Makalah Psikososial-2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PSIKOSOSIAL dan BUDAYA DALAM KEPERAWATAN Dosen Pengampu : YUNITA KRISTINA., S.Kep.,M.Kes



Disusun Oleh:    



Alief Munandar Ela Luqfiyanti Winda Julyarni Reni Saklil



 



Lusia Dina Komsaro Lefina



 Wesera Wakur



UNIVERSITAS CENDERAWASIH FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN TAHUN 2017/2018



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kebudayaan ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun katakata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan bagi kami dalam membuat makalah selanjutnya, akan kami terima dengan senang hati. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya, tiada gading yang tak retak, meskipun dalam penyusunan makalah ini kami telah mencurahkan kemampuan, namun kami sangat menyadari bahwa hasil penyusunan makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan data dan referensi maupun kemampuan kami. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat memenuhi syarat proses ke giatan belajar kami dalam mata kuliah Psikososial dan budaya dalam keperawatan dan apabila terdapat kejanggalan -kejanggalan dalam penyusunan makalah ini. kami mohon maaf dan sekali lagi kami mengucapkan terimakasih.



Jayapura, 22 September 2018



Penulis



Daftar Isi KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB A. B. C.



I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan



BAB II ISI A. B. C. D. E. F. G. H. I. J.



Definisi psikososial Definisi Kebudayaan Karakteristik Budaya Unsur-unsur budaya dalam keperawatan Konsep sehat sakit menurut budaya masyakat Factor social dan budaya pada perilaku kesehatan Peran Perawat Dalam Menghadapi Aneka Budaya Aspek psikologi dalam keperawatan Ruang lingkup psikososial dan psikologi lintas budaya Factor psikososial



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN C. DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan. Rasa saling menghormati dan menghargai akan tumbuh apabila antar sesama manusia menjujung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu kehidupan, alat komunikasi antar sesama dan sebagai ciri khas suatu kelompok masyarakat. Kebudayaan berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi dengan manusia yang lain dan pada akhirnya menjadi ciri khas suatu kelompok manusia. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan alat sebagai jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain yaitu kebudayaan. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari psikososial? 2. Apa definisi dari kebudayaan? 3. Apa saja karakteristik budaya? 4. Apa saja unsure-unsur dalam kebudayaan? 5. Apa konsep sehat sakit menurut budaya masyarakat? 6. Apa factor social dan budaya pada perilaku kesehatan? 7. Apa Peran Perawat Dalam Menghadapi Aneka Budaya? 8. Apa saja Aspek psikologi dalam keperawatan? 9. Apa Ruang lingkup psikososial dan psikologi lintas budaya? 10. Apa saja Factor psikososial?



C. Tujuan 1. Mengetahui tentang definisi dari psikososial. 2. Mengetahui tentang definisi dari kebudayaan. 3. Mengetahui tentang karakteristik budaya. 4. Mengetahui tentang unsure-unsur dalam kebudayaan. 5. Mengetahui tentang konsep sehat sakit menurut budaya masyarakat. 6. Mengetahui tentang factor social dan budaya pada perilaku kesehatan. 7. Mengetahui tentang Peran Perawat Dalam Menghadapi Aneka Budaya. 8. Mengetahui tentang Aspek psikologi dalam keperawatan. 9. Mengetahui tentang Ruang lingkup psikososial dan psikologi lintas budaya. 10. Mengetahui tentang Factor psikososial.



BAB II ISI A. Definisi Psikososial Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku hubungan antara manusia dan kelompok serta pengaruh sosial terhadap perilaku manusia. Psikologi sosial merupakan cabang baru dalam ilmu psikologi yang fokus terhadap hubungan antara kegiatan manusia terhadap situasi sosial. Sepertinya psikologi sosial adalah gabungan dari psikologi dan sosiologi. Supaya Anda lebih memahami tentang psikologi sosial, berikut adalah pengertian psikologi sosial menurut para ahli. Langsung saja kita simak yang pertama:



1. Hubert Bonner Menurut Hubert Bonner dalam bukunya “Social Psychology”, psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia. 2. Gordon Allport Pada tahun 1985, Gordon Allport mengemukakan bahwa psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain, baik secara nyata atau aktual, dalam bayangan atau imajinasi, dan dalam kehadiran yang tidak langsung (implied). 3. A.M. Chorus Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota suatu masyarakat. 4. David O Sears Psikologi sosial adalah ilmu yang berusaha secara sistematis untuk memahami perilaku sosial mengenai bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi sosial, bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita, dan bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi sosial.



B. Definisi Kebudayaan Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa



diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. Pengertian Kebudayaan secara umum adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat serta setiap kecakapan, dan kebiasaan.



 Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli Selain pengertian kebudayaan secara umum seperti yang diulas diatas, para ahli dan pakar menjelaskan tentang apa itu kebudayaan secara berbeda beda. Untuk lebih jelasnya, simak berikut ini kumpulan pengertian kebudayaan menurut para ahli, baik ahli dari dalam negeri maupun luar negeri. Menurut Koentjaraningrat Pengertian kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya dengan belajar dan semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat. Menurut Ki Hajar Dewantara Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai



Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi Merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. C. KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN Dalam memahami kebudayaan kita harus mengacu pada sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh kebudayaan, antara lain adalah bahwa kebudayaan itu dimiliki bersama, diperoleh melalui belajar, bersifat simbolis, bersifat adaptif dan maladapti, bersifat relatif dan universal. Dan dibawah ini merupakan penjelasan dari beberapa karakteristik kebudayaan:



1. Culture is an adaptive mechanism (Adaptif) Artinya, suatu kebudayaan adalah mekanisme dalam mempertahankan pola kehidupan manusia. Kebudayaan adalah suatu mekansime yang dapat menyesuaikan diri. kebudayaan adalah sebuah keberhasilan mekanisme bagi spesis manusia. Kebudayaan memberikan kita sebuah keuntungan selektif yang besar dalam kompetisi bertahan hidup terhadap bentuk kehidupan yang lain. 2. Culture is learned (Dipelajari) Artinya, bahwa kebudayaan didapat dari proses pembelajaran untuk berbudaya, karena secara naluriah saja manusia akan hidup tanpa sebuah kebudayaan. Budaya bukanlah suatu hal yang naluriah, dimana kita telah terprogram untuk mengetahui fakta-fakta dari budaya tersebut. Oleh karena itu salah satu dari karakteristik budaya adalah diperoleh dari hasil pembelajaran. Manusia lahir ke dunia dengan sifat dasar, yaitu ‘lapar’ dan ‘haus’. Akan tetapi manusia belum memiliki suatu bentuk pola naluriah untuk dapat memuaskan sifat dasar itu. Selain itu manusia saat lahir juga tidak dibekali pengetahuan tentang budaya atau cultural knowledge. Tetapi manusia secara genetis terpengaruh untuk belajar/mempelajari bahasa dan tanda-tanda kebudayaan lainnya (cultural traits). Seorang bayi akan berada di suatu tempat (disini bisa diakatakan sebuah keluarga), dan mereka tumbuh dan belajar tentang kebudayaan sebagai sesuatu yang mereka miliki. 3. Cultures change (Berubah) Artinya, bahwa kebudayaan berkembang sesuai dengan berjalanya waktu dan dinamis setiap saat, tergantung waktu dan tempat berlangsungnya kebudayaan. Kebudayaan bukan sesuatu yang terus-menerus tetap dan bertumpuk. Pada waktu yang sama dimana suatu kebudayaan ada, terdapat tanda-tanda kebudayaan baru. Tanda-tanda dari kebudayaan itu bisa sebagai tambahan (addition) atau pengurangan (subtraction). Tanda-tanda ini menyebabkan perubahan kebudayaan. Hal ini disebabkan kebudayaan berubah dan berkembang secara dinamis setiap saat: kebudayaan tidak statis. Berbagai aspek kebudayaan beserta tanda-tandanya akan terjalin rapat menjadi suatu pola yang sangat kompleks. 4. People usually are not aware of their culture (Tidak disadari oleh masyarakatnya) Artinya, bahwa kebudayaan berkembang dan dinamis setiap saat, tergantung waktu dan tempat berlangsungnya kebudayaan.Cara kita bergaul dan melakukan segala sesuatu dalam keseharian kita terkesan berjalan dengan alami atau natural.Kebanyakan dari kita sebagai manusia tidak sadar akan budaya. Hal itu disebabkan oleh manusia yang pada dasarnya sangat dekat dengan kebudayaan itu dan mengetahuinya dengan sangat baik. Manusia merasakan bahwa semuanya seolah-olah terjadi begitu saja (mewarisi secara biologis). Dan biasanya manusia hanya akan sadar bahwa pola kelakuan mereka bukanlah sesuatu yang individual ketika mereka mulai berinteraksi dengan manusia dari kebudayaan lain.



5. We do not know all of our own country (Tidak diketahui secara keseluruhan) Artinya, bahwa semua masyarakat tidak ada yang mengetahui secara keseluruhan suatu kebudayaan yang ada dalam lingkup daerahnya, hanya saja yang diketahui berupa fakta-fakta sosial.Tidak ada satupun orang yang bisa mengetahui budaya mereka secara keseluruhan. Dalam masyarakat, terdapat pengetahuan tentang budaya yang terbatas terhadap fakta-fakta kelas sosial, pekerjaan, agama, dan perkumpulan-perkumpulan lain. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa sejatinya kebudayaan tidak dapat diketahui secara keseluruhan. 6. Culture gives us a range of permissible behavior patterns (memberikan dan membatasi pola tingkah laku) Artinya, bahwa kebudayaan memberikan jarak dalam interaksi dan membatasi pola tingkah laku masyarakatnya.Kebudayaan umumnya memberikan jarak dalam cara bagaimana laki-laki sebagai laki-laki, wanita sebagai wanita. Kebudayaan juga memberikan gambaran bagaimana perbedaan aktivitas yang seharusnya ada dan tidak ada, seperti bagaimana seorang suami bertindak sebagai suami, bagaimana seorang istri bertindak sebagai seorang sebagai istri, dan sebagainya. Aturan ini biasanya bersifat fleksibel atau tergantung dari masyarakat daerahnya, serta kadar dan tingkatnya. Di negara Amerika Utara contohnya, kebudayaan mereka mengajarkan bahwa seorang harus berpakaian sesuai dengan jenis kelamin mereka (gender). Akan tetapi mereka boleh memakai pakaian dengan cara yang berbeda pada saat siutasi yang berbeda. 7. Cultures no longer exist in isolation (Tidak bertahan lama disuatu daerah terpencil) Artinya kebudayaan tidak akan bertahan lama dalam suatu wilayah atau daerah terpencil. Apabila suatu kebudayaan baru memasuki wilayah tersebut, maka secara alamiah masyarakat disana akan berkembang dan mulai beradaotasi dengan kebudayaan-kebudayaan baru. Hal ini akan menyebabkan suatu budaya sulit bertahan (asli) di suatu tempat karena akan dipengaruhi oleh budaya-buadaya dari daerah lain disekitarnya. 8. Culture is shared (Dibagikan) Artinya, bahwa suatu kebudayaan merupakan kumpulan prinsip dan keyakinan baik, sehingga manusia tersebut akan berusaha melestarikan dengan cara menyebarkan ke manusia lain. Suatu kebudayaan dimiliki secara bersama-sama oleh sekelompok orang. Berdasarkan wilayah, kondisi iklim, dan warisan sejarah, mereka tumbuh dan berkembang di dalamnya. Setiap masyarakat memiliki suatu nilai dan keyakinan, dimana kumpulan-kumpulan prinsip/asas/dasar nilai dan keyakinan ini akan membentuk kebudayaan mereka. Kebudayaan bisa saja menjadi kepunyaan dari komunitas tunggal, tapi tidak akan pernah menjadi kepunyaan dari seseorang yang tunggal (individu).



D. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN Makna tentang budaya dan kebudayaan tidak pernah lepas dari unsur-unsur kebudayaan secara universal. Guru besar antropologi Universitas Indonesia Koentjaraningrat membagi unsur kebudayaan universal ini menjadi tujuh bagian. Yakni: 1. Bahasa Suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan sekaligus menjadi alat perantara yang utama bagi manusia untuk meneruskan atau mengadaptasikan kebudayaan. Ada dua bentuk bahasa yaitu lisan dan tulisan. 2. Sistem pengetahuan Unsur ini berkisar pada pengetahuan tentang kondisi alam sekelilingnya dan sifatsifat peralatan yang dipakainya. Sistem pengetahuan meliputi ruang pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna, waktu, ruang dan bilangan, sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia, tubuh manusia. 3. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial Dimaknai sebagai sekelompok masyarakat yang anggotanya merasa satu dengan sesamanya. Organisasi sosial meliputi: kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan. 4. Sistem peralatan hidup dan teknologi Teknologi di sini dimaknai sebagai jumlah keseluruhan teknik yang dimiliki oleh para anggota suatu masyarakat, meliputi keseluruhan cara bertindak dan berbuat dalam hubungannya dengan pengumpulan bahan-bahan mentah, pemrosesan bahan-bahan itu untuk dibuat menjadi alat kerja, penyimpanan, pakaian, perumahan, alat transportasi dan kebutuhan lain yang berupa benda material. Unsur teknologi yang paling menonjol adalah kebudayaan fisik yang meliputi, alat-alat produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan serta alat-alat transportasi. 5. Sistem mata pencaharian hidup Ini merupakan segala usaha manusia untuk mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan. Sistem ekonomi ini meliputi, berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan perdagangan. 6. Sistem religi Perpaduan antara keyakinan dan praktek keagamaan yang berhubungan dengan hal-hal suci dan tidak terjangkau oleh akal. Sistem ini meliputi, sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan, dan upacara keagamaan.



7. Keaenian. Kesenian dapat dimaknai sebagai segala hasrat manusia terhadap keindahan. Bentuk keindahan yang beraneka ragam itu timbul dari imajinasi kreatif yang dapat memberikan kepuasan batin bagi manusia. Pemetaan bentuk kesenian dapat terbagi menjadi tiga garis besar, yaitu; seni rupa, seni suara dan seni tari.



E. KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKAT  Perilaku Sehat dan Perilaku Sakit Masyarakat Salah satu pendekatan dalam ilmu sosiologi adalah teori Evolusi, dimana manusia berkembang membutuhkan waktu yang sangat lama. Tetapi perkembangan dalam satu bidang belum tentu diiringi dengan perkembangan bidang yang lain. Contoh perkembangan di bidang ilmu kesehatan dan kedokteran belum tentu diimbangi dengan perilaku sehat dan perilaku sakit masyarakat.  Konsep Sehat, Sakit danPenyakit Konsep sehat menurut WHO secara garis besar adalah suatu keadaan seseorang yang terbebas dari gangguan fisik, mental, sosial, spiritual serta tidak mengalami kecacatan. Menurut pandangan para ahli sosiologi, yang disebut sehat sangatlah bersifat subyektif, bukan obyektif. Persepsi masyarakat tentang sehat/sakit ini dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Jika individu merasa bahwa penyakitnya disebabkan oleh makhluk halus, maka dia akan memilih untuk berobat kepada “ orang pandai “ yang dianggap mampu mengusir makhluk halus tersebut dari tubuhnya sehingga penyakitnya akan hilang ( Jordan, 1985; Sudarti, 1988; dalam Solita, 1997).  Kesehatan sosial Kesehatan sosial adalah perikehidupan dalam masyarakat, sedemikian rupa sehingga setiap warga negara mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupannya sendiri serta kehidupan keluarganya dalam masyakarat, yang memungkinkannya bekerja dan menikmati hiburan pada waktunya. Sehat secara sosial dinyatakan sebagai kondisi pada seseorang yang memungkinkan ia menunaikan tugas perikehidupannya di tengah-tengah masyarakat, tanpa merasa cemas dalam memelihara dan memajukan dirinya sendiri maupun keluarganya sehari-hari.  Kesehatan Jiwa Pasal 1 UU No.3 Tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa: Kesehatan jiwa (mental Health) menurut paham ilmu Kedokteran pada waktu sekarang adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkemabngan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang-orang lain. Gangguan jiwa, merupakan sesuatu corak yang khusus bersifat manusiawi, yaitu berupa kegagalan individu dalam menjadikan hubungan antar manusia yang memuaskan dan menguntungkan baik bagi individu sendiri maupun lingkungannya.



 Konsep Sakit Di Masyarakat • Sakit bila tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari. • Sakit, bila fisik terasa tidak nyaman dan benar-benar sakit. • Sakit, bila psikis merasa ada gangguan • Sakit, bila terdapat ketidak-seimbangan antara fisik dengan psikis sehingga tidak mampu mengendalikan aktivitas. Subjektivitas masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, sosial, dan budaya.  Konsep Sehat Di Masyarakat • Merasa sehat bila tidak ada gangguan fisik. • Merasa sehat walaupun ada gangguan fisik, tetapi masih mampu beraktivitas. • Merasa sehat walaupun ada gangguan psikis tetapi masih mampu beraktivitas. • Merasa sehat melakukan aktivitas dengan anggota fisik yang tidak lengkap. Subjektivitasmasyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, sosial, dan budaya.  Peran Sakit (Parsons, 1951)    



Orang sakit dibebaskan dari peran-an sosial normal. Orang sakit tidak bertanggung- jawab terhadap kondisi sakitnya. Orang sakit ingin melepaskan diri dari sakitnya, ingin segera sembuh. Orang sakit seharusnya mencari pertolongan petugas kesehatan dan dokter.



F. FAKTOR SOSIAL DAN BUDAYA PADA PRILAKU KESEHATAN Indonesia yang yang terdiri dari beragam etnis tentu memiliki banyak budaya dalam masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan etnis yang lain dapat berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya yang positif, dapat dianggap budaya negatif di etnis lainnya. Sehingga tidaklah mengherankan jika permasalahan kesehatan di Indonesia begitu kompleksnya. Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masayarakat ada kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam mensosialisasikan kesehatan pada masyarakat luas dapat lebih terarah yang implikasinya adalah naiknya derajat kesehatan masyarakat. Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu



perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif. Hubungan antara budaya dan kesehatan sangat erat hubungannya dan sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. G. PERAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI ANEKA BUDAYA Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan. Doheny (1982) mengudentifikasi beberapa elemen peran perawat professional meliputi: 1. Care giver Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan evaluasi yang benar, menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah atau cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukannya. Dalam memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan, perawat memperhatikan individu sebagai makhluk yang holistic dan unik.Peran utamanya adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang meliputi intervensi atau tindakan keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuai dengan pendelegasian yang diberikan.



2. Client advocate Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upeya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan. Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, antara lain :



1. Hak atas informasi ; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit/ sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan 2. Hak mendapat informasi yang meliputi antara lain; penyakit yang dideritanya, tindakan medic apa yang hendak dilakukan, alternative lain beserta resikonya, dll



3. Counsellor Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya pula interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/ bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan penglaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat. 4. Educator Sebagai pendidik klien perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya malalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kadar kesehatan, dan lain sebagainya.



5.Collaborator Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawtan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.



6. Coordinator Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam menjalankan peran sebagai coordinator perawat dapat melakukan hal-hal berikut: 1. 2. 3. 4.



Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas Mengembangkan system pelayanan keperawatan Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan pada sarana kesehatan



7. Change agent Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap, bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara memberikan keperawatan kepada klien



8. Consultan Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik lain. Untuk menghadapi berbagai fenomena kebudayaan yang ada di masyarakat, maka perawat dalam menjalankan perannya harus dapat memahami tahapan pengembangan kompetensi budaya, yaitu: Pertama: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Pahami bahwa budaya bersifat dinamis. Hal ini merupakan proses kumulatif dan berkelanjutan Hal ini dipelajari dan dibagi dengan orang lain. Perilaku dan nilai budaya di tunjukkan oleh masyarakat Budaya bersifat kreatif dan sangat bermakana dalam hidup. Secara simbolis terlihat dari bahasa dan interaksi Budaya menjadi acuan dalam berpikir dan bertindak



Kedua: 1. Menjadi peduli dengan budaya sendiri. 2. Proses pemikiran yang terjadi pada perawat juga terjadi pada yang lain, tetapi dalam bentuk atau arti berbeda. 3. Bias dan nilai budaya ditafsirkan secara internal 4. Nilai budaya tidak selalu tampak kecuali jika mereka berbagi secara sosial dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. 5. Ketiga: 6. Menjadi sadar dan peduli dengan budaya orang lain trerutama klien yang diasuh oleh perawat sendiri 7. Budaya menggambarkan keyakinan bahwa banyak ragam budaya yang ada sudah sesuai dengan budayanya masing-masing



8. Penting untuk membangun sikap saling menghargai perbedaan budaya dan apresiasi keamanan budaya 9. Mengembangkan kemampuan untuk bekerja dengan yang lain dalam konteks budaya, diluar penilaian etnosentris



H. Aspek psikologi dalam keperawatan Di dalam keperawatan sendiri, psikososial bisa mencakup kesehatan mental dan juga dari kesehatan jiwa, dengan psikososial juga dapat membangun emosional dari pasien dan juga perilaku yang bisa terlihat di dalamnya. diantara 13 aspek psikososial dalam keperawatan adalah: 1. Peningkatan kepercayaan diri Dalam sebuah keperawatan ada juga beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya peningkatan kepercayaan diri tentang kesembuhan pada pasien dan juga kepada yang merawatnya, dengan aspek tersebut bisa membuat pasien dan juga yang merawatnya menjadi lebih percaya atas kesembuhan yang akan terjadi pada pasien. 2. Riwayat klien atau pasien Dari adanya riwayat pasien bisa terlihat dari latar belakaang, dan juga tahap perkembangan yang terjadi dari penyakit yang sedang dialami, adanya keyakinan budaya dan juga sisi spiritual dan keyakinan mengenais ehtanya pasien, akan membantu paisen dalam kesembuhan dan juga dalam sisi keperawatannya. Karena perkembangan kondisi juga termasuk ke dalam kajian psikososial yang cukup penting termasuk di dalamnya komponen kesehatan jiwa. 3. Penampilan dan perilaku motoric Dari sisi perawat biasanya akan melakukan pengkajian dari penampilanpaisen, apakah sudah sesuai dnegan usia, apakah sesuai dnegan apa yang sudah dikatakan oleh paisen, dna juga mengani kajian perilaku motoric yang terjadi, sehingga dengan melakukan pengkajian cara



bicara dapat diketahui kualitas dan juga kuantitas dari setiap abnormalitas yang terdapat di dalamnya. 4. Mood dan juga afek Yang dimaksud mood disini adalah mengenai hal yang berkaitan di dalamnya status emosional yang ada pada diri pasien, mood juga memiliki peranan yang sangat penting dalams ebuah aspek psikososialuntuk efek sendiri adalah ekspresi dari status emosional dari terlihatnya klien. 5. Proses berfikir Dari proses berfikir ini bisa berhubungan dengan bagaimana cara klien tersebut berfikir. Proses piker ini juga bisa disimpulkan dari cara klien tersebut mengutarakan isi fikirannya dari cara bicara, dengan isi piker juga bisa terlihat dari ucapan klien yang memang sebenarnya, untuk perawat sendiri bisa menyimpulkan apakah hal-hal yang dikatakan oleh klien tersebut benar adanya ataukah tidak. Dan juga apakah adanya keterkaitan antara ide yang bisa disampaikan dan berkaitan satu sama lainnya. 6. Proses intelektual Adanya orientasi pengenaan pada pasien, tempat dan juga waktu mampu mengetahui tahun yang benar, dan dari terdapatnya sebuah informasi mengenai tempat dan juga waktu, yang di dalamnya biasa disebut sevagai terorinterasi. 7. Keterlibatan keluarga Dengan adanya keterlibatan keluarga ini juga mamou melibatkan keluarga dalam melakukan keperawatan, dan sehingga bisa mennetukan dari sumber fisik, psikososial dan juga dari pendidikan dari adanya pelayanan kesehatan yang ada, selain itu juga dapat menentukan dari adanya ketergantungan pasien pada keluarga yang mellaui umur dan juga penyakit. 8. Kecemasan



Kecemasan bisa dikatakans ebagai salah satu aspek dari psikososial keperawatan, dimana dalam suatu kecemasan terdapat suatu perasaan yang tidak santai, ada juga rasa ketidaknyamanan, perasaan takut yang bisa diikuti degan suatu respon dengan suatu antisipasi bahaya. 9. Kepanikan Dalam suatu tingkatan kepanikan bisa berhubungan dengan sesuatu ketakutan dna terror di dlaamnya, rinciannya sendiri bisa kita lihat dari kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu hal. Sikap panic juga bisa memperlihatkan suatu kepribadian dari siis keperawatan. Di dalamnya juga bisa terjadi suatu peningkatan aktovitas motoric. Dan juga persepsi yang menyimpan. 10. Hubungan social Hubungan social juga disebut dengan kehdiupan klien, dimana tempat mengadu saat bicara, tempat meminta bantuan dan juga adanya dukungan mateual maupun nin material, dnegan adanya hubungan kelompok social ii juga bisa melaihat sejauh mana adanya perkembangan dari keperawatan pasien. 11. Pertimbangan fisiologis. Dalam sisi psikososial, perawat diharuskan untuk menyertakan adanya fungsi fisiologis, meskipun di dalamnya terdapat pengkajian kesehatan fisik dan juga mengenai hal yang tidak dapat diindikasikan, seperti di dalamnya mengenai hubungan emosional, pola atur makan, pola tidur dan hal lainnya. 12. Sikap dan juga pendekatan perawat Dari sisi psikososial hal ini tentu bisa sangat mempengaruhi dari adanya pendekatan pada perawat, sehingga harus dilakukan pendekatan agar tidak terjadi ketidaknyamanan diantara perawat dan juga dari sisi klien atau pasien., sehinga akan terdapat informasi yang tersampaikan dengan jelas.



13. Interaksi Interaksi memang harus dilakuka dan merupakan elemen yang sangat penting dalam aspek psikososial, karena dengan interaksi yang baik akan terjalin juga hubungan social yang utuh dan nyaman dari sisi perawat dan juga klien. Dalam secara keseluruhannya manusia merupakan mahlukpsikososial yang bisa menerapkan secara unik tentang sebuah sistem bagaimana cara melakukan interaksi yang baik, dalam hal ini juga manusia bisa dan mampu mepertahankan dengan melakukan keseimbangan di dalam hidupnya, adanya keseimbangan tersebut juga bisa melakukan penyesuaian diri dari lingkungannya, namun jika terjadi pada seseorang yang skait, dan orang tersebut gagal dalam melakukan pertahanan keseimbangan untuk dirinya malah akan sulit melakukan keseimbangan dengan lingkungan. Sehingga memang harus dilakukan cara agar aspek aspek yang ada di dalam psikososial ini bisa terjalin dengan baik diantara perawat dan juga pasien. termasuk adanya peran psikologi dalam keperawatan yang sangat penting,



I. Ruang lingkup psikososial dan psikologi lintas budaya 



Ruang lingkup psikososial



Berdasarkan pengertian psikolongi sosial di atas, maka Shaw & Constanzo membagi ruang lingkup Psikologi Sosial dalam 3 wilayah studi, yaitu: 1. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya: studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat). 2. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru (imitasi), dan lainnya. 3. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama, persaingan, dan konflik. Psikologi Sosial yang menjadi objek studinya adalah segala gerak gerik atau tingkah laku yang timbul dalam konteks sosial atau lingkungan sosialnya. Oleh karenanya masalah pokok yang dipelajari adalah pengaruh sosial atau perangsang sosial. Hal ini terjadi karena pengaruh sosial inilah yang mempengaruhi tingkah laku individu. Berdasarkan inilah Psikologi Sosial



membatasi diri dengan mempelajari dan menyelidiki tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi perangsang sosial (Ahmadi, 2005) Sebagaimana ilmu-ilmu yang lain, psikologi sosial bertujuan untuk mengerti suatu gejala atau fenomena. Dengan mengerti suatu fenomena, kita dapat membuat peramalan-peramalan tentang kapan akan terjadinya fenomena tersebut dan bagaimana hal itu akan terjadi. Selanjutnya, dengan pengertian dan kemampuan peramalan itu, kita dapat mengendalikan fenomena itu sampai batas-batas tertentu. Inilah sebetulnya tujuan dari ilmu, termasuk psikologi sosial 



Psikologi Lintas Budaya



Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubunganhubungan di antara budaya psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam budaya-budaya tersebut. Sedangkan pendapat beberapa ahli, yaitu: Segall, Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi. Definisi ini relatif sederhana dan memunculkan banyak persoalan. Sejumlah definisi lain mengungkapkan beberapa segi baru dan menekankan beberapa kompleksitas: Riset lintas-budaya dalam psikologi adalah perbandingan sistematik dan eksplisit antara variabel psikologis di bawah kondisi-kondisi perbedaan budaya dengan maksud mengkhususkan antesede-anteseden dan proses-proses yang memerantarai kemunculan perbedaan perilaku. Menurut Matsumoto, (2004) : Dalam arti luas, psikologi lintas budaya terkait dengan pemahaman atas apakah kebenaran dan prinsip-prinsip psikologis bersifat universal (berlaku bagi semua orang di semua budaya) ataukah khas budaya (culture spscific, berlaku bagi orang-orang tertentu di budaya-budaya tertentu)



Sedangkan Ruang Lingkup Psikologi Lintas Budaya dalam memahami tentang cabang ilmu psikologi lintas budaya yang dipelejari 1) Pewarisan dan Perkembangan Budaya 2) Budaya dan Diri (Self) 3) Persepsi 4) Kognisi & Perkembangannya 5) Psikologi Perkembangan 6) Bahasa 7) Emosi 8) Psikologi Abnormal 9) Psikologi Sosial 10) Factor psikososial



J. Factor psikososial Selain terdapat bahaya dari faktor fisik dan kimia dalam pekerjaan, ternyata terdapat juga efek psikologi dan somatic yang berasal dari stess akibat pekerjaan. Telah diketahui bahwa st ressyang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelainan somatic pada tubuh manusia, misa lnyapenyakit jantung koroner, dan dapat juga menebabkan terjadi kelainan mental termasuk d epresi.Riggio mengungkapkan bahwa faktorfaktor yang dapat menjadi sumber stres atau stresorkerja adalah,



1) stresor organisasional. 



pekerjaan yang berlebihan, dimana stres akan terjadi ketika pekerjaan yang harus dilakukan membutuhkan kerja yang sangat cepat, hasil yang banyak dan konsentrasiyang berlebihan.







Under-utilization yaitu suatu keadaan dimana seorang pekerja merasa tidak dapatmenggunakan



kemampuan yang dimilikinya yang berhubungan dengan pekerjaan.Misalnya lulusan sarjana



yang bekerja pada bagiancostumer service akan merasakanstres karena tidak bisa menggunakan kemampuannya dalam bekerja. 



Ketidakpastian tugas. Ketidakpastian tugas merupakan sumber stres yang dihasilkan dariambiguitas tugas peker



jaan. Misalnya saja, tugas dan persyaratannya tidak didefinisikansecara jelas. Ketika pekerja t idak yakin dengan tanggungjawab mereka dan tugastugasyang harus dikerjakan, maka stres dapat muncul. Ketidakpastian pekerjaan yang bisame nghasilkan stres ini juga bisa dihasilkan dari kurangya umpan balik reguler terhadapperforma nsi individu yang bersangkutan, seberapa baik atau burukkah hasil kenerjamereka. 



Kondisi fisik di lingkungan kerja.



Kondisi fisik di lingkungan kerja juga merupakansumber stres. Pekerjaan yang dilakukan pa da temperatur yang ekstrem, suara yang bisingatau pencahayaan yang kurang atau ventilasi y ang terbatas dapat mempengaruhimunculnya stres. Pekerjaan yang penuh bahaya yang mene mpatkan pekerja beada padaresiko kesehatan dan resiko hidup dapat juga menjadi penyebab s tres.



2) Sumber stres yang berdasarkan pada hubungan.Salah satu sumber paling besar yang membuat stres kerja dihasilkan dari sulitnya hubunganinterpersonal pada pekerjaan, yaitu str es interpersonal yang merupakan salah satu tipe stresdimana mungkin hampir semua pekerja mengalaminya. Stres interpersonal dipicu darikesulitan dalam membangun dan memelihara h ubungan dengan pekerja lain dalambekerja. Pimpinan yang kasar dengan gaya manajemen ya ng menghukum akan jugamenjadi sumber stres. Stres interpersonal juga bisa diakibatkan oleh rekan kerja dimanaantara individu dan rekan kerjanya ditempatkan dalam situasi konfli k yang serupa.Misalnya adanya promosi atau kenaikan jabatan.



3) Perasaan kurangnya kontrol.Perasaan semacam ini umumnya terjadi pada pekerjaan di tingka t rendah sampai padapekerjaan tingkat tinggi dalam suatu organisasi.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku hubungan antara manusia dan kelompok serta pengaruh sosial terhadap perilaku manusia. Psikologi sosial merupakan cabang baru dalam ilmu psikologi yang fokus terhadap hubungan antara kegiatan manusia terhadap situasi sosial. Sepertinya psikologi sosial adalah gabungan dari psikologi dan sosiologi. Kebudayaan adalah segala pengetahuan yang dimiliki manusia yang dituangkan dalam wujud emosi, peradaban, artefak, bahasa, dll berdasarkan pengalaman empiris Kebudayaan mempunyai hubungan dengan kesehatan dalam hal pencegahan serta pengobatan penyakit, meskipun dalam prakteknya masih dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional yang barbau mistis.



B. Saran Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.



DAFTAR PUSTAKA     



https://google.com celanacingkrang.blogspot.com/2012/konsep-sehat-sakit-berdasarkan.html https://ilmuseni.com/seni-budaya/karakteristik-kebudayaan https://www.zona referensi.com/pengertian-kebudayaan/ https://www.era.id/play/98uybl-mengenal-7-unsur-kebudayaan-universal