13 0 248 KB
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DISMENORE Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN MATERNITAS II yang dibina oleh Ns. AWATIFUL AZZA, M.Kep., Sp.Kep.Mat
Oleh : Kelompok 5 Tri Ucarin Febrianti
1711011044
Fibdatul Munawaroh
1711011029
Desi Indah C.P
1711011027
Trisetya Mustikawati
1711011019
Novia Putri S
1711011032
Akhmad Ferdy .F.
1711011006
Mohammad Tazul .M.
1711011003
Hesti K.W.
1711011036
Siti Nuraini
1711011040
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN 2019
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Disminore” makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II. Penulis
menyadari
makalah
“Asuhan
Keperawatan
Pada
Pasien
Disminore” masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Jember, 29 Oktober 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................. ................................................................................................i KATA PENGANTAR............................................................ ..............................................................................................ii DAFTAR ISI.......................................................................... .............................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah.......................................................... ...........................................................................................1 C. Tujuan............................................................................. ...........................................................................................2 BAB II ISI A. Definisi.......................................................................... B. Klasifikasi....................................................................... ...........................................................................................4 C. Etiologi........................................................................... ...........................................................................................5 D. Patofisiologi.................................................................... ...........................................................................................7 E. WOC............................................................................... .........................................................................................10
iii
3
F. Gambaran Klinis.............................................................. .........................................................................................11 G.Manifestasi klinis............................................................ .........................................................................................12 H.Penatalaksanaan Medis.................................................... .........................................................................................13 I. Pemeriksaan Penunjang .................................................. .........................................................................................13 J.Komplikasi........................................................................ .........................................................................................13 K.Asuhan Keperawatan pada pasien dengan dismenore..... .............................................................................................14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan..................................................................... .............................................................................................23 DAFTAR PUSTAKA............................................................................. .............................................................................................................24
iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir semua wanita mengalami gangguan kesehatan pada saat menstruasi, baik gangguan ringan maupun yang sangat berat. Serius tidaknya gangguan tersebut tergantung pada kondisi tubuh setiap orang. Nyeri saat haid merupakan keluhan yang sering dijumpai di kalangan wanita usia subur, yang menyebabkan mereka pergi ke dokter untuk berobat dan berkonsultasi. Dismenore terdapat pada 30-75% dari populasi dan kirakira separuhnya memerlukan pengobatan. Etiologi dan patogenesis dismenore sampai sekarang belum jelas, maka pengobatannya pun masih simpang siur. Pengobatan secara kedokteran barat yang akhir-akhir ini banyak dipakai yaitu anti prostaglandin non steroid seperti: asam mefenamat, naproksen dan ibuprofen,
yang
berefek
menurunkan
konsentrasi
prostaglandin
di
endometrium. Tetapi ternyata obat-obat ini mengakibatkan banyak kerugian karena dapat menimbulkan iritasi lambung, kolik usus, diare, lekopeni dan serangan asma bronkial. Keberhasilan pengobatan secara barat belum diketahui
dengan
pasti,
sedangkan
pengobatan
secara
akupunktur
keberhasilannya sekitar 90,9%. Pada umumnya setiap wanita akan mengalami gejala-gejala seperti malas, lemas, payudara mengejang, dan nyeri di sekitar perut bagian bawah sebelum atau saat mengalami haid. Bahkan ada juga wanita yang mengalami nyeri di perut sampai kram perut, mual, nyeri kepala, sehingga gak bisa melakukan aktivitas sehari-hari bahkan sampai pingsan seperti yang kamu alami. Gejala PMS (premenstrual syndrom) yang berat seperti ini disebut dengan dismenorrhoe. Karena memang dismenorrhoe bisa berkaitan dengan gejala adanya gangguan pada organ reproduksi. Namun ada juga dismenorrhoe yang hanya disebabkan karena kondisi tubuh yang sedang kurang sehat, baik secara fisik maupun psikologis. Misalnya sedang sakit, maupun sedang mengalami stres yang berlebihan. Tetapi jika kondisinya
1
seperti ini tentu saja dismenorrhoe tidak akan dialami setiap bulan setiap kali mengalami haid. B. Rumusan Masalah 1. Apa Definisi Dismenore? 2. Apa saja Klasifikasi Dismenore? 3. Apa Etiologi Dismenore? 4. Bagaimana Patofisiologi Dismenore? 5. Bagaimana WOC Dismenore? 6. Apa saja Gambaran klinis Dismenore? 7. Apa saja Manifestasi Klinik Dismenore? 8.
Bagaimana Penatalaksanaan Medis Dismenore?
9. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Dismenore? 10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pasien dengan Dismenore?
C. Tujuan 1.
Untuk Mengetahui Definisi Dismenore
2.
Untuk Mengetahui Klasifikasi Dismenore
3.
Untuk Mengetahui Etiologi Dismenore
4.
Untuk Mengetahui Patofisiologi Dismenore
5.
Untuk Mengetahui WOC Dismenore
6.
Untuk Mengetahui Gambaran Klinis Dismenore
7.
Untuk Mengetahui Manifestasi Klinik Dismenore
8.
Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Medis Dismenore
9.
Untuk Mengetahui Pemeriksaan penunjang Dismenore
10.
Untuk Mengetahui Komplikasi Dismenore
11.
Untuk Mengetahui Asuhan keperawatan Pasien dengan Dismenore
2
BAB II ISI A. Definisi Dismenorea di sebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi atau nyeri menstruasi.Dalam bahasa inggris, dismenorea sering disebut sebagai “paninful peroid” atau menstruasi yan menyakitkan (American collee of Obestetritians and ynecologists, 2015). Nyeri menstruasi terjadi terutama di bagian bawah perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hinga ke punun bagian bawah , pinggang, punggul, paha atas, hingga betis. Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi otot rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari dalam rahim. Kontraksi otot yang sanat instens ini kemudian menyebabkan otot otot menegang dan menimbulkan kram atau nyeri. Keteangan otot ini tidak hanya terjadi pada bagian perut, tetapi juga pada otot otot penunjang yang terdapat di bagian punggung bawah, pinggang, punggul, paha hingga betis. Proses ini sebenarnya merupakan bagian normal proses menstruasi, dan biasanya mulai di rasakan ketika mulai pendarahan dan terus berlangsung hingga 32-48 jam. Sebagian besar perempuan yang menstruasi pernah mengalami disminoreadalam derajat keparahan yang berbeda-beda. Dismenorea yang di alami remaja umumnya bukan karena penyakit, dan disebut dismenore primer. Disminorea primer pada perempuan yan lebih dewasa akan makin berkurang rasa sakit dan nyerinya. Dismenorea primer juga makin berkurang pada perempuan yang sudah melahirkan. Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan, dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar prostaglandin meningkat. Kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya
3
B. Klasifikasi Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore spasmodik dan dismenore kongestif. 1. Nyeri Spasmodik Dismenore spasmodik adalah nyeri yang dirasakan di bagian bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid dimulai. Dismenore spasmodik dapat dialami oleh wanita muda maupun wanita berusia 40 tahun ke atas. Sebagian wanita yang mengalami dismenore spasmodik,
tidak
dapat
melakukan
aktivitas.
Tanda
dismenore
spasmodik, antara lain: a.
Pingsan
b.
Mual
c.
Muntah Dismenore spasmodik dapat diobati atau dikurangi dengan
melahirkan bayi pertama, walaupun tidak semua wanita mengalami hal tersebut. 2. Nyeri Kongestif Dismenore kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid datang. Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Pada saat haid datang, tidak terlalu menimbulkan nyeri. Bahkan setelah hari pertama haid, penderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik. Gejala yang ditimbulkan pada dismenore kongestif, antara lain: a. Pegal (pegal pada paha) b. Sakit pada payudara c. Lelah d. Mudah tersinggung d. Kehilangan keseimbangan e. Gangguan tidur f. Timbul memar di paha dan lengan atas Sedangkan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati,
4
1. nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore primer dan dismenore sekunder. a. Dismenore Primer Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi bersamaan atau beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersamasama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang, biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare dan iritabilitas. b. Dismenore Sekunder Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis genitalis. Sedangkan menurut tanda-tanda klinik dari dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada perempuan yang lebih tua (30 atau 40 tahun) dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan abnormal). C. Etiologi 1. Dismenore Primer Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha. Penyebab Dismenore Primer antara lain : a. Faktor endokrin
5
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Menurut Novak dan Reynolds, hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. b. Kelainan organic Seperti: retrofleksia uterus, hipoplasia uterus, obstruksi kanalis
servikalis,
mioma
submukosum
bertangkai,
polip
endometrium. c. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis Seperti: rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh,
konflik dengan kewanitaannya, dan
imaturitas. d. Faktor konstitusi Seperti: anemia, penyakit menahun, dsb dapat memengaruhi timbulnya dismenorea. e. Faktor alergi Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada asosiasi
antara dismenorea dengan urtikaria, migren,
dan asma bronkiale. 2. Dismenore sekunder Dismenore sekunder kemungkinan di sebabkan oleh kondisi berikut : a. Endometriosis b. Polip atau fibroid uterus c. Penyakit radang panggul d. Perdarahan uterus disfungsional e. Prolaps uterus f. Maladaptasi pemakaian AKDR g. Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abotus spontan, abortus terauputik, atau ,melahirkan. h. Kanker ovarium atau uterus. D. Patofisiologi 1. Dismenorea primer (primary dysmenorrhea) biasanya terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah menarche (haid pertama) segera setelah siklus ovulasi teratur (regular ovulatory cycle) ditetapkan/ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui 6
kontraksi
miometrium
dan
vasokonstriksi.
Peningkatan
kadar
prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat (a potent myometrial stimulant) dan vasoconstrictor, yang ada di endometrium sekretori. Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin
(prostaglandin
mediated).
Banyak
bukti
kuat
menghubungkan dismenorea dengan kontraksi uterus yang memanjang (prolonged uterine contractions) dan penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan endometrium (endometrial fluid) wanita dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri. Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama menstruasi. Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti
penurunan progesterone pada akhir fase luteal
menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan.
Leukotriene
juga
telah
diterima
(postulated)
untuk
mempertinggi sensitivitas nyeri serabut (pain fibers) di uterus. Jumlah leukotriene
yang
bermakna
(significant)
telah
dipertunjukkan
di
endometrium wanita dengan dismenorea primer yang tidak berespon terhadap pengobatan dengan antagonis prostaglandin. Hormon pituitari posterior,
vasopressin, terlibat
pada
hipersensitivitas
miometrium,
mereduksi (mengurangi) aliran darah uterus, dan nyeri (pain) pada penderita dismenorea primer. Peranan vasopressin di endometrium dapat berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin. 2. Dismenorea Sekunder
7
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis (2006) mengemukakan sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis pelvis berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder : a. Endometriosis b. Pelvic inflammatory disease c. Tumor dan kista ovarium d. Oklusi atau stenosis servikal e. Adenomyosis f. Fibroids g. Uterine polyps h. Intrauterine adhesions i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus) j. Intrauterine contraceptive device k. Transverse vaginal septum l. Pelvic congestion syndrome m. Allen-Masters syndrome
8
Bila Tidak Terjadi Kehamilan Regresi corpus luteum
Progesteron Menurun Labilisasi membrane lisosom (mudah pecah) Enzim fosfolipase A2 meningkat Hidrolisis senyawa fosfolipid E. WOC Terbentuk asam arachidonat
Penyakit : endometriosis, inflamasi pelvis, adenomiosis, Meningkatkan sensitisasi dan menurunkan ambang rasa kista ovarium, kelainan otak. sakit pada ujung saraf aferen nervus pelvicus
Prostaglandin
PGE2
Disminore Sekunder
PGF 2A
Nyeri Haid
PGE dan PGF 2A dalam darah meningkat Nyeri
Miometrium Terangsang Meningkatnya kontraksi dan disritmia uterus iskemia
Nyeri
Ansietas 9
Disminore Primer
Nyeri haid
Intoleransi Aktivitas Hambatan Mobilitas fisi
F. Gambaran Klinis 1. Dismenore Primer Deskripsi perjalanan penyakit a. Dismenore muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah, bersifat spasmodis yang dapat menyebar ke punggung atau paha bagian dalam. b. Umumnya ketidaknyamanan di mulai 1-2 hari sebelu menstruasi, namun nyeri yang paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan mereda pada hari kedua. c. Dismenore kerpa di sertai efek samping seperti : 1) Muntah 2) Diare 3) Sakit kepala 4) Sinkop 5) Nyeri kaki 10
d. Karakteristik dan faktor yang berkaitan : 1) Dismenore primer umumnya di mulai 1-3 tahun setelah menstruasi. 2) Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun samapai usia 2327 tahun, lalu mulai mereda. 3) Umumnya terjadi pada wanita nulipara 4) 5) 6) 7)
, kasus ini kerap
menuntun signifikasi setelah kelahiran anak. Lebih sering terjadi pada wanita obesitas. Dismenore berkaitan dengan aliran menstruai yang lama. Jarang terjadi pada atlet. Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang
tidak teratur. 8) Nulliparity (belum pernah melahirkan anak) 9) Usia saat menstruasi pertama