Keluhuran Martabat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Katolik Roma, sama seperti agama-agama lainnya, menaruh hormat pada pribadi manusia. Dalam pandangan Gereja Katolik, manusia menurut kodratnya merupakan gambar dan rupa Allah, manusia diciptakan seturut gambar dan rupa Allah. Karena keluhuran kodratnya ini maka manusia melampaui ciptaan lain. St. Thomas Aquinas, salah satu teolog besar abad pertengahan, memandang keluhuran manusia didasarkan pada tiga hal (martabat intrinsik manusia), yakni gambar dan rupa Allah, makhluk bebas dan berakal budi, serta memiliki suara hati. Disebut sebagai martabat intrinsik sebab hal ini merupakan sebuah anugerah, bukan pencapaian manusia. Penghormatan terhadap martabat manusia juga ditunjukkan oleh salah satu filsuf Barat Modern, yakni Immanuel Kant. Menurut Kant, manusia memiliki nilai intrinsik, yaitu “martabat”. Nilai intrinsik inlah yang oleh Kant menjadikan manusia memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan makhluk lainnya. Dalam pandangannya tentang moral, salah satu dari ketiga kaidah moral yang diajukan Kant adalah penghormatan terhadap pribadi manusia. Kaidah moral tersebut berbunyi demikian: “bertindaklah sedemikian sehingga engkau memperlakukan kemanusiaan, entah dalam dirimu sendiri atau orang lain, selalu sebagai tujuan dan bukan hanya sebagai sarana”. Oleh karena itu, sebagai implikasi langsung dari kaidah moral ini Kant menolak segala jenis tindakan yang menjadikan manusia sebabagai sarana belaka dalam mencapai tujuan, salah satunya adalah tindakan bunuh diri. Bagi Kant, tindakan bunuh diri adalah tindakan yang merendahkan martabat manusia, sebab dalam tindakan bunuh diri seseorang menggunakan dirinya hanya sebagai sarana untuk lepas dari penderitaan. Selain itu, sebagai makhluk bermartabat yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan makhluk lainnya sebab manusia adalah makhluk rasional, yang dengan akal budinya mampu menentukan dirinya, mempertanyakan dirinya, dan me nentukan tujuan-tujuannya. Hal serupa juga diungkapkan Viktor Frankl dalam refleksinya tentang manusia. Menurut Viktor Frankl, manusia baginya adalah makhluk yang oleh hasratnya didorong untuk menemukan makna hidup, tidak seperti hewan yang didorong oleh naluri. Di samping itu, manusia menurut Viktor Frankl juga memiliki kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri, apa yang ingin dicapainya, dan ingin menjadi seperti apakah dirinya. Hal lain yang diungkapkan Viktor Frankl mengenai manusia adalah berkaitan dengan kemampuan manusia. Kemampuan khas yang dimiliki manusia antara lain kebebasan, tanggung jawab, dan cinta. Dengan kebebasannya manusia mampu menentukan pilihannya atas berbagai situasi hidupnya, menyerah pada keadaan yang tidak mengenakkan atau terus berjuang menghadapi segala tantangan hidup. Dengan kebebasannya manusia telah menentukan sikap dan jalan hidupnya, karena itu atas pilihan yang telah ia buat manusia diharuskan untuk dapat mempertanggungjawabkan pilihannya itu. Dengan cinta seseorang dapat mengenal manusia lain secara menyeluruh dengan segala keunikannya, baik itu kekurangan, kelebihan, maupun segala potensi dalam diri orang yang dicintainya. Dari berbagai pandangan di atas bisa dilihat betapa luhurnya martabat manusia. Keluhurannya ini membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Karena kebebasan, rasio serta kemampuan-kemampuan lain yang ia miliki, manusia menjadi tuan atas dirinya. Ia bebas untuk memilih atau bertindak, ia mampu mempertanyakan dirinya, menentukan dirinya (kesiapaannya), bisa membedakan yang baik dan yang jahat, dapat mempertanggungjawabkan apa yang telah ia pilih atau lakukan, serta dapat membangun relasi dengan sesama dan lingkungannya dengan berbagai macam situainya. Karena keluhurannya inilah maka sudah sepantasnya jika martabat manusia dihargai.



1



BAB II PEMBAHASAN A. Keluhuran Martabat Manusia Sebagai Citra Allah Manusia diciptakan oleh Allah Sang Pencipta pada hari ke-6 dengan bersabda dan bertindak. Dalam kisah penciptaan itu, manusia diciptakan dalam proses yang terakhir setelah semua yang ada di alam semesta diciptakan. Artinya, manusia diciptakan sebagai puncak ciptaan Allah. Manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah, dengan karunia istimewa yaitu akal budi, hati/perasaan, dan kehendak bebas. Adanya karunia akal- budi menjadikan manusia bisa atau memiliki kemampuan untuk memilih, karunia hati/perasaan menjadikan manusia bisa merasakan, dan karunia kehendak bebas menjadikan manusia mampu membangun niat-niat. Karunia-karunia itu menjadikan manusia sebagai makhluk hidup yang memiliki kesadaran dan kebebasan. Gambaran yang paling tepat mengenai siapakah manusia di hadapan Allah secara iman Kristiani terdapat dalam Kitab Mazmur 8:1-10. Kitab Suci mengajarkan bahwa manusia diciptakan “menurut gambar Allah”; ia mampu mengenal dan mengasihi Penciptanya; oleh Allah manusia ditetapkan sebagai tuan atas semua makhluk di dunia ini (Kej 1:26). Allah menempatkan martabat manusia di atas ciptaan yang lain. Hanya manusia yang secitra dengan Allah. Dari segala ciptaan yang kelihatan, hanya manusia mampu mengenal dan mencintai Penciptanya dan oleh Allah manusia ditetapkan sebagai tuan atas semua makhluk di dunia ini, untuk menguasainya dan menggunakannya sambil meluhurkan Allah. Martabat manusia itu mulia karena hidupnya tergantung pada Allah. Asal mula dan sumber kehidupan manusia adalah Allah, yang menjadi pemberi dan penopang kehidupan. Karena martabat manusia sangat mulia dan luhur, kehidupan manusia harus dilindungi sejak pembuahan dalam kandungan. “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur 13 kepada-Mu oleh karena kejadianku dasyat dan ajaib; ajaib apa yang kamu buat dan jiwaku benar-benar menyadarinya” (Mzm. 139; 13 – 14). Martabat manusia sebagai citra Allah merupakan landasan penghargaan terhadap hak azasi manusia. Semua hak azasi berakar dalam kodrat kemanusiaan yang lahir bersamaan dengan manusia. Nilai-nilai kemanusiaan itu berasal dari Tuhan, pencipta alam semesta. Setiap manusia memperkembangkan kepribadiannya dalam hubungannya dengan sesama atas dasar nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Setiap diskriminasi, dan paksaan dalam hal agama, misalnya, selalu bertentangan dengan kemanusiaan dan ke-Tuhan-an. Oleh karena itu, para pemeluk agama harus menjadi pelopor dalam menegakkan hak-hak asasi manusia. Hak asasi manusia merupakan syarat mutlak untuk perkembangan demokrasi yang sehat. Setiap penganut agama harus menjunjung tinggi hak-hak asasi karena itu berasal dari Tuhan sendiri.



B. Keluruhuran Martabat Manusia Sebagai Anak Allah Manusia sebagai makhluk ciptaan yang mempunyai citra dan rupa Allah mempunyai tujuan yang diberikan oleh Allah sendiri. Tujuan hidup manusia sangat mempengaruhi martabat manusia. Tujuan hidup manusia itu pada dasarnya di luar segala daya pemikiran manusia, di luar segala perhitungan manusia bahkan di luar pengertian manusia itu sendiri. Tujuan hidup manusia pada dasarnya bersifat transendental (bersifat ilahi dan mengatasi segala-galanya), yaitu memenuhi kerinduan manusia mencapai kesempurnaan dalam segalagalanya, yaitu suatu kebahagiaan abadi berupa kehidupan kekal, hidup berbahagia bersama Allah Bapa di surga (Yoh. 17:1-3; 1Yoh. 3:2; 1Kor. 2:9). Dalam teks tersebut dilukiskan bahwa tujuan hidup manusia masing-masing adalah persatuan dengan hidup Allah Tritunggal



2



untuk selama-lamanya. Sebagai anak Allah, manusia terpanggil untuk hidup bersatu dengan Bapa-Nya sesuai dengan rencana Allah. Martabat manusia sebagai anak Allah merupakan kunci untuk memahami sebenarnya siapa manusia. Manusia dipanggil untuk hidup dalam persekutuan dengan Allah Bapa berkat wafat dan kebangkitan Kristus yang memanggil manusia untuk lahir kembali sebagai anak Allah. Maka martabat manusia tidak tergantung pada bangsa, jenis, usia, bakat, kedudukan dan keberhasilan seseorang. Martabat manusia melebihi semua hal tersebut. Allah telah mengangkat manusia sebagai anak-Nya dengan menyerahkan Putra-Nya yang tunggal, Yesus Kristus. Maka, martabat manusia diangkat dan disempurnakan dalam relasi dengan Yesus Kristus Putra Allah (1Yoh. 4:9-10).



C. Keluhuran Martabat Manusia Sebagai Pribadi Sosial Dalam kehidupannya manusia sadar akan dirinya bersama dengan orang lain. Manusia bersama dengan orang lain, secara bersama-sama memberikan arti dan nilai dan saling memanusiawikan. Anda menjadi pribadi justru dalam pengakuan dari sesama. Manusia diciptakan untuk berelasi dan bersekutu. Relasi dan persekutuan ini memperlihatkan suatu ketergantungan dasariah antarmanusia sebagai makhluk yang selalu ada bersama. Karena itu, manusia hidupnya tergantung satu sama lain. Allah tidak menciptakan manusia seorang diri: sebab sejak awal mula “Ia menciptakan mereka pria dan wanita” (Kej. 1:27). Rukun hidup mereka merupakan bentuk pertama persekutuan antarpribadi. Sebab dari kodratnya yang terdalam, manusia bersifat sosial; dan tanpa berhubungan dengan sesama ia tidak dapat hidup atau mengembangkan bakat-pembawaannya. Hidup di tengah-tengah manusia lain merupakan sebuah keniscayaan. Oleh karena itu, sebagai citra Allah manusia adalah pribadi sosial, yang di satu sisi sebagai anugerah yang layak “disyukuri” dan di lain pihak mengandung tugas panggilan/perutusan yaitu “membangun”. Karenanya, kita perlu membangun kesadaran bahwa kita hidup dalam suatu komunitas kebersamaan. Kesadaran itu, hendaknya dihayati dengan sikap-sikap yang menunjang tercapainya kerja sama dan saling pengertian dan peduli di antara sesama manusia. Dari penjelasan dan uraian di atas, secara singkat dapat dikatakan bahwa relasi sosial manusia dipahami dalam penilaian martabat manusia yang tidak bisa terpisah dari kenyataan bahwa ia diciptakan oleh Allah. Hal itu berarti luhurnya martabat manusia diakui, dihormati dan dijunjung tinggi karena iman akan Allah, maka kepercayaan bahwa Allah itu Sang Pencipta sekaligus mengandung kepercayaan bahwa Allah menjadikan manusia sebagai makhluk sosial yang mulia dan bermartabat luhur. Karena martabat luhur manusia hanya diakui dalam iman akan Allah sebagai Sang Pencipta dan dalam diri Yesus Kristus, Putera Allah yang tunggal. Manusia menentukan sikap dan hubungannya dengan sesama. Dengan akal budinya, dan kemampuan membedakan yang baik dan yang jahat, serta dengan kehendak bebasnya, manusia bertanggungjawab atas perbuatannya. Martabat setiap manusia diuji dalam relasi membina dirinya dengan sesamanya, dan keberhasilan kemanusiaannya dinilai dari sisi kadar etis-moralnya, bukan pada apa yang dimiliki dan melekat pada dirinya. Dalam konteks bernegara, kepekaan sosial diwujudkan dalam bentuk membayar pajak dengan benar, tepat waktu dan tidak memanipulasi kewajiban pajaknya.



3



D. Keluhuran Martabat Manusia Masa Kini Dewasa ini banyak terjadi pelanggaran terhadap martabat kemanusiaan. Semakin hari semakin banyak pelanngaran yang tejadi. Di berbagai tempat terjadi kekerasan yang diakibatkan dari sikap fanatik dan diskriminatif ras, suku, agama, budaya, dan kelompok sosial. Hal-hal yang berlawanan dengan kehidupan, misalnya pembunuhan, penumpasan suku, pengguguran, bunuh diri, dan apa pun yang melanggar keutuhan pribadi manusia seperti kondisi-kondisi hidup yang tidak layak sebagai manusia, pemenjaraan yang sewenang-wenang, pembuangan orang-orang perbudakan, penculikan, pelacuran, perdagangan wanita dan anak-anak. Jika seseorang melakukan salah satu dari tindakan tersebut berarti ia sudah tidak lagi mencerminkan keluhurannya martabatnya sebagai manusia.



E. Sikap Dasar Yang Diperlukan Untuk Pengembangan Martabat Manusia Sikap dasar yang diperlukan untuk pengembangan martabat manusia yaitu Kasih. Yesus mengajarkan agar hidup kita dilandasi kasih akan Allah yang terwujud dalam kasih terhadap sesama.



F. Tindakan Yang Meluhurkan Martabat Manusia  Menghargai Hidup Pribadi – Kewajiban setiap orang adalah memelihara dirinya sendiri dengan baik. Menjaga pikiran, tutur kata, kehendak, dan tindakan agar tidak merusak diri sendiri sebagai Citra Allah, cth. Gerakan Hidup Sehat  Menghargai Hidup Orang Lain – Mengupayakan agar manusia (orang lain) bisa hidup secara manusiawi sebaga Citra Allah, tidak membiarkan sesama hidup dalam kelaparan, kemiskinan, dan penindasan. Cth. Gerakan Pro-Life, sebuah gerakan yang berupaya agar tidak ada remaja yang melakukan bunuh diri, aborsi, narkoba, atau berbagai tindakan yang mengakibatkan kematian.  Mengembangkan Budaya Kehidupan – Mengupayakan sebuah kebiasaan yang menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan bukan sebaliknya, budaya kematian (segala bentuk tindakan yang tidak menghargai dan menjunjung nilai-nilai kehidupan).



4



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Keluhuran manusia terbagi menjadi 3 yaitu Keluhuran martabat manusia sebagai citra Allah, Keluhuran martabat manusia sebagai Anak Allah, dan Keluhuran martabat manusia sebagai Pribadi Sosial. Dalam dewasa ini, banyak manusia yang melakukan tindakantindakan yang tidak mencerminkan keluhuran martabatnya. Di berbagai tempat terjadi kekerasan yang diakibatkan dari sikap fanatik dan diskriminatif ras, suku, agama, budaya, dan kelompok sosial. Adapun sikap dasar yang harus dimiliki oleh manusia demi mempertahankan keluhuran martabatnya yaitu ‘kasih” karena Allah sudah terlebih dahulu mengasihi kita, oleh karena itu kita harus mengasihi sesama kita. B. Saran Manusia telah dikaruniakan ketiga keluhuran martabat tersebut dari Allah, oleh karena itu sangat diharapkan manusia harus mencerminkannya dalam melaksanakan kehidupannya sehari-hari.



5



KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan Rahmat-Nya kami dapat menulis makalah ini yang berjudul “Keluhuran Martabat Manusia” hingga selesai. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimah kasih kepada dosen pembimbing serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan saran atas selesainya makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih ada kekurangan-kekurangan mengingat keterbatasannya pengetahuan dn pengalaman dari kami. Maka dari itu, sangat diharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk memperbaiki makalah ini berikutnya.



Sorong, 05 Oktober 2019



Kelompok 1



i



DAFTAR PUSTAKA https://slideplayer.info/slide/14522276/ http://ambrosiushaward.blogspot.com/2015/02/martabatmanusia_88.html https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/5-PendidikanAgamaKatolik.pdf



6



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..i DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………………………………1 BAB II PEMBAHASAN A. Keluhuran Martabat Manusia Sebagai Citra Allah……..………………………2 B. Keluhuran Martabat Manusia Sebagai Anak Allah…………...……………..…2 C. Keluhhuran Martabat Manusia Sebagai Pribadi Sosial….……………………..3 D. Keluruhan Martabat Manusia Masa Kini………………………………………..4 E. Sikap Dasar Yang Diperlukan Untuk Pengembangan Martabat Manusia…...4 F. Tindakan Yang Meluhurkan Martabat Manusia………………………………...4 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………………………….5 B. Saran………………………………………………………………………………….5 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...6



ii



DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 DESI OSOK MARTA SALAMUK RATI PARHUSIP STELLA WERINUSSA DIII KEPERAWATAN TINGKAT 1/B



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES SORONG TAHUN AJARAN 2019/2020