Kel. 6 Hiv (Family Centered Pada Odha) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FAMILY CENTERED PADA ODHA Dosen Pembimbing : Erna Handayani,S.Kep.,Ns.M.Kes



Disusun Oleh Kelompok 6 : 1. 2. 3. 4. 5.



Ivan Adinata Muh. Sufyan Hadi Nita Damayanti Risky Eko Wardana Rizal Rahman Hakim



(14201.11.19020) (14201.11.19028) (14201.11.19034) (14201.11.19043) (14201.11.19044)



PRODI SARJANA KEPERAWATAN STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG – PAJARAKAN 2020 – 2021



KATA PENGANTAR



Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga makalah “Family Centered pada ODHA” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Semoga shalawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW . Harapan penulis dengan diselesaikanya makalah ini, semoga memberi manfaat yang baik untuk diri sendiri agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai “Family Centered pada ODHA” untuk pembaca yang bisa menjadikan makalah ini sebagai referensi. Penulisan makalah ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar antara lain tidak lepas dari dukungan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH,MM selaku Pengasuh Yayasan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong. 2. Dr. Nur Hamim, S.Kep.,Ns.M.Kes selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong. 3. Iin Aini Isnawati S,Kep,.Ns.M.Kes selaku wali kelas prodi Sarjana Keperawatan semester IV. 4. Erna Handayani,S.Kep.,Ns.M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan HIV AIDS. 5. Orang tua selaku pemberi dukungan moral dan material. 6. Rekan-rekan STIKes Hafshawaty Zainul Hasan Genggong semester 4. Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan yang terbaik, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.



Genggong, 30 Maret 2021



Penyusun



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular salah satunya yaitu Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV dan AIDS menjadi masalah nasional, dan perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak hampir di setiap negara (Burnet, 2014) HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus penyebab Aqcuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Acquirede Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit akibat penurunan sistem



imun tubuh yang disebabkan oleh virus yaitu Human Immuno



Deficiency Virus (HIV). Virus-virus



tersebut



memanfaatkan kesempatan



(opportunity) yang diberikan sistem kekebalan tubuh yang rusak, sehingga menyebabkan infeksi oportunistik. (Widyanto dan Triwibowo, 2013). Hampir 99% orang dengan HIV dan AIDS( (ODHA) sering mengalami masalah baik secara fisik maupun psikologis antara lain: muncul stress, penurunan berat badan, kecemasan, gangguan kulit, frustasi, bingung, penurunan gairah kerja, perasaan takut, perasaan bersalah, penolakan, depresi bahkan kecenderungan untuk bunuh diri (Djoerban:2015 dalam Nurdin:2019). Hal tersebut muncul akibat dukungan dan pemahaman terhadap perawatan ODHA sangat kurang serta ditambah dengan stigma masyarakat yang menganggap bahwa ODHA merupakan sosok yang menyeramkan karena siap untuk menghadapi kematian. Sebenarnya, penyakit oportunistik pada ODHA biasanya akan membaik, dengan kenyamanan dirumah, dengan dukungan dari teman terutama keluarga karena mendapatkan kasih sayang, menghabiskan biaya lebih murah, menyenangkan, lebih akrab, dan membuat ODHA sendiri bisa mengatur hidupnya (Guoping Ji, et al, 2010 dalam Nurdin:2019). Inilah yang disebut dengan peningkatan kualitas hidup. Indikator standar kualitas hidup tidak hanya mencakup kekayaan dan lapangan pekerjaan, tetapi juga membangun lingkungan, kesehatan fisik dan mental, pendidikan, rekreasi, waktu senggang, dan milik sosial. (Avabratha, 2011 dalam Nurdin,2019)



B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas rumusan masalah yang muncul sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.



Apa pengertian dari Family Centered? Bagaimana prinsip dari family centered? Bagaimana pelaksanaan dilakukannya family centered pada ODHA ? Apa saja elemen Family Centered Care? Bagaimana intervensi family centered pada ODHA?



C. Tujuan Tujuan disusun makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memahami dan memahami pengertian dari Family Centered. 2. Untuk mengetahui dan memahami konsep dari Family Centered. 3. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan dilakukannya family centered pada ODHA 4. Untuk mengetahui dan memahami elemen Family Centered Care. 5. Untuk mengetahui dan memahami intervensi family centered pada ODHA D. Manfaat Manfaat disusun makalah ini adalah sebagai berikut : A. Untuk Mahasiswa 1. Menambah pengetahuan tentang Family Centered pada ODHA 2. Menilai sejauh mana mahasiswa dalam memahami Family Centered pada ODHA B. Untuk Institusi Stikes Hafshawaty Zainul Hasan Genggong 1. Makalah ini dapat menjadi audit internal kualitas pengajar. 2. Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian materi tentang Family Centered pada ODHA



BAB II PEMBAHASAN 2.1.



Definisi Family Centered Care (FCC) adalah sebuah pendekatan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan yang didasarkan pada kemitraan yang saling menguntungkan antara pasien, keluarga, dan penyedia layanan kesehatan. Hal ini didirikan pada memahami bahwa keluarga memainkan peran penting dalam memastikan kesehatan dan kesejahteraan pasien dari segala usia. (American Academy of Pediatric, 2016) ODHA adalah singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS, sebagai pengganti istilah penderita yang mengarah pada pengertian bahwa orang tersebut secara positif didiagnosa terinfeksi HIV. HIV adalah virus penyebab AIDS yang menyerang sistem kekebalan tubuh (Diane, 2002:1 dalam Rahakbauw, 2016:4) Dalam perawatan pasien berpusat pada keluarga, pasien dan keluarga menentukan bagaimana mereka akan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Family Centered sebagai standar praktik yang dapat menghasilkan pelayanan berkualitas tinggi. Family Centered memberikan perawatan dengan didasarkan pada saling percaya, kolaborasi atau kemitraan yang bekerja sama dengan keluarga dengan memperhatikan aspek (bio, psiko, sosio, dan spiritual) menghormati keragaman dan mengakui keluarga adalah sumber dalam kehidupan pasien. (American Academy of Pediatric,2016)



2.2.



Prinsip dari family centered a. Martabat dan kehormatan Praktisi keperawatan mendengarkan dan menghormati pandangan dan pilihan pasien. Pengetahuan, nilai, kepercayaan dan latar belakang budaya pasien dan keluarga bergabung dalam rencana dan intervensi keperawatan. b. Berbagi informasi Praktisi keperawatan berkomunikasi dan memberitahukan informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga dengan benar dan tidak memihak kepada pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga menerima informasi setiap waktu, lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan keputusan. c. Partisipasi Pasien dan keluarga termotivasi berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka buat. d. Kolaborasi



Pasien dan keluarga juga termasuk ke dalam komponen dasar kolaborasi. Perawat berkolaborasi dengan pasien dan keluarga dalam pengambilan kebijakan dan pengembangan program, implementasi, dan evaluasi, desain fasilitas kesehatan dan pendidikan professional terutama dalam pemberian perawatan. (Allison L, et.al.,2015) Konsep family centered care di Indonesia kemungkinan sudah diterapkan di setiap rumah sakit yang ada, tetapi tidak mudah untuk mewujudkannya secara ideal karena masih banyak petugas kesehatan terutama perawat yang belum memahami konsep family centered care. Kondisi ini mengakibatkan asuhan keperawatan di indonesia sering terjebak dalam kegiatan rutinitas di rumah sakit. Berbeda dengan negara-negara maju, konsep family centered care sudah dilaksanakan dengan baik dan terstandar di setiap rumah sakit. (Purmailani:2014 dalam Tanaem:2019) 2.3.



2.4.



Pelaksanaan dilaksanakannya family center pada ODHA a. Membangun sistem kolaborasi untuk kontrol atau penyembuhan pada ODHA b. Berfokus pada kekuatan dan sumber keluarga daripada kelemahan keluarga. c. Mengakui keahlian keluarga dalam merawat ODHA seperti sebagaimana profesional d. Membangun pemberdayaan daripada ketergantungan e. Meningkatkan lebih banyak sharing informasi dengan pasien ODHA, keluarga dan pemberi pelayanan daripada informasi hanya diketahui oleh profesional. f. Menciptakan program yang fleksibel dan tidak kaku. (Shelton 1987, dalam Fretes, 2012) Elemen family center care pada ODHA Sembilan elemen Family-Center Care pada ODHA (Shelton 1987, dalam Fretes, 2012), yaitu: a. Perawat menyadari bahwa keluarga adalah bagian yang konstan dalam kehidupan pasien, sementara sistem layanan dan anggota dalam system tersebut berfluktuasi. Kesadaran perawat bahwa keluarga adalah bagian yang konstan, merupakan hal yang penting. Fungsi perawat sebagai motivator menghargai dan menghormati peran keluarga dalam merawat klien dengan ODHA serta bertanggung jawab penuh dalam mengelola kesehatan klien. Selain itu, perawat mendukung perkembangan sosial dan emosional, serta memenuhi kebutuhan pasien ODHA dalam keluarga. Oleh karena itu, dalam menjalankan sistem perawatan



kesehatan, keluarga dilibatkan dalam membuat keputusan, mengasuh, mendidik, dan melakukan pembelaan terhadap hak anggota keluarga mereka selama menjalani masa perawatan. Keputusan keluarga dalam perawatan pasien ODHA merupakan suatu pertimbangan yang utama karena keputusan ini didasarkan pada mekanisme koping dan kebutuhan yang ada dalam keluarga. Dalam pembuatan keputusan, perawat memberikan saran yang sesuai namun keluarga tetap berhak memutuskan layanan yang ingin didapatkannya. Beberapa hal yang diterapkan untuk menghargai dan mendukung individualitas dan kekuatan yang dimiliki dalam satu keluarga seperti: a) Kunjungan yang dibuat dirumah keluarga atau ditempat lain dengan waktu dan lokasi yang disepakati bersama keluarga. b) Perawat mengkaji keluarga berdasarkan kebutuhan keluarga. c) Orangtua adalah bagian dari keluarga yang menjadi fokus utama dari perawatan yang diberikan mereka turut merencanakan perawatan dan peran mereka dalam perawatan pasien ODHA. d) Perencanaan perawatan yang diberikan bersifat komprehensif dan perawatan memberikan semua perawatan yang dibutuhkan misalnya perawatan pada pasien ODHA, dukungan kepada orangtua, bantuan keuangan, hiburan dan dukungan emosional. b. Memfasilitasi kolaborasi keluarga profesional pada semua level perawatan kesehatan. pelaksanaan dan evaluasi serta pembentukan kebijakan hal ini ditujukan ketika: 1) Kolaborasi untuk memberikan perawatan kepada pasien ODHA peran kerjasama antara orangtua dan tenaga perofesional sangat penting dan vital. Keluarga bukan sekedar sebagai pendamping, tetapi terlibat didalam pemberian pelayanan kesehatan kepada anggota keluarga mereka. Tenaga professional memberikan pelayanan sesuai dengan keahlian dan ilmu yang mereka peroleh sedangkan orangtua berkontribusi dengan memberikan informasi tentang anggota keluarga mereka yang merupakan pasien ODHA. Dalam kerja sama antara orangtua dengan tenaga professional, orangtua bisa memberikan masukan untuk perawatan anggota keluarga mereka. Tapi, tidak semua tenaga professional dapat menerima masukan yang diberikan. Beberapa disebabkan karena



kurangnya pengalaman tenaga professional dalam melakukan kerjasama dengan orang tua. 2) Kerjasama dalam mengembangkan masyarakat dan pelayanan rumah sakit. Hal yang harus diutamakan pada tahap ini adalah kalaborasi dengan bidang yang lain untuk menunjang proses perawatan. Family Centered Care memberikan kesempatan kepada orangtua dengan pengetahuan dan professional untuk pengalaman yang berkontribusi mereka miliki untuk mengembangkan perawatan terhadap pasien ODHA di rumah sakit. 3) Kolaborasi dalam tahap kebijakan Family Centered Care dapat tercapai melalui kolaborasi orangtua dan tenaga professional dalam tahap kebijakan. Orangtua bisa menghargai kemampuan yang mereka miliki dengan memberikan pengetahuan mereka tentang sistem pelayanan kesehatan serta kompotensi mereka. Keterlibatan mereka dalam membuat keputusan menambah kualitas pelayanan kesehatan.  c. Meningkatkan kekuatan keluarga, dan mempertimbangkan metodemetode alternative dalam koping. Mengakui kekuatan keluarga dan individualitas serta memperhatikan perbedaan mekanisme koping dalam keluarga elemen ini mewujudkan 2 konsep yang seimbang. Pertama, Family Centered Care harus menggambarkan keseimbangan pasien dan keluarga. Kedua menghargai dan menghormati mekanisme koping dan individualitas yang dimiliki oleh pasien maupun keluarga dalam kehidupan mereka. d. Memperjelas hal-hal yang kurang jelas dan informasi lebih komplit oleh keluarga tentang perawatan pada ODHA yang tepat. Memberikan informasi kepada orangtua bertujuan untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan orangtua terhadap perawat anggota keluarga mereka. Selain itu, dengan demikian informasi orangtua akan merasa menjadi bagian yang penting dalam perawatan pasien dengan ODHA. Ketersedian informasi tidak hanya memiliki pengaruh emosional, melainkan hal ini merupakan faktor kritikal dalam melibatkan partisifasi orangtua secara penuh dalamproses membuat keputusan terutama untuk setiap tindakan medis dalam perawatan anggota keluarga mereka.  e. Menimbulkan kelompok support antara orangtua dengan ODHA. Shelton menjelaskan bahwa dukungan yang lain yang dapat diberikan kepada keluarga adalah dukungan antar keluarga. Perawat ataupun tenaga professional yang lain memfasilitasi keluarga untuk mendapatkan dukungan dari keluarga lain yang juga memiliki



masalah yang sama mengenai keluarga mereka. Dukungan antara keluarga ini berfungsi untuk: a) Saling memberikan dukungan dan menjalin hubungan persahabatan b) Bertukar imformasi mengenai kondisi dan perawatan pasien dengan ODHA c) Memanfaatkan dan meningkatkan sistem pelayanan yang ada untuk kebutuhan perawatan anggota keluarga mereka. f. Mengerti dan memanfaatkan sistem pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pelayanan pada ODHA. g. Melaksanakan kebijakan dan program yang tepat, komprehensif, meliputi dukungan emosional dan finansial dalam memenuhi kebutuhan kesehatan keluarganya. Dukungan kepada keluarga bervariasi dan berubah setiap waktu sesuai dengan kebutuhan keluarga tersebut. Jenis dukungan yang diberikan misalnya mendukung keluarga untuk memenuhi waktu istrahat mereka, pelayanan home care, pelayan konseling, promosi kesehatan, program bermaian, serta koordinasi layanan keseehatan yang baik untuk membantu keluarga memamfaatkan layanan kesehatan yang ada untuk menunjang kebutuhan layanan kesehatan secara finansial. Dukungan yang baik dapat membantu menurunkan stress yang dialami oleh keluarga karena ketidak seimbangan tuntutan kadaan kondisi dengan ketersediaan tenaga yang dimiliki oleh keluarga saat mendampingi pasien dengan ODHA selama dirawat dirumah sakit. Oleh karena itu perawat harus kritis dalam mengkaji kebutuhan keluarga sehingga dukungan dapat diberikan dengan tepat termasuk mempertimbangkan kebijakan yang berlaku baik dirumah sakit maupun dilingkungan untuk menunjang dukungan yang akan diberikan kepada keluarga. h. Merancang system perawatan kesehatan yang fleksibel, dapat dijangkau dengan mudah dan responsip terhadap kebutuhan keluarga teridentifikasi. Sistem pelayanan kesehatan yang fleksibel didasarkan pada pemahaman bahwa setiap pasien memiliki kebutuhan terhadap layanan kesehatan yang berbeda maka layanan kesehatan yang ada harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan kelebihan yang dimiliki oleh pasien dan keluarga. Oleh karena itu, tidak hanya satu intervensi kesehatan untuk semua pasien tetapi lebih dari satu intervensi yang berbeda untuk setiap pasien. Selain layanan yang fleksibel, dalam Family Centered Care juga mendukung agar layanan kesehatan mudah diakses oleh pasien dengan ODHA dan keluarga misalnya sistem pembayaran layanan



kesehatan yang dipakai selama pasien menjalani perawatan dirumah sakit baik menggunakan asuransi atau jaminan kesehatan pemerintah dan swasta, konsultasi kesehatan, prosedur pemeriksaan dan pembedahan, layanan selama pasien menjalani rawat inap dirumah sakit dan sebagainya. Oleh karena itu perawat harus mengkaji kebutuhan pasien dengan ODHA atau keluarga terhadap akses layanan kesehatan yang dibutuhkan lalu melakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga. Apabila layanan kesehatan yang direncanakan fleksibel dan dapat diakses oleh pasien dan keluarga maka layanan kesehatan tersebut akan lebih responsif karena memproritaskan kebutuhan pasien dengan ODHA dan keluarga. i. Implementasi kebijakan dan program yang tepat komprehensif meliputi dukungan emosional dengan staff. 2.5.



Intervensi family center care pada ODHA Beberapa tindakan yang dapat diterapkan sebagai bentuk aplikasi ditatanan klinik terkait penerapan Family Centered Care (FCC): a. Orientasi keluarga: Mengorientasikan keluarga di lingkungan tatanan klinis atau ICU baik lingkungannya, peralatan-peralatannya, dan tindakan medisnya. b. Terbentuknya Family Care Specialist (FCS): Perawat yang tergabung dalam FCS ini yang mengkoordinasi dan bertanggung jawab dalam menerapkan strategi supaya keluarga juga terlibat dalam perawatan pasien kritis. c. Visitasi terbuka: visitasi dengan melibatkan keluarga didalamnya. d. Mengijinkan keluarga untuk ada didekat pasien selama pasien dilakukan tindakan/prosedur. e. Dibentuk dan dijalankannya family support group f. Mendorong keterlibatan keluarga dalam perawatan. Contoh intervensi yang bisa dilakukan yaitu pendekatan dalam proses penyembuhan HIV, dengan tujuan untuk melibatkan anggota keluarga pasien HIV dalam keterbukaan HIV, konseling, dan perawatan medis. a. Strategi pertama intervensi ini adalah untuk memperkuat hubungan keluarga. Mereka bisa mendorong keterlibatan keluarga dan interaksi dengan melibatkan pasien HIV dan anggota keluarga mereka dalam kegiatan yang sama (misalnya games, olahraga, kegiatan hiburan lainnya, pertemuan kelompok, dll). Intervensi ini juga dapat berfokus pada peningkatan keterampilan manajemen emosional dan komunikasi yang efektif untuk keluarga dan ODHA. b. Strategi kedua dari intervensi yang berpusat pada kelarga adalah untuk membantu keluarga yang terkena HIV menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibawa oleh ODHA dan mengurangi stress mereka



serta isolasi sosial yang dialami oleh ODHA. Berdasarkan sebuah penelitian, petugas kesehatan dapat mempertimbangkan mengundang anggota keluarga pasien HIV untuk bergabung dalam konseling HIV sehingga mereka dapat belajar lebih banyak pengetahuan tentang pencegahan dan pengobatan HIV, mengurangi serotipe dan kesalahpahaman tentang HIV, dan memberikan dukungan sosial yang potensial. Anggota keluarga juga dapat didorong untuk berpartisipasi dalam manajemen kepatuhan pengobatan pada ODHA. c. Strategi potensial ketiga untuk intervensi yang berpusat pada keluarga adalah untuk mengatasi kebutuhan anggota keluarga mereka, khususnya penyedia perawatan pasien HIV dalam keluarga mereka. Konseling psikologis dan dukungan sosial akan sangat membantu keluarga untuk mencegah mereka dari mengorbankan kehidupan keluarga normal dan kehilangan self-efficacy dalam mengatasi HIV. (Ummah,2018)



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan



Hampir 99% orang dengan HIV dan AIDS( (ODHA) sering mengalami masalah baik secara fisik, psikologis, maupun sosial bahkan kecenderungan untuk bunuh diri. Hal tersebut muncul akibat dukungan dan pemahaman terhadap perawatan



ODHA sangat kurang serta ditambah dengan stigma



masyarakat yang menganggap bahwa ODHA merupakan sosok yang menyeramkan karena siap untuk menghadapi kematian. Sebenarnya, penyakit oportunistik pada ODHA biasanya akan membaik, dengan kenyamanan dirumah, dengan dukungan dari teman terutama keluarga karena mendapatkan kasih sayang, menghabiskan biaya lebih murah, menyenangkan, lebih akrab, dan membuat ODHA sendiri bisa mengatur hidupnya, Inilah yang disebut dengan peningkatan kualitas hidup. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh ODHA sebagai support system atau sistem pendukung utama sehingga ia dapat mengembangkan respond atau koping yang efektif untuk beradaptasi dengan baik dalam menghadapi stressor terkait penyakitnya baik fisik, psikologis, maupun sosial. Support system yang baik akan meningkatkan kualitas hidup ODHA seperti meningkatkan kesehatan fisik, kondisi psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, dan hubungan individu tersebut dengan lingkungannya. B. Saran



Dengan adanya makalah ini, diharapkan Semoga apa yang kita pelajari dalam makalah ini dapat kita pelajari dengan sungguh-sungguh, dan dapat kita terapkan dengan baik. Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua baik kami yang membuat maupun anda yang membaca, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, ktitik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA Allison L, et. Al. 2015. Family Centered (FACE) advance care planning: Study design and methods for a patient-centered communication and decision making intervention for patient with HIV/AIDS and their surrogate decission-makers. Contemporary Clinical Trials 43 (2015) 172-178 Burnet Indonesia (Mac Farlane Burnet Institute for Medical Research and public Health Limited). (2012). Buku pegangan konselor HIV, edisi 2. Mustamu,Alva Cherry,dkk. 2016.Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pada Orang Dengan HIV dan AIDS. Jurnal Kesehatan Prima .Vol.13 no.1. http://jkp.poltekkesmataram.ac.id/index.php/home/index.diakses pada 05 april 2021. Nugroho,Sandy. 2018. Family Centered Pada ODHA.Salemba Medika. Nursalam.2018. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS (2nd ed.). Salemba Medika. Rakhabauw,Nancy.2016. Dukungan Keluarga Terhadap Kelangsungan Hidup ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) .INSANI. Vol. 3 No. 2 Desember 2016 Tanaem,Gito Hardani,dkk. 2019. Family Centered Care Pada Perawatan Anak di RSUD Soe Timor Tengah Selatan.Jurnal Riset Kesehatan. 8 (1), 2019, 21 27 DOI: 10.31983. http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk. Diakses pada 05 april 2021 Widyanto, F. C dan Triwibowo, C. (2013). Trend Disease Trend Penyakit Saat Ini, Jakarta: Trans Info Media