Kelompok 1 Literature Review Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH TERAPI PSIKORELIGIUS PADA PASIEN RESIKO PEILAKU KEKERASAN LITERATURE REVIEW Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa



Oleh : Cepi Lukman Koswara



J.0105.20.085



Erwin Murdiana Jauhari



J.0105.20.087



Euis Trsnawati



J.0105.20.088



Iwan Kusmawan



J.0105.20.090



Novita Anggraeni



J.0105.20.091



Ronaldo



J.0105.20.094



Roni Juhanda



J.0105.20.095



Wahyu SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI TAHUN 2020-2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan literature review yang berjudul “Pengaruh Terapi Psiko Religius pada Pasien Resiko Peilaku Kekerasan”, tepat pada waktunya. Penulisan literature review ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah “Keperawatan Jiwa“. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Aan Somana,SKp.,M.pd.,M.N.S selaku Pembimbing Kelompok 1 2. Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Pendidikan Ners Tahap Profesi Stikes Budi Luhur Cimahi tahun 2021 dan seluruh pihak yang tidak dapat sebutkan satu persatu. Penyusun berharap literature review ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi kesempurnaan literature review ini. Penyusun menyadari bahwa literature review ini masih jauh dari sempurna, mengingat penyusun masih dalam tahap belajar.



Cimahi, April 2021 Penyusun



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………………….



i



DAFTAR ISI…………………………………………………………………



ii



BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………….



1



A. Latar Belakang Penelitian……..…………………...………….……



1



B. Rumusan Masalah…………..……………………………………….



3



C. Tujuan ……………………………………..………………………….



3



D. Ruang Lingkup……..…………………………………………………



3



E. Manfaat Penelitian……………………………………………………



3



BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………



5



A. Konsep Resiko Perilaku Kekerasan……………….…………………...



5



1. Definisi ………………….……………………………………………



5



2. Rentang Respon…..…………………………………………………..



6



3. Etiologi Resiko Perilaku Kekerasan………………………………….



7



4. Tanda dan Gejala...…………………………………………………...



9



5. Pathofisiologi ………….……………………………………………..



1 0



6. Penatalaksanaan Umum…….…………………………...……………



1 2



BAB III METODELOGI……………..……………………………………..



1 5



A. Desain dan Jenis Penelitan ………………………….…………………



1 5



B. Metode Pengumpulan Data………...



1



………………………………….



5



C. Merangkum Ringkasan Pustaka………………………………………



1



6 D. Hasil dan



1



Pembahasan…………………………………………………



9



E. Metode Penulisan………....…………………………………………..



1 9



F. Lokasi Dan Waktu…………………………………………………….



2 0



G. Etika Literature Riview………..……………………………………...



2 0



H. Analisa dan Interprestasi……………………………………………...



2 0



I. Metode Pencarian……………………………………………………..



2 0



BAB V RINGKASAN PUSTAKA, HASIL DAN PEMBAHASAN.………



2 1



A. Ringkasan Pustaka…………………………………………………..



2 1



1. Jurnal Utama………...…………………………………………..



2 1



2. Jurnal Pendukung…..…..……………………………………….



2 6



B. Hasil Analisa dan Pembahasan…….……………………………….



3 4



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………...……………



4 5



A. Kesimpulan………………..……………………………………….



4



5 B. Saran ……………………………………………………………..



4 6



DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………



iii



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Pengalaman hidup seseorang juga dapat disebut sebagai faktor predisposisi, yang artinya dengan pengalaman itu kemungkinan akan menyebabkan individu memiliki masalah dalam hidupnya. Faktor pertama adalah psikologis, dimana faktor psikologis mecakup beberapa factor pengalaman hidup yang tidak menyenangkan yang dapat menyebabkan frustrasi, dan pada saat masa usia bermain dimana kenangan seperti merasa ditolak, dihina, atau saksi penganiayaan yang kemudian terus terbayang sehingga terjadi trauma. Perilaku reinforment yang diperoleh pada saat mengalami kekerasan baik jadi korban atau saksi kekerasan tersebut dapat mengobservasi kekerasan yang berkelanjutan, hingga hal ini menstimulasi seseorang mengadopsi perilaku kekerasan. Adanya trauma pada individu tersebut dapat menyebabkann suasana hati tidak menyenangkan dan merasa terancam, sehingga individu mudah marah, dan rasa trauma yang dimiliki individu tersebut sewaktu-waktu akan mengganggu pola pikir menjadi negative dan beresiko mengalami kekambuhan perilaku kekerasan meski pasien tersebut sudah dilakukan perawatan intens di Rumah Sakit Jiwa. (Prabowo,2014.h:142).



Menurut (WHO). Pada tahun 2016 memperkirakan masalah gangguan jiwa tidak kurang dari 450 juta jiwa penderita di dunia. Khususnya di Indonesia mencapai 2,1jutaatau 60% yang terdiri dari pasien resiko perilaku kekerasan. Peristiwa penuh tekanan atau traumatik di masa lampau terutam dimasa kanak-kanak awal memiliki efek jangka panjang pada perkembangan otak, memengaruhi sistem saraf dan endokrin yang memediasi respon terhadap stress dan menimbukan perubahan permanen setelah trauma(Gillispie dan Nemeroff, 2005). Tindakan keperawatan pada pasien jiwa perlu dilakukan observasi yang ketat, untuk penatalaksanaannya sendiri pasien dengan resiko perilaku kekerasan dapat diberikan terapi farmakologi, terapi okupasi, terapi somatik serta peran keluarga sebagai sistem pendukung dalam ikut serta mengenal masalah pasien. Dengan adanya dukungan keluarga maka keluarga bisa menjadi tempat untuk pasien mencurahkan isi perasaannya, rasa takut atau trauma yang mungkin jika pasien mampu membicarakan masalah traumanya membuat pasien jadi lebih tenang sehingga sedikit mengurangi rasa cemas, rasa terancam, dan rasa traumanya sendiri dan dapat mencegah adanya resikokekambuhan perilaku kekerasan. Tidak cukup hanya dilakukan dengan terapi, pasien juga perlu dilakukan diobservasi lanjutan untuk mengetahui



perkembangan dan adanya resiko kekambuhan pada pasien itu sendiri. (Prabowo,2014.h:145-146). Untuk mendapatkan kesehatan mental yang prima, tidaklah mungkin terjadi begitu saja. Selain menye- diakan lingkungan yang baik untuk pengembangan potensi, dari i ndividu sendiri dituntut untuk melakukan berbagai usaha menggunakan berbagai kesempatan yang ada untuk mengembangkan dirinya. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas maupun kuantitas penyakit mental-emosional manusia Hidayati (2000) dalam Nurjanah (2004). Selanjutnya kondisi ini dapat me- nyebabkan timbulnya gangguan jiwa dalam tingkat ringan maupun berat yang mem erlukan penanganan di rumah sakit baik di rumah sakit jiwa atau di unit perawatan jiwa di rumah sakit umum, salah satunya adalah penderita schizophrenia dengan resiko perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sen- diri, orang lain, maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien Schizofrenia adalah perilaku kekerasan. Hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan NANDA yang biasa ditegakkan berdasarkan pengkajian gejala psikotik atau tanda positif. Kondisi ini harus segera ditangani karena perilaku kekerasan



yang terjadi akan membahayakan diri pasien, orang lain, dan lingkungan. Hal ini yang menjadi alasan utama pasien Schizofrenia dibawa ke rumah sakit. Penelitian psikiatrik membuktikan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara komitmen agama dan kesehatan. Orang yang sangat religius dan taat menjalankan ajaran agamanya relatif lebih sehat dan atau mampu mengatasi penderitaan penyakitnya sehingga proses penyembuhan penyakit lebih cepat (Zainul Z, 2007). Saat ini perkembangan terapi di dunia kesehatan sudah berkembang ke arah pendekatan keagamaan (psikoreligius). Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan ternyata tingkat keimanan seseorang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penyusun mencoba mengangkat permasalahan tersebut sebagai bahan literature review dengan judul “Pengaruh terapi psikoreligius pada pasien resiko peilaku kekerasan” B.



Rumusan Masalah Dengan dukungan teori, pengamatan dan studi literatur yang dilakukan maka peneliti tertarik untuk menggali adakah Pengaruh Terapi Psikoreligius pada Pasien Resiko Peilaku Kekerasan?



C.



Tujuan  Mengetahui Pengaruh Terapi Psikoreligius pada Pasien Resiko Peilaku Kekerasan.



D.



Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup penelitian dalam literatur review ini yaitu semua jenis penelitian yang berhubungan dengan Resiko Perilaku Kekerasan.



E.



Manfaat Penulisan 1.



Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu



pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan Jiwa dengan mengetahui pengaruh terapi psikoreligius pada pasien resiko peilaku kekerasan. 2.



Manfaat Praktis a) Bagi STIKes Budi Luhur Cimahi Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kepustakaan sebagai referensi dan dapat di gunakan sebagai sumber pustaka bagi mahasiswa dalam pengembangan penelitian keperawatan. b) Pasilitas Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan implementasi keperawatan dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagai upaya meningkatkan status kesehatan klien



c) Bagi Peneliti Berikutnya Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran atau informasi dasar bagi penelitian sejenis selanjutnya



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.



Konsep Resiko Perilaku Kekerasan 1.



Definisi Resiko perilaku kekerasan adalah suatu renpon marah yang diperlihatkan dengan cara mengancam, melukai dirinya dan orang lain, atau suka merusak lingkungan. Perilaku ini yang desebabkan adanya stressor. Respon tersebut dapat merugikan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. (Keliat, dkk, 2011. h :180) Menurut Keliat (2011) mengungkapkan bahwa perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan. Pendapat senada diungkapkan oleh Citrome & Volavka (dalam Nurhalimah 2016) mengatakan bahwa perilaku kekerasan merupakan respon perilaku manusia untuk merusak sebagai bentuk agresif fisik yang dilakukan seseorang terhadap orang lain dan atau sesuatu.



Nanda (dalam Sutejo 2017) menyatakan bahwa risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukan bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan baik secara fisik, emosional, seksual, dan verbal. Risiko perilaku kekerasan terbagi menjadi dua yaitu risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed violence) dan risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed violence). Menurut Nanda (dalam Sutejo 2017) mengungkapkan bahwa risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri merupakan perilaku yang rentan dimana seorang individu bisa menunjukan atau mendemonstrasikan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri, baik secara fisik, emosional, maupun seksual. Hal yang sama juga berlaku untuk risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain, hanya saja ditujukan kepada orang lain. Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berupa bunuh diri atau melukai diri atau menelantarkan diri. Perilaku kekerasan pada orang lain berupa tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai dan membunuh orang lain. Sedangkan perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan seperti memecah kaca genting, membanting, melempar semua hal yang ada di lingkungan. Sehingga disimpulkan bahwa Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu tindakan dengan tenaga yang dapat membahyakan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan yang bertujuan untuk melukai yang



disebabkan karena adanya konflik dan permasalahan pada seseorang baik secara fisik maupun psikologis. 2.



Rentang Respon Perilaku kekerasan dianggap suatu akibat yang ekstrem dari marah. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering di pandang sebagai rentang di mana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, dan marah. Hal ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku agresif atau melukai karena menggunakan koping yang tidak baik,.



Respon adptif



Asertif



frustasi



Respon Maladaptif



pasif



agresif



amuk



Perilaku yang ditampakan mulai dari yang adaptif sampai maladaptif: Keterangan: 1. Asertif: individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan kenyamanan 2. Frustasi: individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat mrah dan tidak dapat menemukan alternatif



3. Pasif: individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya 4. Agresif : perilaku yang menyertai marahdan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol 5. Amuk : suatu bentuk kerusakan yang menimbulkan kerusuhan



(Yosep, 2011) 3.



Etiologi Resiko Perilaku Kekerasan Seseorang berperilaku kekerasan karena keadaan emosi, yang mana juga disebabkan karena keadaan koping individu dalam mengontrol emosi tidak baik. Ada beberapa penyebab seseorang berperilaku kekerasan menurut (Helena, dkk. 2011. h:80). a. Frustasi Frustasi ini timbul karena individu pernah memiliki pengalaman kegagalan dalam hidupnya b. Hilangnya harga diri Hilangnya harga diri seseorang disebabkan karena adanya ketidakyakinan individu terhadap kemampuannya sendiri. c. Penghargaan status dan prestasi Manusia



pada



mengaktualisasikan,



umunya



memiliki



keinginan



untuk



ingan adanya pepnghargaan untuk dirinya



dan pengakuan dari orang banyak. Namun jika ekspektasi individu tidak tercapai, hal ini dapat mengakibatkan individu tidak bisa



berfikir secara jernih dan beresiko mengalami perilaku kekerasan



d. Fatkor predisposisi Pengalaman yang dimiliki individu masuk dalam factor predisposisi,



resiko



terjadinya



perliaku



kekerasan menurut



(Prabowo. 2014. h:142). 1) Psikologis. Pengalaman kegagalan yang pernah dialami oleh individu bias menyebabkan frustasi dan dapat menimbulkan perilaku agresif. 2) Perilaku reinforment Pada saat melakukan kekerasan sekali, dua kali tanpa adanya teguran dari orang lain, kejadian ini dapat menstimulasi



idividu



untuk



senantiasa



beerperilaku



kekerasan. 3) Sosial budaya Adanya budaya yang tidak baik seperti saling membalas kekerasan tanpa adanya kontrol sosial yang benar terhadap perilaku



menyimpang,



hal



ini



bisa



menterbiasakan



seseorang berperilaku kekerasan, seolah-olah itu perlaku yang wajar. 4) Bionorologis



adanya kerusakan sistem limbik, dan ketidakseimbangan neurotransmiter



dapat



menjadi



penyebab



seseorang



berperilaku kekerasan dan sulit dalam mengontrol perilaku tersebut (Prabowo. 2014. h:143) e. Faktor presipitasi Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien sendiri, lingkungan atau interaksi-interaksi dengan yang lain. Kondisi pasien yang seperti ini memiliki kelamahan fisik(penyakit fisik), keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula denga situasi dengan lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan, dengan demikian interaksi yang profokatif dan konflik dapat memicu perilaku kekerasan. (Prabowo, 2014. h: 143) Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injuri secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut: 1) Klien : putus asa, fisik lemah, ketidak berdayaan, pengalaman masalalu yang buruk 2) Interaksi : kehilangan orang yang berharga, adanya suatu konflik, perasaan terancam, adanya problem internal



maupun eksternal lingkungan. 3) Lingkungan : suhu panas, lokasi padat, sanitasi buruk (Kusumawati, dkk. 2011. h: 82). 4.



Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yang terdapat pada klien resiko perilaku kekerasan salah satunya dengan metode observasi atau wawancara tentang resiko perilaku kekerasan (Keliat. 2009. h:110), diantaranya : 1. Wajah memerah 2. Pandangan tajam 3. Mengatupkan rahang sangat kuat 4. Mengapal tangan 5. Bicara keras 6. Suara tinggi keras 7. Mengancam secara verbal dan fisik 8. Melempar atau memukul benda-benda atau orang disekitar 9. Kelemahan dalam mencegah kekerasan 10. Agresif Keadaan



individu



berperilaku



marah



yang



merupakan suatu dorongan individu dalam menuntut sesuatu yang dianggap benar.



11. Amuk dan kekerasan Amarah dan permusuhan yang kuat dan tidak terkontrol, yang mana individu bisa mencederai diri sendir dan orang disekitar (Prabowo, 2014. h: 142). 5.



Pathofisiologi Stres, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat menimbulkan marah. Respon terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal ekspresi marah dapat



berupa



perilaku



konstruktif



maupun



destruktif.



Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan kata-kata yang dapat di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati otrang lain. Selain akan memberikan rasa lega, ketegangan pun akan menurun dan akhirnya perasaan marah dpat teratasi. Ras marah diekspresikan secara destruktif, mislanya dengan perilaku agresif, menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang di tunjukan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Yosep, 2011). Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa tidak kuat, individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikan akan menimbulkan rasa bermusuhan



yang lama, pada suatu saat dapat menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan pada suatu saat dpat menimbulkan kemarahan yang destruktif yang di anjurkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Dermawan & Rusdi, 2013).



6.



Penatalaksanaan umum Terapi farmakologi untuk pasien jiwa menurut Kusumawati & Hartono (2010) adalah sebagai berikut :



1.



Anti Psikotik



jenis: Clorpromazin (CPZ), Haloperidol (HLP) mekanisme kerja : Menahan kerja reseptor dopamin dalam otak sebagai penenang, menurunkan aktifitas motorik, mengurangi insomnia, sangat efektif untuk mengatasi : delusi, halusinasi, ilusi, dan gangguan proses berfikir. Efek samping : a.



Gejala ekstrapiramidal, seperti kekakuan atau spasme otot, berjalan menyerek kaki, postur condong kedepan, banyak keluar air liur, wajah seperti topeng, disfagia, apastisia (kegelisahan motorik), sakit kepala, kejang.



b. Takikardi, aritmia, hipertensi, hipotensi, pandangan kabur, blaukoma. c. Gastrointestinal : mulut kering, anoreksia, mual, muntah, konstipasi, diare, berat badan bertambah. d. Sering berkemih, retensi urine, hipertensi, amenorea, Anemia, leukopenia, dermatitis Kontraindikasi : Gangguan kejang, blaukoma, klien lansia, hamil dan menyusui.



2. Anti Ansietas Jenis



: Atarax, Diazepam (chlordiazepoxide)



Mekanisme kerja : meredakan ansietas atau ketegangan yang



berhubungan dengan situasi tertentu. Efek samping



:



a. Pelambatan menral, mengantuk, vertigo, bingung, tremor, letih, depresi, sakit kepala, ansietas, insomnia, kejang delirium, kaki lema, ataksia, bicara tidak jelas.



b. Hipotensi, takikardia, perubahan elektro kardio gram, pandangan kabur. c. Anoreksia, mual, mulut kering, muntah, diare, konstipasi, kemerahan dermatitis, gatal-gatal. Kontraindikasi



: Penyakit hati, klien lansia, penyakit ginjal,



glaukoma, kehamilan, menyusui, penyakit parnafasan. 3. Anti Depresan Jenis



: Elavil, asendin, anafranil, norpramin, sinequan,



tofranil, ludiomil, pamelor, vivactil, surmontil. Mekanisme kerja : Mengurangi gejala depresi, penenang. Efek samping



:



a. Tremor, gerakan tersentak-sentak, ataksia, kejang, pusing, ansietas, lemas, insomnia. b. Takikardi, aritmia, palpitasi, hipotensi, hipertensi. c. Pandangan kabur, mulut kering, nyeri epigastrik, mual, muntah, kram abdomen, diare, hepatitis, ikterus. d. Retensi urine, perubahan libido, disfungsi erelsi, respon



nonorgasme, leucopenia, terombositopenia, ruam, urtikria. Kontraindikasi:Glaukoma,penyakithati,penyakit kardiovaskuler,



hipertensi,



eilepsy,



kehamilan



atau



menyusui. 4. Anti Manik Jenis



: Lithoid, klonopin, lamictal



Mekanisme kerja : Menghambat pelepasan scrotonin dan mengurangi sensitivitas reseptor dopamin. Efek samping



: Sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan



memori, suara tidak jelas, otot lemas, hilang koordinasi, letargi, stupor. Kontraindikasi



: Hipersensitiv, penyakit ginjal, penyakit



kardiovaskuler, gangguan kejang, dehidrasi, hipotiroidisme, hamil atau menyusui. 5. Anti Parkinson Jenis



: Levodova, Trihexipenidyl (THP)



Mekanisme kerja : Meningkatkan reseptor dopamin, untuk mengatasi gejala parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik. Menurunkan ansietas, iritabilitas. Efek samping



: Sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi.



BAB III METODOLOGI



A.



Desain dan Jenis Penelitian Desain dan jenis penulisan yang digunakan adalah literature review. Literature Review merupakan uraian analisa kritis mengenai teori, temuan, dan bahan penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian dalam menyusun kerangka pikir yang jelas dari perumusan masalah yang akan diteliti. Topik yang dibahas dalam pembuatan literatute review ini adalah tentang pengaruh terapi psikoreligius pada pasien resiko peilaku kekerasan.



B.



Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data berisi : sumber data base penelitian, strategi penelusuran publikasi di data base penelitian. 1.



Sumber Data Base Penelitian Jurnal yang digunakan berjumlah 30 jurnal dan berasal dalam negeri dan luar negeri. Dengan pembahasan tentang Resiko Perilaku Kekerasan. Jurnal penelitian yang digunakan dalam menyusunan literature review didapatkan dengan pencarian jurnal, yaitu sebagai berikut: a.



Google



: https://google.com



b.



Google



: https://scholar.google.co.id



2.



Waktu Publikasi Waktu publikasi dari jurnal yang diambil sekitar 10 tahun yang lalu (2012-2021).



3.



Strategi Penelusuran Publikasi Dalam penelusuran publikasi jurnal, desain penelitian yang direview adalah semua jenis penelitian yang relevan dengan tema penelitian literature review yaitu penelitian kuantitatif baik pra eksperimen atau quasy eksperimen maupun eksperimen murni. Semua jenis sampel yang terkait populasi kasus tetap dimasukan sebagai sampel yang diamati dalam literature review.



C.



Merangkum Ringkasan Pustaka 1. Penerapan Tindakan Keperawatan Mengontrol Marah dengan Spiritual : Psikoreligius pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan / Ika Fitriana (2017).



2. Terapi Psikoreligi Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia / Teguh Pribadi dan Djunizar Djamaludin (2019). 3. Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Penurunan Gejala Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia / Slamet wahyudi (2017). 4. Penerapan Terapi Psikoreligi (istighfar) guna Menurunkan Emosi pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan (rpk). Ahmad Haryo Prabowo (2018). 5. Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan dengan fokus studi Mendengarkan Asmaul Husna. Handina Nurul Prastika (2019).



6. Pengaruh Terapi Psikoreligi Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan pada pasien Skizofrenia / Dwi Ariani Sulistyowati (2014).



7. Pengaruh Terapi Psikoreligius: Membaca Al-fatihah Terhadap Skor Halusinasi pasien Skizofrenia / Sri Mardiati, Veny Elita, Febriana Sabrian.(2017) 8. Pengaruh Mendengarkan Asmaul Husna Terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan / Ahmad Alifudin. Dwi Heppy Rochmawati Purnomo.(2016) 9. Pengaruh Terapi Psikoreligi: Dzikir Al Ma´Surat Terhadap Klien Perilaku Kekerasan / Fajar Budianto (2016) 10.



Pengaruh Pelaksanaan Terapi Spiritual Terhadap Kemampuan



Pasien Mengontrol Perilaku Kekerasan / Ernawati, Samsualam, KSuhermi (2020) 11.



Pengaruh Penerapan Strategi Pelaksanaan Perilaku Kekerasan



Terhadap Tanda Gejala Klien Skizofrenia / Siti Makhruzah, Vevi Suryenti Putri , Rahmi Dwi Yanti (2021). 12.



Terapi Psikoreligius Dzikir Menggunakan Jari Tangan Kanan Pada



Orang Dengan Gangguan Jiwa / Arif Munandar, Kellyana Irawati, Yonni Prianto (2019). 13.



Implementation Of Inovation Meeting Spiritual Needs For Soul



Disorders With Spiritual Care Method / Zetty Wibawa, Laili Nurhidayati (2020). 14. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Gangguan Resiko Perilaku Kekerasan / Arum Tri Septya Wati, Maula Mar’atus Solihah (2020)



15. Studi Fenomenologi: Pengalaman Keluarga Mencegah Kekambuhan Perilaku Kekerasan Pasien Pasca Hospitalisasi RSJ / Emi Wuri Wuryaningsih, Achir Yani S. Hamid, Novy Helena C. D (2013). 16. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan / Anggit Madhani, Irna Kartina (2020). 17. Efektifitas Terapi Spiritual Wudhu Untuk Mengontrol Emosi Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan / Ika Kusuma Wardhani1, Anis Prabowo2, Grahita Bara Brilianti (2020). 18. Pengaruh Terapi Spiritual Mendengarkan Ayat Suci Alquran Terhadap Kemampuan



Mengontrol



Emosi



Pada



Pasien



Resiko



Perilaku



Kekerasan / Laela dewi saputri Dwi Heppy, Sawab (2015). 19. Studi Fenomenologi : Strategi Pelaksanaan Yang Efektif Untuk Mengontrol Perilaku Kekerasan Menurut Pasien / Sujarwo Livana PH (2018). 20. Efektifitas Behaviour Therapy Terhadap Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia / Jek Amidos Pardede LauraMariati Siregar Efendi Putra Hulu (2018). 21. Pengaruh



Terapi



Relaksasi



Autogenik



Terhadap



Kemampuan



Mengontrol Marah Pada Pasien Dengan Perilaku Kekerasan / I Made Eka Santosa, Yahya Ulumuddin (2018). 22. Faktor Predisposisi Dan Prestipitasi Pasien Resiko Perilaku Kekerasan / Kandar1, Dwi Indah Iswanti (2019).



23. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan / Armelia Tri Pangestika, Dwi Heppy, Rochmawati Purnomo (2015). 24. Penerapan Terapi Musik Klasik Untuk Menurunkan Tanda Dan Gejala Pasien Resiko Perilaku Kekerasan / Annisa Ismaya1, Arnika Dwi Asti (2019). 25. Upaya Peningkatan Kemampuan Mengontrol Emosi Dengan Cara Fisik Pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan / khsan nur awaludin (2016) 26. Beban Dengan Koping Keluarga Saat Merawat Pasien Skizofrenia Yang Mengalami Perilaku Kekerasan / Jek Amidos Pardede, Laura Mariati Siregar, Merius Halawa (2018). 27. Upaya Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengontrol Marah Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan / Ria Desinta Sari, Weni Hastuti, Ika Kusuma Wardani (2019). 28. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan Strategi Pelaksanaan (Sp) Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan (Rpk) / Durado, Nadya, Wetik, Syenshie, Lamonge, Annastasia.(2018). 29. Pengelolaan keperawatan resiko perilaku kekerasan (rpk) pada tn. A dengan skizofrenia / Rizky Novendra Ana Puji Astuti, S.Kep., Ns., M.Kes. 30. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan / Silvia Nilam Untari1, Irna Kartina (2020).



Pada 30 jurnal diatas yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eklusi degan berbagai macam metode penelitian diantaranya Quasi experimental pretest posttest deisgn menggunakan therapy psikorelgius. D.



Hasil dan pembahasan Dari 30 jurnal yang kami ambil didapatkan hasil bahwa terapi psikoreligius berpengaruh terhadap penurunan resiko perilaku kekerasan. Terapi psikoreligius terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan kognitif pasien dengan masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan. Penerapan terapi ini bisa dijadikan program rutin rumah sakit jiwa sebagai terapi aktivita kegiatan harian pasien, khusus pada ruangan pasien yang dalam tahap maitenance



E. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah literature review berbasis journal, dengan beberapa tahap yakni; penentuan topik besar, screenning journal, coding journal, menentukan tema dari refensi jurnal yang didapatkan, menganalisa serta menginterpretasi setiap data yang sudah dianalisa.



F. Lokasi Dan Waktu Lokasi yang dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh terapi religious terhadap pasien resiko prilaku kekerasan ini dapat dilakukan diseluruh wilayah di Indonesia. Lokasi penyusunan literatur yaitu ditempat masing-masing mahasiswa yang berlokasi di beberapa Kota/Kabupaten



dengan jumlah Mahasiswa 12 orang dikumpulkan melalui Aplikasi grup WhatsApp, email. Adapun waktu yang digunakan terhitung tanggal 07April – 14 April 2021. G. ETIKA LITERATURE RIVIEW Dalam melakukan penulisan ini, struktur penulisan yang harus diperhatikan meliputi: formulasi permasalahan, literature screenning, analisis dan interpretasi. H. ANALISIS DAN INTERPRETASI Proses akhir dari penulisan literature review adalah menganalisis dan menginterpretasikan data dalam sub topik yaitu pengaruh terapi psikoreligius pada pasien resiko peilaku kekerasan . Pandangan yang kritis diperlukan untuk memparafrasekan isi sub topik (literature of journal) untuk mencapai hasil yang sesuai. I. METODE PENCARIAN Literature Review ini menggukan beberapa media atau metode pencarian jurnal, yaitu sebagai berikut : 1. Google Schoolar sebanyak 30 jurnal



BAB IV RINGKASAN PUSTAKA, HASIL DAN PEMBAHASAN A.



Ringkasan Pustaka



Tabel 4. 1 Ringkasan Pustaka I.



Jurnal Utama N



JUDUL/TEMA



PENULIS



TAHUN DAN



HASIL PENELITIAN



O



TEMPAT



1



PENELITIAN 2017. WISMA



didapatkan data penurunan tanda dan gejala



TINDAKAN



DWARAWATI



klien resiko perilaku kekerasan di Wisma



KEPERAWATAN



RSJ Prof. Dr.



Dwarawati klien 1 mengalami penurunan



SOEROJO



sebesar 24%, klien 2 sebesar 26%, klien 3



PENERAPAN



MENGONTROL



Ika Fitriana



MARAH DENGAN



MAGELANG



SPIRITUAL :



sebesar 20%, klien 4 dan klien 5 masingmasing sebesar 28%.



PSIKORELIGIUS PADA KLIEN RESIKO PERILAKU



2.



KEKERASAN TERAPI



Teguh Pribadi



2019. RUANG



Didapatkan nilai rata-rata skor perilaku kekerasan



PSIKORELIGI



dan Djunizar



RAWAT INAP



Sebelum Terapi psikoreligi adalah 16,87 dengan



TERHADAP



Djamaludin



RUMAH SAKIT



standar deviasi 1,46, rata-rata Skor perilaku



PENURUNAN



JIWA DAERAH



kekerasan sesudah Terapi psikoreligi adalah 13.0



PERILAKU



PROVINSI



dengan standar deviasi 1,0



KEKERASAN PADA



LAMPUNG



PASIEN SKIZOFRENIA



3.



PENGARUH TERAPI DZIKIR TERHADAP



Slamet



2017. DI INSTALASI IPCU



Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U =



PENURUNAN



RSJ DR RADJIMAN



57,000 p = 0,021 (p