Kelompok 2 - Terapi Bermain Puzzle [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STASE KEPERAWATAN ANAK “PROPOSAL TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE”



Di Susun Oleh : Kelompok 2



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Gita Anggraeni Fransiskus Hendrik Lola Louvita Nurma Meutia Dwi Ramadhanti Istiqomah Sejati



20200305011 20200305013 20200305014 20200305015 20200305016 20200305018



JURUSAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA BARAT 2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan 1. Tujuan umum Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak dimulai dari bayi, usia bermain atau toddler, prasekolah, usia sekolah hingga remaja. Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Masa anak sangat senang ketika bermain (Hidayat, 2018). Bermain adalah suatu aktivitas anak dapat mempraktikkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran menjadi kreatif. Permainan dapat memberikan kesempatan untuk melatih keterampilan dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara dan kemampuannya sendiri. Bagi anak usia 0-6 tahun, bermain memberikan kesenangan dan mengembangkan imajinasi. Gerakan- gerakan fisiknya tidak sekedar penting untuk mengembangkan keterampilan- keterampilan fisik, melainkan juga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan, rasa harga diri, bahkan perkembangan kognisi. Salah satu jenis permainan yang sesuai untuk usia prasekolah adalah permainan puzzle (Supartini, 2004; Prabowo, 2008; Adriana, 2011). Pada umumnya,anak akan menunjukkan kemajuan perilaku kontrol motorik halus sederhana pada usia 4-6 tahun. Kemampuan motorik halus semakin meningkat pada usia 5-12 tahun yang ditandainya dengan meningkatnya keterampiran motorik halus secara signifikat di bagian pergelangan tanganya. Motorik halus anak usia dini dapat dikembagkan dengan berbagai cara, meliputi bermain, menggambar atau melukis, mewarnai, bermain boneka tangan, menyususun balok, dan bermian puzzle. Cara yang dimaksud adalah untuk mengenal tentang motorik halus



pengenalan dan melatih tentang motorik halus. Puzzle merupakan metode menyusun potongan-potongan gambar menjadi gambar yang utuh. Perkembangan motorik halus adalah meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif. Pada saat melakukan perminan, aktifitas sensori-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot, misalnya alat permainan yang digunakan bayi yang mengembangkan kemampuan sensori motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan usia prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik halus. (Hamalik, 2004; Apri, 2015).



2. Tujuan 1. Tujuan umum Mengetahui pengaruh bermain puzzle terhadap tingkat perkembangan motorik halus anak. 2.



Tujuan kusus 1. Mengetahui pengaruh kemampuan motorik halus anak dengan bermain puzzle 2. Mendeskripsikan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan usia. 3. Mengetahui kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun sebelum dan sesudah diberikan permainan puzzle



C. Sasaran 1. Sasaran dari media adalah anak anak yang masih suka coba-coba hal baru. 2. Anak-anak mampu menyelesaikan permainan puzzle sebagai media pembelajaran dan mendapatkan manfaat dari permainan ini.



BAB II DESKRIPSI KASUS A. Karakteristik Sasaran B. Prinsip Bermain Fadlillah (2017) mengatakan supaya tujuan bermain dapat terwujud dan mampu memberikan nilai manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, maka dalam bermain harus memperhstikan prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip ini di maksudkan sebagai upaya umtuk memberikan batasan dalam bermain, sehingga pelaksanaannya betulbetul berguna bagi diri anak. Selain itu, prinsip ini dimaksudkan agar anak daapt bermain dengan aman dan nyaman, serta memiliki nilai edukatif. Berkaitan dengan hal itu, Elkonin salah seorang murid Vigosky menggambar empat prinsip dalam bermain yaitu :



1. Dalam bermain anak menggembangkan sistem untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam rangka mencapai tujuan yang lebih kompleks 2. Kemampuan untuk menempatkan perspektif orang lain melalui aturan-aturan dan menegoisasikan aturan bermain 3. Anak menggunakan replika untuk menggantikan objek baru yang berbeda. 4. Kemampuan menggunakan simbol ini termasuk ke dalam perkembangan berpikir abstrak dan imajinasi 5. Ke hati-hatian dalam bermain, mungkin terjadi karena anak perlu mengikuti aturan permainan yang telah ditentukan bersama teman-temannya. C. Karakteristik Permainan Menurut Usia Berikut ini kita bahas kekhasan bermain berdasarkan ciri-ciri atau karakteristiknya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa bermain memiliki ciri-ciri khas yang perlu diketahui oleh guru dan orang tua. Kekhasan itu ditunjukkan oleh perilaku anak. Kegiatan disebut bermain apabila (Fadlillah, 2018) : 1. Menyenangkan dan menggembirakan bagi anak; anak menikmati kegiatan bermain tersebut; mereka tampak riang dan senang  2. Dorongan bermain muncul dari anak bukan paksaan orang lain; anak melakukan kegiatan karena memang mereka ingin. (perhatikan bagaimana anak yang lebih kecil memilih bermain air, anak yang mahir memilih menguasai bola, anak yang lain berusaha merebut bola dari anak lain; 3. Anak melakukan karena spontan dan sukarela; anak tidak merasa diwajibkan; (anak begitu saja berlari, mengejar, mengincar, merebut, dan menendang bola tanpa ada rencana sebelumnya.  4. Semua anak ikut serta secara bersama-sama sesuai peran masing-masing; (tampak pada gambar, anak memiliki peran masing-masing yang membuat mereka disebut bermain bola, seperti mengejar, merebut, memberi umpan, berusaha menguasai bola, bahkan ada yang asyik dengan air karena tidak mendapatkan bola. Anak menciptakan sendiri “ulah” mereka untuk mendukung kegiatan bermain mereka dan peran yang diambil) 5. Anak berlaku pura-pura, tidak sungguhan, atau memerankan sesuatu; anak pura-pura marah atau pura-pura menangis 6. Anak menetapkan aturan main sendiri, baik aturan yang diadopsi dari orang lain maupun aturan yang baru; aturan main itu dipatuhi oleh semua peserta bermain; (pada gambar tampak bahwa anak bermain bola di area berair, dengan luas wilayah semau mereka, dengan bola seadanya, dengan aturan yang mereka sepakati sendiri) (Tadkiroatun, 2010). 7. Anak berlaku aktif; mereka melompat atau menggerakkan tubuh, tangan, dan tidak sekedar melihat; (tampak pada gambar tidak ada seorang anak pun pasif, diam. Semua anak bergerak dengan pose masing-masing) 8. Anak bebas memilih mau bermain apa dan beralih ke kegiatan bermain lain; bermain bersifat fleksibel. (tampak pada gambar anak boleh pause sejenak dengan bermain air, boleh sambil bergurau, boleh sambil bergaya).



BAB III METODOLOGI BERMAIN A. Deskripsi Bermain Terapi bermain merupakan suatu aktivitas bermain yang dijadikan sarana untuk menstimulasi perkembanagan anak, mendukung proses penyembuhan dan membantu anak lebih kooperatif dalam program pengobatan serta perawatan. Bermain dapat dilakukan oleh anak sehat maupun sakit walaupun anak sedang dalam keadaan sakit tetapi kebutuhan akan bermainnya tetap ada. Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan (Muhamad, 2018) Bermain merupakan stimulasi yang tepat bagi anak. Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak sehingga anak mendayagunakan aspek emosional, sosial serta fisiknya. Bermain juga dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman dan pengetahuan serta



berkembangnya keseimbangan mental anak (Adriana, 2017). Melalui bermain semua aspek perkembangan anak ditumbuhkan sehingga anak menjadi lebih sehat dan cerdas. Bermain pada anak usia prasekolah terbukti mampu meningkatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak. Daya pikir anak terangsang untuk mendayagunakan aspek emosional, sosial serta fisiknya. B. Tujuan Permainan Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Seperti kebutuhan perkembangan mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti saat anakanak sakit atau di rumah sakit. Sebaliknya, bermain di rumah sakit memberikan manfaat utama yaitu meminimalkan munculnya masalah perkembangan anak, selain itu tujuan terapi bermain adalah untuk menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka, memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan mengatasi masalah mereka serta memberikan kesempatan bagi anakanak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru (Saputro & Fazrin, 2017). Terapi bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan sosial anak. Terapi bermain juga menciptakan suasana aman bagi anak untuk mengekspresikan diri mereka, memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan mengatasi masalah mereka serta memberikan kesempatan bagi anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru. (Saputro, 2017) Tujuan terapi bermain di rumah sakit adalah agar dapat melanjutkan fase tumbuh kembang  secara optimal, mengembangkan kretivitas anak sehingga dapat beradapatasi lebih efektif terhadap stress. (Saputro, 2017) C. Keterampilan Keterampilan yang terdapat dalam permainan puzzel yaitu keterampilan kognitif, motorik dan sosial. Dimana dalam keterampilan kognitif, mengajarkan anak bagaimana cara memecahkan masalah yaitu menyusun gambar. Keterampilan motorik halus yaitu bagaimana kemampuan anak otot – otot kecil khususnya tangan dan jari. Sedang kan keterampilan sosial yaitu bagiaman kemampuan anak dalam berinteraksi dengan orang lain. Bermai puzzle dapat dilakukan secara individu namun dapat dilakukan dengan cara berkelompok atau bersama. Selain itu bermain puzzle juga dapat melatih kesabaran, ketekunan, logika dan memerlukan waktu untuk sang anak berfikir dalam menyelesaikan tantangan itu. (Firiani, 2017) D. Jenis Permainan Jenis permainan yang akan dilakukan adalah terapi bermain puzzle. Metode Bermain Puzzle berpengaruh pada Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah, sebab bermain puzzle dapat mengkoordinasi gerak mata dan tangan anak, dengan itu tanpa mereka sadari motorik halus mereka terus terlatih dan berkembang dengan bagus. Selain itu, ketika mereka bermain puzzle anak dapat berlatih untuk mengenal  bentuk dan bagaimana mereka mengisi ruang kosong dimana potonganpotongan tersebut di perlukan. Puzzle juga mendorong anak untuk mengenali persamaan, seperti bagaimana warna yang merah atau garis tebal di dalam suatu potongan sesuai dengan corak yang sama pada potongan yang lain. Melalui permainan ini anak-anak dapat belajar bahwa  suatu benda atau objek tersusun dari bagian– bagian kecil. Permainan ini mendorong anak mengerti cara mengkombinasikan unsurunsur yang berbeda.(Andriana dalam Lilis, 2018). E. Alat Bermain



F. Proses Bermain G. Waktu Pelaksanaan H. Hal-hal yang Perlu Diwaspadai I. Antisipasi Meminimalkan Hambatan J. Perorganisasian K. Sistem Evaluasi



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan



DAFTAR PUSTAKA Adriana, Dian. (2017). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain pada Anak. Jakarta : Salemba Medika Fadlillah, m. (2017). Buku Ajar Bermain & Permainan Anak Usia Dini. Prenadamedia Grup, Rawamangun-Jakarta. Firiani, W. (2017). Keperawatan Anak dan Tumbuh Kembang (Pengkajian dan Pengukuran). Yogyakarta : Nuha Medika Lilis, M. (2018). Metode Bermain Puzzle Berpengaruh Pada Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Pra Sekolah. Lamongan : Jurnal Endurance Muhamad Idris, Mathilda Reza. (2018). Efektifitas Terapi Bermain Mewarnai Terhadap Penurunan Kecemasan Akibat Hospitaliasi Anak Pra Sekolah (3-6 Tahun) Di Ruang Melati RSUD Bekasi. Jakarta Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Anak Sakit Wajib Bermain Di Rumah Sakit. Ponorogo : Forum Ilmiah Kesehatan. Tadkiroatun, Musfiroh. 2010. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta: Grasirindo



SAP TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE Pokok Bahasan



: Terapi Bermain



Sub Pokok Bahasan



: Menyusun Puzzle



Target/Sasaran



: Anak Prasekolah ( 3-6 tahun )



Hari/Tanggal



:



Waktu



:



Tempat



: Tempat Tinggal Anak



A. Pendahuluan Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk anak. Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek emosional, sosial serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman, dan pengethauan serta keseimbangan mental anak (Saputro & Intan, 2017). Menurut jean piaget tahap perkembangan anak usia prasekolah masuk kedalam kelompok praoprasional. Pada tahap ini anak sudah mulai bisa bermain khayal dan purapura, banyak bertanya, dan mulai mencoba hal-hal baru, dan menemui simbol-simbol tertentu. Adapun alat permainan yang cocok untuk usia ini adalah yang mampu merangsang perkembangan imajinasi anak, seperti menggambar, balok/lego, dan puzzle. Namun sifat permainan anak usia dini lebih sederhana dibandingkan dengan operasional konkret (Usman, 2015) Terapi bermain menyusun puzzle adalah menyusun kepingan-kepingan puzzle menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap. Puzzle adalah permainan yang terdiri dari potongan gambar-gambar, kotak-kotak, bangunbangun, huruf-huruf dan angka angka yang disusun menjadi sebuah permainan yang memiliki daya tarik. Sehingga permainan puzzle akan membuat peserta didik menjadi termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan merangkai potongan Puzzle secara tepat dan cepat (Muh, 2011). Terapi bermain menyusun puzzle dapat menstimulus perkembangan motorik halus anak (Yuniati, 2018). Dengan menggunakan metode bermain puzzle dapat meningkatkan kemampuan kognitip anak (Nada, 2018). B. Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah dilakukan terapi bermain menyusun puzzle, diharapkan anak dapat menjadi lebih aktif dan anak dapat beradaptasi dengan lingkungan dan bersosialisasi dengan teman sebayanya. 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah dilakukan terapi bermain menyusun puzzle, diharapkan anak dapat : a. Mealtih kemampuan kognitip anak. b. Melatih kemampuan motorik halus anak. c. Melatih kemampuan sosial personal anak. d. Melatih kemampuan kepercayaan diri anak.



C. Perencanaan 1. Jenis Program Bermain Terapi bermain puzzle adalah menyusun kepingan-kepingan puzzle menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap. 2. Karakteristik Bermain a. Melatih kemampuan kongnitip b. Melatih motorik halus 3. Karakteristik Peserta a. Anak usia prasekolah ( 3-6 tahun) b. Jumlah peserta 5-7 anak c. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain menyusun puzzle d. Anak yang kooperatif dan mampu mengikuti kegiatan sampai selesai e. Anak tidak mempunyai keterbatasan fisik 4. Metode Demonstrasi 5. Media a. Gambar Puzzle yang disediakan b. Lem D. Strategi Pelaksanaan No



Kegiatan



Waktu



Respon Anak



Penanggung Jawab



1



Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri b. Memperkenalkan anak satu persatu c. Menyampaikan tujuan dan maksud dari kegiatan d. Menjelaskan kontrak waktu



1. Menjawab salam 2. Berkenalan 3. Mendengarkan



Leader & Co Leader



2



Kegiatan Bermain 20 menit a. Mencontohkan langkah kerja permainan b. Anak diminta untuk mengamati terlebih dahulu gambar yang ada di dalam puzzle, memencar kepingan puzzle. c. Mempersilakan anak untuk melakukan



Bermain



Co Leader, fasilitator, observer



permainan sendiri atau dibantu perawata. d. Mendampingi anak dan memberikan motivasi kepada anak dalam menyusun puzzle 3



Penutup 5 menit a. Memberi pujian terhadap atas hasil karyanya b. Mengidentifikasi kejadian kesan yang di dapat oleh anak c. Memberi salam penutup



E. Pengorganisasian 1. Leader 2. Co Leader 3. Fasilitator 4. Observer



1. Selesai bermain 2. Mengungkapkan perasaan 3. Menjawab salam



Leader



: Lola Louvita : Dwi Ramadhanti : Gita Anggraeni, Nurma Meutia, dan Istiqomah Sejati : Fransiskus Hendrik



F. Evaluasi 1. Evaluasi struktur 2. Evaluasi Proses 3. Evaluasi Hasil G. Daftar Pustaka Muh, Syukron. (2011). Upaya Penggunaan Media Games Puzzle Untuk Meningkatkan Pemahan Siswa. Jakarta: Balai Pustaka. Nada, I. K. (2018). Penerapan Permainan Puzzle Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini Kelompok B Di Ra Roudhlotul Salafiyah Pucung Lor Ngantru Tulungagung Tahun Ajaran 2017/2018. Saputro, Heri & Intan Fazri. (2017). Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit; proses, manfaat dan Pelaksanaannya. Ponorogo : FORIKES Usman, Muhammad. (2015). Perkembangan Bahasa dalam Bermain dan Permainan: Untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Yogjakarta: Deepublish Yuniati, E. (2018). Puzzle mempengaruhi perkembangan motorik halus anak usia prasekolah Di TK At Taqwa Mekarsari Cimahi. Jurnal Kesehatan, 11(1), 36-47.



Nama : Umur :



BUAH-BUAHAN



Nama : Umur :



BUAH-BUAHAH