Tugas Literature Review Belum Fix Format [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS LITERATURE REVIEW Manajemen Kesehatan Lingkungan dan Kawasan Pesisir Dosen : Dr. Agus Bintara Birawida, S.Kel.,M.Kes



“LITERATURE REVIEW” PENYAKIT MENULAR



OLEH :



KELOMPOK V INDAH KURNIAWATI



(K012201040)



ASKIAH AZIZAH



(K012201040)



FEBIYANTI AFITIA ROHMAN



(K012202067)



PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2021



PENDAHULUAN A. Latar Belakang



B. Analisis Situasi



C. Permasalahan



‌TUJUAN DAN MANFAAT A. Tujuan 1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum yaitu untuk mengetahui penyakit menular di Kawasan Pesisir dan Kepulauan 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui solusi kesehatan dalam menangani penyebaran penyakit menular b. Untuk mengetahui solusi lingkungan dalam menangani c. Untuk mengetahui solusi teknologi dalam menangani d. Untuk mengetahui solusi sosial/pemberdayaan dalam menangani B. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Diharapkan kajian literature ini dapat memeberikan kegunaan bagi akademisis, instansi terkait, dan masyarakat tentang pengolahan sampah di kawasan pesisir dan kepulauan. 2. Manfaat Praktis



a. Bagi instansi terkait, hasil kajian literature ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan tindakan dalam pengolahan sampah di kawasan pesisir dan kepulauan. b. Bagi masyarakat, hasil kajian literature ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengolahan sampah domestic yang terjadi di kawasan pesisir dan kepulauan.



Literatur Review : PENYAKIT MENULAR A. Pembahasan Persampahan merupakan isu penting dalam masalah lingkungan perkotaan yang dihadapi sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas pembangunan. Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara wilayah daratan dengan karakteristik daratannya dan wilayah lautan dengan karakteristik lautnya dan membawa dampak yang cukup signifikan terhadap pembentukan karakteristik wilayah sendiri yang lebih khas. Kekhasannya ini tidak hanya berlaku pada karakteristik sumber daya alam dan sumber daya manusia serta kehidupan sosial yang terdapat disekitarnya tetapi juga berdampak pada karakteristik persampahan di wilayah pesisir. Penanganan sampah pesisir sangat komplek, ada beberapa hal yang mempengaruhi yaitu sampah dari masyarakat yang tinggal dan melakukan aktivitas di wilayah pesisir, sampah kiriman dari wilayah daratan atas yang mengalir dari sungai atau selokan yang bermuara ke pesisir. Dengan melihat kondisi yang terjadi di wilayah pesisir, kurangnya kesadaran masyarakat dan minimnya pengetahuan tentang penanganan sampah membuat masyarakat langsung membuang kotoran khususnya sampah ke selokan, halaman rumah dan dibiarkan mengendap serta dibuang langsung ke sungai atau pesisir pantai (Renwarin et al., 2015).



Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu ada penanganan baik dari segi kesehatan, lingkungan, teknologi, serta social dan pemberdayaan dalam pengolahan sampah pesisir. A. Penanganan …… Dari Aspek Kesehatan Berdasarkan penelitian Widya dkk (2020) sampah plastik dapat mencemari tanah, udara, laut, bahkan udara, karena plastik sulit terurai. Desa



Cibiru



Wetan,



Kabupaten



Bandung,



merupakan



kawasan



pertumbuhan perumahan baru. Seiring bertambahnya areal, sisa pembangunan menjadi sampah, seperti kaleng. Kaleng dapat menampung air dan dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk yang akan mengganggu kesehatan. Salah satu cara untuk mengurangi dampak tersebut adalah dengan memanfaatkan sampah kaleng ke dalam pot tanaman. Oleh karena itu tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah pemanfaatan limbah timah untuk pot dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan. Tahapan kegiatan ini dimulai dari memberikan pemahaman tentang kesehatan lingkungan mulai dari pemahaman, sampah, lingkungan, kesehatan hingga penggunaan dan pelatihan pembuatan pot dari bahan sampah kaleng (Widya et al., 2020). B. Penanganan …….. Dari Aspek Lingkungan Berdasarkan penelitian Hidayati dkk (2021) lingkungan pesisir tidak terlepas dari produksi sampah yang cukup banyak, selain sampah rumah tangga juga terdapat limbah hasil nelayan. Adanya sampah tersebut dikarenakan kurangnya empati masyarakat sekitar dalam melestarikan lingkungan. Jika sampah tersebut dibiarkan begitu saja akan menimbulkan beberapa ancaman kesehatan maupun ancaman ekologi. Oleh karena itu penanaman sikap peduli lingkungan harus diterapkan pada peserta didik sejak dini, khususnya pada usia peserta didik sekolah dasar yaitu melalui eco-education. Setelah adanya rasa empati terhadap lingkungan, peserta didik akan lebih memperhatikan kelestarian lingkungannya. Sehingga membuat peserta didik mampu meningkatkan kreativitasnya untuk



mengelola sampah serta mencipatakan nilai estetika pada karya seni (Hidayati et al., 2021). C. Penanganan …….. Dari Aspek Teknologi Berdasarkan penelitian Ramdiana dkk (2020) Kelurahan Cambayya merupakan salah satuwilayah pesisir Kota Makassar yang memiliki kondisi sampah yang sangat kompleks yaitu sampah dari masyarakat yang tinggal dan melakukan aktivitas di wilayah pesisir, sampah kiriman dari wilayah daratan atas yang mengalir dari sungai atau selokan yang bermuara ke pesisir. Adanya program Pengabdian kepada Masyarakat ini bertujuan melakukan kegiatan dalam bentuk pelatihan, praktek dan pendampingan dalam pengolahan sampah organik menjadi kompos dengan menggunakan teknologi Wind Powered Composter yang berlokasi di kelompok warga RT A Kelurahan Cambayya. Masalah yang dihadapi mitra



adalah



banyaknya



timbulan



sampah



yang



dihasilkan



dipermukimanpesisir Kelurahan Cambayya, warga belum mengetahui cara mengolahsampah organik, dan belum ada penerapan teknologi terbarukan yang praktis dan mampu diterima masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Teknologi yang diterapkan adalah Teknologi Wind Powered Composter yang merupakan teknologi pengolahan sampah organik menggunakan tenaga angin sebagai sumber energi menghasilkan kompos yang dapat bermanfaat untuk penghijauan dan bernilai ekonomi. Metode kegiatan ini diantaranya: Tahap persiapanyaitupengurusan surat izin, sosialisasi kegiatan ke mitra, dan persiapan materi pelatihan,Tahap pelaksanaan



melakukan



pelatihanmotivasi



dalam



mengolah



sampah,pelatihan pemilahan sampah organik,pembuatan alat komposter, pelatihan SOP penggunaan alat, praktek pembuatan kompos, panen kompos, dan pengemasan kompos, Tahap evaluasi dengan melakukan pendampingan dan pengecekan berkala terhadap proses pembuatan kompos (Ramdiana et al., 2020). D. Penanganan ………. Dari Aspek Sosial/pemberdayaan



Berdasarkan penelitian Ruslan dkk (2019) bahwa permasalahan persampahan di Kelurahan Lapulu bukan hanya disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk saja, namun disebabkan pula dari rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana dasar lingkungan khususnya dalam bidang pelayanan persampahan yang tidak tuntas sehingga menimbulkan adanya timbulan-timbulan sampah yang tidak terangkut setiap harinya. Program pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya meningkatkan kesadaran pengelolaan sampah. Kegiatan dilaksanakan dalam 2 bentuk, yang pertama bersifatnon-fisik berupa sosialisasi pengelolaan sampah sejak dini pada anak Sekolah Dasar, penyuluhan tentang pengelolaan sampah tingkat Rumah Tangga, Pelatihan Pembuatan tempat sampah terpadu, dan pembagian leaflet kesadaran pengelolaan sampah pada komunitas Pasar Lapulu. Kedua berupa intervensi fisik yaitu pembuatan insenerator sederhana dan gerakan kesadaran pengelolaan sampah di masyarakat. Kegiatan ini telah terlaksana secara maksimal melalui pemberdayaan masyarakat dalam membentuk kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah yang dimulai dengan cara pemilahan sampah, pemanfaatan limbah sampah dengan konsep 3R, menyediakan tempat pembuangan sampah yang ramah lingkungan dan rutinitas membersihkansampah bersama-sama (Ruslan et al., 2019). Berdasarkan penelitian Mallapiang dkk (2020) bahwa permasalahn sampah di Desa Gunturu , Kabupaten Bulukumba masyarakat yang tinggal di daerah pesisir memang sering membuang sampah ke laut sehingga menyebabkan masalah pencemaran lingkungan. Kebanyakan masyarakat di daerah tersebut membuang sampah di selokan sehingga menyebabkan terjadinya banjir ketika hujan turun. Dan masyarakatnya yang tinggal di daerah pesisir pantai membuang sampah langsung ke laut. Karena 90,47% warga tidak memiliki tempat penampungan sampah di dalam rumah, dengan alasan setiap sampah yang ada langsung dibuang ke



laut. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah upaya penanganan sampah yang melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat untuk mengelola sampah, mulai dari tahap penimbunan, pengumpulan, pengolahan hingga pemrosesan akhir. Program pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan sampah organik dan anorganik sangat penting dan strategis sebagai upaya pembangunan lingkungan berbasis masyarakat, yaitu mengupayakan peran serta atau partisipasi masyarakat. Langkah ini bukan hanya dilakukan untuk mengurangi penumpukan sampah saja, namun juga untuk memberdayakan masyaraka agar peduli terhadap lingkungan. Pemberdayaan masyarakat dalam sampah sangat beragam, seperti mengolah sampah organik menjadi kompos dan mendaur ulang sampah anorganik menjadi perkakas yang dapat digunakan kembali. Salah satu metode untuk memberdayakan masyarakat dalam penyelesaian masalah



adalah



dengan



pendekatan



Asset-Based



Community



Development (ABCD). Pendekatan ABCD berasumsi bahwa yang dapat menyelesaikan masalah masyarakat adalah masyarakat itu sendiri dan segala usaha perbaikan dimulai dari perbaikan modal sosial. Pendekatan ABCD ini tidak hanya digunakan dalam sektor kesehatan saja. Seperti misalnya pada program pelatihan advokasi masyarakat yang diharapkan meningkatkan kesehatan anak. Pendekatan ABCD digunakan untuk membangun masyarakat



kemitraan dapat



dan



dilakukan



kapasitas



komunitas.



Pemberdayaan



dengan



pendekatan



ABCD



yang



menginventarisi terlebih dahulu aset yang dimiliki oleh masyarakat untuk digunakan sebagai sumber daya dalam pengolahan sampah (Mallapiang et al., 2020). Berdasarkan penelitian sumiati dkk (2019) bahwa permasalahan sampah masyarakat pesisir pantai Desa Buhung Pitue Kecamatan Pulau Sembilan yang merupakan lokasi dengan banyak menerima kiriman sampah plastik setiap harinya yaitu rata-rata 1kg/hari. Hingga saat ini, pengolahan sampah plastik kiriman masih belum terpecahkan, sehingga menimbulkan banyak masalah bagi masyarakat pesisir pantai Desa



Buhung Pitue Pulau Sembilan. . Salah satu upaya yang dilakukan masyarakat dalam mengatasi hal ini adalah dengan membakar dan menimbun sampah plastik. Namun, upaya ini masih belum mampu mengatasi penumpukan kiriman sampah plastic pada pesisir pantai Desa Buhung Pitue Pulau Sembilan karena sampah plastik yang dibakar akan menghasilkan gas hidrogen sulfida (H2S) yang dapat menjadi racun bagi lingkungan. Terlebih lagi apabila dalam kandungan sampah plastik terdapat senyawa klorida (Cl) yang dapat menghasilkan dioksin (penyebab kanker) apabila dibakar dengan suhu rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu inovasi yang dapat mengurangi keberadaan sampah plastik kiriman pada pesisir pantai Desa Buhung Pitue Pulau Sembilan melalui program kreativitas sebagai pengabdian mahasiswa kepada masyarakat. Program kreativitas yang akan dilaksanakan adalah program pengabdian masyarakat dalam hal ini akan melakukan pemanfaatan sampah plastik kiriman menjadi bantal kursi unik. Program ini akan melibatkan masyarakat secara langsung khususnya masyarakat pesisir pantai Desa Buhung Pitue Pulau Sembilan yang hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan taraf ekonominya. Produk bantal kursi unik yang akan dibuat memiliki tingkat estetika tinggi, sehingga dapat dijadikan sebagai peluang usaha bagi masyarakat pesisir pantai Desa Buhung Pitue Pulau Sembilan. Selain itu, keberadaan sampah plastic kiriman pada pesisir pantai Desa Buhung Pitue Pulau Sembilan sangat berpotensi untuk pelaksanaan program ini. Selain itu, pelaksanaan pengabdian kemitraan masyarakat ini dilakukan society parcipatory yang dilaksanakan secara by doing. Dengan dilaksanakan program pengabdian masyarakat dalam melakukan pemanfaatan sampah plastik kiriman menjadi bantal kursi unik: 1. Mitra terampil dalam mengolah sampah plastik kiriman menjadi produk bantal kursi melalui modifikasi dengan memanfaatkan kain perca sebagai sarung bantal; 2. Mitra mampu mengoperasikan alat untuk pembuatan bantal kursi dan sarung bantal; 3. Program Kemitraan Masyarakat ini telah berhasil



menyelesaikan permasalahan mitra akan pencemaran pada pantai Desa Buhung Pitue Pulau Sembilan akibat plastik kiriman; dan 4. Mitra mampu menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi (Sumiati et al., 2019). Berdasarkan penelitian dari Yuliadi dkk (2017) Pantai Pangandaran merupakan destinasi wisata yang berkembang pesat dan memiliki potensi yang cukup strategis. Pesatnya perkembangan pariwisata di Pangandaran menimbulkan berbagai permasalahan antara lain terjadinya degradasi lingkungan, pencemaran lingkungan dan masalah persampahan. Sampah plastik merupakan sampah yang paling banyak ditemukan dan memiliki sifat sulit diuraikan oleh tanah. Salah satu upaya mengurangi dampak jumlah sampah plastik yaitu dengan cara melakukan pengolahan terhadap sampah plastik. Pengolahan terhadap sampah plastik tidak hanya akan mengurangi sampah plastik dan mendukung kebersihan lingkungan semata tetapi juga bisa menjadi peluang bisnis. Limbah plastik juga bisa dimanfaatkan untuk membuat produk kerajinan dengan memanfaatkan limbah plastik yang didaur ulang. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat “Optimalisasi Pengelolaan Sampah Pesisir Untuk Mendukung Kebersihan Lingkungan Dalam Upaya Mengurangi Sampah Plastik Dan Upaya Penyelamatan Pantai Pangandaran” bertujuan untuk: (Yuliadi et al., 2017). 1.



Mengurangi keberadaan sampah plastik dengan pemberdayaan masyarakat sebagai urgensi dalam penyelamatan kebersihan pantai.



2.



Mengembangkan perekonomian masyarakat yang berbasis pada industri kreatif melalui pengelolaan sampah.



3.



Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan sampah plastik sehingga memiliki nilai ekonomi.



4.



Mendorong partisipasi masyarakat untuk hidup dalam lingkungan yang bersih melalui pemanfaatan sampah yang memiliki nilai ekonomi.



A.



METODOLOGI Penulisan artikel ini menggunakan metode literatur review, dimana datadata diperoleh dari berbagai sumber tertulis seperti buku, jurnal, situs-situs internet serta artikel-artikel ilmiah lainnya yang memiliki korelasi dengan objek penelitian. Data dari berbagai sumber data base nasional maupun internasional seperti google scholar, Science Direct, dan Elsevier yang diperoleh akan diurai secara sistematik, sehingga didapatkan gambaran mengenai program penanganan bahan pencemar di udara dari aktivitas kendaraan dan industri.



HASIL A. Solusi Kesehatan Adapun hasil penelitian Widya dkk (2020), yaitu : 1. Sosialisasi dan penyuluhan kesehatan lingkungan, sampah kaleng dan pemanfaatannya Kegiatan sosialisasi ini yaitu pemberian materi tentang pengertian kaleng cat dan lingkungan mulai dari pengertian, sampah, lingkungan, kesehatan hingga pemanfaatannya dilakukan selama satu hari. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk membuka wawasan peserta agar sadar akan kesehatan lingkungan yang berdampak pada kesehatan masyarakat. Kegiatan ini berupa penyuluhan, diskusi dan tanya jawab. 2. Pelatihan pembuatan pot Pelatihan ini dimulai dengan pemaparan tentang teknik pembuatanpot dari sampah kaleng cat. Salah satu metode yang diperkenalkan melalui kreatifitas mewarnai kaleng cat. Pot bunga, pot bunga, atau pot tanaman adalah wadah di mana bunga dan tanaman lain dibudidayakan dan ditumbuhkan. Pot bunga sekarang sering juga dibuat dari plastik, kayu, batu, atau kadang-kadang bahan yang dapat terurai secara hayati. Contoh pot biodegradable adalah yang terbuat dari kertas cokelat tebal, kardus, atau gambut di mana tanaman muda untuk tanam ditanam (Wikipedia, 2019). Dari hasil pelatihan ini diperoleh bahwa kreativitas peserta menghasilkan pot yang bagus. B. Solusi Lingkungan Adapun hasil penelitian Hidayati dkk (2021), yaitu : Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi mengenai objek penelitian (sampah) masih perlu diperbaiki untuk tujuan melestarikan lingkungan pesisir. Sampah dibagi menjadi 2, sampah organik dan non organik. Salah satu contoh sampah organik pada lingkungan pesisir ini adalah limbah hasil nelayan, seperti jeroan ikan. Adapun permasalan limbah hasil nelayan ini



telah menemukan solusi yaitu memanfaatkan jeroan ikan menjadi pelet ikan dengan tujuan untuk mejadikan produk yang mampu meningkatkan pendapatan UMKM kelurahanlumpur.Sedangkan sampah anorganik seperti sampah plastik masihmenjadisalahsatumasalah pokok dalam penyebab terjadinya banjir dikelurahan lumpur. Oleh karena itu pemilihan dalam menerapkan 3R yakni Reduce, Reuse dan Recycle terlebih dikenalkan sejak dini, seperti hal nya dijadikan sarana pembelajaran bagi peserta didik tingkat sekolahdasar.Penerapan eco-education tidak terlepas dari rencana kegiatan yang meliputi pengamatan dan pelaksanaan. Hasil pengamatan peserta didik MINU Lumpur memiliki keaktifan dan kreatifitas yang perlu dikembangkan, sehingga eco-education perluditerapkan dengan menentukantercapainya pemahaman.



C. Solusi Teknologi Adapun hasil penelitian Ramdiana dkk (2020), yaitu : 1. Pelatihan Motivasi dalam Mengolah Sampah Kegiatan ini merupakan tahapan awal dari proses penyuluhan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuanmengelola lingkungannya utama-nya dalam hal persampahan. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan dalam arti soft skill. Kegiatan penyuluhan tahap pertama ini berupa pemberian materi mengenai pentingnya mengolah sampah di wilayah pesisir sebagai area hunian yang mereka tempati saat ini. Kegiatan ini mencoba membangun antusiasme



warga



dan



rasa



tanggung



jawab



dalam



mengelola



lingkungannya. 2. Pelatihan Pemilahan Sampah Organik Pelatihan lanjutan bagi masyarakat adalah pemilahan sampah organik. Pelatihan



ini



bertujuan



untuk



peningkatan



kemampuan



SDMdenganmenumbuhkan pengetahuan dan motivasi masyarakat dalam memilah sampah organik yang akan diolah menjadi kompos. Kegiatan



pelatihan ini sangat penting agar masyarakat bersemangat untuk memilah sampah organik yang akan mereka olah dengan menggunakan alat komposter.Kegiatan ini diakhiri dengan memberikan kuismenarik dan interaktir untuk menguji kemampuan masyarakat mitra dalam menerima materi penyuluhan. 3.



Pembuatan Alat Wind Powered Composter Rangka mesin terbuat dari besi siku dengan dimensi 40 x 40 mm. Mesin Tabung Komposter terbuat dari bahan stainless dengan dimensi Tinggi = 91,5 cm, lebar= 60 cm dan panjang = 120 cm. Tabung pengolahan digerakan dengan energi kinetik yang bersumber dari angin dilengkapi dengan penyimpanan tenaga (baterai). Komponen lainnya adalah Kincir angin sebagai sumber tenaga penggerak komposter terdiri dari beberapa bagian diantaranya rangka, kincir angin, dan instalasi penggerak. Kincir terbuat dari plat stainless dengan dimensi 60 mm dan tebal 1,5 mm. Kincir angin akan memutar komposter dengan kecepatan 50 rpm. Komposter ini dilengkapipengontrol suhu dalam komposter sehingga apabila mencapai suhu 45 ke atas komposter akan berputarotomatis selamaselama 15 menit. Tinggi tiang kincir 5 m. Energi kinetik dari kincir sebagian akan diiubah menjadi energi listrik yang akan tersimpan kedalambaterai.Alat ini juga dilengkapi mesin pencacah terbuat dari bahan plat stainless dan rangka dari besi siku.



4. Pelatihan SOP Alat dan Praktek Pembuatan Kompos Pelatihan SOP alat dilakukan bersama warga agar dapat mengoperasikan alat komposter sesuai dengan SOP. 5.



Panen Kompos Proses penguraian bahanorganik oleh mikroba dapat mengakibatkansuhu yang cukup tinggi pada tahap awal.Suhu akan turun secara bertahap yang menandakan terjadinya pematangan pada kompos. Kisaran suhu yang ideal untuk komposting adalah 45 –700.Penenkompos dilakukan pada hari ke 10 dengan pengontrolan suhu secara berkala. Pada hari ke 9 suhu mulai kembali normal dan hari ke 10 dilakukan pemanenan



bersama warga. Kompos yang sudah jadi menunjukkan warna coklat kehitaman, aroma seperti bau tanah atau bau humus hutan, dan suhu sama dengan suhu lingkungan(SNI, 2004). Setelah kompos dipanen, dilakukan pengayakan untuk menyaring partikel kompos yang halus yang akan dipacking dan kompos yang kasar dimasukkan kembali untuk dijadikan starter. 6. Pengemasan Kompos Terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan kompos.Penyusutan kompos sebesar 40%. Hasil kompos sebelum di ayak mencapai 31kg. Hasil kompos yang telah diayak dikemas dengan menggunakan plastik dan diberi label bersama dengan warga. Dengan adanya produk kompos ini akan digunakan untuk penghijauan tanaman di lorong pesisir cambayya dan untuk jangka panjang akan dipasarkan.



D. Solusi sosial/pemberdayaan Adapun hasil penelitian Ruslan dkk (2019), yaitu : 1. Penyuluhan tentang Pengelolaan Sampah di Tingkat Rumah Tangga Pengetahuan tentang pengelolahan sampah yang masih rendah terjadi pada masyarakat Kelurahan Lapulu khususnya yang berada di wilayah pesisir dikarenakan kebiasan warga yang sering membuang sampah di laut dan sekitar lingkungan rumah sehingga hal ini mengakibatkan Kelurahan Lapulu menjadi terlihat padat dan kumuh. Penyuluhan ini dapat meningkatkan pengetahuan di lingkungan rumah tangga dalam hal pemilahan sampah berdasarkan jenisnya dan pengolahan sampah organik dan anorganik. Program ini sebagai pemberdayaan bagi ibu rumah tangga khususnya agar lingkungan menjadi bersih, sehat dan indah. 2. Pembagian Leaflet Kesadaran Pengelolaan Sampah pada Komunitas Pasar Lapulu Leaflet adalah salah satu alat promosi yang sangat umum digunakan oleh salah suatu badan usaha, baik peusahaan maupun perorangan, dalam



kegiatan promosi dan pemasaran yang dilakukan. Umumnya dalam mempromosikan suatu usaha, leaflet akan berisikan informasi atau jasa diantara beberapa produk atau jasa yang di tawarkan. Melalui leaflet dapat dengan indah menginformasikan atau menambah wawasan masyarakat sepreti tidak membuang sampah sembarangan, cara mengelolah sampah, dampak dari sampah serta memberitahukan cara mendaur ulang sampah agar bisa digunakan kembali. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pemberdayaan



pedagang



pasar



tradisional



Pasar



Lapulu



agar



meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan sampah utamanya yang dihasilkan selama menjalankan aktivitas di pasar. Dari pembagian leaflet ini diharapkan memberikan informasi pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan bagaimana cara pengelolaan sampah dengan baik. 3. Pembuatan TPS 3R Pemilahan sampah sebaiknya dilakukan sejak dari sumbernya, termasuk sampah rumah tangga. Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode pengolahan sampah yang lebih baik, peningkatan peran serta dari lembaga-lembaga yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, peningkatan aspek ekonomi yang mencakup upaya meningkatkan retribusi sampah dan mengurangi beban pendanaan pemerintah serta peningkatan aspek legal dalam pengelolaan sampah. Pengertian Zero Waste(produksi bersih) adalah bahwa mulai dari produksi sampai berakhirnya suatu proses produksi dapat dihindari terjadi “produksi sampah” atau diminimalisir terjadinya “sampah”. 4. Pembuatan Insinerator Sederhana Tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi, serta keterbatasan lahan yang tersedia, menyebabkan timbulnya permasalahan sampah tidak dapat teratasi dengan baik, ketidak pedulian masyarakat akan masalah sampah membuat sampah terus menumpuk diberbagai sudut kota tanpa adanya



sentuhan penanganan yang benar. Tidak jarang pengelolaannya hanya mengandalkan seorang atau beberapa orang operator saja yang mengaturnya, atau hanya mengandalkan sopir-sopir pengangkut sampah, akibatnya sebuah lokasi yang dijadikan landfill hanya dilakukan dengan cara open dumpingsaja, ini diakibatkan kurang / lemahnya kontrol pengelola di TPA dan tidak jarang TPA dijadikan tempat pembuangan limbah B-3 yang dikategorikan infectious(menular) 5. Gerakan Kesadaran Pengelolaan Sampah dengan Jumat Bersih Rendahnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar sungguh sangat memprihatinkan sehingga diperlukan cara berbeda untuk merubah perilaku masyarakat agar lebih peduli dengan lingkungannya. Lingkungan yang bersih membuat siapa saja yang bertempat menjadi nyaman. Salah satu langkah kecil yang dilakukan untuk membuat lingkungan menjadi bersih adalah dengan melakukan kerja bakti. Manfaat lingkungan yang bersih dapat dirasakan langsung diantaranya udara menjadi sejuk, bebas dari polusi udara, dan terhindar dari penyakit. Tak hanya itu, kerja bakti bersama ini harapannya dapat meningkatkan kesadaran warga sekitar untuk menjaga lingkungannya.



DAFTAR PUSTAKA



Hidayati, R.A., Rahim, A.R., Sukaris, S. and Fauziyah, N. (2021). ECOEDUCATION:UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN WILAYAH PESISIR



PANTAI



BAGI



PESERTA



DIDIK



DI



SEKOLAH



DASAR. DedikasiMU (Journal of Community Service), (1), p.740. Merry Triastuti Gosal, Weliam Kawuwung and Agusteivie Telew (2020). PERBEDAAN POLA PENGOLAHAN SAMPAH PADAT ANTARA MASYARAKAT PESISIR DAN NON-PESISIR DI DESA TOULIANG OKI KECAMATAN ERIS KABUPATEN MINAHASA. Epidemia : Jurnal Kesehatan Masyarakat Unima, pp.9–16. Mallapiang, F., Kurniati, Y., Syahrir, S., Lagu, Abd.M.H. and Sadarang, R.A.I. (2020). Pengelolaan sampah dengan pendekatan Asset-Based Community Development



(ABCD)



di



wilayah



pesisir



Bulukumba



Sulawesi



Selatan. Riau Journal of Empowerment, 3(2), pp.79–86. Nurmawati, Jonson Lumban Gaol and Marisa Mei Ling (2018). Tingkat Kerentanan Wilayah Pesisir Kota Makassar Terhadap Pencemaran Sampah. JURNAL ILMIAH WAHANA PENDIDIKAN, 4(2), pp.96–103. Nurul Ilma, Andi Nuddin and Makhrajani Majid (2021). PERILAKU WARGA MASYARAKAT



DALAM



PENGELOLAAN



SAMPAH



RUMAH



TANGGA DI ZONA PESISIR KOTA PAREPARE. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 4(1), pp.24–37. ‌Riska Ayu Pramesthi and Sriono (2019). PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP KEBERADAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT PESISIR DESA KILENSARI PANARUKAN SITUBONDO. GROWTH, 17(1), pp.45–56.



Ramdiana, R., Anggraini, N., Yunus, S. and Kudsiah, H. (2020). APLIKASI WIND



POWERED



COMPOSTER



DI



KAWASAN



PESISIR



KELURAHAN CAMBAYYA KOTA MAKASSAR. Panrita Abdi Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, 4(1), p.92. Renwarin, A., Octavianus Rogi and Rieneke Sela (2015). STUDI IDENTIFIKASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI WILAYAH PESISIR KOTA MANADO. SPASIAL, 2(3), pp.79–89. ‌Rizal, A., Apriliani, I.M. and Permana, R. (2021). Peningkatan Kesadaran Masyarakat Pesisir Pangandaran dalam Menangani Dampak Sampah di Lingkungan Pesisir. Farmers: Journal of Community Services, 2(1), p.24. Ruslan Majid, Asnia Zainuddin, Yasnani Yasnani, Fifi Nirmala and Tina, L. (2019). Peningkatan Kesadaran Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Pesisir di Kelurahan Lapulu Kota Kendari Tahun 2019. Jurnal Pengabdian Masyarakat Ilmu Terapan (JPMIT), 2(1). Sri Rahmasari, Siti Rabbani Karimuna and Reni Meliahsari (2020). ANALISIS LAJU TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH DI PEMUKIMAN PESISIR KELURAHAN LAPULU KOTA KENDARI. Jurnal Kesehatan Lingkungan Universitas Halu Oleo, 1(2). Sumiati, Andi Muhammad Irfan Taufan Asfar, Andi Muhamad Iqbal Akbar Asfar, Nurhasanah, Asrina and Febi Melsa (2020). Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Pantai Melalui Pemanfaatan Sampah Plastik Kiriman Menjadi Bantal



Kursi. SNPKM:



Seminar



Nasional



Pengabdian



Kepada



Masyarakat,2, pp.98–105. Widhya Aligita, Soni Muhsinin, Fauzan Zein Muttaqin, Yuliantini, A. and Aiyi Asnawi (2020). Upaya Peningkatan Pemahaman Kesehatan Lingkungan melalui Pemanfaatan Sampah Plastik dari Kaleng Cat di Desa Cibiru Wetan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 5(3), pp.832–836