Kelompok 1 Pengelolaan Dapur Umum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Keperawatan Maritim



ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASYARAKAT MARITIM PADA PENGELOLAAN DAPUR UMUM PENAMPUNGAN



OLEH : Kelompok I  Wa Ode Ayu Lestari : S.0020.P2.141  Sanra Supian Rasa : S.0020.P2.055  Yeni Mulyani : S.0020.P2.068  Mediawati : S.0020.P2.036  Andi Irman : S.0020.P2.003  Eko Febrianto : S.0020.P2.011  Aan Novia : S.0020.P2.001  Irvan Saputra : S.0020.P2.027  Rusman Farid : S.0020.P2.053  Mawar Marwati : S.0020.P2.035



STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KENDARI 2020



i



KATA PENGANTAR



Assalamuaikum Wr. Wb. Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-NYA lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Masyarakat Maritim Pada Pengelohan Dapur Umum Penampungan” kami sangat menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. untuk itu kami sangat berharap kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Wassalamualaikum Wr. Wb.



Kendari, 18 desember 2020



penulis



ii



DAFTAR ISI



HALAMAN SAMPUL DEPAN.........................................................................i KATA PENGANTAR ........................................................................................ii DAFTAR ISI........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1 A. Latar Belakang......................................................................................1 B. Tujuan...................................................................................................2 C. Rumusan Masalah.................................................................................2 D. Manfaat.................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3 A. Tinjauan Umum Tentang Konsep Bencana..........................................3 B. Tinjauan Umum Tentang Dapur Umum...............................................10 C. Tinjaun Umum Tentang Kerusakan Pangan Oleh Hewan Pengerat.....15 D. Tinjaun Umum Tentang Keracunan Makanan Basi..............................22 E. Tinjaun Umum Tentang Keracunan Bakteri Pada Makanan Yang Diolah Tidak Bersih..............................................................................28 BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.............................................32 A. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Masyarakat Maritim Pada Pengelolaan Dapur Umum Penampungan............................................32 1. Pengkajian Keperawatan.................................................................33 2. Klasifikasi Data...............................................................................43 3. Analisa Data....................................................................................44 4. Diagnosa Keperawatan...................................................................46 5. Rencana Keperawatan..................................................................... 6. Implementasi Keperawatan............................................................. 7. Evaluasi...........................................................................................



BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................



iii



A. Kesimpulan........................................................................................... B. Saran.....................................................................................................



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat maritim, yang terdiri dari dua buah kata yang memiliki makna tersendiri. Maritim yang merupakan segala aktivitas pelayaran danperniagaan/perdagangan yang berhubungan dengan kelautan atau disebut pelayaranniaga. Sedangkan masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri,cukup lama hidup bersama, mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yangsama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya di dalam kelompok tersebut ( Hortonet. Al,1991). Akhir-akhir ini sering terdengar berita bencana yang melanda di wilayah Indonesia. Anatar lain banjir, krbakaran, gempa, gunung meletus, tanah longsor, kecelakaan disungai, daerah terisolir, kerusakan akibat tambang. Dalam menangani penanggulangan bencana, seperti dalam pemenuhan logistic, utamanya makanan untuk para korban dan petugas, diperlukan dapur umum. Dapur umum untuk penanggulangan bencana alam yang ada saat ini biasanya dari tenda peleton, rumah/posko yang dijadikan dapur atau mobil lapangan. Pentingnya pengelolaan dapur umum diarea bencana saat ini sebagai salah satu tempat/wadah proses penyelenggaraan makanan untuk korban bencana. Tempat penyelenggara dapur umum harus berdasarkan



1



keadaan tempat yang aman, terjangkau, terpenuhi dalam waktu tertentu, dan memenuhu syarat hygiene. Peran perawat didapur umum unutk area bencana sebagai pelaksana yang memberikan



pelayanan keperawatan dengan pendekatan proses



keperawatan, mulai pengkajian sampai evaluasi. Pelayanan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental akibat bencana, keterbasatasan pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitative. B. Tujuan 1. Dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan pada masyarakat maritime pada pengelolaan dapur umum penampungan C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada masyarakat maritime pada pengelolaan dapur umum penampungan? D. Manfaat 1. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada masyarakat maritim pada pengeloan dapur umum penampungan 2. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada masyarakat maritim pada pengeloan dapur umum penampungan 3. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada masyarakat maritim pada pengeloan dapur umum penampungan



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaun Umum Tentang Konsep Bencana 1. Pengertian Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2007 pasal 1, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggukehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik olehfaktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehinggamengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,kerugian harta benda dan dampak psikologis (Paramesti, 2011). Bencana merupakan suatu peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik olehfaktor alam danatau faktor nonalam maupun faktor manusia sehinggamengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana tidak terjadibegitu saja, namun ada faktor kesalahan dan kelalaian manusia dalammengantisipasi alam dan kemungkinan bencana yang dapat menimpanya (Nartyas, 2013). Sehingga disimpulkan bencana alam merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan 3



timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,kerugian harta benda dan dampak psikologis. Pada umumnya resiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi, bencana akiba thydrometeorologi, bencana akibat faktor biologi dan kegagal anteknologi. 2. Klasifikasi Bencana Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa ataurangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktornon alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dandampak psikologis. Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, yaitu: a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain beru pagempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,dan tanah longsor. b.



Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal modernisasi. dan wabah penyakit.



c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat. d. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan,manusia dalam



penggunaan



teknologi



4



dan



atau



insdustriyangmenyebabkan



pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan kerusakan lainnya. Lima jenis bencana alam yang di akibatkan oleh peristiwa atau serangkaianperistiwa yang disebabkan oleh alam antara lain :  Banjir  Longsor  Kebakaran  Gempa Bumi  Letusan Gunung Api (Kristanti, 2013).



3. Penyebab Bencana Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu : a. Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur tangan manusia. b. Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena alam dan juga bukan akibat perbuatan manusia. c. Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat perbuatan manusia, misalnya konflik horizontal, konflik vertikal, dan terorisme. (Kristanti, 2013) 4. Manajemen Bencana Manajemen bencana menurut (University British Columbia) ialah proses pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan) untukmenyusun rencana dan menghadapi baik bencana potensial maupun akual.Adapun tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai berikut:



5



a. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan lingkungan hidup b. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan korban c. Mengembalikan



korban



bencana



penampungan/pengungsian ke daerah asal



dari bila



daerah



memungkinkan



atau merelokasi kedaerah baru yang layak huni dan aman d. Mengembalikan



fungsi



fasilitas



komunikasi/transportasi, air



umum



utama,



seperti



minum, listrik, dan telepon, termasuk



mengembalikankehidupan ekonomi dan sosial daerah yang terkena bencana e. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut Meletakkan dasardasar yang diperlukan



guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan



rekonstruksi dalam konteks pembangunan. 5. Penanggulangan Bencana Di Bidang Kesehatan Dengan melihat faktor resiko yang terjadi akibat bencana, maka penanggulangan bencana sektor kesehatan bisa dibagi menjadi aspek medis dan aspek kesehatan masyarakat. Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan merupakan salah satu bagian dari aspek kesehatan masyarakat. Pelaksanaannya tentu harus melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan sektor dan program terkait.Berikut ini merupakan ruang lingkup bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, terutama pada saattanggap darurat dan pasca bencana:



6



a. Sanitasi darurat Kegiatannya adalah penyediaan serta pengawasan air bersih dan jamban, kualitas tempat pengungsian, serta pengaturan limbah sesuai standar.Kekurangan jumlah maupun kualitas sanitasi ini akan meningkatkan resiko penularan penyakit. b. Pengendalian vector Bila tempat pengungsian dikategorikan tidak ramah, maka kemungkinan terdapat nyamuk dan vektor lain disekitar pengungsi. Ini termasuk adanya timbunan sampah dan genangan air yang memungkinkan terjadinya perindukan vektor.Maka kegiatan pengendalian vektor terbatas sangat diperlukan, baik dalam bentuk spraying



atau



fogging,



larvasiding,



maupun



manipulasi



lingkungan. c.



Pengendalian penyakit Bila laporan pos-pos kesehatan diketahui terdapat peningkatan kasus penyakit, terutama yang berpotensi KLB, maka dilakukan pengendalian melalui intensifikasi penatalaksanaan kasus serta penanggulangan factor risikonya.Penyakit yang memerlukan perhatian adalah diare dan ISPA.



d. Imunisasi terbatas Pengungsi pada umumnya rentan terhadap penyakit, terutama orang tua,ibu hamil, bayi, dan balita. e.



Surveilans epidemiologi



7



Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi epidemiologi penyakit potensi KLB dan faktor risiko.Atas informasi inilah maka dapat ditentukan pengendalian penyakit, pengendalian vektor, dan pemberian imunisasi. Informasi epidemiologi yang harus diperoleh melalui kegiatan surveilans epidemiologi adalah: reaksi sosial, penyakit menular, perpindahan penduduk, pengaruh cuaca, makanan dan gizi, persediaan air dan sanitasi, kesehatan jiwa, kerusakan infrastruktur kesehatan. 6. Peran Perawatan dalam Manajemen Bencana a. Peran Perawat Dalam Fase Pre-Impact 1) Mengenali instruksi ancaman bahaya 2) Perawat



mengikuti



pendidikan



tenagakesehatan dalam



dan



pelatihan



bagi



penanggulangan ancaman bencana



3) Melatih penanganan pertama korban bencana 4) Perawat



ikut



terlibat



dalam



pemerintahan,organisasi lingkungan, palang



berbagai



dinas



merah



nasional, maupun lembaga-lembaga pemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana 5) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana b. Peran perawat dalam Fase Impact 1) Bertindak cepa



8



2) Don’t promise 3) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan 4) Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan 5) Untuk jangka panjang. Bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing c. Peran perawat dalam fase post impact 1) Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik dan psikologi korban. 2) Stress psikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi posttraumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3 kriteria utama: a) Gejala trauma pasti dapat dikenali b) Individu tersebut mengalami gejala ulang terutamanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa – peristiwa yang memacunya c) Individu akan menunjukan gangguan fisik. Selain itu, individu



dengan



PTSD



dapat



mengalami



penurunan



konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.



9



B. Tinjaun Umum Tentang Dapur Umum 1. Pengertian Dapur adalah suatu ruangan atau tempat khusus yang memiliki perlengkapan dan peralatan untuk mengolah makanan hingga siap untuk disajikan. (Iskandar, Mahdi, 2010) Dapur Umu (DU) adalah lapangan yang disediakan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) untuk menyediakan atau menyiapkan makanan dan dapat didistribusikan atau dibagikan kepada korban bencana dalam waktu cepat dan tepat. Dapur Umum didirikan apabila terjadi bencana yang dapat mengakibatkan penderitaan manusia, mengganggu aktivitas, menimbulkan kerusakan harta benda , alam beserta lingkungannya dan menghambat roda pembangunan. 2. Fungsi dan Peranan dapur a. Mengelolah makanan yaitu melalui memproses bahan makanan hingga siap disajikan b. Melahirkan kreatifitas seni dalam menampilkan makanan, sehingga menjadi lebih menarik c. Sebagai sarana promosi untuk memperkenalkan budaya bangsa melalui seni culinare. (Iskandar, Mahdi, 2010) 3. Penyelenggaraan Dapur Umum Penyelenggaraan



Dapur



Umum



dilakukan



apabila



tidak



memungkinkan diberikan bantuan mentah untuk korban bencana.



10



Penyelenggaraan dapur umum menjadi tanggung jawab Pengurus Cabang yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh regu yang ditugaskan oleh PC. Regu disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah korban yang harus dilayani. 1 regu dapat yang menangani satu unit Dapur Umum dengan kapasitas maksimal sampai 500 orang, sekurang kurangnya terdiri dari : 1) Seorang Ketua Regu 2) Seorang Wakil Ketua Regu 3) Seorang penanggung jawab Tata Usaha 4) Seorang Penanggung Jawab Perlengkapan dan Peralatan 5) Seorang Penanggung Jawab Memasak 6) Seorang Penanggung jawab distribusi 7) Beberapa orang tenaga yang membantu terdiri dari unsur masyarakat didaerah bencana dan sekitarnya. 4. Tenaga Dapur Umum Dapur umum yang diselenggaakan PMI tenaganya adalah : 1) Anggota KSR dilatih secara khusus tentang Dapur Umum sebagai tenaga inti, dibantu oleh anggota TSR / PMR dan masyarakat lainnya yang secara phisik dan mental memenuhi syarat serta bersedia membantu dengan sukarela. 2) Bekerja



sama



dengan



berbagai



kelompok



organisasi/sosial



kemasyarkatan lainnya atau dengan keluarga dilokasi bencana.



11



5. Pelaksanaan Dapur Umum a. Lokasi Dapur Umum Dalam menentukan lokasi Dapur Umum agar memperhatikan hal sebagai berikut : 1) Letak dapur umum dekat dengan posko atau penampungan supaya mudah dicapai atau dikunjungi oleh korban. 2) Higienis lingkungan cukup memadai. 3) Aman dari bencana. 4) Dekat dengan transportasi umum. 5) Dekat dengan sumber air. b. Pendistribusian Dapur Umum Hal-hal



yang perlu diperhatikan



dalam



pendistribusian



makanan Dapur Umum kepada korban bencana antara lain : 1) Distribusi dilakukan dengan menggunakan kartu distribusi. 2) Lokasi atau tempat pendistribusian yang aman dan mudah di capai oleh korban. 3) Waktu pendistribusian yang konsisten dan tepat waktu, misalnya dilakukan 2 kali sehari, makan pagi/siang dilaksanakan jam 10.0012.00 Wib, makan sore/malam jam 16.00-1700 WIB. 4) Pengambilan jatah seyogyanya diambil oleh Kepala Keluarga atau perwakilan sesuai dengan kartu distribusi yang sah. 5) Pembagian makanan bisa menggunakan daun, piring, kertas atau sesuai dengan pertimbangan aman, cepat, praktis dan sehat.



12



c. Lama Penyelenggara 1) Penyelenggara dapur umum PMI dilaksanakan pada situasi jika tidak memungkinkan diberikan bantuan bahan mentah 2) Sampai dengan hari ke 3 adalah untuk memberikan bantuan makanan kepada seluruh korban bencana yang dilaporkan. 3) Untuk hari ke 4 sampai dengan hari ke 7 pemberian bantuan makanan



sudah



makannanya



dapat



diberikan



dimulai kepada



dengan korban



selektif, yang



bantuan



benar-benar



membutuhkan 4) Apabila setelah 7 hari ternyata korban bencana belum dapat menjalankan



fungsi



sosialnya



seperti



semula



dan



masih



memerlukan bantuan, pemberian bantuan berikutnya diusahakan dalam bentuk mentah yang sesuai dengan prinsip bantuan PMI 5) Bantuan dari PMI diberikan dalam bentuk tahap darurat paling lama berlangsung selama 14 hari, jika situasi dan kondisi masih dalam keadaan darurat dan disertai dukungan sarana dana yang memadai, atas permintaan dan sesuai kemampuan PMI, pemberian bantuan dapat melampaui masa 14 hari tersebut 6. Kaitan Dapur Umum dengan Standar Minimum Standar-standar minimum ketahanan pangan, gizi, dan bantuan pangan adalah suatu pernyataan praktis dari asas-asas dan hak-hak seperti yang terkandung dalam Piagam kemanusiaan.Setiap orang berhak atas



13



pangan yang cukup, hak ini diakui dalam Instrumen Hukum Internasional dan termasuk hal untuk terbebas dari kelaparan. Aspek-aspek hak untuk mendapatkan kecukupan pangan tersebut di atas mencakup : 1) Ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi individu, bebas dari bahan-bahan yanag merugikan, dan dapat diterima dalam suatu budaya tertentu. 2) Pengan tersebut dapat dijangkau dengan cara berkesinambungan dan tidak mengganggu pemenuhan hak-hak asasi manusia lainnya Pentingnya Ketahanan Pangan Dalam Masa Bencana 1) Ketahanan Pangan : Tercapai ketika semua orang dalam masa apapun mempunyai akses fisik dan ekonomis terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk dapat hidup sehat 2) Penghidupan : Terdiri dari kemampuan, harta benda, dan aktivitas yang diperlukan untuk sarana kehidupan yang terkait dengan pertahanan hidup dan kesejahteraan di masa mendatang 3) Kekurangan Gizi : Mencakup satu cakupan berbagai kondisi termasuk kekurangan gizi akut, kekurangan gizi kronis, dan kekurangan vitamin dan mineral.



14



C. Tinjaun Umum Tentang Kerusakan Pangan Oleh Hewan Pengerat 1. Kerusakan Pangan Kerusakan pangan dapat diartikan sebagai penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang biasa digunakan oleh manusia. Beberapa bahan pangan dianggap telah rusak apabila mengalami kerusakan fisik dan kimiawi. Kerusakan pada bahan pangan contohnya pembusukan buah dan sayuran dari tekstur keras menjadi lunak, penggembungan makanan kaleng, penggumpalan tepung, terpisahnya susu segar, ketengikan minyak goreng, roti berjamur, beras berkutu, dan gigitan tikus pada karung makanan. Makanan yang telah mengalami penyimpangan dari keadaan normal biasanya telah mengalami kerusakan. Kecepatan kerusakan bahan pangan tanpa pengukuran yang lebih teliti dapat dilihat pada tabel berikut. Macam Bahan Pangan Umur simpan (hari) pada 21,11 0C Daging segar, Ikan segar, Unggas 1–2 Daging dan ikan kering/asin/asap 360 atau lebih Buah-buahan segar 1-7 Buah-buahan kering 360 atau lebih Sayuran daun 1-2 Umbi-umbian 1–7 Biji-bijian kering 360 atau lebih Tabel 2.1 Umur Simpan Beberapa Bahan Pangan



2. Tanda-Tanda Kerusakan Pangan



15



Suatu bahan rusak bila menunjukkan adanya penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang biasa digunakan. Penyimpangan dari keadaan semula tersebut meliputi beberapa hal, diantaranya : 1. Konsistensi 2. Tekstur 3. Memar 4. Berlendir 5. Berbau busuk 6. Gosong 7. Ketengikan 8. Penyimpangan pH 9. Reaksi Browning 10. Penggembungan kaleng (terjadi gas) 11. Penyimpangan warn 12. Penyimpangan cita rasa 13. Penggumpalan/pengerasan pada tepung 14. Lubang/bekas gigitan 15. Candling (keretakan pada kulit telur) 3. Jenis Kerusakan Pangan a) Kerusakan Mikrobiologis Penyebab kerusakan mikrobiologi disebabkan oleh bermacammacam mikroba seperti kapang, khamir, dan bakteri. Kerusakan



16



mikrobiologi merupakan bentuk kerusakan yang banyak merugikan hasil pertanian dan berbahaya terhadap kesehatan manusia, karena racun yang diproduksinya terkonsumsi oleh manusia. Kerusakan mikrobiologis dapat terjadi pada bahan lain, bahan baku, produk setengah jadi atau produk jadi b) Kerusakan Mekanis Kerusakan



mekanis



disebabkan



adanya



benturan-benturan



mekanis. Kerusakan ini terjadi pada benturan antar bahan saat dipanen dengan alat, selama pengangkutan tertindih atau tertekan, serta terjatuh sehingga mengalami cacat berupa memar, tersobek atau terpotong. c) Kerusakan Fisik Kerusakan ini disebabkan karena perlakuan-perlakuan fisik misalnya terjadinya case hardening karena penyimpanan dalam gudang basah menyebabkan bahan seperti tepung kering dapat menyerap air sehingga terjadi pengerasan atau membatu. d) Kerusakan Biologis dan Fisiologis Kerusakan biologis yaitu kerusakan yang disebabkan karena kerusakan fisiologis, serangga, dan binatang pengerat (rodentia). Kerusakan biologis meliputi kerusakan yang disebabkan oleh reaksireaksi metabolisme dalam bahan atau enzim-enzim yang terdapat didalam bahan itu sendiri secara alami sehingga terjadi autolisis dan berakhir dengan kerusakan serta pembusukan. Misalnya daging akan



17



membusuk oleh proses autolisis, karena daging mudah rusak dan busuk bila disimpan pada suhu kamar. Kerusakan fisiologis adalah kerusakan yang diakibatkan oleh serangga, binatang pengerat, burung, dan hewan-hewan lain. Kerusakan fisiologis umumnya terjadi akibat reaksi enzimatik pada sayur, buah, daging, ayam, dan pangan. Laju kerusakan biologis dipengaruhi oleh kadar air, suhu penyimpanan, oksigen, cemaran mikroorganisme awal, dan kandungan gizi pangan terutama protein dan lemak. e) Kerusakan Kimia Kerusakan kimia dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya coating atau enamel, yaitu terjadinya noda hitam FeS pada makanan kaleng karena terjadinya reaksi lapisan dalam kaleng dengan H–S– yang diproduksi oleh makanan tersebut. Perubahan pH menyebabkan suatu jenis pigmen mengalami perubahan warna, demikian pula protein akan mengalami denaturasi dan penggumpalan. Reaksi browning dapat terjadi secara enzimatis maupun non-enzimatis. Browning non-enzimatis merupakan kerusakan kimia yang mana dapat menimbulkan warna coklat yang tidak diinginkan. 4. Faktor Utama Kerusakan Pangan Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalis biologis yang dapat mengendalikan berbagai reaksi biokimia yang terdapat di dalam jaringan hidup. Enzim dapat berasal secara alami di dalam bahan



18



pangan atau dapat pula berasal dari mikroba yang mencemari bahan pangan yang bersangkutan. Enzim yang dikeluarkan oleh mikroba dapat menimbulkan perubahan bau, warna, dan tekstur pada bahan pangan. Enzim yang terdapat secara alami di dalam bahan pangan misalnya enzim polifenol oksidase pada buah salak, apel atau ubi kayu. Enzim polifenol oksidase merupakan salah satu jenis enzim yang merusak bahan pangan



karena



warna



coklat



yang



ditimbulkannya,



contohnya



menimbulkan warna coklat jika buah atau ubi dipotong. Enzim dapat pula menyebabkan penyimpangan citarasa makanan seperti enzim lipoksidase yang menimbulkan bau langu pada kedelai. Enzim juga dapat menyebabkan pelunakan pada buah, misalnya enzim pektinase yang umum terdapat pada buah-buahan. Karena merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan kerusakan pada bahan pangan, maka enzim perlu diinaktifkan jika bahan pangan yang bersangkutan akan diawetkan. Salah Satu Factor Utama Kerusakan Pangan Binatang Pengerat Tikus termaksud golongan binatang pengerat atau Rodensia yang merupakan kelompok terbesar dari kelas mamalia, karena memiliki jumlah spesies terbesar yaitu 2.000 spesies dari 5.000 spesies binatang yang termasuk kelas mamalia (Aplin,dkk., 2003), Tikus merupakan hewan yang aktif dimalam hari (Nicturmal) yang didukung dengan kemampuan indra yang dimilikinya (Brooks and Rowe, 1979).



19



Pada Umumnya binatang perengat merupakan salah satu jenis hama yang sering menyerang tanaman padi dan biji-bijian, baik yang belum dipanen maupun yang sudah dipanen dan disimpan di dalam lumbung- lumbung. Bahaya tikus bukan hanya karena binatang ini dapat menghabiskan hasil panen kita, tetapi juga kotorannya termasuk air kencing dan bulu yang terlepas dari kulitnya merupakan media yang sesuai bagi pertumbuhan mikroba. 5. Faktor Utama Kerusakan Pangan a) Nilai estetika menurun. Misal : Daun sawi yang telah layu, buahbuahan dan sayur-sayuran yang warnanya pucat secara estetika dianggap rusak karena kenampakannya kurang bagus. b) Mutu pangan berkurang. Misal: kerusakan riboflavin dalam susu yang dibiarkan di udara terbuka ð langsung kena sinar matahari atau sinar buatan. Kehilangan riboflavin ini dapat dicegah bila susu disimpan pada suhu rendah dan terlindung dari cahaya/ sinar. c) Makanan tidak termanfaatkan atau tidak dapat dikonsumsi d) Keracunan. Dihasilkan mikroba patogen ð Salmonella, Clostridium botulinum,



Listeria



dan



lain-lain.



Selain



yang



disebabkan



bakteri,kapang dan khamir, keracunan dibagi menjadi 2 golongan: 1) Infeksi oleh fungi yang disebut mikosis (melalui kulit atau lapisan epidermis,rambut dan kuku akibat sentuhan, pakaian, atau terbawa angin.)



20



2) Keracunan yang disebabkan oleh tertelannya metabolik beracun dari fungi atau mikotoksikosis (tersebar melalui makanan). 6. Cara Mencegah Kerusakan Pangan a) Pencegahan kerusakan mikrobiologis Dapat ditempuh dengan jalan : 1) Mencegah terjadinya kontaminasi dengan menjalankan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) 2) Mencegah pertumbuhan mikroba dengan kontrol suhu, kadar air, ph, kontrol oksigen dan penggunaan BTP pengawet 3) Eliminasi mikroba dengan sterilisasi uap panas, filtrasi mikroba, iradiasi. 4) Lima kunci keamanan pangan dari WHO (terlampir) b) Pencegahan kerusakan mekanis Dapat ditempuh dengan jalan penerapan cara pasca panen yang baik, sortasi, penggunaan “cushioning” atau bantalan serta wadah yang tepat dan mampu memberi perlindungan yang baik selama distribusi dan transportasi. c) Pencegahan kerusakan biologis Dapat ditempuh dengan jalan penerapan cara penyimpanan yang baik dan higienis, penggunaan fumigasi yang tepat, kontrol atmosfer untuk memperlambat laju respirasi (pernafasan) produk pangan segar dan penggunaan BTP antioksidan dan pengawet yang benar.



21



D. Tinjaun Umum Tentang Keracunan Makanan Basi 1. Pengertian Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis penyakit atau gangguan kesehatan lainnya akibat mengkonsumsi makanan (DEPKES RI, 1999). Makanan yang menjadi penyebab keracunan. Umumnya telah tercemar oleh unsur-unsur fisika, mikroba, atau kimia dalam dosis yang membahayakan. Gejala yang terjadi biasanya gastrointestinal dan terjadi sesudah makan makanan tertentu yang secara epidemiologi dapat dibuktikan bahwa makanan tersebut sebagai sumber penyebab penyakit. 2. Jenis Keracunan Makanan Menurut jenisnya keracunan digolongkan sebagai berikut : a) Menurut penyebabnya : Digolongkan menjadi dua yaitu keracunan yang disebabkan karena mikroba dan karacunan karena kimia toksik, termasuk toksin biologis. b) Menurut tingkatannya : Kasus keracunan dikelompokkan menjadi tiga yaitu kasus ringan, kasus serius, kasus sangat serius. c) Menurut sumber penyebabnya : 1) Sumber dari manusia, misalnya: air seni, tinja, muntahan. 2) Sumber



dari



aktivitas



pencemaran lingkungan.



22



manusia,



seperti:



penyemprotan,



3) Sumber dari binatang dan serangga, seperti: binatang piaraan, binatang pengerat, misalnya: Leptospora, Salmonella, Vibrio, cacing, lalat, kecoa, dll. 4) Sumber dari udara, misal: Staphylococcus, Streptococcus, virus, pencemaran udara. 5) Sumber dari permukaan benda atau alat, misal: Salmonella. 6) Sumber dari makanan, misal: singkong, jamur, ikan, dll. 7) Sumber dari air, misalnya: Vibrio cholerae, Salmonella. 3. Penyebab Keracunan Makanan Penyebab keracunan makanan adalah cemaran yang terdapat dalam makanan, yang termakan bersama makanan yang bersangkutan hingga menimbulkan gangguan kesehatan. Penyakit yang ditularkan melalui makanan dapat digolongkan sebagai keracunan makanan (foodborne intoxications), dan infeksi (foodborne infections), termasuk di dalamnya penyakit yang disebabkan oleh zat kimia seperti logam dan zat-zat organik. Kelainan yang ditimbulkan dapat digolongkan menjadi: a. Keracunan karena makan makanan yang mengandung zat-zat kimia beracun atau toksin yang dihasilkan oleh organisme mikro patogen. Contoh: Clostridium botulinum, Stapolococus aureus, Bacillius cereus.



23



b.



Infeksi karena bakteri, virus atau infeksi parasitik. Contoh: Brucellosis, diare yang disebabkan oleh E. Coli, Salmonellosis, Hepatitis A.



c. Toksin yang dihasilkan oleh spesies alga yang berbahaya. Contoh: Ciguatera fish poisoning paralitic silfish poisoning, neurotoxic selfish poisoning. Manifestasi dari gejala klinik yang ditimbulkan dapat bervariasi dari yang sangat ringan sampai reaksi yang sangat berat, sehingga berakibat pada kematian. Walaupun suatu makanan yang pada awalnya mengandung sejumlah kecil mikro organisme patogen mungkin akan menyebabkan kesakitan atau keracunan bila situasi dan kondisinya sedemikian rupa sehingga dapat membantu pertumbuhan mikro



organisme,



misalnya



temperatur



yang



sesuai



dengan



perkembangan bakteri atau waktu yang cukup tersedia untuk terbentuknya toksin. 4. Gejala Kercunan Makanan Gejala kllinis yang timbul akibat keracunan makanan dapat bervariasi mulai dari yang sangat ringan sampai reaksi yang sangat berat sehingga menyebabkan kematian. Gejala keracunan makanan biasanya timbul secara mendadak dengan gejala-gejala pusing, mual, muntah, kesadaran menurun dan kejang (cramp) perut/usus, kadang-kadang disertai dengan kejang otot serta tanda-tanda lain yang khas tergantung jenis racunnya.



24



Waktu timbulnya gejala dapat diamati dengan bervariasi, hal ini sering dihubungkan dengan penyebab keracunan oleh mikroba maupun keracunan karena zat kimia yang toksik. Pada umumnya keracunan oleh zat kimia termasuk toksin akan lebih cepat nampak jika dibandingkan dengan keracunan oleh mikroba. Sebagai contoh gejala-gejala yang timbul akibat



keracunan yang disebabkan oleh mikroba seperti Salmonella,



Clostridium perfingens, Vibro parahaemolitycus, galur dari Escerichia coli yang enteroparogenik dan spesies Shigella pada umumnya timbul setelah masa inkubasi 12-74 jam dan ditandai oleh gangguan pada perut bagian bawah (abdominal pains), pusing (nausea), berak-berak (diarrhea), muntah-muntah (vomiting) demam dan sakit kepala. Sedangkan antara gejala-gejala yang timbul akibat termakannya racun (zat kimia) yang dihasilkan lebih dulu mikroorganise



(Staphylococus



aureus)



dalam



oleh pertumbuhan makanan



dapat



mengakibatkan pegaruh pada manusia dengan timbulnya gejala-gejala yang dapat terlihat antara 2-4 jam dan sering ditandai muntah-muntah ringan, berak-berak serta pusing. 5. Patogenis Ada dua macam mekanisme keracunan makanan yang disebabkan oleh mikroba, yaitu tipe dari infeksi dan tipe toksik. Pada keracunan makanan tipe infeksi, mikroba di dalam makanan berkembang biak dan bersama makanan masuk kesaluran penceranaan mencapai usus dan mengakibatkan terjadinya peyakit. Pada keracunan makanan tipe toksin,



25



dapat disebabkan oleh eksotoksin dan endotoksin. Eksotoksin adalah polipeptida yang dilepaskan oleh sel, sedangkan endotoksin adalah lipopolisakatida dimana bentuk ini bersatu dengan dinding sel. Endotoksin timbul hanya pada mikroorganisme gram negatif berbentuk batang dan kokus dan tidak dilepaskan dari sel serta dapat menyebabkan demam, shock, dan gejala umum lainnya. Baik endotoksin maupun eksotoksin dapat menyebabkan gejala yang spesifik. Mekanisme terjadinya keracunan makanan yang mengandung toksin masuk ke dalam saluran pencernaan mencapai usus. Toksik di absorbsi masuk ke dalam sel-sel epitel dinding usus dapat menyebar luas melalui aliran darah, saluran getah bening dan cairan jaringan sehingga menyebabkan keracunan makanan. 6. Pengananan Awal Keracunan Penanganan awal keracunan makanan harus segera dilakukan apabila diketahui atau ditemukan beberapa orang atau banyak orang diindikasikan mendapatkan gejala-gejala setelah makan jenis makanan tertentu. Gejala itu bisa terjadi di suatu keluarga, sekelompok orang, di sekolahan, di pesta, di kantin, di pabrik dan lain-lain, baik secara bersamaan maupun tidak. Gejala yang dirasakan misalnya secara mendadak timbul rasa pusing, mual, kesadaran menurun, muntah, kejang perut/usus, seringkali disertai kejang otot dan tanda-tanda lainnya yang khas, tergantung jenis racun penyebabnya.



26



Jika indikasi semacam itu ditemukan maka siapapun yang berada di lingkungan kejadian, baik itu petugas yang berwenang maupun masyarakat biasanya diharapkan mampu melakukan langkah-langkah penanganan awal, sebelum langkah-langkah penganganan awal akan sangat membantu langkah-langkah pengangan yang sebenarnya. Langkah-langkah pengangan awal yang dianggap penting sebelum petugas yang berwenang datang adalah (DEPKES RI ,1999) : a. Menyelamatkan korban/penderita Sebaiknya korban segera dibawa



ke Unit Pelayanan



Kesehatan



(Puskesmas, Non Puskesmas, Rumah Sakit) yang terdekat atu setidaktidaknya ditangani oleh seorang dokter/tenaga kesehatan. b. Pengamanan makanan yang dicurigai dan pengambilan contoh. Amankan segera



makanan



yang dicurigai



sebagai



penyebab



keracunan, yang selanjutnya akan diuji di laboratorium. c. Pencatatan kronologis kejadian Catat sedapat mungkin kronologis kejadian termasuk gejala-gejala yang dirasakan serta langkah-langkah penanganan awal yang telah dilakukan. d. Laporan segera Laporkan segera kepada unit yang berwenang melakukan penanganan kejadian keracunan.



27



E. Tinjauan Umum Tentang Keracunan Bakteri Pada Makanan Yang Diolah Tidak Bersih 1. Pengertian Keracunan Racun adalah bahan yang jika tertelan, terhirup, teresap ke dalam kulit (misalnya, dari tanaman), atau tersuntikan (misalnya, dari sengatan serangga), bisa menyebabkan penyakit, kerusakan, dan kadang-kadang kematian (Jones & Bartlett, 2007). Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk merusak sel dan sebagian fungsi tubuh secara tidak normal (Arisman, 2009). Keracunan makanan adalah keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat atau makanan ke dalam tubuh melalui mulut yang mengakibatkan bahaya bagi tubuh (Junaidi, 2011). Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang terjadi setelah menyantap makanan yang mengandung racun, berasal dari bahan beracun yang terbentuk akibat pembusukan makanan dan bakteri (Junaidi, 2011). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa keracunan adalah keadaan darurat yang dapat merusak sel dan sebagian fungsi tubuh akibat masuknya suatu zat atau makanan yang mengandung racun, berasal dari bahan beracun yang terbentuk akibat pembusukan makanan dan bakteri. 2. Pengertian Makanan Makanan adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh manusia. Makanan tidak hanya dituntut cukup dari segi zat gizi dan memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga harus aman ketika dikonsumsi



28



(Handayani & Werdiningsih, 2010). Menurut pandangan islam makanan yang baik dikonsumsi adalah makanan yang yang bersih, makanan yang tidak memudharatkan kesehatan, makanan yang segar, makanan yang berhasiat, makanan yang tidak beresiko tinggi dan halalan tayyiban (Mohamad, Man, dkk. 2015). Makanan yang halalan tayyiban telah dijelaskan di Qur’an surah Al-Maidah ayat 4 yang artinya “mereka bertanya kepadamu (Muhammad) apakah yang dihalalkan bagi mereka? Katakanlah yang dihalalkan bagimu (adalah makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah kamu latih untuk berburu, yang kamu latih menurut apa yang diajarkan oleh Allah kepadamu. Maka makanlah apa yang ada ditangkapnnya untukmu, dan sebutlah nama Allah (waktu melepasnya) dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh Allah maha cepat perhitungannya”. 3. Pengertian Keracunan Makanan Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang terjadi setelah menyantap makanan yang mengandung racun, berasal dari bahan beracun yang terbentuk akibat pembusukan makanan dan bakteri (Arisman, 2009). Junaidi (2011) menyatakan keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat atau makanan ke dalam tubuh melalui mulut yang mengakibatkan bahaya bagi tubuh disebut sebagai keracunan makanan. Perez dan Luke’s (2014) menyatakan keracunan makanan adalah keracunan yang terjadi akibat menelan makanan atau air yang



29



mengandung bakteri, parasit, virus, jamur atau yang telah terkontaminasi racun. 4. Pengertian Bakteri Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium; jamak: bacteria adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik). Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan tersebar luas dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga lautan (Maryati, 2007). Bakteri yang keberadaanya banyak sekali ini, memungkinkan untuk menjadi salah satu penyebab penyakit pada manusia (Radji, 2011). Bakteri yang menyebabkan penyakit keracunan makanan pada manusia adalah bakteri patogen (Darmadi, 2008). Bakteri patogen yang menyebabkan penyakit ineksi pada manusia contohnya adalah Staphylococcus aureus. 5. Patogenisitas Bakteri Staphylococcus Aureus Bakteri S. aureus adalah salah satu bakteri patogen pada manusia. S. aureus menyebabkan penyakit seperti keracunan makanan yang berat atau infeksi kulit yang kecil, sampai infeksi yang tidak bisa disembuhkan (Herdiana, 2015). S. aureus dapat menimbulkan penyakit melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein, termasuk enzim dan toksin (Jawetz et al.,



30



2008). Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis S. aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Kusuma, 2009). Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0 μg/gr makanan. Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual, muntahmuntah, dan diare yang hebat tanpa disertai demam (Jawetz et al., 2008). S. aureus dapat menyebabkan penyakit melalui kemampuannya menyebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Zat yang berperan sebagai faktor virulensi berupa toksin leukosidin, dan enterotoksin. Leukosidin adalah toksin apat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan. Toksin ini perannya dalam patogenesis pada manusia tidak jelas, karena Staphylococcus patogen tidak dapat mematikan sel-sel darah putih manusia dan dapat difagositosis. Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap suasana basa di dalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama dalam keracunan makanan,



terutama



pada makanan



karbohidrat dan protein (Jawetz et al., 2008).



31



yang mengandung



BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Konsep



Asuhan



Keperawatan



Pada



Masyarakat



Maritim



Pada



Pengelolaan Dapur Umum Penampungan Cerita Kasus : Tn. D merupakan seorang kepala keluarga dan bekerja sebagai guru di SMA Negeri 3 Mamuju. Beliau lahir di Mamuju pada tanggal 14 Juli 1977, beragama islam dan bersuku Pattinjo. Sejak ia dilahirkan beliau selalu menetap di Mamuju bersama keluargannya. Namun beberapa waktu yang lalu beliau mengalami bencana alam gempa dimana rumahnya mengalami kerusakan berat. Tn. E beranggapan penyebab gempa yang terjadi pada tanggal 14 Januari dan 15 Januari ini diduga kuat karena aktivitas Sesar Naik Mamuju (Mamuju thrust). Sementara gempa kedua yang terjadi dini hari dengan ukuran lebih besar kembali terjadi didaratan, memeliki sifat yang merusak. Tn. E juga mengatakan guncangan besar yang terjadi tidak hanya menimbulkan kerusakan bangunan, tapi juga jaringan listrik dan komunikasi mengalami gangguan. Sehingga Tn. E merasa sedih dan tergunjang mengingat kejadian yang dialaminya sangat berdampak buruk bagi keluarga karena harta benda telah tiada dan juga mereka kesusahan untuk memenuhi makanan mereka sehari-hari. Namun Tn. E berharap agar cobaan yang mereka alami ini dapat segera dibantu oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan PMI karena banyaknya keluarga yang mengalami luka berat dan luka ringan. 32



1. Penkajian Keperawatan A. Data Biografi 1. Identitas Klien a. Nama inisial klien



: Tn. D



b. TTL/Umur



: Mamuju, 14 Juli 1977 / Tahun 44



c. Alamat



: Jalan Soekarno Hatta No. 1 Mamuju, Sulawesi Barat



d. Jenis Kelamin



:L



e. Status Perkawinan



: Menikah



f. Suku/Bangsa



: Pattinjo / Indonesia



g. Agama



: Islam



h. Pendidikan Terakhir



: S1



i. Pekerjaan



: Guru



j. Diagnosa Medis



: Kehilangan



k. Informasi diterima dari



: Observasi



2. Identitas Penanggung Jawab a. Nama / Inisial



: Ny. R



b. TTL/Umur



: Mamuju, 05 Januari 1990 / 38 Tahun



a. Alamat



: Jalan Soekarno Hatta No. 1 Mamuju, Sulawesi Barat



c. Jenis Kelamin



:P



d. Hubungan dengan Klien



: Istri



e. Telp



: 0822 333X XXXX



B. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama



: Klien mengatakan merasa sedih



akibat bencana alam yang dialami 2. Keluhan Utama saat pengkajian



:



Klien



mengeluh



kesulitan



mengatasi kejadian bencana alam gempa karena hal itu merupakan yang pertama kali baginya. Saat gempa terjadi klien sedang tertidur diruang keluarga, klien langsung tersadar dari bangunnya karena guncangan gempa



33



yang sangat keras serta teriakan istri dan warga sekitar. Klien juga mengatakan merasa sedih karena memikirkan status rumah dan kematian orang-orang terdekat. Klien merasa cemas dan takut jika ada gempa susulan dan klien juga kesulitan untuk memenuhi makanannya karena belum menerima bantuan dari pemerintah. Sehingga klien nampak merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan. Riwayat Keluhan Utama : Klien nampak putus asa dan kesulitan mengekspresikan perasaan akibat kejadian yang dialami 3. Riwayat Penyakit Keluarga



: Dalam keluarga tidak ada yang mengalami



penyakit hipertensi, diabetes mellitus, stroke dll. 4. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita: Gangguan Jantung



Hipertensi



Tuberkulosis



Batuk Lama



Asma/Brokhitis/Pneumonia/Emfisema



Stroke/Paralisis



Kejang Demam



Dislokasi/Artritis



Diabetes Melitus



Gangguan Tyroid



Penyakit Autoimun



Hernia



Hepatitis A/B/C/D/E



Diare/Thypoid/DBD



Gangguan Ginjal/Prostat/Kandung Kemih



Dialisis



Penyakit Menular Seksual



Riwayat Kecelakaan



Lain-Lain Pernah Dirawat Di Rumah Sakit / Puskesmas



:-



Dengan Diagnosis Penyakit



:-



5. Kebiasaan Merokok



Obat-obatan



Alkohol



Ketergantungan Obat/Alkohol



Tidak Ada Ketergantungan 6. Riwayat Alergi Obat : -



Hewan : -



Makanan : Telur puyu



Lainnya : -



7. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram 3 Generasi)



34



Keterangan : : Wanita (meniggal) : Wanita (Hidup) : Laki-Laki (Meniggal) : Laki-Laki (Hidup) : Pasien : Serumah dengan pasien C. Keadaaan Umum dan Pengukuran TTV 1. Keadaan Umum



: Compos Mentis



2. Tekanan Darah



: 130/80 mmHg



3. Nadi



: 81 x/menit



4. Pernapasan



: 22 x/menit



5. Suhu



: 36,5 ˚C



D. Pengkajian



PERUBAHAN SENSORI



1. PEMERIKSAAN FISIK 1.



Penglihatan : b. Inspeksi 1) Ketajaman visual : 6/6 2) Kelopak mata : normal 3) Sclera : tidak icterus 4) Konjungtiva : tidak anemis 5) Reaksi pupil : isokor 6) Gerakan bola mata : simetris 7) Lapang pandang : normal 8) Perubahan penglihatan : tidak ada



35



9) Diplopia :10) Potopobia : c. Palpasi 1) TIO :2) Pemerikasaan Opthalmoscopy : 2.



Pendengaran : 1) Kebiasaan perawatan/membersihkan telinga : seminggu 3x 2) Kemampuan pendengaran : Normal Inspeksi dan palpasi : 1) Tanda-tanda infeksi : Tidak ada tanda-tanda infeksi dalam pemeriksaan 2) Otalgia : Tidak ada 3) Tinnitus : Tidak ada 4) Vertigo :+ 5) Memakai alat bantu : -Tidak ada



3.



Penciuman : 1) Fungsi penciuman : baik 2) Gangguan yang sering dialami : hidung tersumbat karena pilek Inspeksi dan palpasi : 1) Polip : 2) Pendarahan : 3) Peradangan : 4) Sinus :-



4.



Pengecapan 1) Keadaan lidah 2) Fungsi mengecap 3) Warna Lidah 4) Lesi 5) Nodul lidah Taktil (peraba) 1) Kemerahan 2) Bengkak 3) Sensasi 4) Nyeri



5.



: baik : normal : merah muda ::: tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada



RESPIRASI



Catatan:



1.



2.



3.



Inspeksi a. Bentuk dada : Normal b. Frekuensi pernapasan : 22x/mnt (Normal) c. Irama : Vesikuler normal (+), wheezing (-), ronkhi (-) d. Pengembangan dada : Teratur e. Kesimetrisan : Simetris f. Retraksi : Tidak ada g. Batuk : tidak ada Sputum, warna : Palpasi a. Nyeri tekan : Tidak ada b. Massa : Tidak ada c. Ekspansi dada : Simetris d. Taktil fremitus : Baik e. Deviasi trachea : Tidak ada Perkusi.



36



4.



a. Batas-batas paru : Sisi dada kiri :dari atas ke bawah ditemukan sonor/resonan-tympani : ICS 7/8 (paru-lambung), sisi dada kanan : ICS 4/5 (paru-hati), dinding posterior : Supraskapularis (-4 jari dipundak) batas atas paru, setinggi vertebratorakal 10 garis skapula batas bawah paru b. Vocal resonansi : baik Auskultasi. a. Bunyi napas : Normal b. Bunyi napas tambahan : Tidak ada



Catatan : -



KARDIOVASKULAR



1.



2.



3. 4.



Inspeksi a. Ictus cordis : Tidak nampak b. Distensi Vena jugularis : Tidak ada c. Capillary refill time (CRT) :