Kelompok 5 - Pendekatan Emik Dalam Konseling Lintas Budaya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENDEKATAN EMIK DALAM KONSELING LINTAS BUDAYA Makalah ini dibuat untuk memenuhi syarat-syarat dan tugas-tugas mata kuliah “Konseling Lintas Budaya”



Dosen Pembimbing: Drs. Syaiful Bahri, M.Pd Evi Rahmawati, S.Pd.,M.Ed



Disusun Oleh Kelompok 5 Rahma Aidir Fitri



1906104030052



Siti Keumala Fadhila 1906104030061



PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2021 / 2022



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan HidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Pendekatan Emik Dalam Konseling Lintas Budaya”, untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konseling Lintas Budaya. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Syaiful Bahri, M.Pd Dan Ibu Evi Rahmawati, S.Pd.,M.Ed selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Konseling Lintas Budaya yang telah membimbing dan memberi motivasi dalam tugas ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaikinya dan menjadi makalah yang lebih baik untuk kedepannya. Akhir kata, kami berharap semoga dengan makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para pembaca untuk mendapatkan referensi ilmu pengetahuan dan wawasan dengan baik.



Banda Aceh, 27 Februari 2022 Kelompok 5



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................................2 DAFTAR ISI..............................................................................................................................3 BAB I.........................................................................................................................................4 PENDAHULUAN......................................................................................................................4 A. Latar Belakang................................................................................................................4 B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4 C. Tujuan.............................................................................................................................4 BAB II........................................................................................................................................5 PEMBAHASAN........................................................................................................................5 A. Pengertian Emik..............................................................................................................5 B. Pengaruh Emik dan Etik dalam Proses Konseling..........................................................6 C. Proses Pendekatan Etik dan Emik Dalam Konseling Lintas Budaya.............................7 BAB III.......................................................................................................................................9 PENUTUP..................................................................................................................................9 A. Kesimpulan.....................................................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan masyarakat tidaklah pernah dapat dihindari, keyataan bahwa budaya sangat berpengaruh terhadap perilaku, ekspresi emosi, kepribadian, keyakinan, dan kehendak. Budaya dapat diartikan secara umum sebagai keseluruhan sistem gagasan,tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia. karena budaya berfungsi bagi masyarakat sebagai transmisi budaya, pengembang kehidupan ekonomi, pelanjut keturunan, keagamaan, pengendali sosial, dan rekreasi. Selain budaya berfungsi bagi masyarakat, budaya berpengaruh pula terhadap cara berpikir, ekspresi emosi, kepribadian, keyakinan, dan kehendak individu, kelompok sehingga kebudayaan sangat mewarnai kehidupan individu atau kelompok masyarakat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), beberapa para ahli mencoba meneliti berbagai bentuk atau ragam budaya yang ada dalam masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian mereka dari kajian lintas budaya di temukan dua jenis budaya didalam masyarakat. Budaya tersebut dibedakan dengan sebutan etik (etics) ialah budya bersifat universal, dan emik (emics) ialah kekhasan dari budaya setempat. Berdasarkan kajian-kajian konseling lintas budaya tersebut penulis tertarik untuk mencoba menjelaskan secara terperinci tentang isu etik dan emik. Oleh karenanya didalam pembahasan makalah ini akan memuat pembahasan tentang etik dan emik dalam konseling lintas budaya. B. Rumusan Masalah 1.



Apa pengertian emik?



2.



Apa pengaruh emik dan etik dalam proses konseling?



3.



Apa saja proses pendekatan etik dan emik dalam konseling lintas budaya?



C. Tujuan 1.



Untuk mengetahui pengertian emik



2.



Bagaimana pengaruh emik dan etik dalam proses konseling



3.



Bagaimana proses pendekatan etik dan emik dalam konseling lintas budaya



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Emik Emik dan Etik adalah dua macam sudut pandang dalam etnografi yang cukup mengundang perdebatan. Emik (native point of view) misalnya,mencoba menjelaskan suatu fenomena dalam masyarakat dengan sudut pandang masyarakat itu sendiri. Sebaliknya, etik merupakan penggunaan sudut pandang orang luar yang berjarak (dalam hal ini siapa yang mengamati) untuk menjelaskan suatu fenomena dalam masyarakat. Secara sangat sederhana emik mengacu pada pandangan warga masyarakat yang dikaji, sedangkan etik mengacu pada pandangan si pengamat. pendekatan emik dalam hal ini memang menawarkan sesuatu yang lebih obyektif. karena tingkah laku kebudayaan memang sebaiknya dikaji dan dikategorikan menurut pandangan orang yang dikaji itu sendiri berupa definisi yang diberikan oleh masyarakat yang mengalami peristiwa itu sendiri. bahwa pengkonsepan seperti itu perlu dilakukan dan ditemukan dengan cara menganalisis proses kognitif masyarakat yang dikaji dan bukan dipaksakan secara etnosentrik. Etik mencakup pada temuan-temuan yang tampak konsisten atau tetap di berbagai budaya, dengan kata lain sebuah etik mengacu pada kebenaran atau prinsip yang universal. Sedangkan emik sebaliknya, mengacu pada temuan-temuan yang tampak berbeda untuk budaya yang berbeda dengan demikian sebuah emik mengacu pada kebenaran yang bersifat khas-budaya (culture-specific). Karena implikasinya pada apa yang kita ketahui sebagai kebenaran, emik dan etik merupakan konsep-kosep yang kuat (powerful). Kalau kita tahu sesuatu tentang prilaku manusia dan menganggapnya sebagai kebenaran dan hal itu adalah suatu etik (alias universal), maka kebenaran sebagaimana kita ketahui itu adalah juga kebenaran bagi semua orang dari budaya apa pun. Kalau yang kita ketahui tentang prilaku manusia dan yang kita anggap sebagai kebenaran itu ternyata adalah suatu emik (alias bersifat khasbudaya), maka apa yang kita anggap kebenaran tersebut belum tentu merupakan kebenaran bagi orang dari budaya lain. Secara umum, sebagian besar ahli psikologi lintas budaya, sepakat bahwa jumlah etik dan emik sama, atau bahkan lebih banyak emik dari pada etik. Artinya, orang dari budaya yang berbeda memang menemukan cara-cara yang berbeda dalam kebanyakan



aspek perilaku manusia. Kalau dipikirkan hal ini tidaklah mengejutkan. Setiap budaya berevolusi dengan cara khasnya masing-masing untuk menangani perilakun manusia dengan gaya yang paling efisien dan sesuai agar sukses bertahan hidup. Cara-cara ini akan berbeda tergantug  kepadatan penduduk, ketersediaan makanan, dan sumber-sumber lain. Karena pasti menghadap kebutuhan yang berbeda dengan lingkunganya, setiap kebudayaan akan mengembangkan perbedaan-perbedan yang kemudian berdampak kepada orang-orang yang berada didalam budaya tersebut. Adanya emik atau perbedaan cultural, bukan sesuatu yang problematic dalam diri individu/ kelompok masyarakat. Namun permasalahnya secara potensial akan muncul ketika kita mencoba menafsirkan alasan yang mendasari atau yang menyebabkan adanya bebagai perbedaan itu. Karena kita berada dlam budaya kita masing-masing, dengan latar belakang kultur kita sendiri, kita cenderung melihat sesuatu dari kacamata latar belakng tersebut. dengan kata lain, budaya bertindak sebagai suatu filter (penyaring), tidak hanya ketika kita memperesepsikan seseorang, tetapi juga ketika kita berpikir tentang menafsirkan suatu kejadian . kita bisa menafsirkan perilaku orang lain dari latar belakang cultural kita sendiri dan menarik beberapa kesimpulan tentang perilaku tersebut berdasarkan keyakinan kita tentang perilaku dan budaya kita sendiri. Tetapi penafsiran kita bisa salah bila perilaku yang sedang kita nilai berasal dari suatu orientasi cultural yang berbeda dari budaya kita. B. Pengaruh Emik dan Etik dalam Proses Konseling Proses kegiatan konseling merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kehidupan individu/ kelompok dalam kehidupan masyarakat dalam hal menangani bebagai kesulitan yang dihadapi dalam menjalani kehidupan. Kegiatan konseling pada umumnya melibatkan antar konselor dank klien, dalam hal ini konselor dan klien memiliki perbedaan-perbedaan khusunya dalam kebiasaan/ budaya. Berdasarkan konselor dan klien khusunya dalam segi latar belakang budaya, maka kegiatan konseling juga disebut sebagai konseling lintas budaya. Menurut Burn, konseling lintas budaya adalah proses konseling individual yang melibatkan konselor dank lien yang berlatar belakang budaya yang berbeda. Apabila dalam kegiatan konseling juga mempermasalahkan tentang latar belakang konselor dan klien yang tidak lain ialah budaya, maka dalam proses tersebut pula harus mempertimbangkan bahwa dalam kehidupan berbudaya terdapat Etik dan Emik.



Etik dan Emik sangat perlu dipahami terutama konselor, dimana Etik dan Emik sangat berpengaruh dalam proses konseling dimana dalam proses konseling apabila seorang konselor memahami betul tentang Etik, Emik, maka dalam prosesnya pun perbedaan dari klien dapat dianggap sebagai keunikan klien tersebut sehingga proses konseling dapat mencapai tujuanya secara optimal yaitu menangani masalah klien serta meberikan solusi masalah tersebut. sebaiknya apabila seorang kenselor melakukan kegiatan konseling tanpa mempertimbangkan Etik, Emik. Maka konselor dapat menerima klien dengan menggunakan etnosentrisme. Dalam hal ini perbedaan klien dianggap sebagai tindakan yang salah bila konselor menggunakan etnosentri maka sudah pasti klien merasa enggan dan tidak nyaman sehingga penciptaan suasan yang harmonis dalam proses konseling hanya sebagai angan-angan saja. Dan juga proses konseling tidak akan pernah mencapai tujuanya secara optimal



C. Proses Pendekatan Etik dan Emik Dalam Konseling Lintas Budaya Sedikitnya ada tiga pendekatan dalam konseling lintas budaya. Pertama, pendekatan universal atau etik yang menekankan inklusivitas, atau keuniversalan kelompokkelompok. Kedua,  pendekatan emik (kekhususan budaya) yang menyoroti karakteristikkarakteristik khas dari populasi-populasi spesifik dan kebutuhan-kebutuhan konseling khusus mereka. Ketiga, pendekatan inklusif atau transcultural, yang terkenal sejak diterbitkan sebuah karya Ardenne dan Mahtani’s (1989) berjudul Transcultural Counseling in Action. Mereka menggunakan istilah trans sebagai lawan dari inter atau cross cultural counseling untuk menekankan bahwa keterlibatan dalam konseling merupakan proses yang aktif dan resiprokal  (Palmer and Laugngani, 2008 : 156). Namun, Fukuyama (1990) yang berpandangan universal pun menegaskan, bahwa pendekatan inklusif disebut pula konseling “transcultural” yang menggunakan pendekatan emik; dikarenakan titik anjak batang tubuh literaturnya menjelaskan karakteristik-karakteristik, nilai-nilai, dan teknikteknik untuk bekerja dengan populasi spesifik yang memiliki perbedaan budaya dominan. Pendekatan konseling transcultural mencakup komponen berikut. 1. Sensitivitas konselor terhadap variasi-variasi dan bias budaya dari pendekatan konseling yang digunakannya.  2. Pemahaman konselor tentang pengetahuan budaya konselinya.



3. Kemampuan dan komitmen konselor untuk mengembangkan pendekatan konseling yang merefleksikan kebutuhan budaya konseli.  4. Kemampuan konselor untuk menghadapi peningkatan kompleksitas lintas budaya



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Dalam pembahasan makalah ini, ada beberapa kesimpulanya adalah sebagai berikut: Etik adalah pandangan indvidu atau kelompok masyarakat dalam penerimaan kebenaran, keyakinan yang bersifat universal. Emik adalah suatu kebenaran, keyakinan, pandangan individu yang dapat diterima oleh sejumlah masyarakat yang bersifat khas budaya.  Etik dan Emik sangat mempengaruhi proses kegiatan konseling, dimana Etik, Emik merupakan factor penentu berhasil tidaknya kegiatan konseling tersebut. apabila konselor tidak mampu memahami etik dan emik maka konselor akan bersifat etnosentris dalam penerimaan klien sehingga dapat membuat hubungan konseling gagal atau tidak dapat terlaksana.



DAFTAR PUSTAKA Fukuyama, F. (1990). Guncangan Besar. Kodrat Manusia dan Tata Sosial Baru. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama : Novretman



(2016)



:



Etik



emik



dan



etnosentrisme



http://novretman.blogspot.com/2016/06/etik-emik-dan-etnosentrisme.html?m=1 (diakses pada tanggal 27 februari 2022) Materi Konseling (2021) : Perspektif etik dan emik dalam konseling lintas budaya https://www.materikonseling.com/2021/03/perspektif-etik-dan-emik-dalam.html?m=1 (diakses pada tanggal 27 februari 2022) Palmer, Stephen & Laungani, Pittu. (2008). Counseling in a Multicultural Society. London : Sage Publisher Sarwono W. Sarlito, 2004. Psikologi lintas budaya. Raja grafindo. Persada Jakarta