Koneksi Antar Materi - Topik 4  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 4



Experiental Learning untuk Pembelajaran Sosio Emosional



Disusun oleh : 1. Evi Khabibah Lestari 2. Fajar Aditya Nur Apsari



3. Nur Laeli Azizah 4. Rosita Iman Aliffia



Pengertian Experiential Learning Experiential learning merupakan model pembelajaran dimana dalam proses belajarnya menggunakan pengalaman sebagai media belajar siswa. Experiential learning memiliki tiga aspek, yaitu Pengetahuan (konsep, fakta, informasi), Aktivitas (penerapan dalam kegiatan) dan Refleksi (Analisis dampak kegiatan terhadap perkembangan individu).



Gaya Belajar Menurut Kolb (1984)



Empat siklus pada Experiental Learning menurut Kolb (1984) dapat membentuk empat tipe gaya belajar yaitu : Gaya belajar Diverger. Gaya belajar diverger merupakan kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching), yaitu gaya belajar individu yang membentuk pengalaman belajar melalui menghayati sendiri secara konkret, kemudian mentransformasikan kedalam pengamatan reflektif. Siswa yang memiliki gaya belajar diverger biasanya lebih banyak bertanya Mengapa (Why). Guru dalam pembelajaran berperan dan berfungsi sebagai motivator. Gaya belajar Assimilator. Gaya belajar assimilator merupakan kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching), yaitu gaya belajar individu yang menangani pengalaman melalui konseptualisasi secara abstrak dan mentransformasi ke dalam pengamatan reflektif. Siswa dengan tipe siswa dengan tipe gaya belajar assimilator biasanya lebih banyak bertanya Apa/apakah (What). Guru dalam pembelajaran berperan dan berfungsi sebagai expert. Gaya belajar Konverger. Gaya belajar konverger merupakan kombinasi dari berpikir dan berbuat (thinking and doing), yaitu gaya belajar dengan membentuk pengalaman melalui konseptualisasi abstrak dan mentransformasi ke dalam eksperimentasi aktif. Siswa dengan tipe siswa dengan tipe gaya belajar konverger biasanya lebih banyak bertanya Bagaimana (How). Guru dalam pembelajaran berperan dan berfungsi sebagai coach. Gaya belajar Akomodator. Gaya belajar akomodator merupakan kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing), yaitu gaya belajar yang menafsirkan pengalaman melalui menghayati sendiri secara konkret dan mentransformasi pengalamannya ke eksperimentasi aktif. Siswa dengan tipe gaya belajar akomodator biasanya lebih banyak bertanya Bagaimana Jika (What If). Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah berusaha menghadapkan siswa pada pertanyaanpertanyaan terbuka “openended questions”, mengoptimalkan siswa berkesempatan mempelajari dan menggali sesuatu sesuai pilihannya.



REFERENSI



Sugiyanto. Pengaruh Gaya Belajar Experiental Learning dalam Peningkatan Prestasi Akademik dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta



Hubungan dengan Mata Kuliah Prinsip Pangajaran dan Asesmen yang Efektif II di Sekolah Menengah Pada mata kuliah ini mahasiswa melakukan perencanaan terhadap pembelajaran dan asesmen yang akan dilakukan di sekolah. Menurut penelitian Idris (2017) penerapan experiential learning dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Selain itu, experiential learning juga mendukung pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan peserta didik seperti gaya belajar. Oleh karena itu, experiental learning dapat menjadi salah satu model yang dapat digunakan dalam menyusun perencanaan pembelajaran dan asesmen untuk mewujudkan pengajaran yang efektif.



Hubungan dengan Mata Kuliah Pembelajaran Berdiferensiasi Pada mata kuliah ini, mahasiswa belajar tentang cara merancang dan mengimpementasikan perangkat pembelajaran yang telah disusun dengan menggunakan pendekatan pembelajaran diferensiasi. Hal yang melatarbelakangi pembelajaran diferensiasi yaitu setiap individu unik dan memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, guru perlu melaksanakan asessmen diagnostik untuk memetakan peserta didik berdasarkan kesiapan belajar, minat, maupun profil gaya belajar peserta didik. Dengan memahami gaya belajar peserta didik yang berbeda-beda, guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik yang berbeda-beda.



Hubungan dengan Praktik Pengalaman Lapangan II Metode experiential learning merupakan metode pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman namun metode ini berbeda dengan apa yang disebut dengan istilah “belajar dari pengalaman (learning from experience)” karena konteks "pengalaman” dalam metode experiential learning adalah berbeda, kemudian Usher dan Solomon (Moon, 2004: 104) menyatakan bahwa pengalaman dalam konteks “learning from experience” diintrepretasikan sebagai segala bentuk kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. S.edangkan menurut teori Dewey (2002), metode ini dilandasi dengan prinsip learning by doing sebagaimana yang dilakukan pada kegiatan praktik mengajar di PPL. Pada PPL pendekatan yang dilakukan berdasarkan obsevasi dan refleksi. Hal inilah yang menunjukkan keterkaitan dengan metode experiential learning.



REFERENSI Dewey, John. (2002). Pengalaman & Pendidikan. Yogyakarta: Kepel Press. Idris, G. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Experiential Learning Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Ungkapan Pemaparan Jati. Jurnal Pembelajaran Prospektif. 3(3): 134 Moon, A. Jennifer. (2004). A Handbook of Reflevtive and Experiential Learning: Theory and Practice. London: Routledgefalmer.



Contoh Penerapan Experiental Learning untuk Pembelajaran Sosio Emosional dalam Pembelajaran Kimia Kompetensi Sosio Emosional yang di Nilai : Kesadaran Diri – Pengenalan Emosi Emosi Sub Materi : Mengenal Keselamatan Kerja di Laboratorium Kimia Siklus Pembelajaran : a. Pengalaman Nyata Peserta didik belajar alat dan bahan di laboratorium secara langsung di laboratorium sehingga peserta didik lebih mudah dalam mengenali alat dan bahan beserta simbol bahayanya.



b. Observasi Refleksi Berdasarkan pembelajaran pada siklus pengalaman nyata, peserta didik mengobservasi kegiatan yang dilakukan di laboratorium dan mempelajari mengapa bahan-bahan di laboratorium diberi label-label bahaya dan memiliki penyimpanan yang berbeda.



c. Konseptualisasi Berdasarkan pengalaman nyata dan refleksi yang dilakukan, peserta didik menyadari bahwa ada potensi bahaya yang terjadi di laboratorium baik dari kesalahan penyimpanan bahan maupun kesalahan praktikan sehingga harus mematuhi protokol keselamatan kerja untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan.



d. Implementasi (Eksperimen) Melalui 3 siklus yang telah dilakukan sebelumnya, peserta didik harus fokus selama bekerja di laboratorium dan memlikiki kesadaran untuk menerapkan Keamanan dan Keselamatan Kerja di laboratorium.