KELOMPOK 18 POSTPARTUM NORMAL Stevandri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MATERNITAS



DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 18 NAMA : STEVANDRI . SEFROL . TENTUA (P07120119042) ZANDRA PRICILIYA PERSULESSY(P07120119048) TINGKAT : II A



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU JURUSAN KEPERAWATAN AMBON 2020



KONSEP POSTPARTUM NORMAL



A. PENGERTIAN Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010). Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005). Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obatobatan (prawiroharjo, 2000). Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan (Mohtar, 1998). B. ETIOLOGI Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan. 1. Partus dibagi menjadi 4 kala : a. kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.



b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua 17 kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban. c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan. d. Kla IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989). C. PATOFISIOLOGI 1. Adaptasi Fisiologi a. Infolusi uterus Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah



umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. 22 Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 5060 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. d. Kontraksi intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak 23 teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya,



dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin. 2. Adaptasi psikologis Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu : a. Fase taking in / ketergantungan Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan. b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik c. Fase letting go / saling ketergantungan Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali. 24



D. Manifestasi klinik Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).



1. Sistem reproduksi a.



Proses involusi Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50- 60gr. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. b. Kontraksi Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi 25 pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. c. Tempat plasenta Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan



nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta. d. Lochea Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah, kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel 26 epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir. e. Serviks Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. f. Vagina dan perineum Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara. 5. Sistem pencernaan



a. Nafsu makan Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa sangat lapar. 28 b. Mortilitas Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam waktu yang singkat setelah bayi lahir. c.Defekasi Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. 6. Payudara Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir) Ibu tidak menyusui Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba) Ibu yang menyusui Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu. 29 7. Sistem kardiovaskuler



a. Volume darah Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum lahir. b. Curah jantung Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi umum (Bowes, 1991). c. Tanda-tanda vital Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan (Bowes, 1991). 8. Sistem neurologi Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan. 9. Sistem muskuluskeletal



Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pemsaran rahim. 10. Sistem integumen Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang seluruhnya.



E. KOMPLIKASI 1. Perdarahan Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama periode post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan 32 darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut: a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998). Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat. F. PENATALAKSANAAN ATAU PERAWATAN POST PARTUM Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong



terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup (Moctar, 1998). Contohnya : A. Penanganan untuk pendarahan post-partum merupakan hal yang sangat menentukan keselamatan ibu setelah persalinan. Namun, banyak keadaan dasar yang sering dilupakan oleh tenaga medis sehingga membuat pasien dirujuk dalam keadaan kritis. Menurut data tahun 2009-2010 di India, dari 21 pasien pendarahan post-partum yang dirujuk, 10 diantaranya tidak dilakukan pengukuran tekanan darah sebelumnya. Takikardi (100-154x/min) terjadi hampir di semua pasien, hanya satu pasien yang mengalami brandikardi (54x/min). Dua belas pasien memiliki tanda-tanda yang mengarah pada DIC.13 Pada tahun 2011, WHO mengeluarkan “Priority Medicines for Maternal and Child Health” yang termasuk didalamnya obat uterotonik untuk penanganan pendarahan post-partum karena atonia uteri Jumlah akan keberadaan oxytocin disarankan lebih banyak dari misoprostol. Uterotonik untuk penanganan pendarahan post-partum akibat atonia uteri terdapat beberapa jenis dan kombinasi, yang memiliki keunggulan dan kekurangan yang bervariasi. Pada penelitian tahun 2007- 2008 di India yang membandingkan penggunaan dari misoprostol, oxytocin, methyl-ergometrine dan ergometrineoxytocin untuk mengurangi pendarahan, methyl-ergometrine merupakan yang paling efektif.15 Namun, penggunaan ergometrine telah dibatasi karena efek sampingnya. Sehingga, oxytocin menjadi uterotonik yang paling disarankan. Meskipun demikian, aplikasi oxytocin tidaklah mudah karena memerlukan staff yang berkompeten dan penyimpanan yang sulit di beberapa tempat karena tidak tersedianya pendingin. Menyikapi masalah diatas, oral misoprostol digunakan sebagai alternatif penanganan pendarahan post-partum akibat atonia uteri. Misoprostol diberikan secara oral, tidak memerlukan pelatihan khusus untuk pemberiannya, dan tidak memerlukan pendingin. Berdasarkan data tahun 2010 di Nigeria, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pemberian oral misoprostol dan intramuscular oxytocin. Keduanya dinyatakan



memiliki efektifitas yang sama untuk penanganan pendarahan post-partum.16 ISSN: 2089-9084 ISM, VOL. 3 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL.9-18 13 http://intisarisainsmedis.weebly.com/ Namun yang perlu diperhatikan, bahwa misoprostol juga memiliki efek samping yang perlu diperhitungkan. Penelitian tahun 2010 di Ekuador memperlihatkan pemberian 600mcg dan 800mcg misoprostol sublingual. Hampir semua pasien mengalami demam dan meriang. Dengan emberian 600mcg terdapat 16% (8/50) demam tinggi dan 36% (58/163) pada pemberian 800mcg. Tidak ada kematian ibu, histerektomi maupun tindakan bedah yang tercatat selama pemberian misoprostol di penelitian tersebut.17 Memilih uterotonik yang sesuai dan melakukan pemijatan uteri adalah langkah awal yang baik. Selanjutnya, cara pemberian dan dosis pemberian juga harus diperhitungkan dengan tepat .



CONTOH KASUS



Nama Klien



: Ny. A



Alamat



: suli kampung banda



Agama



: kristen protestan



Status perkawinan



: Perkawinan pertama



Pendidikan terakhir



: SMA



Penanggung Jawab



A.



Suami



: Tn. E



Umur



: 25 tahun



Pekerjaan



: Wiraswasta



Alamat



: suli kampung banda



Riwayat Kesehatan 1.



Keluhan Utama Klien melahirkan tanggal 2 maret 2021 20 jam 10.15 WIB, mules (+), nyeri perineum (+), PPU normal.



2.



Riwayat kesehatan Sekarang Klien melahirkan tanggal 2 maret 2021 jam 10.15 WIB. Partus spontan. Lahir bayi lakilaki , BBL : 3300gr, As : 10-10-10. Terinjeksi Oksitosin 10 iu IM. Lama persalinan, Kala I -, Kala II 10 menit, Kala III 5 menit, total 10 menit.



3.



Riwayat kesehatan masa lalu Klien mempunyai riwayat asma, , DM, Hipertensi, riwayan sakit jantung disangkal, riwayat KB suntik.



4.



Riwayat Obstetri G IV PIV A0 Anak pertama laki-laki, aterm, spontan, BBL : 3500gr, di bidan, umur sekarang 14 th , sehat. Anak kedua perempuan, aterm, spontan, BBL : 3400gr, di dokter, umur sekarang 9 th , sehat. Anak ketiga laki-laki, aterm, spontan, BBL : 3400gr, di bidan, umur sekarang 8th , sehat. Anak keempat laki-laki, aterm, spontan, BBL : 3300gr, As : 10-10-10.. Lama persalinan, Kala I -, Kala II 10 menit, Kala III 5 menit, total 10 menit. Di rumah sakit, usia sekarang 1hr , sehat. Riwayat Haid: menarche usia 12 tahun, lama haid 7 hari, siklus 28 hari teratur. Riwayat KB : suntik 3 bulanan, selama 8 tahun. Riwayat ANC : di klinik 24 jam 3 X, TT 1X



5.



Riwayat KB Riwayat KB : suntik 3 bulanan, selama 8 tahun. Rencana KB yang akan datang mantap/steril/tubectomy.



B. Pola Fungsional (Gordon) 1.



Pola manajemen kesehatan



Klien mengatakan bahwa setip anggota keluarga yang sakit selalu dibawa kedokter, rumah sakit dan puskesmas 2.



Pola kebutuhan nutrisi Sebelum hamil klien makan habis 1 porsi 3xsehari, pada kehamilan trimester I klien makan hanya habis 5-7 sendok 3xsehari. Pada kehamilan trimester II dan III pola makn klien meningkat, klien makan 3xsehari dengan teratur ditambah gizi yang terpenuhi. Setelah dirawat dirumah sakit klien makan teratur 3xsehari.



3.



Pola eliminasi Sebelum hamil klien BAB dan BAK normal tidak ada keluhan. Pada kehamilan trimester II klien sudah mulai sering BAK 4-7 kali sehari, BAB 2xsehari. Setelah melahirkan klien BAK 7xsehari BAB 2xsehari



4.



Poal aktifitas Sebelum hamil aktifitas klien tidak dibatasi. Saat hamil pada trimester II klien membatasi aktifitasnya setelah melahirkan kebutuhan aktifitas klien semua tidak dapat dipenui sendiri, selalu membutuhkan bantuan keluarga.



5.



Pola istirahat Sebelum hamil klien tidur rata-rata 8 jam malam hari. Setelah hamil tidur rata-rata 6 jam malam hari. Setelah melahirkan klien tidur rata-rata 5 jam pada malam hari.



6.



Pola persepsi kognitif Pendengaran, penglihatan, dan penciuman klien tidak mengalami gangguan



7.



Konsep diri dan persepsi Setelah melahirkan klien merasa fisiknya lemah, sehingga utnuk melakukan segala sesuatu sangat kesulitan dan memerlukan bantuan orang lain.



8.



Peran reproduksi dan seksual Klien mempunyai 4 anak L-P-L-L, saat ini pasien mengalami masa nifas setelah melahirkan



9.



Peran dan pola hubungan Klien berperan sebagai ibu rumah tangga. Hubungan dengan suami tidak ada masalah.



10.



Pola pertahan diri Pertahanan diri klien terhadap kondisinya sekarang mempunyai respon positif, selama ini klien berusaha sembuh dengan higien diri, makan teratur dan minum obat.



11.



Pola keyakinan dan nilai Klien beragama islam, sehabis melahirkan klien tidak bisa menjalankan ibadahnya.



C.



Pemeriksaan fisik TTV 



TD: 110/80,







Nadi: 80x/menit,







Pernafasan: 20x/menit,







suhu tubuh: 370C



Keadaan umum: baik Kesadaran compomentis Kepala 1. Mata: Conjungtiva, palpebra anemis, sclera tidak icterik 2. Hidung: tidak ada secret dari hidung, bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada pembesaran polip 3. Mulut: gigi bersih, tidak ada caries maupun gigi berlubang



Leher: tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan distensi vena jugularis Dada, paru dan jantung: pernafasan vesikuler, gerakan simetris pada setiap pernafasan, jantung tidak ada suara bising terdengar bunyi jantung 1 dan 2 Payudara: payu dara simetris, tidak ada benjolan/massa, putting susu menonjol. areola hitam, kotor asi sudah keluar. Abdomen: perut mengecil, kulit mengendor, fundus uteri 2 jari dibawah, posisi ditengah Genetalia Lochea: Jumlah 100cc, warna merah, konsistensi terdapat stosel, bau amis Ekstermitas: tidak udema



D.



Psikososial Status emosi: jika diajak bicara klien tidak mudah marah, emosi sosial stabil Interaksi dengan suami, keluarga dan orang lain saat dirumah sakit baik



KLASIFIKASI DATA



 



DATA OBJEKTIF Klien mengatakan nyeri







DATA SUBJEKTIF Wajah klien meringis



perineum, rasa seperti ditusuk







wajah klien tampak cemas



Klien bertanya tentang perawatan diri







TD: 110/80, Nadi: 80x/menit, Pernafasan:



masa



nifas/setelah



bagaimana



daerah



melahirkan



20x/menit, suhu tubuh: 370C



itu 



skala nyeri 5



ANALISA DATA NO 1



DATA



ETIOLOGI Trauma perineum proses



DS:



Klien mengatakan nyeri kelahiran dan involusi uterus daerah



perineum,



rasa



seperti ditusuk DO: Wajah klien meringis TD:



110/80,



80x/menit,



Nadi:



Pernafasan:



20x/menit, suhu tubuh: 370C skala nyeri 5



MASALAH nyeri akut



2



DS: Klien



Kurangnya informasi bertanya



perawatan nifas/setelah



Kurangnya pengetahuan



tentang



diri



tentang perawatan post



masa



partum



melahirkan



itu bagaimana



DO: wajah klien tampak cemas



DIAGNOSA KEERAWATAN 1.



nyeri akut b/d trauma perineum, proses kelahiran, payudara bengkak, dan involusi uterus



2. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post partum b/d kurangnya informasi



INTERVENSI KEPERAWATAN NO 1



HARI /TGL Minggu 03/03/2021



NO.DX TUJUAN /KRITERIA 1



HASIL Setelah



INTERVENSI



dilakukan 1.



RASIONAL ajar



1.untuk



tindakan keperawatan



kan



tindakan mengalihkan



diharapkan



non



invasive, atau mengurangi



nyeri



berkurang atau hilang dengan KH: 



2.



Klien







Minggu 03/03/2021



2



rasa nyeri 2.untuk mengetahui



3.



Aja



skala nyeri



ekspresi wajah



rkan



tenang



destraksi selama mengurangi



skala



nyeri



muncul



dalam



batas



akut



Setelah



metode 3.untuk



nyeri nyeri 4.untuk



4.



normal



2



Kaj i skala nyeri



tidak



mengeluh 



sperti relaksasi



beri



mengurangi



posisi



yang nyeri



nyaman



pada posisi tersebut



pasien dilakukan 1. lakukan vulva 1.unuk menjaga



tindakan keperawatan klien



higiene



dapat 2.



kebersihan



Beritahu



daerah genetalia



mengungkapkan



menstruasi akan pasien



pemahaman



kembali 6 – 8 2.untuk



perawatan



dalam



tentang diri



post



minggu



partum



setelah mendapat



perawatan. 3.



pengetahuan



Anjurkan pasien



pesien



postpartum



untuk 3.untuk menjaga



menghindari



tidak terjadinya



mengangkat



KTD



apapun



yang



lebih berat dan bayi selama 2 -3 minggu.



IMPLEMENTASI KEPERAWATAN WAKTU



NO.D



/



X



Implementasi



Respon



TGL Minggu 03/03/21



1



1.



mengkaji skala nyeri



2.



mengajarkan



metode



S: destraksi



selama muncul nyeri akut 3.



merasakan nyeri



memberi posisi yang nyaman pada pasien



4.



klien mngatakan masih



ajarkan tindakan non invasive, sperti relaksasi



klien mengatakan merasa nyaman dengan posisi tersebut O: skala nyeri 3 A: Masalah teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi 1, 2 ,3,4



Minggu 03/03/21



2



1. melakukan vulva higiene. 2. .menganjurkan menghindari



pasien



S: untuk Klien mengatakan sudah



mengangkat paham dan akan



apapun yang lebih berat dan bayi melakukan sesuai dengan selama 2 -3 minggu.b



anjuran



3. eritahu menstruasi akan kembali O: 6 – 8 minggu setelah perawatan.



Klien respon dan kooperatif A: Masalah teratasi P: Hentikan intervensi



EVALUASI KEPEREWATAN NO 1



HARI/TGL SENIN 04/03/21



DIAGNOSA 1



EVALUASI S: 



Klien mengatankan nyeri sudah hilang







klien mengatakan merasa nyaman dengan posisi



tersebut O: skala nyeri 0 A: Masalah teratasi P: 2



SENIN 04/03/21



2



Hentikan intervensi S: Klien mengatakan sudah paham dan akan melakukan sesuai dengan anjuran O: Klien respon dan kooperatif A: Masalah teratasi P: Hentikan intervensi