Kelompok 6 - Aspek Keperilakuan Pada Akuntansi Pertanggungjawaban [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASPEK KEPRILAKUAN PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN



AKUNTANSI KEPRILAKUAN – D5 Dosen Pengampu: Dr. Ida Bagus Putra Astika, S.E., M.Si., Ak.



Oleh: Kelompok 6 I GEDE ARI WAHYU ANANTHA



2007531139



REZA WIDYA SAPUTRA



2007531144



SARJANA REGULER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2022



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Ringkasan Mata Kuliah yang berjudul “Aspek Keprilakuan pada Akuntansi Pertanggungjawaban”. Ringkasan Mata Kuliah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keprilakuan kelas D5. Semoga Ringkasan Mata Kuliah ini dapat berguna bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Ringkasan Mata Kuliah ini, masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Akhir kata, penulis memohon maaf jika ada kesalahan-kesalahan dalam Ringkasan Mata Kuliah ini karena penulis menyadari kesempurnaan hanya milih Tuhan Yang Maha Esa



Denpasar, September 2022



Penulis



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii BAB I ................................................................................................................................1 PENDAHULUAN ............................................................................................................1 I.



Latar Belakang .....................................................................................................1



II.



Rumusan Masalah ................................................................................................2



III. Tujuan ...................................................................................................................2 BAB II ..............................................................................................................................3 PEMBAHASAN ...............................................................................................................3 1.



Definisi Akuntansi Pertanggungjawaban ............................................................3



2.



Akuntansi Pertanggungjawaban dan Akuntansi Tradisional ............................3



3.



Penetapan Pertanggungjawaban .........................................................................4



4.



Perencanaan, Pengumpulan Data dan Pelaporan ...............................................5



5.



Asumsi Keperilakuan Akuntansi Pertanggungjawaban .....................................6



6.



Case Study: Review Artikel Terbaru Terkait Topik...........................................8



BAB III .............................................................................................................................9 PENUTUP ........................................................................................................................9 Kesimpulan ...................................................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 10



iii



BAB I PENDAHULUAN I.



Latar Belakang Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) merupakan istilah yang digunakan dalam menjelaskan akuntansi perencanaan serta pengukuran dan evaluasi kinerja organisasi sepanjang garis pertanggungjawaban. Garis pertanggungjawaban diakumulasikan



dan



ini



meliputi



dilaporkan



pendapatan, oleh



pusat



serta



biaya-biaya



yang



pertanggungjawaban.



Pusat



pertanggungjawaban merupakan bagian dalam organisasi yang diakumulasikan secara menyeluruh untuk kepentingan pencatatan. Akuntansi pertanggungjawaban adalah jawaban akuntansi manajemen terhadap pengetahuan umum bahwa masalah-masalah bisnis dapat dikendalikan seefektif mungkin dengan mengendalikan orang-orang yang bertanggung jawab untuk menjalankan operasi tersebut. Salah satu tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah untuk memastikan bahwa individu-individu pada seluruh tingkatan di perusahaan telah memberikan kontribusi yang memuaskan terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara menyeluruh. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu bidang dari akuntansi manajemen yang dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki oleh setiap manajer atau dengan kata lain akuntansi pertanggungjawaban merupakan media pengendalian biaya atau pendapatan dengan menghubungkan biaya atau pendapatan dengan tempat dimana biaya atau pendapatan tersebut dikeluarkan atau diperoleh oleh penanggungjawab dari tempat tersebut. Jadi, akuntansi pertanggungjawaban adalah komponen yang penting dari sistem pengendalian ke suatu perusahaan. Yang dimana manfaatnya memberikan suatu kerangka kerja yang berari untuk melakukan perencanaan, agregasi data, dan peaporan hasil kinerja operasi disepanjang jalur pertanggungjawaban dan pengendalian. Maka, dari itu kami dari Kelompok 6 akan membahas mengani “Aspek Keperilakuan pada Akuntansi Pertanggungjawaban”.



1



II.



Rumusan Masalah 1. Apa itu definisi akuntansi pertanggungjawaban? 2. Apa itu akuntansi pertanggungjawaban dan akuntansi tradisional? 3. Apa itu penetapan pertanggungjawaban? 4. Apa itu perencanaan, pengumpulan data, dan pelaporan? 5. Apa itu asumsi keprilakuan akuntansi pertanggungjawaban? 6. Case study: review artikel terbaru terkait topik?



III.



Tujuan 1. Mengetahui definisi akuntansi pertanggungjawaban 2. Mengetahui akuntansi pertanggungjawaban dan akuntansi tradisional 3. Mengetahui penetapan pertanggungjawaban 4. Mengetahui perencanaan, pengumpulan data, dan pelaporan 5. Mengetahui asumsi keprilakuan akuntansi pertanggungjawaban 6. Case study: review artikel terbaru terkait topik



2



BAB II PEMBAHASAN 1. Definisi Akuntansi Pertanggungjawaban Akuntansi pertanggungjawaban adalah jawaban akuntansi manajemen terhadap pengetahuan umum bahwa masalah-masalah bisnis dapat dikendalikan seefektif



mungkin



dengan



cara



mengendalikan



orang-orang



yang



bertanggungjawab dalam menjalankan operasi di suatu perusahaan. Akuntansi pertanggungjawaban bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh individu yang ada dalam setiap tingkatan perusahaan telah memberikan kontribusinya terhadap tujuan perusahaan secara maksimal. Hal tersebut dapat dicapai dengan membagibagi suatu perusaahaan ke pusat-pusat pertanggungjawaban individual yang memberikan suatu kerangka kerja untuk pengambilan keputusan secara terdesentralisasi dan partisipatif di tingkat perusahaan dalam menetapkan tujuan kinerja. Akuntansi pertanggungjawaban juga memberikan suatu kerangka kerja yang berarti untuk melakukan perencanaan, agregasi data, dan pelaporan hasil kinerja operasi di sepanjang jalur pertanggungjawaban dan pengendalian. 2. Akuntansi Pertanggungjawaban dan Akuntansi Tradisional Akuntansi pertanggungjawaban berbeda dengan akuntansi tradisional dilihat dari cara operasi direncanakan dan cara data akuntansi diklasifikasikan serta diakumulasikan. Dalam akuntansi tradisional, data diklasifikasikan berdasarkan hakikat atau fungsinya dan tidak digambarkan sebagai individu-individu yang bertanggungjawab atas terjadinya dan pengendalian terhadap data yang ada. Maka dari itu, akuntansi tradisional dikatakan terbatas bagi manajer dalam hal memantau efisiensi dari aktivitas harian data-data tersebut. Sedangkan, akuntansi pertanggungjawaban meningkatkan relevansi dari informasi akuntansi dengan menetapkan suatu kerangka kerja untuk perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan yang sesuai dengan struktur organisasional dan hierarki



pertanggungjawaban



dari



suatu



perusahaan.



Akuntansi



pertanggungjawaban menambahkan dimensi manusia pada perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan. Akuntansi pertanggungjawaban melaporkan baik siapa yang menggunakan dana untuk sebuah operasi untuk apa dana tersebut digunakan. Karena biaya tersebut dianggarkan dan diakumulasikan sepanjang garis tanggung jawab, laporan yang diterima oleh manajer segmen sangat sesuai untuk evaluasi kinerja dan alokasi penghargaan. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa akuntansi 3



pertanggungjawaban menimbulkan kesadaran terhadap biaya dan pendapatan di seluruh organisasi serta memotivasi manajer segmen untuk lebih berusaha mencapai tujuan. Akuntansi pertanggungjawaban mengarahkan perhatian mereka kepada faktor-faktor yang memerlukan perhatian khusus dan kekuasaan untuk melakukan perubahan. 3. Penetapan Pertanggungjawaban Bertanggung jawab terhadap sesuatu membuat seseorang merasa kompeten serta penting. Hal tersebut akan memberikan seseorang wewenang dalam pengambilan keputusan dan dapat memotivasi mereka untuk memperbaiki kinerja dalam pekerjaannya. Tanggung jawab ialah suatu tindakan pemenuhan dalam pekerjaan. Tanpa adanya suatu tanggung jawab didalam diri karyawan, hal tersebut akan membuat moral karyawan menderita. Saling ketergantungan dalam suatu organisasi sering kali menimbulkan kesulitan dalam menjelaskan gambaran mengenai tanggung jawab didalam perusahaan. Pada nyatanya, seseorang yang diberikan tanggungjawab suatu aktivitas mungkin akan membagi tanggung jawabnya kepada orang lain. Faktor penting dalam menggambarkan pertanggungjawaban adalah masalah tingkat direksi dan pengendalian atas sumber daya yang diperlukan guna melaksanakan tugas yang diwakilkan. Pengendalian dalam konteks ini, ialah manajer mempunyai kemampuan yang signifikan untuk membuat keputusan. Sering kali pembagian tanggung jawab didalam perusahaan tumpang tindih. Sebagai contoh dalam pesanan kilat untuk seorang pelanggan khusus yang memerlukan kerja lembur. Manajer produksi sebenarnya tidak bertanggungjawab dalam hal biaya lembur untuk karyawan. Biaya lembur ini seharusnya dibebankan kepada departemen penjualan karena hal tersebut merupakan tambahan beban penjualan secara jelas karena pengendalian didalam suatu organisasi jarang yang mempunyai pengaruh yang signifikan, sering kali dianggap cukup dalam pembebanan pertanggungjawaban. Pada tahun 1956, komite konsep dan standar biaya dari American Accounting Association (AAA) menerbitkan beberapa pedoman, tetapi sekaligus memperingatkan bahwa penerapannya harus disertai dengan penilaian dan akal sehat yang baik. AAA merekomendasikan hal-hal berikut ini: a.



Orang dengan wewenang baik atas akuisisi maupun penggunaan barang dan jasa sebaiknya dibebankan dengan biaya dari barang dan jasa tersebut. 4



b.



Orang yang secara signifikan dapat mempengaruhi jumlah biaya melalui tindakantindakannya dapat dibebankan dengan biaya tersebut.



c.



Orang yang tidak dapat memengaruhi jumlah biaya secara signifikan melalui tindakan langsung dapat dibebankan dengan elemen-elemen dimana manajemen menginginkan orang tersebut memperhatikannya. Dengan demikian, ia akan membantu memengaruhi orang lain yang bertanggung jawab. Pedoman yang dijelaskan diatas menunjukkan bahwa penggambaran



pertanggungjawaban untuk penghasilan pendapatan dan terjadinya biaya adalah cukup sulit dan masih banyak kekurangan dalam keperilakuan. Hal tersebut dapat mengakibatkan pertengkaran dalam organisasi apabila tidak dilakukan secara hatihati dan pemahaman yang baik mengenai perilaku-perilaku manusia yang terlibat. Pertanggungjawaban seharusnya dapat diterima oleh semua pihak dalam organisasi. Jika hal ini dilakukan dengan baik, maka hal tersebut akan memberikan motivasi terhadap seseorang. 4. Perencanaan, Pengumpulan Data dan Pelaporan 4.1. Anggaran pertanggungjawaban Anggaran disusun dengan membebankan target biaya dan pendapatan pada setiap segmen jaringan. Hal ini sebagai basis untuk mengevaluasi kinerja orang yang bertanggung jawab atas setiap unit organisasi. Karakteristik dari anggaran pertanggungjawaban ialah manajer pusat pertanggungjawaban dibebani target kinerja hanya untuk pos-pos pendapatan dan biaya yang dapat mereka kendalikan. Biaya yang dapat dikendalikan tidak sama dengan biaya langsung. Ada banyak biaya langsung yang tidak dapat dikendalikan pada tingkat pusat biaya dan tidak dapat dimintai pertanggungjawabannya kepada kepala pusat biaya. Dengan hanya membebankan biaya-biaya yang dapat dikendalikan kepada setiap kepala pusat biaya, manajemen akan mempunyai dasar yang wajar untuk membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang diharapkan untuk menilai efektivitas dari penyelia pusat biaya di seluruh tingkatan organisasi dan mengindetifikasi penyebab daei inefisiensi. Proses penyusunan anggaran akan efektif jika dimulai dari tingkat organisasi yang paling bawah di mana anggaran disusun, kemudian diteruskan ke tingkat yang lebih tinggi melalui suatu rantai komando yang berbentuk 5



piramida. Pada tingkat wewenang selanjutnya, estimasi-estimasi ditinjau, dikoordinasikan, dan dimodifikasi, sampai estimasi tersebut digabungkan ke dalam anggaran operasi secara keseluruhan pada tingkat manajemen puncak. 4.2. Akumulasi data Dalam perbandingan periodik dengan berbagai perencanaan anggaran, akumulasi pospos laba dan beban aktual harus megikuti pola jaringan pertanggungjawaban. Hal ini memerlukan klasifikasi tiga dimensi terhadap biaya dan pendapatan selama akumulasi data. Pertama, biaya diklasifikasikan berdasarkan pusat pertanggungjawaban. Kedua, dalam setiap pusat pertanggungjawaban, biaya diklasifikasikan berdasarkan bisa atau tidaknya biaya tersebut dikendalikan. Ketiga, biaya tersebut diklasifikasikan berdasarkan jenis biaya atau pos-pos pelaporan, seperti gaji, perlengkapan, bahan baku, dan sewa. 4.3. Pelaporan pertanggungjawaban Hasil akhir dari sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah laporan pertanggungjawaban atau laporan secara periodik. Laporan-laporan ini merupakan media lewat di mana biaya dikendalikan, efisiensi manajerial diukur, dan pencapaian tujuan dinilai. Alat pengendalian ini melaporkan kejadian berdasarkan akun dan tanggung jawab fungsional dari individuindividu. Dalam meningkatkan efisiensi, sistem pelaporan pertanggungjawaban didasarkan pada “laporan bentuk piramida”. Hal ini berarti setiap manajer pusat pertanggungjawaban hanya menerima laporan pengendaliannya sendiri dan laporan terperinci tingkat terendah diterbitkan terlebih dahulu. Kontribusi utama



dari



akuntansi



pertanggungjawaban



adalah



akuntansi



pertanggungjawaban memungkinkan manajemen untuk mengendalikan biaya dan efisiensi melalui pembebanan tanggung jawab untuk biaya tersebut kepada orang-orang yang melaksanakan berbagai tugas. 5. Asumsi Keperilakuan Akuntansi Pertanggungjawaban Perencanaan



pertanggungjawaban,



akumulasi



data,



dan sistem



pelaporan



didasarkan beberapa asumsi. Ada lima asumsi berkenaan dengan operasi dan perilaku manusia yaitu: 5.1. Manajemen berdasarkan perkecualian



6



Dimana untuk mengelola dan mengendalikan aktivitas organisasi dengan paling efektif, manajer sebaiknya mengonsentrasikan perhatian pada bidangbidang di mana hasil aktual menyimpang secara substansial dari tujuan yang dianggarkan. Secara ideal, karakteristik pelaporan periodik dari akuntansi pertanggungjawaban sesuai untuk menarik perhatian manajemen pada bidangbidang yang menyimpang dari norma-norma awal yang telah ditentukan sebelumnya sehingga dapat mendorong tindakan-tindakan perbaikan yang segera guna mendorong atau mengoreksi perilaku. Tetapi, jika dilihat dari fakta yang ada hanya titik masalah yang jelas yang segera mendapatkan perhatian. Maka dari itu, manajer pusat pertanggungjawaban sering kali memandang laporan kinerja sebagai alat yang menekankan kegagalan. Pendekatan ini mungkin juga mengakibatkan manajer menjadi terlalu hati-hati dan enggan mencoba pendekatan baru di mana risiko kegagalan tinggi. Namun, bermain dengan kata aman dalam jangka pendek maka akan berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang. 5.2. Manajemen berdasarkan tujuan Suatu pendekatan manajemen yang didesain untuk mengatasi berbagai respons manusia yang disfungsional yang dipicu oleh usaha untuk mengendalikan operasi menggunakan dominansi. Manajemen berdasarkan tujuan memfasilitasi keinginan akan pengendalian diri dengan menberikan kesempatan kepada para manajer dan bawahannya untuk memformulasikan tujuan dan aktivitas secara bersama-sama bagi pusat pertanggungjawaban mereka. Untuk memperolah motivasi dan komunikasi yang optimal dari manajemen berdasarkan tujuan dan sistem akuntansi pertanggungjawaban, kondisi-kondisi lingkungan. Manajer pusat pertanggungjawaban penting dalam proses ini karena, hubungan pribadi mereka dengan bawahannya berpengaruh terhadap diterima atau ditelaknya tujuan perusahaan. 5.3. Kesesuaian antara jaringan pertanggungjawaban dan struktur organisasi Pengendalian organisasional ditingkatkan dengan penciptaan jaringan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dengan struktur organisasi formal. Dimana yang menugaskan wewenang dan tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu berdasarkan tingkat hierarki untuk mencapai pembagian kerja yang berarti. Pusat pertanggungjawaban menjadi dasar dari keseluruhan sistem akuntansi pertanggungjawaban, maka dari itu kerangka kerja seharusnya didesain secara 7



hati-hati dan untuk struktur organisasi harus dianalisis kelemahan dalam pendelegasian serta penyebarannya. 5.4. Penerimaan tanggung jawab Elemen dari keberhasilan suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah penerimaan para manajer pusat pertanggungjawaban atas tanggung jawab yang diberikan sebagai suatu yang seimbang dan kerelaan mereka untuk dimintai pertanggungjawaban. Ini bergantung pada cara mereka memandang direksi dan pengendalian mereka atas sumber daya manusia dan fisik yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. 5.5. Kapabilitas untuk mendorong kerja sama Akuntansi pertanggungjawaban meningkatkan kerja sama organisasional, yaitu dengan menunjukkan kepada manajer bagaimana aktivitas mereka sesuai dengan gambaran keseluruhan dan setiap orang bekerja untuk tujuan bersama serta meningkatkan kesetiaan pada perusahaan, harga diri, dan rasa penting dalam kerangka kerja pertanggungjawaban. 6. Case Study: Review Artikel Terbaru Terkait Topik



8



BAB III PENUTUP Kesimpulan Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu kajian dalam akuntansi yang lebih memfokuskan diri pada aspek-aspek tanggung jawab dari satu atau lebih anggota organisasi atas suatu pekerjaan, bagian,atau segmen tertentu. Tidak hanya hal itu saja, akuntansi pertanggungjawaban juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari anggota organisasi. Hal ini disebabkan karena akuntansi pertanggungjawaban dapatdipandang sebagai alat pengendalian bagi organisasi. Masing-masing individu, kelompok, maupun divisi dapat dijelaskan kinerjanya dari laporan-laporan yang diungkapkan dalam akuntansi pertanggungjawaban. Oleh karena itu, aspek-aspek keperilakuan juga menjadi sorotan penting dalam implementasi akuntansi pertanggungjawaban. Permasalahan yang terkait keperilakuan dalam akuntansi pertanggungjawaban dapat berdampak serius, baik bagi individu maupun organisasi. Perilaku menyimpang dari yang apa diharapkan, rendahnya motivasi, dan tidak layaknya para manajer pusat pertanggungjawaban adalah contoh-contoh dari dampakyang dihasilkan akibat gagalnya pusat pertanggungjawaban untuk mengakomodasi aspek-aspek keperilakuan secara tepat. Dengan demikian, aspek keperilakuan menjadi aspek penting lain disamping aspek perancangan jaringan pusat pertanggungjawaban.



9



DAFTAR PUSTAKA Lubis, A. I. (2009). Akuntansi Keperilakuan Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.



10