Kelainan Pada Perkembangan Hewan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TERATOLOGI KELAINAN PADA PERKEMBANGAN HEWAN



DOSEN PEMBIMBING : Medi Andriani M.pharm., Sci Kelompok 6 : Khairinnisa Aladha (1848201030) Dinda Ikwanti (1848201056) STIKes HARAPAN IBU JAMBI FARMASI 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah yang berjudul “Kelainan Pada Perkembangan Hewan” ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.



Jambi, 2 oktober 2021



Penulis



DAFTAR ISI



I.1 HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………..1 I.2 KATA PENGANTAR……………………………………………………………………2 I.3 DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………..3 I.4 BAB I PENDAHULUAN…….…………………………………………………………..4 A. Latar belakang………………………………………………………………………...4 B. Rumusan masalah……………………………………………………………………..5 C. Tujuan Pembahasan …………………………………………………………………..5 I.5 BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………6 A. Pengertian …………………………………………………………………………….6 B. Penyakit yang berhubungan dengan teratologi……………………………………….. C. Mekanisme teratogen…………………………………………………………………. I.6 BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….. A. Kesimpulan ………………………………………………………………………….. I.7 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….



BAB I



PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reproduksi merupakan naluri setiap organisme untuk beranak-pinak. Ciri setiap individu mahluk, ialah umurnya terbatas, pada suatu saat akan jadi jompo dan mati. Karena itu perlu dibina angkatan baru menggantikan yang pada mati. Kalau tidak ada pergantian generasi, populasi suatu spesies akan susut lalu bisa mati. Untuk reproduksi perlu ada perkawinan, setelah kawin terbentuk anak. Anak tumbuh jadi dewasa. Dalam tingkat dewasa inilah setiap mahluk mampu bereproduksi lagi untuk membina angkatan baru. Setelah itu akan jadi tua, lalu mati. Dengan demikian terjadi daur kehidupan. Dalam daur kehidupan tidak luput dari hubungan Embryologi, yang merupakan ilmu tentang embryo. Embryo atau mudigah ialah mahluk yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan. Kandungan tersebut berada dalam tubuh induk (dalam rahim) atau di luar tubuh induk (dalam telur). Tumbuh merupakan perubahan dari bentuk sederhana dan muda sampai jadi bentuk kompleks dan dewasa. Mahluk asalnya terdiri dari satu sel dan hidupnya tergantung kepada parent menjadi mahluk yang terdiri dari banyak sel yang tersusun atas berbagai jaringan dan alat yang kompleks, dan yang dapat berdiri sendiri dan sanggup bereproduksi.Dalam tahapan embryologi selalu sejalan dengan perkembangan organogenesis, salah satunya adalah perkembangan organ-organ anggota tubuh. Perkembangan ini selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor terpenting. Faktor ini bisa saja membantu dan bahkan bisa menjadi penghambat dalam perkermbangan organ anggota tubuh tersebut, di antaranya faktor eratol, lingkungan dan faktor fisik pada rahim. Beberapa faktor ini perlu diperhatikan, karena faktor-faktor ini berhubungan langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan organ-organ anggota tubuh yaitu dalam proses perkembangan embryo di dalam rahim. Kurangnya perhatian sewaktu ibu hamil terhadap faktor-faktor tersebut, dapat menimbulkan kelainan pada janin yang akan menjadi cacat atau kelainan bawaan sampai lahir. Pengetahuan masyarkat secara umum mengenai pengaruh teratogen terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin masih sangat terbatas. B. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan eratology?



2. Apa faktor yang mempengaruhi terjadinya eratology? C. Tujuan pembahasan 1. Untuk mengetahui apa itu teratologi 2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya teratologi



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Teratologi merupakan cabang dari ilmu embriologi yang khusus mempelajari tentang akibat, mekanisme dan manifestasi embrionik yang cacat (abnormal). Bentuk embriotoksik ini ditentukan oleh jenis senyawa, dosis dan waktu penggunaannya selama kehamilan. Selain senyawa kimia, faktor lain yang menimbulkan teratogen adalah kekurangan gizi, radiasi kimia, infeksi virus, hipervitamin, ketidakseimbangan hormonal, genetik dan berbagai kondisi stress. Kelainan bentuk dapat berupa kelainan struktur, perilaku, faal dari  metabolik yang terdapat pada waktu lahir dan biasa di istilahkan dengan malformasi kongenital, anomali kongenital atau cacat lahir. Kelainan bentuk / malformasi yang sering ditemukan seperti: 1. sireno melus



: seperti ikan duyung, anggota belakang tidak ada, anggota depan



pendek 2. phocomelia



: anggota seperti anjing laut, tangan dan kaki seperti sirip untuk



mendayung 3. polydactyly



: berjari banyak



4. syndactyly



: jari buntung, tidak berjari kaki dan tangan, ada ekor



5. dwarfisme



: kerdil



6. crehorisme



: cebol



7. gigantisme



: raksasa



Makin tinggi kadar teratogen semakin parah tingkat teratogenitasnya. Bahan yang dapat menimbulkan teratogenesis secara eksperimental ialah : cortison, insulin, progesteron, thalidomide, azathiopurine, salicylate. Beberapa jenis anomali : 1. Malformasi Terjadi selama pembentukan struktur (organogenesis). Malformasi dapat disebabkan faktor lingkungan dan genetik. Kebanyakan malformasi berawal dari minggu ketiga sampai minggu kedelapan kehamilan. Anomali ini dapat menyebabkan



hilangnya sebagian atau seluruh struktur organ dan/atau perubahan-perubahan konfigurasi normal. 2. Disrupsi Mengakibatkan perubahan morfologi struktur organ setelah pembentukannya. Penyebabnya adalah proses-proses yang merusak, seperti kecelakan pada pembuluh darah yang menyebabkan atresia usus dan cacat yang ditimbulkan pita amnion. 3. Deformasi Disebabkan oleh gaya-gaya mekanik dalam jangka waktu yang lama. Deformasi sering kali mengenai sistem kerangka otot. Anomali ini dapat sembuh setelah lahir. 4. Sindrom Sekelompok cacat yang terjadi secara bersamaan, memiliki etiologi yang spesifik dan sama. Istilah ini menunjukkan telah dibuat sebuah diagnosis dan risiko terjadinya kembali telah diketahui. kelainan yang disebabkan oleh teratogen. penyebab kelainan kongenital : 1. Agen infeksi (co. : Virus rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks, HIV, sifilis) 2. Agen fisik (co. : sinar X, hipertermia) 3. Agen kimia (co. : talidomid, asam valproat, fenitoin, amfetamin, alkohol, merkuri, kokain) 4. Hormon (co. : agen androgenik, dietilstilbestrol (DES), diabetes gestational (diabetes ibu) B. Penyakit yang berhubungan dengan teratologi Beberapa penyakit yang berhubungan dengan perkembangan embrio yaitu: 1. Bibir sumbing Bibir sumbing biasanya terjadi dalam 30-60 hari pertama kehamilan. Bibir biasanya dibentuk oleh 5-6 minggu kehamilan dan langit-langit telah dibentuk oleh 10 minggu. Penyebabnya yaitu kekurangan vitamin B dan asam folat dalam diet ibu, warisan genetik orangtua yang dapat menyampaikan gen penyebab clefts (bibir sumbing), serta pengkonsumsian alkohol dan tembakau (khususnya rokok).



2. Polydactili Polidaktili merupakan kelainan pertumbuhan jari sehingga jumlah jari pada tangan atau kaki lebih dari lima. Polidaktili terjadi pada 1 dari 1.000 kelahiran. Penyebabnya bisa karena kelainan genetika atau faktor keturunan. Bentuknya bisa berupa gumpalan daging, jaringan lunak, atau sebuah jari lengkap dengan kuku dan ruas-ruas yang berfungsi normal. Tapi, umumnya hanya berupa tonjolan daging kecil atau gumpalan daging bertulang yang tumbuh di sisi luar ibu jari atau jari kelingking.



3. Syndactyly Sindaktili merupakan kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau lebih sehingga telapak tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau angsa (webbed fingers). Dalam keadaan normal, ada sejumlah gen yang membawa perintah kepada deretan sel di antara dua jari untuk mati, sehingga kedua jari tersebut menjadi terpisah sempurna. Pada kelainan ini, gen tersebut mengalami gangguan. Akibatnya, jari-jari tetap menyatu dan tidak terpisah menjadi lima jari. 



Penyebabnya kebanyakan akibat kelainan genetika atau keadaan di dalam rahim yang menyebabkan posisi janin tidak normal, cairan amnion pecah, atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan. Apabila penyebabnya akibat kelainan genetika, maka tidak dapat dilakukan pencegahan. Kemungkinannya dapat diperkecil bila penyebabnya adalah obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama hamil.



4. Agenesis Agenesis adalah alat tubuh tidak dibentuk sama sekali. Dalam embrio manusia, pembedaan tulang belakang lumbar, sakrum, dan koksigis terjadi antara minggu keempat dan ketujuh.  Banyak bentuk agenesis yang mematikan, seperti tidak adanya seluruh otak (anencephaly), tapi agenesis satu organ pasangan dapat menyebabkan sedikit masalah. Agenesis ginjal, kandung kemih, testis, ovarium, tiroid, dan paruparu dikenal. Agenesis dari lengan atau kaki disebut meromelia (tidak adanya satu atau kedua tangan atau kaki), phocomelia (tangan normal dan kaki tetapi tidak ada lengan atau kaki), dan amelia (tidak lengkap anggota tubuh atau anggota badan). Agenesis dapat disebabkan oleh tidak adanya jaringan embrio atau dengan paparan bahan kimia di dalam rahim, dan sering dikaitkan dengan kelainan bawaan lainnya.



5. Sirenomelus Sirenomelia adalah cacat lahir mematikan dari tubuh bagian bawah ditandai oleh fusi nyata dari kaki ke ekstremitas bawah tunggal. Cacat lahir lainnya selalu dikaitkan dengan sirenomelia, paling sering kelainan pada ginjal, usus besar, dan alat kelamin. Malformasi tungkai bawah yang terlihat pada bayi dengan sirenomelia terdiri dari fusi nyata dari kaki. Dalam kasus yang parah hanya ada dua tulang hadir di seluruh tungkai (tulang paha dan mungkin tibia).



6. Phocomelia Phocomelia yaitu ketiadaan anggota gerak. Sebuah cacat lahir anggota tubuh, disamakan dalam pidato sehari-hari untuk sirip segel, tangan atau kaki yang melekat pada batang tubuh oleh satu, kecil, cacat tulang tanpa, masing-masing, sebuah siku atau lutut.



7. Lesio pada otak fetus Lesi pada otak merupakan salah satu kelainan yang terjadi saat embriologi khususnya pada saat neurulasi. Gangguan pada fetus fase akhir dan selama masa bayi, besar kemungkinan akan terjadi gangguan kelainan patologis yang fokal dan



ireversibel pada jaringan yang telah berdiferensiasi, dan lesi-lesi ini mungkin menjadi dasar palsi serebral.



8. Klinifeter sindrom Sindrom Klinefelter adalah kelainan genetik pada laki-laki yang diakibatkan oleh kelebihan kromosom X. Laki-laki normal memiliki kromosom seks berupa XY, namun penderita sindrom klinefelter umumnya memiliki kromosom seks XXY. Penderita sindrom klinefelter akan mengalami infertilitas, keterbelakangan mental, dan gangguan perkembangan ciri-ciri fisik yang diantaranya berupa ginekomastia (perbesaran kelenjar susu dan berefek pada perbesaran payudara), dll.



9. Sindrom Down Sindrom Down (bahasa Inggris: Down syndrome) merupakan kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3,[1] yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Dan karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme.  Penyebab down syndrome ini dimulai pada kromosom 21 dimana terjadi penambahan jumlah menjadi dua kromosom yang dikenal dengan nama kromosom 21



plus. Pada kromosom tersebut terjadi kegagalan untuk memisahkan diri pada saat proses pembelahan dan kemudian mengalami perkembangan yang abnormal. Sebagai akibatnya, penderita akan mengalami kondisi dimana mental serta fisiknya menjadi terbelakang.



10. Dwarfisme Dwarfisme adalah bertubuh pendek akibat kondisi medis tertentu. Kadang-kadang didefinisikan sebagai tinggi dewasa kurang dari 4 kaki 10 inci (147 cm), meskipun definisi ini bermasalah karena bertubuh pendek dalam dirinya sendiri tidak gangguan. Dwarfisme dapat disebabkan oleh sekitar 200 kondisi medis yang berbeda.



11. Gigantisme Gigantisme adalah kelainan genetik yang menyebabkan seorang tumbuh sangat tinggi melebihi batas normal tinggi seorang manusia. Ada dua macam gigantisme : pertama pituitary gigantism yang menyebabkan pertumbuhan tinggi badan yang tidak terkendali. Kedua cerebral gigantism, dimana sel-sel otak tumbuh secara berlebihan sehingga penderita mengalami keterbelakangan mental.  



C. Mekanisme Teratogen Mekanisme terjadinya efek teratogenik akibat obat-obat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mekanisme kerja teratogen adalah sebagai berikut : 1. Pemecahan kromosom Pemecahan kromosom dapat menyebabkan defisiensi atau penataulangan kromosom. Aberasi kromosom dapat disebabkan oleh virus, radiasi atau senyawa kimia. Defisiensi kromosom biasanya bersifat letal terhadap sel atau organisme dan kelebihan kromosom juga akan merusak sel. 2. Mutasi Merupakan dasar cacat perkembangan yang merupakan perubahan urutan nukleotida pada DNA. Informasi yang dikode pada DNA akan disalin dengan salah ke RNA dan protein. Bila berefek pada sel somatik maka tidak akan bersifat turunan. Mutasi sel somatik pada awal sel embrionik dapat mempengaruhi sel yang sedang berkembang, menyebabkan cacat struktur dan fungsi. Mutasi dapat disebabkan radiasi, zat kimia, senyawa pengalkilasi dan faktor lain yang menyebabkan pemecahan kromosom. 3. Gangguan mitosis Gangguan mitosis disebabkan senyawa sitotoksik yang menghambat sintesa DNA sehingga memperlambat miosis. Benang mitosis  gagal terbentuk akibat senyawa kimia yang menggangu polimerasi tubulin kedalam kumparan mikrotubula. Tanpa kumparan tersebut, kromosom tidak dapat memisah pada fase anafase. Kondisi ini dapat terjadi karena pengaruh radiasi dosis tinggi atau senyawa radiometrik. 4. Kurang prekusor dan substrat untuk biosintesa



Biosintesa akan berubah karena kurangnya zat makanan tertentu. Adanya analog vitamin, asam amino tertentu, dan pirimidin dapat menyebabkan metabolit yang tidak normal dalam biosintesa. 5. Mengubah integritas asam nukleat atau fungsinya Hal ini dapat terjadi akibat penggunaan antibiotik dan antineoplasma. Senyawa ini dapat mengganggu replikasi, transkripsi dan translasi RNA. Gangguan translasi RNA dan sintesis protein merupakan mekanisme teratogenitas senyawa sitotoksis. Senyawa yang dapat mengganggu sintesa protein umumnya bersifat embriosida tapi dapat bersifat teratogenik. 6. Suplai energy Terganggunya suplai energi seperti kekurangan sumber glukosa dapat mengganggu perkembangan fetus. Gangguan glikolisis oleh senyawa iodo asetat dapat mengurangi penghasilan energi dan dapat menyebabkan kelainan pada fetus dan kurangnya riboflavin dapat menyebabkan teratogenitas. 7. Perubahan sifat membrane Perubahan sifat membran dapat menyebabkan ketidakseimbangan osmolar. Hipervitaminosis A dapat merusak membran seluler pada embrio rodensia. 8. Fungsi enzimatis Fungsi enzimatis ini penting untuk pertumbuhan dan diferensiasi. Antagonis asam folat akan menghambat dehidrofolat reduktase dan bersifat teratogenik. Asetazolamid menghambat karbonik anhidrase dan akan mempengaruhi perkembangan fetus. Senyawasenyawa teratogenik ini menghambat enzim dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fetus.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu: 1. Teratologi adalah kelainan bentuk dapat berupa kelainan struktur, perilaku, faal dari metabolik yang terdapat pada waktu lahir dan biasa di istilahkan dengan malformasi kongenital, anomali kongenital atau cacat lahir. 2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya teratologi, yaitu: - Pemecahan kromosom - Mutasi - Gangguan mitosis - Kurang prekusor dan substrat untuk biosintesa - Mengubah integritas asam nukleat atau fungsinya - Suplai energi - Perubahan sifat membran - Fungsi enzimatis



DAFTAR PUSTAKA  Ciptono. 2010. Reproduksi Dan Embriologi Hewan. Yogyakarta : UIN Press.  Harris, C. L. 1992.Zoology. Harper Collins Publishers Inc: New York  Lu, F. C. 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. UIPRESS: Jakarta. Yatim,  Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi. Penerbit Tarsito: Bandung.