KMB Sistem Imunologi Kasus 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Problem Basic Learning Kmb 2



“SISTEM IMUNOLOGI”



OLEH KELOMPOK 2 : Sudarman I. Wolinelo Aldita Nur Mohamad Intan Hardiyanti Madina Laila Nur Ramadhani Kaluku Meylan Hasan Nirmala Mohamad Nuriyah Hijjatun Mohamad Nursyafitri Lantapa Nisa Alvionita Lasanudin Rizky Andani Panu Sri Wahyuni Dj. Mardani Septianingsi Haluti



841420162 841420156 841420155 841420163 841420152 841420143 841420157 841420165 841420158 841420160 841420147 841420159



PRODI STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO



TAHUN 2020



KASUS I RONA MERAH DI PIPI Tn Y, 32 tahun, datang berobat ke poli dengan mengeluhkan nyeri pada persendian sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan di daerah sendi tangan, pergelangan tangan, kaki, lulut, dan bengkak di pagi hari selama kurang lebih 2-3 jam. Keluhan demam yang hilang timbul sejak 6 bulan lalu, terasa mual, tidak nafsu makan, mulut sariawan, rambut rontok, pipi berwarna merah bila terkena sinar matahari. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu subfebris, konjungtiva pucat. Pasien tampak sedih, dan kebingungan.



1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING 1.



Nyeri persendian Nyeri sendi adalah suatu peradangan sendi yang ditandai dengan pembengkakan sendi, warna kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya gangguan gerak. Pada keadaan ini lansia sangat terganggu, apabila lebih dari satu sendi yang terserang. (Qodariyah,2018).



2.



Demam Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 5°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).



3.



Mual Mual adalah kecenderungan untuk muntah atau sebagai perasaan di tenggorokan atau daerah epigastrium yang memperingatkan seorang individu bahwa muntah akan segera terjadi. (Dipiro et al., 2015).



4.



Muntah Sariawan atau yang disebut juga dengan stomatitis adalah salah satu permasalahan pada mulut yang sering dialami banyak orang. Sariawan merupakan peradangan pada mulut yang terasa nyeri, sehingga bisa mengganggu pengidapnya untuk makan, berbicara, dan tidur. Sariawan bisa muncul di mana saja di dalam mulut, termasuk di dalam pipi, gusi, lidah, bibir, dan langit-langit mulut. (Mortazavi, et al. 2016)



5.



Subfebris Subfebris adalah kondisi pra-demam. Artinya, kenaikan suhu tubuh yang terjadi belum terlalu signifikan sehingga jika dirasakan dengan sentuhan kulit baru akan terasa hangat, belum panas.Rentang suhu subfebris bisa sedikit berbeda-beda menurut pengertian tiap ahli. Namun umumnya, sesorang dikatakan mengalami kondisi ini apabila suhu tubuhnya berkisar antara 37,5°-38°C. (Lestari, 2016).



2. KATA / PROBLEM KUNCI 1. Nyeri persendian sejak 2 bulan yang lalu. 2. Nyeri sendi tangan, pergelangan tangan, kaki, lulut. 3. Demam yang hilang timbul sejak 6 bulan lalu 4. Mual 5. Tidak nafsu makan 6. Mulut sariawan 7. Rambut rontok 8. Pipi berwarna merah bila terkena sinar matahari 9. Suhu subfebris 10. Konjungtiva pucat 11. Pasien tampak sedih, dan kebingungan



3. MIND MAP



Lupus Menurut Laeli (2016) Lupus merupakan penyakit autoimun yang bukan disebabkan oleh virus, kuman atau bakteri. Faktor hormon, lingkungan dan genetik adalah sebagai pemicu penyakit lupus. Keterbatasan fisik yang mudah lelah, sensitif terhadap perubahan suhu, kekauan sendi, nyeri tulang belakang dan pembuluh darah yang mudah pecah sering dialami oleh penderita lupus. Penderita lupus dapat mengalami rasa letih yang berlebihan, penampilan fisik yang berubah karena efek dan



RONA MERAH DI PIPI



Rosacea Rosacea adalah gangguan kulit wajah yang ditandai dengan kulit kemerahan dan bintik yang menyerupai jerawat. Kondisi ini juga dapat menyebabkan kulit wajah menebal dan pembuluh darah terlihat



dan membengkak.



Rosacea dapat terjadi pada siapa saja, tetapi umumnya menyerang wanita



usia



paruh



baya



yang



berkulit terang. Gejalanya bisa hilang



timbul



berlangsung



dan



umumnya



selama



beberapa



minggu atau bulan.  (Indramaya, D. 2018)



Dermatitis seboroik Dermatitis seboroik merupakan salah satu penyakit kulit yang paling umum terjadi di semua kalangan tanpa memandang status usia, jenis kelamin, dan sosial budaya. Mulai dari bayi baru lahir, anak – anak, sampai orang dewasa, semuanya beresiko terkena dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik digambarkan seperti bercak merah (eritema) dengan sisik berwarna putihkuning pada kulit. Hal ini paling sering muncul di daerah wajah, kulit kepala, punggung, dan dada. (Borda & Wikramanayake, 2015)



TABLE PENSORTIRAN NO



L u p us



MANIFESTASI KLINIS 1. Nyeri persendian sejak 2 bulan yang lalu. 2. Nyeri sendi tangan, pergelangan







-



-







-



-



















-







sinar matahari















Konjungtiva pucat







-







tangan, kaki, lulut. 3. Demam yang hilang timbul sejak 6 bulan lalu 4. Mual, Tidak nafsu makan 5.



6



Rosacea



Dermatitis seboroik



Pipi berwarna merah bila terkena



4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING 5. JAWABAN PERTANYAAN 6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA 1. Untuk mengetahui penyakit penyakit apa saja yang ada pada system Imunologi 2. Dapat menentukan dugaan medis yang tepat berdasarkan gejala yang muncul pada scenario 3. Dapat meberikan intervensi keperawatan berdasarkan manifestasi yang muncul pada scenario 4. Dapat menentukan diagnosa utama dari scenario diatas 7. INFORMASI TAMBAHAN HUBUNGAN FAKTOR USIA DENGAN KELELAHAN PADA PASIEN SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE) DI KOMUNITAS LAMPUNG TAHUN 2019. http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/medika/article/viewFile/2537/pdf



8. KLARIFIKASI INFORMASI Penyakit SLE merupakan penyakit inflamasi autoimun kronik,dengan etiologi yang belum diketahui. Manifestasi klinis, perjalanan penyakit dan prognosis penyakit SLE sangat beragam. Sistem kekebalan tubuh pada penyakit ini akan mengalami kehilangan kemampuan untuk melihat perbedaan antara substansi asing dengan sel dan jaringan tubuh sendiri. Pada penyakit SLE terjadi produksi antibodi yang berlebihan namun tidak menyerang kuman atau antigen akan tetapi menyerang sistem kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri. Antibodi seperti ini disebut “auto-antibodi” yang bereaksi dengan antigen “self” membentuk kompleks imun. Kompleks imun yang menempel dalam jaringan akan mengakibatkan terjadinya peradangan dan kerusakan pada jaringan (Kemenkes RI,2016). Dari hasil analisis data penelitian diketahui bahwa usia pada pasien systemic lupus erythematosus (SLE) di Komunitas Odapus Lampung (KOL) Tahun 2019 sebagian besar perempuan produktif dengan usia 17-54 tahun, sesuai teori yang menyatakan kemungkinan besar yang sering terkena penyakit lupus yaitu perempuan produktif, hormon estrogen yang berlebihan pada wanita akan mempengaruhi sel-sel kekebalan tubuh sehingga sel-sel kekebalan tubuh bertindak super aktif menyerang "benda asing" seperti virus dan kuman juga sel-sel tubuh sendiri. Wanita sendiri akan terus memproduksi hormon estrogen sampai ia menopause. Kelelahan merupakan penyebab utama morbiditas pada penderita SLE,serta penurunan kualitas hidup dan tingkat keparahan SLE dengan kriteria ringan sampai berat (Perhimpunan Reumatologi Indonesia,2011). Pada penderita SLE kelelahan ialah hal yang biasa yang sangat sering dirasakan. 53-80% penelitian menunjukan penderita SLE mengalami kelelahan sebagai suatu gejala utama mereka, pada 30-50% penderita SLE kelelahan adalah suatu gejala yang mengganggu fungsi fisik, social dan emosional serta yang paling melemahkan (Alvina 2007). Kelelahan merupakan faktor pencetus kekambuhan selain sinar matahari dan merupakan salah satu pencetus kondisi yang memperburuk gejala SLE. Pada penderita SLE system pertahanan tubuh melawan infeksi yang dihasilkan antibodi menyerang tubuhnya sendiri, pada keadaan orang normal sistem kekebalan tubuh akan berfungsi dengan semestinya untuk melindungi dan mengendalikam pertahanan tubuh melawan infeksi. Kelelahan merupakan keluhan yang umum dijumpai



pada penderita SLE dan biasanya mendahului berbagai manifestasi klinis lainnya. Semakin bertambahnya umur akan semakin rentan terjadinya kelelahan. Penuaan akan mengakibatkan kerusakan secara bertahap pada sistem fisiologis. Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia pertengahan dua puluhan dan kemudian menurun dengan bertambahnya usia (David, 1996). Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa usia produktif adalah antara 15-54 tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Komunitas Odapus Lampung sesuai dengan teori bahwa ada hubungan antara usia dengan kelelahan. Penderita lupus cenderung mengalami kelalahan dan menganggap bahwa kelelahan merupakan gejala awal dari penyakit tersebut, kelelahan yang mereka rasakan sangat mengganggu fungsi fisik, social, emosional serta yang paling melemahkan, kelelahan juga menyebabkan mereka sulit berkonsentrasi dan beraktivitas. 9. ANALISA & SINTESIS INFORMASI Berdasarkan hasil penelitian dari scenario kasus diatas Tn Y, 32 tahun, datang berobat ke poli dengan mengeluhkan nyeri pada persendian sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan di daerah sendi tangan, pergelangan tangan, kaki, lulut, dan bengkak di pagi hari selama kurang lebih 2-3 jam. Keluhan demam yang hilang timbul sejak 6 bulan lalu, terasa mual, tidak nafsu makan, mulut sariawan, rambut rontok, pipi berwarna merah bila terkena sinar matahari. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu subfebris, konjungtiva pucat. Pasien tampak sedih, dan kebingungan. kami mengangkat diagnosa medis “Lupus”.



10. LAPORAN DISKUSI A. Konsep Dasar Medis 1. Definisi Lupus Lupus merupakan penyakit autoimun kronis dimana terdapat kelainan system imun yang menyebabkan peradangan pada beberapa organ dan sistem tubuh. Mekanisme sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan antara jaringan tubuh sendiri dan organisme asing misalnya, bakteri dan virus karena autoantibodi (antibodi yang menyerang jaringan tubuh sendiri) diproduksi tubuh dalam jumlah besar dan terjadi pengendapan kompleks imun (antibodi yang terikat pada antigen di dalam jaringan (Mansyur, 2012). Menurut Laeli (2016) Lupus merupakan penyakit autoimun yang bukan disebabkan oleh virus, kuman atau bakteri. Faktor hormon, lingkungan dan genetik adalah sebagai pemicu penyakit lupus. Keterbatasan fisik yang mudah lelah, sensitif terhadap perubahan suhu, kekauan sendi, nyeri tulang belakang dan pembuluh darah yang mudah pecah sering dialami oleh penderita lupus. Penderita lupus dapat mengalami rasa letih yang berlebihan, penampilan fisik yang berubah karena efek dan pengobatan yang bisa menyebabkan kebotakan, muncul ruam pada wajah dan pembengkakan pada kaki. 2. Etiologi Lupus Menurut (Hikmah & Rendi, 2018) penyebab lupus dibagi menjadi 2 faktor, antara lain : a. Faktor Genetik Jumlah, usia, dan usia anggota keluarga yang menderita penyakit autoimun menentukan frekuensi autoimun pada keluarga tersebut. Pengaruh riwayat keluarga terhadap terjadinya SLE pada individu tergolong rendah, yaitu 3-18%. Faktor genetik dapat mempengaruhi keparahan penyakit dan hubungan familial ini ditemukan lebih besar pada kelaurga dengan kondisi sosial ekonomi yang tinggi. b. Faktor Lingkungan Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya SLE antara lain: 1) Hormon, Hormon estrogen dapat merangsang sistem imun tubuh dan SLE sering terjadi pada perempuan dan terjadi pasa usia reporduktif dimana



terdapat kadar estrogen yang tinggi. 2) Obat-obatan, beberapa obat dapat menyebabkan terjadinya gangguan sistem imun melalui mekanisme molecular mimicry, yaitu molekul obat memiliki struktur yang sama dengan molekul di dalam tubuh sehingga menyebabkan gangguan toleransi imun. 3) Infeksi, infeksi dapat memicu respon imun dan pelepasan isi sel yang rusak akibat infeksi dan dapat meningkatkan respon imun sehingga menyebabkan penyakit autoimun. 4) Paparan sinar ultraviolet, adanya paparan sinar ultraviolet dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel kulit dan berkaitan dengan fotosensitivitas pada SLE. 3. Gejala Lupus Menurut Sharon Moore (2013) gejala umum pada penderita lupus meliputi: a. Kelelahan b. Rasa nyeri, sebagian besar penderita lupus terkena flu dan radang sendi (artritis) pada saat yang sama dan mengalami sakit disertai nyeri hebat pada lokasi tertentu c. Ruam-ruam, penderita lupus mengalami bermacam jenis ruam yang paling umum adalah ruam kupu-kupu, yang juga disebut ruam malar, ruam tersebut terasa panas, gatal, dan berdarah kalau dibiarkan d. Rambut rontok e. Demam f. Nyeri dada, Rasa nyeri hebat yang disebabkan peradangan pada lapisan jantung dan paru-paru adalah gejala tipikal lupus g. Tangan dan kaki dingin, Sebagian besar tangan dan kaki penderita lupus tidak pernah hangat atau yang disebut sindrom Raynaud yaitu ujung-ujung jari tangan dan kaki berubah menjadi biru kalau dingin h. Kemarahan premenstruasi i. Mata kering & mulut kering, banyak penderita lupus mengalami sindrom Sjogren, yang terjadi ketika zat-zat autoantibodi menyerang kelenjar yang



memproduksi air liur dan cairan yang melumasi mata j. Mudah luka, pada penderita lupus jumlah platelet darah menurun karena terserang zat-zat antibodi sendiri k. Edema, bengkak di sekitar mata, engkel, atau kaki bisa menjadi tanda penyakit lupus l. Depresi. Menurut Pusdatin (2017) menjelaskan bahwa gejala lupus tanpa melihat jenis kelamin, meliputi : Keletihan; sakit kepala; nyeri atau bengkak sendi; demam; anemia; nyeri dada ketika menarik nafas panjang; ruam kemerahan pada pipi hingga hidung, polanya seperti kupu-kupu; sensitive terhadap cahaya atau cahaya matahari; rambut rontok sampai kebotakan; perdarahan yang tidak biasa; jari-jari berubah kebiruan ketika dingin; sariawan dimulut atau koreng dihidung. 4. Tingkat Keparahan Lupus Menurut Wicaksono (2012) Tingkat keparahan penyakit lupus berat yang mengenai organ vital dalam tubuh seperti : a. Jantung, meliputi Endokarditis Libman-Sacks, Vaskulitis Arteri Koronaria, Miokariditis, Tamponade Jantung, Hipertensi, Maligna. b. Paru-paru, meliputi Hipertensi Pulmonal, Perdarahan Paru, Pneumonitis, Emboli Paru, Infark Paru, Ibrosis Interstisial, Shrinking Lung. c. Ginjal, meliputi Nefritis Proliferatif atau Membranous d. Neurologi, meliputi Kejang, Acute Confusional State, Koma, Stroke, Mielopati Transversa, Mononeuritis, Polineuritis, Neuritis Optik, Psikosis, Sindroma Demielinasi. e. Hematologi,



meliputi



Anemia



Hemolitik,



Neutropenia



(Leukosit