Makalah Dismenore [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DISMENORE



A. DEFINISI Dismenore adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama. Kram tersebut terutama dirasakan didaerah perut bagian bawah tetapi dapat menjalar kepunggung atau permukaan dalam paha, yang terkadang menyebabkan penderita tidak berdaya dalam menahan nyerinya tersebut (Hendrik, 2008) Jadi dapat disimpulkan definisi dari dismenore adalah nyeri yang dirasakan wanita saat haid. B. KLASIFIKASI Smeltzer (2002) menyebutkan bahwa dismenore ada dua yaitu primer dan sekunder. 1. Dismenore primer Dismenore primer adalah mentruasi yang sangat nyeri, tanpa patologi pelvis yang dapat diidentifikasi, dapat terjadi pada waktu menarche atau segala setelahnya. Dismenore ditandai oleh nyeri kram yang dimulai sebelumatau segala setelah awitan aliran menstrual dan berlanjut selama 48 jam hingga 72 jam. Pemeriksaan pelvis menunjukan temuan yang normal. Dismenore diduga sebagai akibat dari pembentukan prostadglanding yang



berlebih, yang menyebabkan uterus untuk



berkontraksi secara berlebih dan juga mengakibatkan vasopasme arteriolar. Dengan bertambahnya usia wanita, nyeri cenderung untuk menurun dan akhirnya hilang sama sekali setalah melahirkan anak (Smeltzer, 2002)



2. Dismenore sekunder Dismeinore berhubungan dengan kelaiana yang jelas. Kelaianan anatomis ini kemungkiana adalah haid disertai infeksi, endometrosis, mioma uteri, polip endometrial, stenosis serviks, IUD juga dapat



merupakan penyebab Dismenore ini (Bobak, 2004). Dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis (2006) mengemukakan sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis pelvis berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder : a. Endometriosis b. Pelvic inflammatory disease c. Tumor dan kista ovarium d. Oklusi atau stenosis servikal e. Adenomyosis f. Fibroids g. Uterine polyps h. Intrauterine adhesions i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus) j. Intrauterine contraceptive device k. Transverse vaginal septum l. Pelvic congestion syndrome m. Allen-Masters syndrome C. ETIOLOGI 1. Dismenore Primer Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha. Penyebab Dismenore Primer a. Faktor endokrin b. Kelainan organic c. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis d. Faktor konstitusi



2.



e. Faktor alergi Dismenore sekunder mungkin di sebabkan oleh kondisi berikut : a. Endometriosis b. Polip atau fibroid uterus c. Penyakit radang panggul d. Perdarahan uterus disfungsional e. Prolaps uterus f. Maladaptasi pemakaian AKDR g. Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abotus spontan, abortus terauputik, atau ,melahirkan h. Kanker ovarium atau uterus.



D. PATHOFISIOLOGI Penyakit: endometriosis, inflamasi pelvis, adenomiosisi, kista ovarium, , kelaianan



Bila tidak terjadi kehamilan Regresi korpus luteum Progesterone menurun



Disminore sekunder



Labilisasi membrane lisosom



Nyeri haid



Enzyme fosfolipase A2 meningkat



MK: Nyeri



Hidrolisis senyawa fosfolipid



MK: Intoleransi aktivitas



Terbentuk asam arakidonat prostaglandin



Meningkatkan sensitisasi & menurunkan ambang rasa sakit pada ujung saraf aferen nervus



PGE 2 PGF 2a Dismenore Meningkatkan Myometrium PGEkontraksi 2 &PGF iskemia 2a dalam darah primer &distrimia terangsang meningkat



Nyeri haid



MK: intoleran MK:MK: nyeri si ansietas



2



E. EPIDEMIOLOGI Dismenorea primer mengenai sekitar 50-75% wanita yang masih menstruasi. Sekitar 10% mengalami Dismenorea berat sehingga mereka tidak bisa bekerja. Dismoneria sekunder timbul sebagai respons terhadap penyakit organik seperti PID, endometriosis, fibroid uteri, dan pemakaian IUD. F. TANDA DAN GEJALA Menurut Arif Mansjoer (2000 : 373) tanda dan gejala dari dismenore adalah : 1. Dimenore primer a. Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun b. Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur c. Sering terjadi pada nulipara d. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic e. Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid f. Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic g. Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik h. Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa i. Pemeriksaan pelvik normal j. Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala 2. Dismenore sekunder a. Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun b. Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratu



c. Tidak berhubngan dengan siklus paritas d. Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul e. Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah f. Berhubungan dengan kelainan pelvic g. Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi h. Seringkali memerlukan tindakan operatif i. Terdapat kelainan pelvik G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan dismenore adalah: 1. Tes laboratorium 2. Pemeriksaan darah lengkap: normal. 3. Urinalisis: normal 4. Tes diagnostic: tambahan 5. Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis yang lain. H. KOMPLIKASI 1. Syok 2. Penurunan kesadaran I.



PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan Berdasarkan MIMS Indonesia (2008) penatalaksanaan untuk Dismenorea, sebagai berikut : 1. Keperawatan a. Kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri b. Minum banyak air, hindari konsumsi garam dan minuman yang berkafein untuK mencegah pembengkakan dan retensi air c. Olahraga secara teratur bermanfaat untuk membantu mengurasi dismenore karena akan memicu keluarnya hormon endorfin yang dinilai sebagai pembunuh alamiah untuk rasa nyeri d. Makan makanan yang bergizi, kaya akan zat besi, kalsium, dan vitamin B kompleks. Jangan mengurangi jadwal makan e. Istirahat dan relaksasi dapat membantu meredakan nyeri f. Lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres, misalnya pijat,yoga, atau meditasi, untuk membantu meminimalkan rasa nyeri



g. Pada saat berbaring terlentang, tinggikan posisi pinggul melebihi posisi bahu untuk membantu meredakan gejala dismenore



DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilynn E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne C, dkk. Keperawatan Medikal Bedah vol. 2. 2001. Jakarta : EGC Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi vol. 2. 2005. Jakarta : EGC Carpenito-Moyet, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosa Keperawartan. 2006.Jakarta : EGC http://maternitas-askep.blogspot.com/