Proposal Terapi Bermain Puzzle [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL TERAPI BERMAIN STASE KEPERAWATAN ANAK DI BANGSAL DADAP SEREP RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI



Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners Stase Anak



Disusun Oleh : Ketut Darmawan 18160073



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA 2018/2019



1



Profesi Ners XI Unriyo



Halaman Pengesahan Terapi Bermain Stase Keperawatan Anak



Boyolali,



Januari 2019



Disusun Oleh Mahasiswa



Ketut Darmawan



Mengetahui,



Dosen Pembimbing



(



Clinical Instructure



)



(



)



SATUAN ACARA TERAPI BERMAIN



2



Profesi Ners XI Unriyo



Topik



: Terapi Bermain



Sub Topik



: Menyusun puzzle



Tempat



: Bangsal Anak Dadap Serep RSUD Pandan Arang Boyolali



I.



LATAR BELAKANG Setiap orang dewasa, masyarakat dan pemerintah berkewajiban untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak anak sejak anak masih di dalam kandungan, memenuhi kebutuhan dasar anak dalam bentuk asih (kebutuhan fisik biologis termasuk pelayanan kesehatan), asah (kebutuhan kasih saying dan emosi), dan asuh (kebutuhan stimulasi dini) agar anak bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Di samping memenuhi hak-hak yang sudah melekat pada anak, pembinaan anak perlu pula diarahkan untuk menggugah dan meningkatkan kesadaran akan kewajiban dan tanggung jawab anak kepada orang tua, masyarakat, bangsa dan Negara (Kemenkes RI, 2014). WHO dalam Infodatin Kemenkes RI (2014) mendefinisakan batasan usia anak adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun. Anak adalah aset bangsa dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara kita. Oleh karena itu perhatian dan harapan yang besar perlu diberikan kepada anak. Menurut Wong (2009), hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit sehingga anak harus beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. Terdapat sekitar lebih dari 5 juta anak menjalani hospitalisasi karena prosedur pembedahan dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut, anak mengalami kecemasan dan stress di Amerika Serikat,. Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 yang dikutip oleh Apriany (2013), di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari keseluruhan jumlah penduduk adalah 14,44%. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi



3



Profesi Ners XI Unriyo



yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak karena menghadapi stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak nyaman dan merasakan sesuatu yang menyakitkan (Supartini, 2004). Untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh anak dapat diberikan terapi bermain. Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada (Katinawati, 2011). Bermain sering disebut bahasa atau karya anak. Bermain memfasilitasi penguasaan tahap perkembangan dengan memperkuat proses fisik dan neurologis. Bermain juga membantu dalam pembelajaran kognitif, serta untuk pemecahan masalah dan kreativitas (Ball, et al. 2012). Perawat yang melibatkan anak dalam aktivitas yang sesuai dengan tingkat perkembangan akan lebih menormalkan lingkungan anak dan membantu mengurangi gangguan perkembangan anak (Wong, 2009). Bermain terapeutik sudah diidentifikasi sebagai intervensi yang efektif untuk persiapan anak hospitalisasi, koping, pemahaman, dan prosedur untuk mengurangi nyeri, dan stres karena hospitalisasi. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara melibatkan penggunaan film, video, atau bukubuku (Alfiyanti, Hartati & Samiasih, 2007). Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Ball, et al. 2012). Selain itu, bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-otot, kognitif serta emosinya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana anak dapat mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak mendapatkan kesempatan cukup untuk bermain. Bermain dapat



4



Profesi Ners XI Unriyo



menjadikan anak individu dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas dibandingkan pada anak yang masa kecil kurang mendapatkan kesempatan untuk bermain.



II.



TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit, anak diharapkan bisa merasa senang selama perawatan di rumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat, serta anak lebih nyaman selama berada di rumah sakit.



III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diajak bermain selama 30 menit anak diharapkan: 1.



Anak merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat



2.



Merasa nyaman selama dirawat



3.



Gerakan motorik halusnya bisa terarah



4.



Berkembang kognitifnya



5.



Kejenuhan anak selama di rumah sakit berkurang



6.



Kreatifitas anak bisa berkembang



IV. PERENCANAAN 1. Jenis Program Bermain Menyusun puzzle 2. Karakteristik a. Anak usia 6-12 tahun b. Anak didampingi oleh orang tua c. Anak dapat duduk dan keadaan umum yang cukup baik d. Anak kooperatif 3. Metode Demonstrasi dan bermain bersama 4. Alat yang digunakan Puzzle



5. Setting Tempat



5



Profesi Ners XI Unriyo



Bermain dilakukan di ruang bermain anak. Perawat berhadapan dengan anak sedangkan orang tua berada di sebelah anak untuk membantu dalam bermain. Ket: : Perawat



: Tempat tidr



: orang tua pasien



: Anak



V.



STRATEGI PELAKSANAAN 1. Persiapan a. Menyiapkan ruangan b. Menyiapkan alat-alat c. Menyiapkan anak dan keluarga 2. Pelaksanaan



No 1



Terapis



Waktu



Persiapan



5 menit



a. Menyiapkan ruangan.



Subjek terapi Memperkenalkan diri, Memperhatikan



b. Menyiapkan alat-alat. c. Menyiapkan anak dan keluarga 2



Proses : a.



Membuka



20 menit proses



terapi



bermain dengan mengucap



6



Menjawab salam, Bermain bersama dengan antusias dan



Profesi Ners XI Unriyo



b.



kan salam, memperkenalkan



mengungkapkan



diri.



perasaannya



Menjelaskan pada anak dan keluarga tentang tujuan dan manfaat



bermain,



menjelaskan



cara



permainan. c.



Mengajak anak bermain menyusun puzzle



d.



Mengevaluasi respon anak dan keluarga.



3



Penutup (1 menit).



5 menit



Menyimpulkan, mengucapkan



Memperhatikan dan menjawab salam



salam



Jumlah



30 menit



VI. EVALUASI YANG DIHARAPKAN 1. Evaluasi Struktur Persiapan yang dilakukan selama 10 menit sebelum pelaksanaan a. Alat yang dipakai adalah puzzle b. Tempat dilakukan terapi bermain di Bangsal Anak Dadap Serep RSUD Pandan Arang Boyolali c. Kontrak waktu dengan keluarga 2. Evaluasi Proses a. Anak kooperatif pada saat pelaksanaan terapi bermain b. Anak aktif 3. Evaluasi hasil a. Anak mengikuti kegiatan dengan baik b. Anak tidak takut lagi dengan perawat c. Anak dapat menyusun puzzle dengan benar d. Anak merasa senang dan nyaman e. Kreatifitas anak berkembang



Penilaian Terapi Bermain Mewarnai



7



Profesi Ners XI Unriyo



Aspek Yang dinilai



Nilai An. F



1. Kognitif a. Anak mengingat susunan puzzle 2. Motorik Halus a. Anak mampu mengambil puzzle 3. Sosial personal a. Anak mengikuti kegiatan kegiatan terapi bermain dengan kooperatif Jumlah skor



Skoring: 1 : Kurang 2: cukup



3: Baik



Kesimpulan: _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ ________________________________________________



VII. LAMPIRAN MATERI TERAPI BERMAIN



8



Profesi Ners XI Unriyo



1. Pengertian Bermain Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Terapi Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Hidayat, 2008 dalam Sari, 2014). Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan dengan tujuan bersenang-senang, yang memungkinkan seorang anak dapat melepaskan rasa frustasi (Santrock, 2007). Menurut Wong, 2009 dalam Saputro, 2017, bermain merupakan kegiatan anak-anak, yang dilakukan berdasarkan keinginannya sendiri untuk mengatasi kesulitan, stress dan tantangan yang ditemui serta berkomunikasi untuk mencapai kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk anak.



Bermain



dapat



meningkatkan



daya



pikir



anak



untuk



mendayagunakan aspek emosional, sosial serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman, dan pengetahuan serta keseimbangan mental anak. Menurut Vanfleet, et al, 2010, terapi bermain merupakan suatu bentuk permainan anak-anak, di mana mereka dapat berhubungan dengan orang lain, saling mengenal, sehingga dapat mengungkapkan perasaannya sesuai dengan kebutuhan mereka. Terapi bermain merupakan terapi yang diberikan dan digunakan anak untuk menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit yang ada. 2. Tujuan Terapi Bermain Wong, et al (2009) menyebutkan, bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Seperti kebutuhan perkembangan mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat anakanak sakit atau di rumah sakit. Sebaliknya, bermain di rumah sakit memberikan manfaat utama yaitu meminimalkan munculnya masalah perkembangan anak, selain itu tujuan terapi bermain adalah untuk menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka, memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan



9



Profesi Ners XI Unriyo



sosial dan mengatasi masalah mereka serta memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru. Adapun tujuan bermain di rumah sakit adalah agar dapat melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress (Saputro, 2017). 3. Fungsi Bermain Adapun fungsi bermain pada anak yaitu: a. Perkembangan



sensoris-motorik:



aktivitas



sensoris-motorik



merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembanga fungsi otot. b. Perkembangan intelektual: anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek. Misalnya, anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka anak telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi, akan melatih kemampuan intelektualnya. c. Perkembangan



sosial:



perkembangan



sosial



ditandai



dengan



kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan dari hubungan tersebut. Saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami lawan bicara, dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja d. Perkembangan kreativitas: berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. e. Perkembangan



kesadaran



diri:



melalui



bermain,



anak



akan



mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak



10



Profesi Ners XI Unriyo



juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain. Nilai-nilai moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturanaturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. f. Bermain Sebagai Terapi :Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti: marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di 22 lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) (Saputro, 2017). 4. Keutungan Bermain Ada beberapa fungsi bermain di rumah sakit antara lain: mengenalkan pada anak pada lingkungan dan keadaan yang asing, mengajarkan untuk bisa membuat keputusan dan control, untuk mengurangi stress dan cemas, untuk mengurangi nyeri, mengenalkan tentang tujuan dan penggunaan alat medis (Wong, 2004 dalam Sari, 2014). Keuntungan lain yang didapat dari bermain, antara lain: a. Membuang ekstra energi. b. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan organ-organ. c. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak. d. Anak belajar mengontrol diri. e. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.



11



Profesi Ners XI Unriyo



f. Meningkatnya daya kreativitas. g. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak. h. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan. i. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya. j. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan. k. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya. (Ball, et al 2012) 5. Macam-macam Bermain a.



Bermain aktif Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi : 1)



Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play) Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadangkadang berusaha membongkar.



2)



Bermain konstruksi (Construction Play) Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.



3)



Bermain drama (Dramatic Play) Misal bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya.



4)



Bermain fisik Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.



b.



Bermain pasif Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh : Melihat gambar di buku/majalah,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dan lain-lain. (Desmita, 2009).



12



Profesi Ners XI Unriyo



6. Alat Permainan Edukatif (APE) Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk : a.



Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.



b.



Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.



c.



Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.



d.



Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dan lain-lain. (Andriana, 2011)



7. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Bermain a.



Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.



b.



Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.



c.



Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk.



d.



Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.



e.



Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit



8. Permainan Anak Usia 6 – 12 Tahun a.



Melipat kertas origami Permainan origami untuk melatih motorik halus anak, serta mengembangkan imajinasi anak. permainan ini dilakukan dengan melipat kertas membentuk topi, kodok, ikan, bunga, burung dan pesawat. Ajari dan beri contoh dengan perlahan kepada anak dalam melipat kertas. Selalu beri pujian terhadap apa yang telah dicapai anak. 13



Profesi Ners XI Unriyo



Hasil karya anak bisa dipajang dimeja anak atau didekat infus anak agar mudah terlihat orang lain.



b.



Mewarnai gambar Permainan ini juga melatih motorik halus anak dan meningkatkan kreatifitas anak. Sediakan kertas bergambar dan krayon/spidol warna, kemudian berikan kertas bergambar tersebut kepada anak dan minta anak untuk mewarnai gambar dengan warna yang sesuai, ingatkan anak untuk mewarnai didalam garis. Tulis nama anak diatas gambar yang telah diwarnai anak.



c.



Menyusun puzzle Siapkan gambar puzzle yang akan disusun anak, upayakan pemilihan gambar puzzle yang tidak asing bagi anak-anak. Pisahkan terlebih dahulu puzzlenya kemudian minta anak untuk menyusun kembali gambar tersebut. Ajak/buat kompetisi dalam permainan ini yaitu siapa yang duluan selesai menyusun puzzle, anak tersebut sebagai pemenangnya. Beri semangat juga bagi teman lain yang belum menyelesaikan puzzlenya.



d.



Menggambar bebas Sediakan kertas kosong dan pensil atau krayon/spidol warna, lalu berikan kepada anak dan minta anak menggambar diatas kertas tersebut. Kemudian minta anak menceritakan gambar yang telah dibuatnya. Beri stimulus dalam memulai menggambar seperti beri ide membuat gambar mobil, gambar binatang atau menggambar pemandangan



e.



Bercerita Permainan ini ditujukan untuk anak usia 10-12 tahun. Permainan ini dimulai dengan memberi kesempatan kepada anak untuk membaca sebuah cerita/dongeng (cerita/dongeng bisa kita siapkan sebelumnya dalam majalah atau buku cerita). Setelah itu minta anak menceritakan kembali apa yang telah dibacanya. Beri tanggapan terhadap isi cerita yang disampaikan anak, seperti “wah hebat ya anak kancilnya”. Kemudian beri tepuk tangan setelah anak selesai menceritakan apa yang telah dibacanya.



f. Meniup balon Permainan ini sangat baik sekali untuk anak-anak, selain untuk bermain juga melatih pernafasan anak. Berikan balon bermotif kepada anak



14



Profesi Ners XI Unriyo



kemudian minta anak untuk meniup balon tersebut hingga besar. Hal yang perlu diperhatikan adalah pantau anak dan balonnya, jangan sampai balonnya meletus atau anak memaksakan untuk meniup balon sedangkan kondisi anak sudah kelelahan (Saputro,2017).



DAFTAR PUSTAKA



15



Profesi Ners XI Unriyo



Andriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Salemba Medika. Ball, J., Bindler, R., Cowen, K. (2012). Principles of Pediatric Nursing: Caring for Children, Ed.5. USA: Pearson. Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Kaluas, I., Ismanto, A.Y. dan Kundre, R.M. (2015) Perbedaan Terapi Bermain Puzzle Dan Bercerita Terhadap Kecemasan Anak Usia Pra Sekolah (3-5 Tahun) Selama Hospitalisasi Di Ruang Anak RS. Tk III R.W. Monginsidi Menado. Jurnal Keperawatan, 3, Kemenkes RI. (2014). Kondisi Pencapaian Program Kesehatan Anak Indonesia. Jakarta : Pusat Data dan Informasi. Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan pada Bayi dan Anak. Jakarta: EGC Saputro, H. dan Fazri, I. (2017). Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit Proses, Manfaat dan Pelaksanaanya. Ponorogo : Forum Ilmiah Kesehatan. Sari, D.K.Y.,(2014). “Pengaruh Terapi Bermain Gelembung Super Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi Di Ruang Anak Rsud Pandan Arang Boyolali”Naskah Publikasi



Universitas



MuhammadiyahSurakarta.http://eprints.ums.ac.id/28788/17/NAS’KAH_ PUBLIKASI.pdf. Diakses pada 05 November 2018. Wong, L. Donna. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. Jakarta : EGC.



16



Profesi Ners XI Unriyo