Terapi Bermain PUZZLE BONA2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH “PERMAINAN PUZZLE” DI RUANG BONA 2 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA



Disusun oleh : KELOMPOK 3



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.



Astin Th Genakama, S.Kep. Albina Jenita, S.Kep. Ida Berliana, S.Kep. Nurul Yuniarsih, S.Kep. Siska Nurul Fauziah, S.Kep. Rambu Eri Hupunau, S.Kep. Beni Wahyudi, S.Kep. Ade Putrina, S.Kep. Mas Sonia Nabeela Salhami, S.Kep. Achmad Tirmidzi, S.Kep. Lia Wahyu Utami, S.Kep. Melan A Simbolon, S.Kep



131823143006 131823143007 131823143012 131823143016 131823143018 131823143021 131823143025 131823143028 131823143029 131823143031 131823143071 131823143070



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2019 PROPOSAL TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH



1



“PERMAINAN PUZZLE” A.



LATAR BELAKANG Hospitalisasi adalah kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya perubahan



atau gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan. Hospitalisasi terjadi apabila dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami suatu gangguan fisik maupun mental yang memungkinkan anak untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit. Hospitalisasi dapat merupakan satu penyebab stres bagi anak dan keluarganya. Tetapi tingkat stresor terhadap panyakit dan hospitalisasi tersebut berbeda menurut anak secara individu. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pasien anak di ruang Neuro dan Kardio Bona II, RSUD Dr. Soetomo didapatkan bahwa hampir 90% anak sering rewel, menangis, takut, cemas dengan petugas kesehatan dan tindakan medis yang dilakukan. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Upaya yang bisa dilakukan adalah meminimalkan stres sebagai pengaruh negatif dari hospitalisasi yaitu dengan melakukan kegiatan “Terapi Bermain”. Bermain dipercaya mampu menurunkan stres pada anak akibat lingkungan yang baru dan tindakan invasif selama proses perawatan di rumah sakit. Menurut Catron dan Allen dalam bukunya Early Childhood Curriculum A Creative-Play Model (1999) mengatakan bahwa bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak berkembang optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek perkembangan anak. Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Bermain merupakan salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan



2



kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009) Bermain pada anak dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan mengembangkan imajinasi serta melatih daya motorik halus dan kasar pada anak. Pada



anak



pra



sekolah



umumnya



perkembangan



motorik



kasar



dan



motorik halusnya sudah baik (Soetjiningsih, 1995). Pada tahap ini mereka berminat untuk mendapatkan pengetahuan dan mulai mengalami peningkatan kompetensi. Dengan mengerti tentang dunia anak terutama usia anak pra sekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan program terapi bermain karena dengan bermain membuat anak menjadi lebih rileks. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. Terapi bermain puzzle yang akan dilaksanakan yaitu bermain menyusun puzzle. Alasan memilih terapi bermain menyusun puzzle adalah untuk mengembangkan



motorik



halus, keterampilan



kognitif



dan kemampuan



berbahasa. Puzzle merupakan salah satu bentuk permainan yang membutuhkan ketelitian, melatih untuk memusatkan pikiran, karena kita harus berkonstrasi ketika meyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap. Sehingga puzzle merupakan jenis permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif. B.



TUJUAN 2.1 Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti terapi bermain menyusun puzzle diharapkan dapat mengurangi dampak stress hospitalisasi pada anak 2.2 Tujuan Instruksional Khusus 3



Dengan mengikuti terapi bermain menyusun puzzle, diharapkan dapat: 1) Melatih kemampuan kognitif anak. 2) Melatih kemampuan motorik halus anak. 3) Melatih kemampuan sosial personal anak. 4) Melatih kemampuan berbahasa anak. C.



SASARAN 1) Anak usia prasekolah (3-5 tahun) 2) Anak yang dirawat di ruang Hematologi Bona 2 3) Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi proses terapi bermain. 4) Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai. 5) Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain menyusun puzzle.



D.



JADWAL PELAKSANAAN 1) Hari / Tanggal : Selasa, 22 Oktober 2019 2) Waktu



: 10.00-10.50 WIB



3) Tempat : Ruang Hematologi Bona 2 RSUD Dr Soetomo Surabaya E.



MEDIA 1) Puzzle 2) Karpet



4



F.



KEGIATAN PERMAINAN



No Waktu . 1. H-1 kegiatan H-1 kegiatan 10 menit 2



3.



30 Menit



4.



10 Menit



Kegiatan Persiapan : 1. Menyiapkan ruangan 2. Mengundang anak keluarga 3. Menyiapkan alat-alat 4. Menyiapkan anak



Respon Anak



dan



Ruangan, alat dan anak



Pembukaan : 1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan 1) Mendengarkan diri kontrak 2. Menyampaikan tujuan 2) Mendengarkan tujuan dan maksud dari dari penyuluhan kegiatan 3) Mendengarkan 3. Menjelaskan kontrak kontrak. waktu dan mekanisme 4) Mendengarkan kegiatan bermain. instruksi 4. Menjelaskan cara bermain menyusun puzzle. Pelaksanaan : 1. Mengajak anak bermain Bermain bersama dengan menyusun puzzle. antusias. 2. Fasilitator mendampingi anak dan memberikan motivasi kepada anak. 3. Menanyakan kepada anak apakah sudah selesai dalam menyusun puzzle. 4. Memulai permainan puzzle 5. Memberitahu anak bahwa waktu yang diberikan telah selesai. 6. Menceritakan tokoh dalam puzzle 7. Memberikan pujian terhadap anak yang mampu menyusun sampai selesai. Evaluasi : 1. Melakukan review Anak mendengarkan pengalaman bermain dan merespon dengan menyusun puzzle menjawab kesan dan 2. Mengidentifiasi kejadian pengalamannya selama 5



yang berkesan selama bermain 3. Menganalisis kesan yang didapat oleh anak 4. Menyimpulkan kegiatan acara



G.



bermain ular tangga



PENGORGANISASIAN Pembimbing klinik



: Ertawati, S.Kep, Ns., MM Suparmiasih, S.Kep., Ns. Pembimbing akademik : Dr. Mira Triharini, S.Kp., M.Kep Ilya Krisnana, S.Kep.Ns., M.Kep. Penanggungjawab Acara : Nurul Yuniarsih, S.Kep Leader : Nurul Yuniarsih, S.Kep Co-Leader : Siska Nurul Fauziah, S.Kep Fasilitator : Ida Berliana, S.Kep Ade Putrina, S.Kep Lia Wahyu Utami, S.Kep Beni Wahyudi, S.Kep Albin Jenita, S.Kep Rambu Eri H, S.Kep Melan Apriaty S, S.Kep Mas Sonia NS, S.Kep Observer : Astin Gama, S.Kep Dokumentasi : Achmad Tirmidzi, S.Kep H. JOB DESCRIPTION 1) Leader Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu membuka dan menutup kegiatan ini. 2) Co Leader Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain dalam terapi bermain. 3) Fasilitator -



Memfasilitasi anak untuk bermain.



-



Membimbing anak bermain.



-



Memperhatikan respon anak saat bermain.



-



Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya.



4) Observer



6



-



Mengawasi jalannya permainan.



-



Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana.



-



Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.



-



Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan Leader dan fasilitator.



I.



SETTING TEMPAT Terapi bermain ini dilakukan di Ruang Hematologi Bona Lantai 2 dengan setting tempat sebagai berikut :



Keterangan:



J.



: Leader



: Co Leader



: Peserta



: Fasilitator



: Dokumentasi



: Observer



KRITERIA EVALUASI



1. Evaluasi struktur 1) Kesiapan media dan tempat 2) Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di Ruang Hematologi Bona lantai 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya 3) Pengorganisasian penyelenggaraan terapi bermain dilakukan sebelum terapi bermain dilaksanakan.



7



2. Evaluasi proses 1) Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan teratur 2) Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik 3) Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan 4) 100 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir 3. Evaluasi Hasil 1) Peserta memahami permainan yang telah dimainkan. 2) Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi alat mainannya 3) Anak dapat mengembangkan hubungan social, komunikasi dan belajar untuk sabar dan saling menghargai. 4) Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama hospitalisasi, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi dan relaksasi) 5) Anak dapat berintraksi dengan anak lain dan perawat. 6) Jumlah peserta 10 orang. K.



Metode Permainan Puzzle 1. Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang meliputi waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang terkait dengan program terapi bermain. 2. Diawal permainan, anak diperkenalkan dengan puzzle, lalu diberikan penjelasan mengenai cara bermain puzzle. 3. Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk mengamati terlebih dahulu gambar yang ada di dalam puzzle, memencar kepingan puzzle, menyusun kembali kepingan puzzle sesuai gambar semula dengan benar. 4. Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain puzzle berlangsung. 5. Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam kegiatan membentuk mainan. 6. Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak dipersilahkan untuk berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak selama terapi bermain berlangsung. 7. Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap perilaku anak dan proses jalannya terapi bermain.



8



8. Setelah anak selesai menyusun puzzle, anak diharapkan untuk bercerita tentang gambar yang ada di dalam puzzle sesuai dengan imajinasi anak. 9. Pada akhir kegiatan diberikan pengumuman hasil bangun terbaik dan memberikan bangun tersebut sebagai reward. 10. Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka dan memberikan pujian kepada semua peserta sebagai reward



LAMPIRAN MATERI KONSEP BERMAIN 2.1 Pengertian Bermain Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos (Schaefer et al, 1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).



9



Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). 2.2 Fungsi Bermain 1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan



taktil,audio dan visual melalui



rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih cepat berkembang. 2. Membantu Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya. 3. Meningkatkan Sosialisasi Anak Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah 10



mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang. 4. Meningkatkan Kreatifitas Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan. 5. Meningkatkan Kesadaran Diri Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain. 6. Mempunyai Nilai Terapeutik Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.



7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar. 2.3 Tujuan Bermain Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai berikut :



11



1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya. 2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya. 3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah. 4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah sakit. 2.4 Manfaat Bermain Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut ini adalah bererapa manfaat bermain pada anak-anak : 1) Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan, anak dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan, sehingga ia tidak merasa gelisah. 2) Perkembangan aspek motorik kasar dan halus. 3) Perkembangan aspek sosial. Anak akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaankebiasaan dan standar moral yang dianut oleh masyarakat. 4) Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat kesempatan untuk melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan tertekan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dalam dirinya. 5) Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar, mengembangkan daya cipta, memahami kata-kata yang diucapkan oleh teman-temannya. 6) Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan bukan anak yang acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya. 7) Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil bebas dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh seorang anak. 8) Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu dan sering digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu, melatih konsep dasar.



12



2.5 Macam - Macam Bermain 1.



Bermain aktif



Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi : a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play) Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar. b. Bermain konstruksi (Construction Play) Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan. c. Bermain drama (Dramatic Play) Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya. d. Bermain fisik Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain. 2. Bermain pasif Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini : a. Kesehatan anak menurun. b. Tidak ada variasi dari alat permainan. c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya. d. Tidak mempunyai teman bermain. 2.6 Prinsip dalam Aktivitas Bermain Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti: a. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk melakukan permainan. b. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. 13



c. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak. d. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur. e. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut. f. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab. 2.7 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam bermain yaitu: a. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. b. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit. c. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri. d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas anak dalam bermain. e. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. 2.8 Konsep Puzzle Puzzel berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat



14



disimpulkan bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya. Ada beberapa jenis puzzle, antara lain: a. Puzzle konstruksi Puzzle rakitan (construction puzzle) merupakan kumpulan potonganpotongan yang terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi beberapa model. Mainan rakitan yang paling umum adalah blok-blok kayu sederhana berwarna-warni. Mainan rakitan ini sesuai untuk anak yang suka bekerja dengan tangan, suka memecahkan puzzle, dan suka berimajinasi. b. Puzzle batang (stick) Puzzle batang merupakan permainan teka-teki matematika sederhana namun memerlukan



pemikiran



kritis



dan penalaran yang baik untuk



menyelesaikannya. Puzzle batang ada yang dimainkan dengan cara membuat bentuk sesuai yang kita inginkan ataupun menyusun gambar yang terdapat pada batang puzzle. c. Puzzle lantai Puzzle lantai terbuat dari bahan sponge (karet/busa) sehingga baik untuk alas bermain anak dibandingkan harus bermain di atas keramik. Puzzle lantai memiliki desain yang sangat menarik dan tersedia banyak pilihan warna yang cemerlang. Juga dapat merangsang kreativitas dan melatih kemampuan berpikir anak. Puzzle lantai sangat mudah dibersihkan dan tahan lama. d. Puzzle angka Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu anak dapat melatih kemampuan berpikir logisnya dengan menyusun angka sesuai urutannya. Selain itu, puzzle angka bermanfaat untuk melatih koordinasi mata dengan tangan, melatih motorik halus serta menstimulasi kerja otak. e. Puzzle transportasi Transportasi merupakan permainan bongkar pasang yang memiliki gambar berbagai macam kendaraan darat, laut dan udara. Fungsinya selain untuk melatih motorik anak, juga untuk stimulasi otak kanan dan otak kiri. Anak akan lebih mengetahui macam-macam kendaraan.



15



f. Puzzle logika Puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat mengembangkan keterampilan serta anak akan berlatih untuk memecahkan masalah. Puzzle ini dimainkan dengan cara menyusun kepingan puzzle hingga membentuk suatu gambar yang utuh. g. Puzzle geometri Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat mengembangkan keterampilan mengenali bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi dan lainlain), selain itu anak akan dilatih untuk mencocokkan kepingan puzzle geometri sesuai dengan papan puzzlenya. h. Puzzle Penjumlahan dan Pengurangan Puzzle penjumlahan dan pengurangan merupakan puzzle yang dapat mengembangkan



kemampuan



logika



matematika



anak.



Dengan



puzzle



penjumlahan dan pengurangan anak memasangkan kepingan puzzle sesuai dengan gambar pasangannya. 2.9 Fungsi Permainan Puzzle 1. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran 2. Melatih koordinasi mata dan tangan. Anak belajar mencocokkan kepingkeping puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar. 3. Memperkuat daya ingat 4. Mengenalkan anak pada konsep hubungan interaksi sosial 5. Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih anak untuk berfikir matematis (menggunakan otak kiri). 2.5 Metode Permainan Puzzle 11. Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang meliputi waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang terkait dengan program terapi bermain. 12. Diawal permainan, anak diperkenalkan dengan puzzle, lalu diberikan penjelasan mengenai cara bermain puzzle. 13. Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk mengamati terlebih dahulu gambar yang ada di dalam puzzle, memencar kepingan puzzle, menyusun kembali kepingan puzzle sesuai gambar semula dengan benar. 16



14. Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain puzzle berlangsung. 15. Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam kegiatan membentuk mainan. 16. Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak dipersilahkan untuk berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak selama terapi bermain berlangsung. 17. Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap perilaku anak dan proses jalannya terapi bermain. 18. Setelah anak selesai menyusun puzzle, anak diharapkan untuk bercerita tentang gambar yang ada di dalam puzzle sesuai dengan imajinasi anak. 19. Pada akhir kegiatan diberikan pengumuman hasil bangun terbaik dan memberikan bangun tersebut sebagai reward. 20. Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka dan memberikan pujian kepada semua peserta sebagai reward.



DAFTAR PUSTAKA Inggried Claudia Muloke, Amatus Yudi Ismanto Dan Yolanda Bataha. 2017. Pengaruh Alat Permainan Edukatif (Puzzle) Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Di Desa Linawan Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. E-Journal Keperawatan(E-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017 Lilis Maghfuroh. 2018. Metode Bermain Puzzle Berpengaruh pada Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Pra Sekolah. Doi: 102221.16/jen.v3i1.2488



17



Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC Sujiono, Nurani, Yuliani, 2008. Metode Perkembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Cetakan 1, Jakarta : EGC. Tunggul Sri Agus Setyaningsih, Hesti Wahyuni. 2018. Stimulasi Permainan Puzzle berpengaruh Terhadap Perkembangan sosial Dan Kemandirian anak Usia Pra sekolah Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Wong’s Essentials of Pediatric Nursing). Terjemahan oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta : EGC. Yulianty



I,



Rani.



(2011).



Permainan



Yang



Meningkatkan



Kecerdasan



Anak.Jakarta. Laskar Aksara



18



Lembar Observasi Pelaksanaan Terapi Bermain NO Aspek yang Dinilai I Struktur Terapi Bermain 1. Persiapan media terapi bermain 1. Kotak Puzzle 2. Tikar 2 Kelengkapan jumlah mahasiswa: a. Leader (1) b. Co-leader (1) c. Fasilitator (8) d. Observer (1) e. Dokumentator (1) II Proses Terapi Bermain 1. Pembukaan, Leader : a. Membuka acara terapi bermain dengan mengucapkan salam b. Memperkenalkan diri dan meminta peserta menyebutkan nama c. Menjelaskan kontrak waktu d. Menjelaskan permainan apa yang akan dilakukan dan tujuan terapi bermain e. Memberikan contoh kepada peserta cara bermain puzzle f. Memimpin jalannya permainan dari awal sampai akhir 2. Pelaksanaan Co-leader : a. Membantu Leader menjelaskan cara bermain kepada peserta b. Membantu Leader memberikan contoh kepada peserta cara bermain puzzle c. Memberikan kesempatan pada peserta untuk ikut memulai permainan d. Mengatur waktu permainan Fasilitator : a. Mengarahkan peserta untuk bermain b. Memotivasi peserta dalam menyelesaikan permainan c. Membantu leader dalam mengkondisikan peserta agar fokus pada jalannya permainan Pelaksanaan terapi berlangsung tepat waktu 3.



4.



Ya



Tidak



Evaluasi : observer a. Memberikan Check list pada lembar evaluasi kemajuan peserta b. Memberikan penilaian kemampuan anak berdasarkan kriteria di lembar evaluasi kemajuan. Terminasi :



19



III 1.



a. Memberikan reward kepada peserta terbaik oleh leader, dan fasilitator b. Memberikan trik penyelesaian tugas dalam permainan puzzle c. Leader mengucapkan terima kasih Hasil Terapi Bermain Peserta Terapi Bermain : a. Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan terapi bermain b. Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan selesai. c. Anak mampu menyelesaikan setidaknya menyusun semua kepingan pada tahap sulit, dan mampu menyusun setidak separo kepingan ringan dan sedang dalam waktu yang telah ditentukan



20



Lembar Evaluasi Kemajuan Kategori kemampuan anak Penilaian Kognitif - Anak mampu mengerti dan menjelaskan pesan yang terkandung dalam permainan - Anak mampu menyelesaikan tugas dalam permainan dalam berbagai tahapan: Total a) Tahap ringan Kriteria b) Tahap sedang c) Tahap sulit Sosial - Anak mau memperkenalkan diri di depan teman sepermainan - Anak mampu berkomunikasi baik dengan teman Total sepermainan Kriteria - Anak dapat berkomunikasi baik dengan perawat



An...



An...



An...



An...



An...



An...



An...



An...



Afektif - Anak dapat mematuhi peraturan permainan Total Kriteria Jumlah akhir Keterangan skor: 0 : Tidak dapat melakukan 1 : Dapat melakukan dengan bantuan 2 : Dapat melakukan dengan motivasi 3: Dapat melakukan dengan mandiri



Baik Cukup Kurang



Kriteria tiap kategori: : jumlah skor 17-24 : jumlah skor 9-16 : jumlah skor 0-8



21



22



23