MAKALAH PERKEMBANGAN HEWAN Elin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PERKEMBANGAN HEWAN ’’ REGENERASI PADA CACING TANAH ”



OLEH



MADALINE L.L. FUNAN 1706050081



PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2018



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar belakang Setiap makhluk hidup di dunia ini memiliki kemampuan untuk mempertahankan hidupnya. Memiliki



kemampuan



untuk



beradaptasi



dengan



lingkungan



hidupnya,



melestarikan



kehidupannya dengan berkembang biak, dan memiliki kemampuan utuk memperbaiki organ atau jaringan tubuh yang rusakyang disebut dengan daya regenerasi. Setiap makhluk hidup baik itu hewan atau tumbuhan memiliki daya regenerasi yang berbeda-beda selain itu regenerasi juga dapat disebut kemampuan tubuh suatu organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan bagian tubuh yang baru dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya. Cacing adalah sebagai salah satu contoh dari sekian banyak makhluk hidup yang mempunyai kemampuan dalam regenerasi organ, jika ekor cacing yang diputuskan tersebut akan tergantikan kembali melalui proses regenerasi organ yang memerlukan waktu tertentu dalam proses pembentukannya. Regenerasi adalah proses memperbaiki bagian yang rusak kembali seperti semula. Cacing memiliki daya regenerasi yang terdapat pada ekornya (posteriornya), kemudian daya regenerai pada setiap makhluk hidup tidak semuanya sama ada yang daya regenerasinya cepat dan ada pula yang lambat ini dipengaruhi oleh beberapa factor yakni makanan dan lingkungan. Jika kedua komponen ini terpenuhi dengan baik maka proses regenerasi pada makhluk hidup dapat dilakkan dengan baik.Adapun yang melatar belakangi dalam pembuatan laporan ini yaitu untuk mengetahui lagi tentang regenerasi pada cacing juga syarat untuk masuk dipraktek bereikutnya. B. Rumusan Masalah Bagaimana Proses Regenerasi Pada Cacing Tanah ?



C. Tujuan Untuk Mengetahui Proses Regenerasi Pada Cacing Tanah.



BAB II PEMBAHASAN



Ekor cacing memiliki bentuk yang panjang dan lunak yang memungkinkan untuk bisa memendek dan menumpul. Ekor akan mengalami regenerasi bila ekor tersebut putus dalam usaha perlindungan diri dari predator. Regenerasi tersebut diikuti oleh suatu proses, yaitu autotomi. Autotomi adalah proses adaptasi yang khusus membantu hewan melepaskan diri dari serangan musuh. Jadi, autotomi merupakan perwujudan dari mutilasi diri. Cacing jika akan dimangsa oleh predatornya maka akan segera memutuskan ekornya untuk menyelamatkan diri. Ekor yang putus tersebut dapat tumbuh lagi tetapi tidak sama seperti semula (Strorer, 1981). Ekor cacing yang dipotong sel epidermisnya menyebar menutupi permukaan luka dan membentuk tudung epidermis apikal.Semua jaringan mengalami diferensiasi dan generasi membentuk sel kerucut yang disebut blastema regenerasi di bawah tudung.Berakhirnya periode proliferasi, sel blastema mengadakan rediferensiasi dan memperbaiki ekornya.Ketika salah satu anggota badan terpotong hanya bagian tersebut yang disuplai darah dan dapat bergenerasi.Hal inilah yang memberi pertimbangan bahwa bagian yang dipotong selalu bagian distal (Kalthoff, 1996). Secara eksperimental pada ekor cacing yang telah dipotong, ternyata hasil regenerasinya tidak sama dengan semula. Pertambahan panjang tidak sama dengan ekor yang dipotong. Ekor baru tidak mengandung notochord dan vertebrae yang baru hanya terdiri dari ruas-ruas tulang rawan atau segmen-segmen.Ruas-ruas ini hanya meliputi batang syaraf (medula spinalis), jumlah segmen itu pun tidak lengkap seperti semula. Proses perbaikan pertama pada regenerasi ekor cacing adalah penyembuhan luka dengan cara penumbuhan kulit di atas luka tersebut. Kemudian tunas-tunas sel yang belum berdiferensiasi terlihat.Tunas ini menyerupai tunas anggota tubuh pada embrio yang sedang berkembang. Ketika waktu berlalu sel-sel dari anggota tubuh yang sedang regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang, segmen dan jaringan lajunya yang menjadikan ekor fungsional.



Proses regenerasi ini secara mendasar tidak ada perusakan jaringan otot, akibatnya tidak ada pelepasan sel-sel otot. Sumber utama sel-sel untuk beregenerasi adalah berasal dari ependima dan dari berbagai macam jaringan ikat yang menyusun septum otot, dermis, jaringan lemak, periosteum dan mungkin juga osteosit vertebrae.Sumber sel untuk regenerasi pada reptile berasal dari beberapa sumber yaitu ependima dan berbagai jaringan ikat (Manylov, 1994). Studi regenerasi mengungkapkan bahwa sel-sel dewasa dari jaringan tertentu yang telah berdiferensiasi misalnya epidermis, mensintesis dan menghasilkan zat yang secara aktif menghambat mitosis-sel-sel muda dari jaringan yang sama, zat ini disebut kolona. Stadium permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan pembelahan sel. Jaringan dari struktur yang mengalami regenerasi berdiferensiasi, mulailah produksi kolona dan agaknya secara berangsur-angsur menghentikan pertunbuhan struktur tersebut. Regenerasi melalui beberapa tahapan, yaitu : 1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat sebagai pelindung. 2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit. 3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya mengalami diferensiasi.Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit. 4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas.Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.



5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar lagi. 6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya. Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan.Kenaikan dari tempetatur, pada hal-hal tertentu dapat mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi cepat pada suhu 29,7 derajat Celcius. Faktor bahan makanan tidak begitu mempengaruhi proses regenerasi (Morgan, 1989).



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Regenerasi pada cacing tanah termasuk regenerasi kecil karena hanya merupakan penggantian sebagian kecil dari tubuh organisme dan tidak menghasilkan individu baru.



DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2010, Regenerasi, (online) http://www.crayonpedia.org. Diakses pada tanggal 17 Mei, 2011 Balinsky, 1981, Poses perkembang biakan pada kelompok avertebrata, Jakarta, Erlangga. Hanafiah,Kemas Ali,dkk.2005.Biologi Tanah Ekologi & Makrobiologi Tanah. Grafindo Persada, Jakarta. Karmajaya, 2007, Regenerasi pada hewan, Bandung, Gudang ilmu



Kimbal, 1992, Biologi edisi ke dua, Jakarta. Erlangga.



Surjono, Tien Wiati.2001.Perkembangan Hewan, Universitas Jambi. Jambi.



Subowo. 2011. Peran Cacing Tanah Kelompok Endogaesis dalam Meningkatkan Efisiensi Pengolahan Tanah Lahan Kering. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 30(4): 126.