4 0 142 KB
Kelainan congenital pada perkembangan dan pertunbuhan gigi geligi 1. Kelainan Jumlah Gigi geligi Kelainan jumlah gigi umumnya dibagi menjadi dua macam, yakni absence teeth dan supernumerary teeth (kelebihan gigi). Absence teeth (kekurangan gigi) merupakan kelainan yang menyebabkan hilangnya beberapa atau seluruh gigi geligi, sedangkan supernumerary teeth merupakan kelebihan satu atau beberapa gigi geligi. Prevalensi kekurangan gigi geligi biasanya lebih sering daripada kelebihan gigi geligi. 1.1 Absense teeth 1.1.1. Agenesis Salah satu kelainan dari absence teeth adalah Agenesis. Agenesis merupakan tidak adanya perkembangan pada satu atau lebih elemen gigi permanen karena tidak terbentuk atau tidak adanya benih gigi permanen. Beberapa literature menyebutkan bahwa agenesis dibagi menjadi tiga macam, Oligodonsia; anodonsia; hipodonsia (penjelasan di bagian selanjutnya). Adanya agenesis pada gigi geligi menyebabkan maloklusi dan menimbulkan estetis yang kurang. Kejadian agenesis lebih sering terjadi pada gigi yang paling distal. Misalkan pada gigi insisiv, lebih sering terjadi pada insisiv lateral, pada premolar lebih sering pada premolar kedua, sedangkan pada molar sering pada molar ketiga. Umumnya gigi molar ketiga merupakan gigi yang paling sering agenesis, kemudian insisiv lateral rahang atas, premolar pre molar rahang bawah, gigi premolar kedua rahang atas. Gigi yang lain jarang mengalami agenesis. Walaupun pada beberapa penelitian, gigi molar ketiga diklasifikasikan sendiri.
Etiologi Agenesis
Faktor Genetik, biasanya terkait pada autosomal dominan. Selain itu juga bisa disebabkan adanya mutasi genetic, yang dipengaruhi
oleh
gen
EDA’s
(anhidrotic
ectodermal
dysplasias). Faktor Lingkungan, bisa disebabkan karena trauma; penyakit sisemik seperti diabetes mellitus maupun infeksi campak rubella selama proses kehamilan; ibu perokok; terapi radiasi anti kanker pada anak usia kurang dari 2 tahun dapat menyebabkan agenesis gigi premolar, terapi pada anak di bawah menyebabkan agenesis gigi premolar kedua atau molar kedua; defisiensi vitamin D.
Gambaran Klinis Bisa menunjukkan adanya diastema pada beberapa kasus,
tetapi pada beberapa kasus lainnya menyebabkan gigi yang nantinya crowded menjadi cukup pada lengkung rahangnya, karena adanya space yang tersedia dari hilangnya gigi. Pada gigi insisiv lateral yang agenesis biasanya akan menyebabkan keadaan estetis yang kurang, karena biasanya gigi
caninus
lebih
besar
dan
warnanya
lebih
gelap
dibandingkan insisiv lateral. Adapun jika terjadi agenesis pada gigi insisiv lateral, insisiv lateral pada sisi lainnya cenderung lebih kecil dari ukuran mesial-distalnya. Dan erupsi kaninusnya lebih ke palatal. Jika agenesis terjadi pada premolar kedua rahang atas, biasanya terjadi persistensi pendahulunya, yakni molar kedua sulung. Apabila gigi molar kedua ini baik, maka akan bertahan
lama, dan menyebabkan maloklusi. Sedangkan agenesis pada gigi molar ketiga menimbulkan elemen lain di depannya cenderung lebih kecil.
Gambaran Radiografis
Anodonsia Merupakan kelainan perkembangan seluruh gigi, yang jarang ditemukan. Anodonsia biasanya berkaiatan dengan penyakit sistemis, dysplasia ektodermal, umumnya diturunkan sebagai sex-linked. Pada pria lebih sering terjadi anodonsia. Oligodonsia (besta) Hipodonsia (besta) Sumber: Sudiono. J. Gangguan Tumbuh kembang dentokraniofasil. Jakarta. EGC
Neiminen. Molecular of Tooth Agenesis. Department of Orthodontics Institute of Dentisty and Institute of Biotechnology And Department of Biological and Environmental Sciences Faculty of Biosciences University of Helsinki Finland. Finland. 2007