasaan pasien 6







Gunakan komunikasi terapeutik dalam membangun hubungan







saling percaya dan caring. Tunjukkan empati terhadap







ekspresi perasaan klien Pastikan pada individu bahwa perawat



selalu



ada



untuk



mendukung individu melewati 



masa yang menyakitkan. Ajarkan metode relaksasi, meditasi







dan



imajinasi



terbimbing/guided imagery  Keluarga Sediakan musik spiritual, literatur, radio maupun program







spiritual di televisi. Dorong partisipasi dengan







keterlibatan



terkait anggota



keluarga, teman, dan orang lain. Berikan kesempatan untuk mendiskusikan berbagai sistem kepercayaan







dan



pandangan



dunia mengenai hal tersebut. Dorong penggunaan sumbersumber spiritual jika diinginkan



keluarga. - Pengurangan kecemasan  Individu  Gunakan pendekatan



yang



tenang dan meyakinkan. Berada disisi klien



untuk







meningkatkan rasa aman dan 



mengurangi ketakutan. Kaji tanda verbal dan non







verbal. Bantu klien



mengidentifikasi



7







situasi yang memicu kecemasan.  Keluarga Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara



yang tepat - Dukungan keluarga  Yakinkan keluarga pasien



sedang



bahwa diberikan







perawatan terbaik. Nilai reaksi emosi keluarga







terhadap kondisi pasien. Tingkatkan hubungan







percaya dengan keluarga. Terima nilai yang dianut



saling



keluarga dengan sikap yang 



tidak menghakimi Jawab semua pertanyaan dari keuarga







atau



bantu



untuk



mendapatkan jawaban Orientasikan keuarga



terkait



tatanan pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit atau klinik.



8



BAB 3. PENUTUP 3.1 SIMPULAN Spritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta sedangkan kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress spiritual, yaitu suatu keadaan menderita yang berhubungan dengan gangguan kemampuan untuk mengalami makna hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, dunia, atau kekuatan yang tinggi. 3.2 SARAN Perawat sebagai satu-satunya petugas kesehatan yang berinteraksi dengan pasien selama 24 jam maka perawat adalah orang yang tepat untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Oleh karena itu, sebagai perawat yang profesional harus memiliki pengetahuan dan skill menangani klien dengan distress spiritual, sehingga perawat dituntut untuk mampu mempengaruhi pola pikir efektif dan adaptif terhadap pasien.



9



DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Fitri Respati dan Nasution, Nita. 2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu. Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. Mc. Closkey. 2012. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa: Mosby Elsavier. Chotimah, Baitin Khusnul. 2014. Bimbingan Keagamaan Islami Dalam Mengatasi Distress Spiritual Pasien Kanker di RSU dan Holistik Sejahtera Bhakti Salatiga. Semarang: UIN Walisongo [diakses online] http://eprints.walisongo.ac.id/3457/ pada 11 Januari 2017. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell. Jhonson, Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St. Louis, Missouri; Mosby.



10



PERTANYAAN HASIL DISKUSI 1. Pertanyaan dari Dinar Izzati “Bagaimana dengan orang yang atheis, apakah mereka juga bisa mengalami distress spiritual, padahal tidak memiliki keyakinan beragama? Apakah distress sipiritual itu harus berhungan dengan agama?” Jawaban: “Orang Atheis adalah manusia yang juga memiliki tujuan hidup juga rasa ingin dicintai dan mencintai. Sehingga, orang atheis ketika sudah tidak memiliki tujuan hidup atau tidak dapat memaknai arti hidupnya untuk apa dan memiliki tanda gejala seperti cemas, bertanya identitas, bertanya mengenai makna hidup maka dapat dikatakan orang atheis tersebut mengalami distress spiritual. Distress spiritual tidak hanya berhubungan dengan agama. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai spiritual sendiri adalah suatu keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta sedangkan kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Sehingga, ketika orang tersebut tidak dapat memaknai arti kehidupannya maka dapat menjadi distress spiritual. 2. Pertanyaan dari Fajar Kharisma “Misalkan ada orang yang percaya kepada ilmu hitam. Kemudian orang tersebut tidak menjalankan amalan-amalan yang seharusnya dikerjakan, sehingga orang tersebut menjadi ODGJ. Menurut masyarakat orang tersebut kerasukan roh jahat. Bagaimana jika Lathifah menjadi perawatnya dan apakah orang tersebut mengalami distress spiritual?” Jawaban: “iya. Orang tersebut mengalami distress spiritual sebab orang tersebut memiliki keyakinan akan ilmu hitam. Namun, ketika keyakinannya itu tidak lagi dilakukan orang tersebut mengalami distress spiritual yang berakibat pada perilakunya sendiri. Mengenai stigma masyarakat yang menganggap bahwa orang tersebut kerasukan, itu dapat dipercaya dan dapat pula tidak dipercaya. Sebab, setiap orang memiliki keyakinan yang berbeda. Stigma tersebut ada karena masyarakat percaya akan adanya roh jahat, sedangkan stigma tersebut



11



dapat hilang ketika orang yang sakit tersebut sembuh karena dirawat di pelayanan kesehatan seperti rumah sakit jiwa. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan yaitu sama dengan ODGJ pada umumnya yaitu membuat agar orang tersebut menjadi lebih tenang dengan membuat suasana di sekitarnya tenang. Dan dengan menggunakan standar yang ditetapkan pada NIC.” 3. Pertanyaan ketiga dari Mila Yuni Sahlia “Bagaimana intervensi keperawatan pada orang atheis?” Jawaban: “intervensi



keperawatan



pada



orang



atheis



dapat



dilakukan



dengan



menggunakan pendekatan keluarga yaitu berikan intervensi agar keluarga mendukung kesembuhan klien. Selain itu pada diri klien atheis sendiri dilakukan peningkatan koping, peningkatan harapan, dan pengurangan kecemasan.”



12