Kelompok 2 (Konsep Psikososial Relevan) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP PSIKOSOSIAL YANG RELEVAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG DAN EMPATI SERTA APLIKASINYA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Efektif Dalam Praktik Kebidanan Dosen Pengampu : Yuni Handayani, SST., M.M



Aggota Kelompok 2 : 1. Meyla Eka P. M. (20050034)



10. Rengga D. A. S (20050045)



2. Nanda Nuriya Putri (20050036)



11. Ria Ameliyana (20050047)



3. Nofisatul Mukaromah (20050037)



12. Rika Putri Evianti (20050048)



4. Nur Adi I. (20050038)



13. Riska Devita W. (20050049)



5. Putri Berliana F. (20050040)



14. Septi Ayu Anggita (20050050)



6. Raida Safira Putri (20050041)



15. Silviana (20050051)



7. Ramaditya Prasasti (20050042)



16. Sinta Irawantoro (20050052)



8. Regita Widya M. (20050043)



17. Siswahyuni E. S. (20050053)



9. Rena Octy W.R. (20050044)



18. Siti Hamdiyah (20050054)



1



19. Siti Noer A. F. A.(20050055)



27. Yuliana Dwy C. (20050063)



20. Siti Nurul Azizah (20050056)



28. Roudhotul Zannah (20050065)



21. Siti Solekhah (20050057)



29. Arifatul Anis Zahro (20050066)



22. Sulaeha (20050058)



30. Hanna Nurrosyidah (20050067)



23. Tika Puspita Sari (20050059)



31. Siti Sovia (20050068)



24. Wida Nuraini (20050060)



32. Viyera Pramesti W. (20050069)



25. Widatul R. S. (20050061)



33. Rahma Qori'a O. (19050047)



26. Wiwika A. A. (20050062)



PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS dr. SOEBANDI 2021/2022



2



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita haturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam menyusun makalah ini, kami dapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh, karena itu kami mengucapkan rasa berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka, kedua orang tua, dan segenap keluarga besar kami yang telah memberikan dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat berarti bagi kami. Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih baik lagi. Kami tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, kami mengharapakan agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.



3



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.............................................................................................3 DAFTAR ISI............................................................................................................4 BAB I.......................................................................................................................4 PENDAHULUAN...................................................................................................4 A. Latar Belakang..............................................................................................4 B. Rumusan Masalah.........................................................................................5 C. Tujuan Penulisan...........................................................................................6 BAB 2......................................................................................................................6 PEMBAHASAN......................................................................................................6 A. Konsep Psikososial.......................................................................................6 B. Tahap-Tahap Perkembangan Psikososial......................................................7 C. Masalah Dalam Psikosial............................................................................11 D. Konsep Psikososial yang Relevan Sebagai Bentuk Kasih Sayang dan Empati................................................................................................................13 E. Pengaplikasian Konsep Psikososial............................................................14 BAB 3....................................................................................................................16 PENUTUP..............................................................................................................16 A. Kesimpulan.................................................................................................16 B. Saran............................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18



4



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan adalah perubahan teratur, sistematis, dan terorganisir yang mempunyai tujuan tertentu. Perkembangan memiliki beberapa ciri, yaitu berkesinambungan, kumulatif, bergerak ke arah yang lebih kompleks dan holistik. Perkembangan psikososial adalah perkembangan sosial seorang individu



ditinjau



dari



sudut



pandang



psikologi.



Dalam



psikologi



perkembangan, banyak dibahas mengenai tahap perkembangan sosial anak karena perkembangan masa anak- anak merupakan hal yang menarik untuk dipelajari. Hubungan antara anak dan keluarga, teman sebaya dan sekolah mempengaruhi



psikososial



seorang



anak.



Menurut



Erikson



istilah



“psikososial” kaitannya dalam perkembangan manusia berarti bahwa tahaptahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh– pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadikan seseorang matang baik secara fisik dan juga psikologis. Tak terkecuali pada perkembangan anak usia dini. Masa anak-anak merupakan salah satu masa dalam rentang kehidupan manusia yang pasti dilalui oleh semua manusia di dunia ini. Pada masa inilah terjadi banyak sekali proses penanaman nilai kehidupan yang pertama kali. Pada masa ini pula, selalu bertumpu harapan dari para orangtua yang selalu menginginkan anak-anaknya nanti dapat menjadi seseorang yang berguna dan dapat sukses dimasa mendatang. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, ditangan anak-anak itulah masa depan bangsa ini berada. Sehingga banyak pula orangtua mengatakan, bahwa anak-anak adalah warisan yang paling berharga yang harus dijaga baikbaik. Oleh karena itu sebagai generasi penerus bangsa, mereka memerlukan pembinaan dan pengembangan yang optimal yang harus dilakukan sejak usia dini. Termasuk didalamya pada masa ini pula perkembangan fisik, perkembangan



kognitif,



perkembangan



5



mental,



perkembangan



sosial,



perkembangan emosional, mental dan kepribadian anak harus dikembangkan dengan baik sejak pada usia dini. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu Konsep Psikososial? 2. Apa saja tahap-tahap perkembangan psikososial? 3. Apa saja masalah yang terjadi dalam psikososial? 4. Bagaimana konsep psikososial yang relevan sebagai bentuk kasihsayang dan empati? 5. Bagaimana pengaplikasian psikososial C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui tentang makna Konsep Psikososial 2. Menjelaskan apa saja tahap – tahap dalam Perkembangan 3. Psikososial 4. Menjelaskan masalah yang terjadi dalam Psikososial 5. Menjelaskan tentang Konsep Psikososial yang relevan sebagai 6. bentuk kasih saying dan empati 7. Menjelaskan pengaplikasian Konsep Psikososial D. Manfaat Penulisan 1. Bagi penulis : -



Menambah wawasan dan pengetahuan Konsep Psikososial yang Relevan Sebagai Bentuk Kasih Sayang dan Empati serta Cara Pengaplikasiannya.



-



Mengasah kemampuan menulis mengenai Konsep Psikososial yang Relevan Sebagai Bentuk Kasih Sayang dan Empati serta Cara Pengaplikasiannya.



2. Bagi Pembaca : -



Menambah wawasan dan pengetahuan Konsep Psikososial yang Relevan Sebagai Bentuk Kasih Sayang dan Empati serta Cara Pengaplikasiannya.



6



BAB 2 PEMBAHASAN A. Konsep Psikososial Psikososial merupakan penggabungan dari 2 kata : “PSIKO” -> internal-pikiran , perasaan , nilai , kepercayaaan yang dianut individu. “SOSIAL” -> eksternal-hubungan antara individu dengan lingkungannya. Definisi psikososial : Hubungan dinamis antara aspek psikologi dan sosial , dimana masing-masing saling berinteraksi dan memengaruhi secara berkelanjutan. Psikososial dapat diartikan dengan



suatu kondisi yang terjadi pada



individu yang mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling



berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain. Psikososial sendiri



berasal dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan sosial mengacu pada hubungan eksternal individu dengan orang-orang di sekitarnya (Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI). Istilah psikososial berarti menyinggung relasi sosial yang mencakup faktor-faktor psikologis (Chaplin, 2011). Masalah-masalah psikososial menurut (Nanda, 2012) yaitu : 1. Berduka 2. Keputusasaan 3. Ansietas 4. Ketidakberdayaan 5. Risiko penyimpangan perilaku sehat 6. Gangguan citra tubuh 7. Koping tidak efektif 8. Koping keluarga tidak efektif 9. Sindroma post trauma 10. Penampilan peran tidak efektif 11. HDR situasional



7



B. Tahap-Tahap Perkembangan Psikososial a. Tahap 1 - Usia mulai lahir sampai sekitar 18 bulan Trust vs. Mistrust (kepercayaan VS ketidakpercayaan) Tahap pertama dalam teori perkembangan psikososial Erikson terjadi mulai ketika individu lahir sampai berusia 1 tahun, dan merupakan tahap yang sangat penting dalam kehidupan individu. Karena pada masa bayi, individu benar-benar bergantung dan mengembangkan kepercayaan berdasarkan ketergantungannya pada dan kualitas pengasuhan orang dewasa. Apapun yang diperlukan untuk bertahan hidup termasuk makanan,cinta,kehangatan,keamanan dan pemeliharaan. Jika pengasuh gagal untuk memberikan perawatan dan cinta,bayi tersebut akan merasa bahwa ia tidak dapat memercayai atau bergantung pada



orang



dewasa



sepanjang



hidupnya.



Kegagalan



untuk



mengembangkan kepercayaan akan berakibat pada munculnya perasaan takut dan keyakinan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat diprediksi. Sebaliknya, Bila bayi/individu tersebut dapat mengembangkan kepercayaan, ia akan merasa aman di dunianya. b. Tahap 2 - usia sekitar 2-3 tahun Autonomy vs. Shame and Doubt (otonomi VS rasa malu & keraguan) Tahap kedua dari teori perkembangan pskiososial Erikson adalah pada usia awal kanak-kanak yang berfokus pada pengembangan perasaan control diri yang lebih besar. Pada tahap ini, anak-anak baru memulai sedikit mandiri. Mereka mulai menampilkan tindakan dasar terhadap diri mereka sendiri dan membuat keputusan sederhana terhadap apa yang mereka sukai. Pengasuh dapat menolong anak-anak mengembangkan perasaan otonomi dengan cara memberi kesempatan untuk memilih dan memperoleh kontrol. Anak-anak yang sukses melewati tahap ini secara lengkap merasa aman dan percaya diri, sedangkan mereka yang tidak sukses secara lengkap akan merasa tidak seimbang dan ragu terhadap diri sendiri. Erikson percaya bahwa perolehan kesimbangan antara otonomi dan rasa malu dan keraguan dapat mengarahkan anak-anak pada kemauan yaitu



8



keyakinan bahwa anak-anak dapat bertindak dengan niat,alasan dan batasan. c. Tahap 3 - usia sekitar 3-5 tahun Initiative vs. Guilt (prakarsa vs rasa bersalah) Tahap ketiga perkembangan psikososial adalah usia pra sekolah. Pada titik ini, anak-anak mulai menunjukkan kekuatan dan kendali mereka terhadap dunia melalui pengarahan permainan dan interaksi sosialnya Anak-anak yang sukses pada tahap ini merasa mampu dan bisa memimpin anak-anak lainnya. Mereka yang mengalami kegagalan untuk memperoleh keterampilan ini akan tertinggal dan merasa bersalah , ragu dan kurang memiliki inisiatif. d. Tahap 4 - usia sekitar 6-11 tahun Industry vs. Inferiority (industri vs inferioritas) Tahap keempat perkembangan psikososial adalah pada usia 5 sampai 12 tahun yaitu pada awal usia sekolah. Melalui interaksi sosial, anak-anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap kemampuan dan prestasi. Mereka didorong dan diperintahkan oleh orangtua dan gurunya untuk mengembangkan perasaan mampu dan yakin akan keterampilan yang dimilikinya. Mereka yang menerima sedikit atau tidak mendapat dorongan dari orangtua, guru atau teman sebaya akan meragukan kemampuannya untuk sukses. e. Tahap 5 - Usia sekitar 12-18 tahun  Identity vs. Confusion (identitas vs kebingungan) Tahap kelima perkembangan psikososial terjadi pada usia remaja. Pada usia ini remaja sering mengalami pergolakan. Tahap ini memainkan peran esensial dalam perkembangan perasaan memiliki identitas diri yang akan mempengaruhi perilaku dan perkembangan hidup selanjutnya. Erikson meyakini bahwa setiap tahap dalam perkembangan psikososial adalah penting, ia memberi penekanan khusus pada perkembangan identitas ego. Identitas ego adalah kesadaran diri yang berkembang melalui interkasi sosial dan menjadi fokus utama selama tahap perkembangan psikososial identitas Vs kebingungan. Menurut



9



Erikson, identitas ego berubah secara konstan karena pengalaman baru dan informasi yang diperoleh tiap hari melalui interaksi dengan orang lain. Sebagaimana pengalaman baru yang diperoleh seseorang ia juga menghadapi tantangan yang dapat membantu atau menghambat perkembangan identitanya. f. Tahap 6 - Usia sekitar 19-40 tahun Intimacy vs. Isolation  (Keintiman Vs Isolasi) Tahap



ini



meliputi



periode



dewasa



awal



ketika



orang



mengeksplorasi relasi pribadinya. Mereka yang berhasil pada tahap ini akan membentuk relasi yang bertahan dan aman. Erikson meyakini bahwa perasaan yang kuat terhadap indentitas pribadi sangat penting untuk mengembangkan hubungan yang akrab. Studi menunjukkan bahwa mereka yang kurang memiliki perasaan terhadap diri sendiri cenderung kurang berkomitmen dalam berelasi dan mereka lebih mengalami penderitaan isolasi emosional,kesepian dan depresi. Resolusi yang berhasil pada tahap ini menghasilkan kebajikan yang dikenal sebagai cinta yang ditandai dengan kemampuan untuk membentuk hubungan dengan orang lain secara bermakna dan berjangka panjang. g. Tahap 7- Usia 40-65 tahun  Generativity vs. Stagnation (Generativitas vs stagnasi) Selama masa dewasa, seseorang terus membangun kehidupan yang berfokus pada karir dan keluarga. Mereka yang berhasil selama tahap ini akan merasa bahwa mereka berkontribusi kepada dunia dengan menjadi aktif di rumah dan komunitas. Mereka yang gagal untuk memperoleh keterampilan pada tahap ini akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat dalam dunianya. h. Tahap 8 - Usia >65 Integrity vs. Despair (integritas dan keputusasaan) Tahap perkembangan psikososial yang terakhir terjadi selama usia tua dan terfokuskan pada refleksi kembali kepada kehidupan. Pada masa perkembangan ini, orang melihat kembali pada kejadian-kejadian dalam



10



kehidupannya



dan



menentukan



apakah



mereka



bahagia



dengan



kehidupannya selama ini atau menyesali hal-hal yang telah diperbuatnya atau tidak diperbuatnya. Mereka yang gagal selama tahap ini akan merasa bahwa kehidupan mereka telah tersia-siakan dan akan mengalami banyak penyesalan. Individu tersebut akan memendam perasaan kepahitan dan putus asa. Mereka yang merasa bangga akan keberhasilnnya akan merasa memiliki integritas. Keberhasilan melewati tahap ini berarti mengenang kembali masa lalu dengan perasaan puas. Individu ini akan memperoleh kearifan, bahkan berani menghadapi kematian/ siap berpulang. C. Masalah Dalam Psikosial a. Masalah psikososial bagi Ibu Hamil : Kehamilan



pada



umumnya



dianggap



sebagai



momen



yang



membahagiakan, terutama bagi sang ibu. Namun untuk sebagian wanita, kehamilan membuat mereka lebih rentan terhadap masalah mental atau gangguan psikologis. Penyebabnya: 1. Mood swing : keadaan dimana emosi dan suasana hati naik turun 2. Takut dan cemas : Ketakutan adalah emosi umum selama kehamilan. Misalnya, pada trimester pertama, mungkin takut mengalami keguguran. 3. Depresi : gangguan paling umum yang berhubungan dengan kehamilan. Gejalanya seperti adanya perubahan jam tidur, nafsu makan berkurang, panik, hingga obsesif-kompulsif. 4. Panik :Wanita mengalami serangan panik harus di skrining untuk mendeteksi seberapa kacau tiroidnya yang terjadi. 5. Gangguan selera makan b. Masalah psikososial bagi Anak : Lingkungan utama yang membentuk karakter seseorang adalah keluarga. Oleh karena itu, pola asuh orang tua sangat berpengaruh pada perkembangan anak dan membentuk karakter sampai mereka tumbuh dewasa.



11



1. Suka Membanding-Bandingkan “Kalau anak saya yang pertama sangat pemalu dan sering sakitsakitan. Berbeda dengan adiknya, dia berani dan fisiknya sangat kuat,” di sadari atau tidak, masih banyak orang tua yang sering membandingkan anaknya dengan anak orang lain ataupun dengan saudara kandungnya sendiri, entah kakak atau adiknya. 2. Sering Meremehkan Hal ini anak akan merasa lemah dan minder, karena anak merasa usahanya tidak dihargai 3. Sering Memarahi Sebaiknya orang tua belajar untuk mengontrol emosi ketika anak melakukan kesalahan. Masa anak-anak adalah proses belajar untuk mengerti mana yang benar dan salah. Jika anak melakukan kesalahan, jangan langsung memarahinya. 4. Berteriak atau membentak Perilaku orang tua dapat mengubah karakter anak menjadi kasar dan tidak sopan ketika berbicara kepada orang lain. 5. Bertindak Kasar Tidak jarang juga orang tua menghukum anak dengan menyakiti fisiknya. Misalnya, memukul, mencubit, menjewer, atau menoyor kepala si anak. c. Masalah psikososial Bidan : 1. Terpapar oleh kejadian traumatis yang dialami pasien atau klien korban kekerasan berbasis gender 2. Sistem rujukan atau birokrasi yang tidak jelas atau terlalu bertele-tele sehingga menghambat pemberian layanan 3. Kurangnya penghargaan dari sistem dan lembaga yang menaungi pekerja atau relawan bidan 4. Stigma dari masyarakat mengenai tenaga kesehatan yang memiliki risiko tinggi terpapar korona virus



12



5. Ketegangan yang terjadi di rumah tangga sendiri akibat bekerja dan sekolah dari rumah sehingga menyebabkan beban rumah tangga dan kerja menjadi berlipat ganda 6. Anggota keluarga sendiri menderita sakit karena korona virus atau sakit lainnya dan membutuhkan perhatian. 7. Burn out, kelelahan kepedulian, trauma primer dan sekunder Tanda-tanda Burn out : -



Kelelahan sangat



-



Energi menurun



-



Produktivitas menurun



-



Kesedihan, depresi, ketakberdayaan



-



Kebingungan, kehilangan orientasi



-



Kemarahan, cepat tersinggung



-



Hilangnya kepedulian/ kelembutan dan empati



-



Sinisme/kegetiran yang berlebih terhadap pekerjaan/pasien dan digeneralisasi ke dalam aspek hidup lain



-



Gangguan somatik/ tubuh (sakit kepala, sakit sendi, gangguan perut, dll) yang tidak jelas penyebabnya dan tak kunjung sembuh.



D. Konsep Psikososial yang Relevan Sebagai Bentuk Kasih Sayang dan Empati Empati adalah kemampuan untuk mengerti dan membagi perasaan orang lain. Kemampuan empati adalah pendekatan dimana dokter dapat menimbulkan dunia batin pasien dan mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari pasien, sementara pada saat yang sama mengakui masalah pasien. Empati merupakan salah satu komponen penting dalam komunikasi efektif yang harus dimiliki dokter untuk membina hubungan dokter-pasien yang efektif. Bentuk komunikasi efektif tidak selalu membutuhkan waktu yang lama, tetapi harus menunjukkan empati dalam komunikasi tersebut. Empati dapat mengurangi kecemasan pada pasien. Saat pasien merasa tenaga kesehatan tersebut mengerti kondisi dan kekhawatirannya, dia akan lebih nyaman dalam mempercayai sang tenaga kesehatan. Proses menceritakan kisah seseorang 13



bisa menjadi terapi dan mungkin juga membantu memfasilitasi proses penyembuhan. Selain itu, pasien sering tidak secara eksplisit menyatakan keprihatinan psikososial mereka, yang dapat bermanifestasi sebagai penyakit fisik (somatisasi). Respon empati yang dapat diaplikasikan dalam praktik petugas kesehatan, antara lain menyatakan emosi, memahami emosi, memuji pasien, mendukung pasien, serta mendalami emosi pasien. Survei yang dilakukan oleh Lown dkk di Amerika Serikat menemukan bahwa hanya 53% pasien dan 58% dokter mengatakan bahwa pelayanan kesehatan memberikan perawatan dengan penuh kasih sayang. Pelayanan kesehatan tanpa perasaan iba bukan sepenuhnya menjalankan praktik berbasis patient-centered. Perasaan iba terletak di antara empati (memahamai perhatian pasien) dan simpati (merasakan emosi pasien), yaitu menggabungkan respon terhadap penderitaan orang lain dan keinginan untuk meringankan



penderitaannya.



Perawatan



penuh



dengan



kasih



sayang



(compassionate care) dibutuhkan untuk membina hubungan dan didasarkan pada mendengarkan dengan penuh perhatian dan keinginan untuk memahami perspektif dan konteks pasien. Sehingga psikososial ada kaitannya dengan empati dan juga kasih sayang. Di mana empati dan juga kasih sayang dapat memengaruhi kondisi psikis pasien dan juga memngaruhi hubungan social pasien dengan tenaga kesehatan. Respon empati yang dapat diaplikasikan dalam praktik kebidanan, antara lain: 1. Name



the



emotion



(menyatakan



emosi)



“tampaknya



sangat



mengganggu ibu” 2. Understand the emotion (memahami emosi) “saya memahami nyeri tersebut pasti menyakitkan ibu” 3. Respect (praise) the patient (memuji pasien) “saya sangat terkesan ibu bisa menjalani pengobatan selama ini dan menderita sakit tersebut” 4. Support the patient (mendukung pasien) “saya dan tim akan membantu ibu mengatasi sakit kepala” 5. Explore the emotion (mendalami emosi pasien) “mohon dijelaskan bagian sakit kepala ini yg menganggu ibu”



14



.



E. Pengaplikasian Konsep Psikososial Dalam ruang lingkup kebidanan, seorang bidan harus mampu memberikan dukungan psikososial kepada klien maupun masyarakat sekitar. Berikut beberapa contoh aplikasi psikososial dalam kebidanan : 1. Memberikan psikososial



dukungan kepada



serta



klien



melakukan



ataupun



rujukan



komunitas



pelayanan



sesuai



dengan



kebutuhan. 2. Melakukan pandataan dan pemetaan ibu hamil pasca persalinan, bayi baru lahir serta ibu nifas, kemudian dilakukan konseling secara berkala untuk memantau kesehatan psikologi pada ibu dan bayi. 3. Memberikan kesempatan kepada ibu hamil untuk berkonsultasi, meyakinkan bahwa ibu dapat menghadapi perubahan selama kehamilan dan memutuskan apa yang seharusnya diberitahukan pada ibu dalam menghadapi kehamilannya 4. Bidan menganjurkan ibu untuk melakukan latihan prenatal berupa senam prenatal yoga yang dirancang khusus ibu hamil. Dengan melakukan senam yoga ini, diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan psikologis pada ibu hamil, menjaga agar suasana hati ibu tetap tenang serta membantu proses persainan menjadi lebih tenang, mudah, dan lancar.



15



BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan Empati merupakan salah satu komponen penting dalam komunikasi efektif yang harus dimiliki dokter untuk membina hubungan dokter dan pasien yang efektif. Bentuk komunikasi efektif tidak selalu membutuhkan waktu yang lama, tetapi harus menunjukkan empati dalam komunikasi tersebut. Empati dibutuhkan dalam hubungan dokter dan pasien. Hubungan dokter dan pasien yang baik adalah capaian tertinggi dari empati. Efek positif hubungan yang berlandaskan empati terdapat pada kedua belah pihak, baik dokter maupun pasien. Empati dapat meningkatkan kepuasan pasien, kepercayaan, coping skills, dan sejalan dengan terapi, serta memperkaya pengalaman dokter-pasien. Bentuk komunikasi efektif tidak selalu membutuhkan waktu yang lama, tetapi harus menunjukkan empati dalam komunikasi tersebut. Psikososial dapat diartikan dengan



suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup



aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain. Psikososial sendiri berasal dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan sosial mengacu pada hubungan eksternal individu dengan orang-orang di sekitarnya. B. Saran Dalam ruang lingkup kebidanan, seorang bidan harus mampu memberikan dukungan psikososial kepada klien maupun masyarakat sekitar. Memberikan dukungan serta melakukan rujukan pelayanan psikososial kepada klien ataupun komunitas sesuai dengan kebutuhan. Melakukan pandataan dan pemetaan ibu hamil pasca persalinan, bayi baru lahir serta ibu nifas, kemudian dilakukan konseling secara berkala untuk memantau kesehatan psikologi pada ibu dan bayi. Memberikan kesempatan kepada ibu hamil untuk berkonsultasi, meyakinkan bahwa ibu dapat menghadapi perubahan selama kehamilan dan



16



memutuskan apa yang seharusnya diberitahukan pada ibu dalam menghadapi kehamilannya.



17



DAFTAR PUSTAKA https://www.google.com/url? sa=t&source=web&rct=j&url=https://bppps.kemensos.go.id/bahan_bacaan/file_ materi/tahap-perkembangan-psikososial.pdf&ved=2ahUKEwivbL9lLzzAhXGR_EDHUOSBPMQFnoECCoQAQ&sqi=2&usg=AOvVaw2T45 C-DWfQlJyoJb990EFx http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=19393 McDonald NM, Messinger DS. The development of empathy: how, when, and why. Moral Behavior and Free Will: A Neurobiological and Philosophical Aprroach. 2011:341-68. Lown BA, Rosen J, Marttila J. An agenda for improving compassionate care: a survey shows about half of patients say such care is missing. Health aff. 2011;30(9):1772-8. Hirsch EM. The role of empathy in medicine: a medical student’s perpective. American medical association journal of ethics. 2007;9(6):423-7. Hojat M, Louis DZ, Markham FW, Wender R, Rabinowitz C, Gonnella JS. Physician’s empathy and clinical outcomes for diabetic patients. Acad Med. 2011;86(3):35964. Marcum JA. The role of empathy and wisdom in medical practice and pedagogy: confronting the hidden curriculum. J of Biomed Edu. 2013;2013:923810. KKI. Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia; 2012. Bylund CL, Makoul G. Empathic communication and gender in the physician-patient encounter. Patient Educ Couns. 2002;48(3):207-16. Derksen F, Bensing J, Janssen AL. Effectiveness of empathy in general practice: a systematic review. British J of Gen Practic. 2013:76-84. Riess H. The impact of clinical empathy on patients and clinicians: understanding empathy's side effects. Neuroscience. 2015;6(3):51-3. Oxford Dictionaries. Empathy [internet]. Oxford: Oxford Dictionaries; 2016 [disitasi tanggal 5 Oktober 2015]. Tersedia dari: https://en.oxforddictionaries.com/definit ion/empathy Dugdale DC, Epstein R, Pantilat SZ. Time and the patient-physician relationship. JGIM. 1999;14(1):34-40.



18



Wynn R. Empathy in general practice consultations: a qualitative analysis. Epid e Psichiatr Soc. 2005;14(3):163-9. Anfossi M, Numico G. Empathy in the doctor-patient relationship. J Clin Oncolog. 2004;22(11):2258-9.



19