KIE KASUS 7 - Insulin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH STUDI KASUS FARMASI KOMUNITAS



KASUS 7 “KIE INSULIN”



Dosen Pengampu : apt. Carolina Eka Waty, S. Farm, M.Sc



Disusun Oleh : Sinta Yuliana (2120424774)



PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER 42 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2021



BAB I PENDAUHULUAN A. Latar belakang Diabetes Melitus merupakan sekelompok gangguan metabolik atau heterogen yang menyebabkan gangguan sekresi dan aksi insulin sehingga berdampak pada kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, dkk, 2010; William & Hopper, 2007). Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah, glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Sedangkan insulin adalah suatu hormon yang di produksi pankreas yang berfungsi untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Pada diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin, sehingga menimbulkan hiperglikemia (Smeltzer dkk., 2010). Terapi farmakologi pada pasien Diabetes Melitus terdiri dari obat antidiabetes oral dan terapi insulin. Obat antidiabetes oral diberikan pada pasien diabetes tipe II yang tidak dapat diatasi hanya dengan diet dan latihan. Sedangkan terapi insulin diberikan pada pasien diabetes tipe I dan tipe II. Pada pasien Diabetes Melitus tipe II, pasien mungkin dapat mengontrol gula darah dengan obat oral, terapi nutrisi dan latihan. Tetapi jika obat oral tidak efektif lagi dalam mengontrol gula darah, maka pemberian insulin dibutuhkan pada pasien Diabetes Melitus tipe II untuk mengontrol gula darah Insulin dapat diberikan dalam jangka panjang (William & Hopper, 2007). Pengetahuan tentang injeksi insulin mandiri sangat dibutuhkan oleh pasien untuk mengambil tindakan dalam mengontrol kadar gula darah. Pengetahuan ini dapat berguna untuk menanggulangi hambatan dalam injeksi insulin mandiri dan mengontrol kadar gula darah dengan baik, yang mana hal ini dapat mengurangi biaya dalam penanggulangan Diabetes Melitus serta menurukan angka kematian akibat komplikasi Diabetes Melitus. Oleh karena itu, pasien Diabetes Melitus harus memiliki pengetahuan tentang injeksi insulin mandiri berhubungan dengan komplikasi penyakit yang dapat terjadi serta harus memiliki kompetensi dan perilaku yang benar dalam injeksi insulin mandiri (Surendranath dkk., 2012). Ketika diberikan secara benar, insulin bertindak sebagai pengobatan penyelamat hidup bagi pasien yang bergantung pada insulin. Tetapi ketika diberikan



secara tidak benar, insulin mungkin menyebabkan komplikasi mulai dari kerusakan jaringan sampai kematian akibat hipoglikemia (insulin shock) (Black & Hawks, 2014). pemberian insulin yang tidak tepat seperti penggunaan jarum yang tidak semestinya, sehingga insulin dapat berdampak terhadap memburuknya kontrol kadar gula darah, menyebabkan nyeri, luka dan memar di area injeksi, kontaminasi, dosis yang tidak tepat dan lipohipertropi (Surendranath dkk., 2012). Dikarenakan adanya dampak yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan pasien dalam injeksi insulin mandiri, maka perlu peningkatan pengetahuan dan keterampilan injeksi insulin mandiri pada pasien Diabetes Melitus, salah satunya melalui pendidikan kesehatan. Dalam Smeltzer dkk., (2010) dijelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus diajarkan kepada pasien Diabetes Melitus yang melakukan injeksi insulin mandiri. Seperti tempat menyimpan insulin, memilih lokasi injeksi, merotasi lokasi injeksi, persiapan kulit sebelum injeksi insulin, serta efek samping dari injeksi insulin dan cara mencegahnya (seperti gejala hipoglikemia, cara mencegah dan cara menanggulanginya).



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai penyakit metabolisme dan ketidaksesuaian kadar gula dalam darah yang berkaitan dengan penurunan sekresi insulin atau kombinasi resistensi insulin. Diabetes mellitus termasuk penyakit kronis yang memerlukan perawatan medis terus menerus dan pasien self-management untuk mencegah komplikasi akut dan untuk mengurangi risiko komplikasi. Salah satu terapi pengobatan untuk diabetes mellitus yaitu terapi insulin. Pasien DM yang memiliki kontrol glukosa darah yang tidak baik dengan penggunaan obat antidiabetik oral perlu dipertimbangkan untuk penambahan insulin sebagai terapi kombinasi dengan obat oral atau insulin tunggal. Diabetes melitus adalah suatu sindroma yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah disebabkan adanya penurunan sekresi insulin. Diabetes adalah penyakit tidak menular yang dapat menyerang segala kelompok umur. Pada diabetes melitus tipe 1 penurunan sekresi itu disebabkan karena kerusakan sel beta akibat reaksi otoimun sedangkan pada diabetes melitus tipe 2 penurunan sekresi disebabkan karena berkurangnya sel beta yang progresif akibat glukotoksisitas, lipotoksisitas, tumpukan amilod dan faktor-faktor lain yang disebabkan oleh resistensi insulin B. Etiologi dan Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2 Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggl lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan. Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu faktor pradisposisi utama. Penelitian terhadap mencit dan tikus menunjukkan bahwa ada hubungan antara gen-gen yang bertanggung jawab terhadap obesitas dengan gen-gen yang merupakan faktor pradisposisi untuk DM Tipe 2. Berbeda dengan DM Tipe 1, pada penderita DM Tipe 2, terutama yang berada pada tahap awal, umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup di dalam darahnya, disamping kadar glukosa yang juga tinggi. Jadi, awal patofisiologis DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai "Resistensi



Insulin". Resistensi insulin banyak terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, antara lain sebagai akibat dari obesitas, gaya hidup kurang gerak (sedentary), dan penuaan. Disamping resistensi insulin, pada penderita DM Tipe 2 dapat Juga timbul gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan. Namun demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel β Langerhans secara otoimun sebagaimana yang terjadi pada DM Tipe 1 Dengan demikian defisiensi fungsi insulin pada penderita DM Tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut. Oleh sebab itu dalam penanganannya umumnya tidak memeriukan terapi pemberian insulin. Sel-sel β kelenjar pankreas mensekresi insulin dalam dua fase. Fase pertama sekresi insulin terjadi segera setelah stimulus atau rangsangan glukosa yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah, sedangkan sekresi fase kedua terjadi sekitar 20 menit sesudahnya. Pada awal perkembangan DM Tipe 2, sel-sel β menunjukkan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan penyakit selanjutnya penderita DM Tipe 2 akan mengalami kerusakan sel sel p pankreas yang terjadi secara progresif, yang seringkali akan mengakibatkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memeriukan insulin eksogen. Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa pada penderita C. Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2 Riwayat



Obesitas Umur Hipertensi Hipelipidemia Faktor-fakor lain



Diabetes dalam keluarga Diabetes Gestasional Melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg Kista ovarium (Polycyclic overy syndrome) IFG (Impaired fasting Glucose) atau IGT (Impaired glucose tolerance) 120% berat badan ideal 20-59 tahun : 8,7 % > 65 tahun : 18% >140/90 mmHg Kadar HDL rendah < 35 mg/dl Kadar lipid darah tinggi > 250 mg/dl Kurang olah raga Pola makan rendah serat



D. Gejala klinik Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada baberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungklnan diabetes. Gejala tipikal yang sering



dirasakan penderita diabetes antara lain polluria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan pollfagia (banyak makan/mudah lapar). Selain Itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. 



Pada DM TIpe I gajala klaslk yang umum dikeluhkan adalah polluria, polldlpsia, pollfagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), Iritabilltas, dan pruritus (gatal-gatal pada kullt).







Pada DM TIpe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada DM TIpe 2 seringkali muncul tanpa diketahul, dan penanganan baru dimulal beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan kompllkasi sudah terjadl. Penderita DM TIpe 2 umumnya lebih mudah terkena Infeksi, sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.



E. Insulin Insulin merupakan hormon yang berfungsi untuk mengubah gula darah (glukosa) menjadi energi dan membantu menjaga keseimbangan kadar gula darah dalam tubuh yang diproduksi oleh pankreas. Kekurangan hormon insulin menyebabkan penyakit diabetes mellitus. Kekurangan hormon insulin membutuhkan perawatan dengan insulin buatan untuk mengontrol kadar gula darahnya. Insulin buatan adalah sintesis dari hormon yang susunan zatnya mirip seperti insulin alami dalam tubuh. Insulin pen adalah alat kesehatan yang digunakan untuk pemberian insulin buatan kedalam jaringan subkut. Siapa yang menggunakan insulin ? Yang menggunaka insulin adalah : 



Diabetes mellitus tipe 1







Diabetes mellitus tipe 2 pada pasien yang kurang efektif pada penggunaan OAD (Oral Anti Diabetes) atau kombinasi dengan OAD (Oral Anti Diabetes)







Diabetes mellitus pada kehamilan







Alergi terhadap penggunaan OAD (Oral Anti Diabetes)



F. Tatalaksana Diabetes Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas DM, yang secara speslfik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaltu: 1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal. 2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan teijadinya komplikasi diabetes.



Pengobatan Diabetes : 1. Terapi Tanpa Obat A. Diet Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut: • Karbohidrat 60-70 % • Protein 10-15% • Lemak 20-25% Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik, yang pada dasamya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-sel p terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar HbAlc sebanyak 0,6% (HbAlc adalah salah satu parameter status DM), dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup. B. Olahraga Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhemical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik in! paling tidak dilakukan selama total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa. 2. Terapi Dengan Obat A. Obat Antihiperglikemia Suntik 1.Insulin Lokasi penyuntikan insulin pen Penyuntikan dilakukan secara subkutan (jaringan di bawah kulit yang merupakan jaringan lemak) karena penyuntikan pada bagian jaringan lemak akan mempercepat proses penyerapan insulin. Lokasi penyuntikan umumnya pada



bagian perut (abdomen), lengan,



paha



pantat.



atas



Bagian



(abdomen) insulin



dan perut



menyerap paling



cepat



dibandingkan lokasi yang lain cukup



karena



menyimpan



banyak



jaringan



lemak. Disarankan untuk mengganti



titik



injeksi



penyuntikan insulin pen setelah waktu dua hari berturut-turut, jangan menggunakan titik yang sama secara berulang-ulang karena dapat menyebabkan kulit iritasi dan merusak jaringan lemak dibawah kulit. Mengganti titik injeksi, bukan berarti mengganti area injeksi, hanya saja menyuntik pada area injeksi yang sama namun letaknya tidak dititik yang sama seperti penyuntikan sebelumnya. Berikanlah jarak sekitar 2 cm dari titik injeksi sebelumnya. Penyimpanan insulin :  Simpan insulin pen baru (belum pernah dipakai) pada suhu 2 - 8°C (dalam lemari es), tetapi jangan dibekukan dalam freezer. Menyimpan dalam lemari es bertujuan untuk menjaga kestabilan insulin pen yang stabil jika di simpan pada suhu dingin dan dapat bertahan lebih lama sampai masa kadaluarsa jika di simpan pada suhu dingin. Tidak disarankan menyimpan dalam freezer karena jika insulin menjadi beku maka terdapat perubahan bentuk partikel insulin menjadi kristal atau gumpalan sehingga insulin menjadi rusak dan tidak bisa digunakan lagi  Simpan insulin pen yang sedang dipakai pada suhu sejuk ruangan yang terlindung dari cahaya matahari (15-20°C) dan sebaiknya tidak di simpan dalam lemari es. Penyimpanan insulin pen yang sudah / sedang dipakai, baik di simpan pada suhu sejuk ruangan atau di simpan didalam kulkas, insulin pen tetap hanya bisa digunakan 30 hari sejak insulin tersebut dipakai. Insulin pen yang awalnya disimpan di dalam kulkas dalam kondisi stabil kemudian dikeluarkan dalam kulkas untuk dipakai maka akan mengalami perubahan stabilitas sehingga akan percuma apabila disimpan kembali kedalam lemari es.



 Insulin pen yang sedang dipakai, dapat digunakan sampai 4 minggu / 1 bulan  Insulin pen tidak boleh digunakan setelah melewati tanggal kadaluarsa seperti yang tercetak pada label dan karton  Tutup insulin pen harus senantiasa terpasang bila sedang tidak digunakan agar terlindung dari cahaya  Jauhkan dari jangkauan anak-anak Cara penyunikan insulin : o Insulin umumnya diberikan dengan suntikan di bawah kulit (subkutan), dengan arah alat suntik tegak lurus terhadap cubitan permukaan kulit o Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau drip o Insulin campuran (mixed insulin) merupakan kombinasi antara insulin kerja pendek dan insulin kerja menengah, dengan perbandingan dosis yang tertentu, namun bila tidak terdapat sediaan insulin campuran tersebut atau diperlukan perbandingan dosis yang lain, dapat dilakukan pencampuran sendiri antara kedua jenis insulin tersebut. o Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara insulin harus dilakukan dengan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik. o Penyuntikan insulin dengan menggunakan semprit insulin dan jarumnya sebaiknya hanya dipergunakan sekali, meskipun dapat dipakai 2-3 kali oleh penyandang diabetes yang sama, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin. Penyuntikan insulin dengan menggunakan pen, perlu penggantian jarum suntik setiap kali dipakai, meskipun dapat dipakai 2-3 kali oleh penyandang diabetes yang sama asal sterilitas dapat dijaga. o Kesesuaian konsentrasi insulin dalam kemasan (jumlah unit/mL) dengan semprit yang dipakai (jumlah unit/mL dari semprit) harus diperhatikan, dan dianjurkan memakai konsentrasi yang tetap. Saat ini yang tersedia hanya U100 (artinya 100 unit/ml) o Penyuntikan dilakukan pada daerah: perut sekitar pusat sampai kesamping, kedua lengan atas bagian luar (bukan daerah deltoid), kedua paha bagian luar. Cara Penyuntikan insulin pen : 1. Mencuci tangan terlebih dahulu 2. Siapkan insulin pen, jarum, kapas alkohol dan tempat sampah 3. Sebelum digunakan, periksa tanggal kadaluarsa, warna dan kejernihan insulin



4. Persiapkan insulin pen dan lepaskan penutup insulin pen Pastikan insulin tidak menggumpal dengan memutar mutar insulin pen sampai gumpalan hilang secara perlahan (jangan dikocok)



5. Lepaskan kertas pembungkus dan tutup jarum  Buka kertas pembungkus dan tutup jarum pen  Tarik kertas pembungkus pada jarum pen  Putar jarum insulin ke insulin pen  Lepaskan penutup luar jarum sehingga jarum tampak



6. Pastikan insulin pen siap digunakan Pastikan tidak ada udara di dalam insulin pen dan jarum berfungsi dengan baik. Dengan cara :  Putar tombol pemilih dosis pada ujung pen untuk 1 atau 2 unit  Tahan insulin pen dengan jarum mengarah keatas  Tekan tombol dosis dengan benar sambil mengamati keluarnya sedikit insulin



 Ulangi jika perlu sampai insulin terlihat di ujung jarum  Tombol pemutar harus kembali ke nol setelah insulin terlihat didalam pen 7. Atur dosis sesuai anjuran dokter



8. Pilih lokasi bagian tubuh yang akan disuntik  Pastikan posisi nyaman saat menyuntikan insulin pen  Penyuntikan dapat dilakukan pada bagian perut, lengan, paha atas atau pantat  Tidak dianjurkan untuk menyuntik di lokasi yang sama terus menerus, rotasikan posisi (konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu)



9. Suntikan insulin  Usapkan kapas alkohol pada bagian yang akan disuntik  Genggam pen dengan 4 jari, letakkan ibu jari pada tombol dosis.  Mencubit kulit (bagian lemak) yang akan disuntik menggunakan 2 jari  Segera suntikkan jarum dengan cara tegak lurus (sudut 90° ) dengan bagian tubuh yang akan di suntik  Gunakan ibu jari untuk menekan ke bawah pada tombol dosis sampai berhenti (klep dosis akan kembali pada nol).



 Biarkan jarum di tempat suntikan selama 5-10 detik untuk memastikan insulin benar-benar masuk dan mencegah insulin keluar dari tempat suntikan,  Melepaskan kulit yang dicubit  Tarik jarum dari tempat penyuntikan dan usap dengan kapas alkohol, jangan di gosok atau dipijat



10. Persiapkan insulin pen untuk penggunaan berikutnya  Tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen.  Tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen. Tempatkan jarum yang telah digunakan pada wadah yang aman (kaleng kosong) dan buang ke tempat sampah



11. Simpan kembali insulin pen untuk digunakan ke pemakaian selanjutnya 12. Cuci tangan setelah selesai menggunakan insulin pen Konseling Pengobatan 



Tidak mengendarai, bekerja dengan mesin atau melakukan aktivitas berat setelah menggunakan insulin pen. Apabila terjadi hipoglikemik setelah



melakukan



aktivitas



tersebut,



maka



istirahat



perlu



waktu



untuk



pengembalian ke keadaan normal sekitar 15 menit atau lebih baik dipastikan dengan mengukur kadar gula darah 



Penderita diabetes mellitus yang menggunakan pengobatan insulin pen lebih baik mempersiapkan gula-gula seperti permen atau makanan minuman manis, agar dapat menjadi tindakan awal ketika terjadi penurunan gula secara mendadak akibat penggunaan insulin







Sebaiknya penggunaan jarum insulin pen hanya sekali pakai / dapat digunakan 2-3 kali atau ganti jarum apabila jarum mulai tumpul yang ditandai sakit ketika disuntikkan







Pola makan yang sehat dan seimbang, misal : menghindari konsumsi makanan yang mengandung pemanis buatan dan pasien dianjurkan makan dalam porsi kecil dan pada waktu tetap dan teratur







Konsumsi makanan yang berserat misal : buah segar dan sayur-sayuran







Olahraga teratur 3-4 kali dalam seminggu selama kurang lebih 30 menit sesuai dengan kemampuan, misal : olahraga ringan seperti jalan kaki selama 30 menit







Menghindari kebiasaan buruk kurang gerak







Patuh terhadap pengobatan



Penggolongan Sediaan Insulin : Untuk terapi, ada berbagai jenis sediaan insulin yang tersedia, yang terutama berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration). Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 6 kelompok, yaitu: 1. Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin) 2. Insulin kerja pendek (Short-acting insulin) 3. Insulin kerja menengah (Intermediateacting insulin) 4. Insulin kerja panjang (Long-acting insulin) 5. Insulin kerja ultra panjang (Ultra longacting insulin) 6. Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan kerja cepat dengan menengah (Premixed insulin) Efek samping terapi insulin -



Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia



-



Efek samping yang lain berupa reaksi alergi terhadap insulin



-



Edema insulin



-



Reaksi local terhadap suntikan insulin, seperti memar atau luka pada lokasi penyuntikan



B. Obat Antihiperglikemia Oral Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi 5 golongan: a. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue) -



Sulfonilurea Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Efek samping utama adalah hipoglikemia dan peningkatan berat badan.



-



Glinid Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin).



b. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin -



Metformin Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer. Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus DMT2.



-



Tiazolidindion (TZD). Tiazolidindion merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-gamma), suatu reseptor inti yang terdapat antara lain di sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer.



c. Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran pencernaan -



Penghambat Alfa Glukosidase. Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa dalam usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.



d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase IV) Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja enzim DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1 untuk meningkatkan sekresi insulin dan



menekan sekresi glukagon bergantung kadar glukosa darah (glucose dependent). Contoh obat golongan ini adalah Sitagliptin dan Linagliptin. e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2) Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes oral jenis baru yang menghambat penyerapan kembali glukosa di tubuli distal ginjal dengan cara menghambat kinerja transporter glukosa SGLT-2. Obat yang termasuk golongan ini antara lain: Canagliflozin, Empagliflozin, Dapagliflozin, Ipragliflozin.



C. Terapi Kombinasi Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama dalam penatalaksanaan DM, namun bila diperlukan dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau kombinasi sejak dini. Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Terapi kombinasi obat antihiperglikemia oral, baik secara terpisah ataupun fixed dose combination, harus menggunakan dua macam obat dengan mekanisme kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu apabila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai dengan kombinasi dua macam obat, dapat diberikan kombinasi dua obat antihiperglikemia dengan insulin. Pada pasien yang disertai



dengan alasan klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dapat diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral. Kombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin dimulai dengan pemberian insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang). Insulin kerja menengah harus diberikan jam 10 malam menjelang tidur, sedangkan insulin kerja panjang dapat diberikan sejak sore sampai sebelum tidur. Pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat mencapai kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin basal untuk kombinasi adalah 6-10 unit. kemudian dilakukan evaluasi dengan mengukur kadar glukosa darah puasa keesokan harinya. Dosis insulin dinaikkan secara perlahan (pada umumnya 2 unit) apabila kadar glukosa darah puasa belum mencapai target. Pada keadaaan dimana kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali meskipun sudah mendapat insulin basal, maka perlu diberikan terapi kombinasi insulin basal dan prandial, sedangkan pemberian obat antihiperglikemia oral dihentikan dengan hati-hati. G. Algoritma Terapi Diabetes Melitus Tipe 2



Penjelasan untuk algoritme Pengelolaan DM Tipe-2 :



1. Daftar obat dalam algoritme bukan menunjukkan urutan pilihan. Pilihan obat tetap harus mempertimbangkan tentang keamanan, efektifitas, penerimaan pasien, ketersediaan dan harga. Dengan demikian pemilihan harus didasarkan pada kebutuhan/kepentingan penyandang DM secara perseorangan (individualisasi). 2. Untuk penderita DM Tipe -2 dengan HbA1C < 7% maka dilanjutkan dengan monoterapi oral. 3. Untuk penderita DM Tipe-2 dengan HbA1C 7.5% -