Konsep Layanan Unggulan Di Rumah Sakit Dalam Konteks RS Publik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Konsep Layanan Unggulan di Rumah Sakit dalam Konteks RS Publik



Sejak mengelola rumah sakit dianggap sebagai mengelola sebuah lembaga usaha yang harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna, upaya untuk meningkatkan daya saing juga semakin inovatif. Ini sesuai dengan prinsip bahwa rumah sakit seperti mahluk hidup yang secara alamiah akan berusaha untuk bertahan hidup dan berkembang. Berbagai hal dilakukan mulai dari meningkatkan kapasitas SDM, memperbaiki proses layanan, berusaha memperoleh pengakuan melalui akreditasi hingga memperbaiki kemasan layanan. Semuanya berujung pada dihasilkannya pengembalian finansial untuk kemampuan hidup dan berkembang dalam jangka panjang organisasi rumah sakit. Namun dalam konteks RS publik yang tidak mengutamakan keuntungan, bagaimana pengembangan layanan unggulan ini sebaiknya diterapkan? Apakah layanan unggulan adalah sesuatu yang harus menghasilkan kinerja keuangan? Jika suatu layanan sangat dibutuhkan oleh masyarakat (angka kesakitan tinggi dan trend menunjukkan akan angka ini akan terus meningkat), padahal kelompok masyarakat yang membutuhkan layanan tersebut sebagian besar berasal dari kalangan tidak mampu (yang artinya membutuhkan subsidi), mungkinkah layanan tersebut dikembangkan menjadi unggulan RS? Tulisan ini mencoba untuk memaparkan bagaimana konsep layanan unggulan di RS pada umumnya, dan bagaimana hal ini dapat diterapkan di RS publik.



Pengertian Layanan Unggulan Layanan unggulan (atau dalam istilah internasional dikenal sebagai center of excellent) merupakan suatu layanan yang penuh dengan inovasi, didukung oleh teknologi terbaik dibidangnya, biasanya komprehensif pada layanan klinik yang fokus pada suatu penyakit tertentu, serta tidak dimiliki oleh pesaing. Untuk mendukung terjadinya suatu layanan unggulan, biasanya layanan ini didukung oleh fasilitas fisik, dimana suatu layanan unggulan merupakan satu unit tersendiri yang seolah-olah terpisah dari layanan lain di RS. Dengan pemisahan fisik ini, masyarakat maupun petugas kesehatan di RS lebih mudah membedakan layanan unggulan ini dibandingkan dengan yang tidak unggulan. Ada banyak aspek yang perlu dipertimbangkan saat akan mengembangkan layanan unggulan. Menurut Zuckerman & Markham (2006), setidaknya ada empat aspek paling penting yang harus dipikirkan, yaitu: 1. Produk: seberapa luas dan dalam produk tersebut akan dikembangkan. Aspek layanan mana yang akan menjadi pembeda (keunikan) dengan layanan sejenis yang sudah ada atau yang dikembangkan oleh pesaing? 2. Pasar: bagaimana caranya memperluas cakupan target pasar dan masuk ke pangsa pasar yang baru? Bagaimana mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada? 3. Posisi: bagaimana RS ini bisa mengambil posisi (dalam arena persaingan) pada layanan yang akan menjadi unggulan tersebut dan mendatangkan efek halo pada keseluruhan RS? (catatan: efek halo adalah suatu bias kognitif yang terjadi akibat kesan terhadap sesuatu dan kemudian digeneralisasikan. Jadi dalam hal ini diharapkan kesan positif yang ditimbulkan dari layanan unggulan tersebut membuat pengguna memandang keseluruhan RS secara positif juga). 4. Kemampuan unik: bagaimana RS ini bisa menyediakan teknologi, staf (medis dan staf klinis yang lain), fasilitas, keuangan, penelitian, pendidikan, dan kapabilitas lain yang sifatnya spesifik ke layanan unggulan ini untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan layanan tersebut?



Dari uraian di atas, terlihat bahwa tidak mudah dalam mengembangkan suatu layanan menjadi unggulan. Tidak cukup hanya dengan suatu alat canggih tertentu, atau seorang dokter spesialis tertentu, lalu RS mengklaim sudah memiliki atau bisa segera memiliki layanan unggulan. Diperlukan teamwork (multi-disiplin), leadership, komitmen dan dukungan finansial (modal) yang tidak sedikit untuk menghasilkan suatu layanan unggulan. Oleh karenanya, biasanya layanan unggulan ini diharapkan bisa menjadi salah satu revenue center RS, agar sepadan dengan upaya yang telah dikeluarkan. Konsep Layanan Unggulan: Kasus DeBakey Cardiovascular Research & Training Center, Texas Pusat penelitian dan pelatihan jantung ini adalah unit yang dibangun dengan tujuan khusus untuk mengembangkan pengetahuan dan membangun teknik dan metode khusus terkaitd engan manajemen klinis dan pencegahan penyakit jantung melalui kegiatan penelitian, pendidikan dan penanganan pasien. Karena pusat ini sangat berorientasi pada kesehatan manusia dengan fokus utama ke pasien, maka pusat ini harus dilengkapi dengan semua sumber daya, fasilitas dan SDM yang diperlukan dalam hal penelitian biomedis dan untuk mampu melakukan diagnosis dan terapi yang canggih. Pusat ini akan meliputi seluruh spektrum penyakit jantung, yang solusinya kaan membutuhkan kolaborasi dari suatu tim tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu, mulai dari biologi, teknik, fisika dan ilmu-ilmu sosial, serta ilmu-ilmu medis. Center ini harus terletak di lokasi yang memudahkan berbagai jenis tenaga tersebut saling berinteraksi dan bekerjasama, serta menghasilkan ide-ide untuk pengembangan layanan yang terus berkembang. Kasus Pengembangan Layanan Unggulan di sebuah RS Publik Sebuah RS publik sedang melakukan kajian untuk menetapkan layanan mana yang akan menjadi unggulan dan bagaimana strategi pengembangannya. Dari hasil kajian tersebut, diketahui bahwa utilisasi layanan perinatologi sangat tinggi, hampir melebihi kapasitas yang ada di RS. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa pasien yang datang ke RS ini bukan saja yang dirujuk oleh puskesmas atau RS lain yang levelnya lebih rendah, melainkan juga dari RS lain yang selevel bahkan yang lebih tinggi (RS Pendidikan juga merujuk ke RS ini). Alasannya adalah karena RS ini sudah memiliki SOP yang sangat baik dalam perawatan perinatal, proses monitoring dan evaluasi pelayanan klinis berjalan sesuai prosedur dan tim klinis yang kompeten, meskipun teknologinya saat itu bukan yang tercanggih. Dengan kemampuan ini, pasien rujukan selalu datang dan berdampak pada utilisasi fasilitas. Tidak jarang pasien ditolak karena kapasitas yang sudah penuh terpakai. Kendala yang dihadapi oleh RS ini untuk mengembangkan kapasitasnya, apalagi menjadikannya sebagai unggulan, adalah biaya untuk perawatan bayi baru lahir cukup besar.



Pasien yang dirujuk biasanya merupakan kasus dengan berbagai komplikasi, membutuhkan penanganan khusus dan LOS tinggi, sehingga cost pelayanan juga tinggi. Sebagai RS publik, pangsa pasar RS ini sebagian besar adalah mayarakat tidak mampu. Disamping itu, pemilik RS tidak setuju apabila tarif RS terlalu tinggi, karena akan bertentangan dengan misinya sebagai RS publik. Manajer RS berpendapat tidak mungkin menjadikan perinatologi sebagai layanan unggulan, karena pasti tidak akan mendatangkan revenue yang cukup untuk menutupi biaya operasional RS. Kepala divisi perinatologi juga merasa keberatan jika harus menjadikan aspek finansial sebagai salah satu indikator kinerjanya, karena itu akan membuatnya menolak banyak pasien miskin. Pada kasus di atas, sebaiknya manajemen, pemilik dan klinis duduk bersama untuk mendefinisikan kembali misi RS dan sejauh mana misi ini dapat diimplementasikan pada pengembangan layanan unggulan. Jika ini adalah RS swasta not-for-profit, maka perlu dibahas kembali sejauh mana yayasan dapat mendukung pengembangan layanan tersebut dan bagaimana startegi finansialnya. Pada RS Pemerintah, perlu disadari bahwa ini mungkin merupakan RS rujukan terakhir. Jika RS ini pun menolak (karena kapasitas penuh atau karena adanya tuntutan kinerja keuangan), kemana pasien tersebut harus mencari pertolongan. Dalam hal ini kepala daerah sebagai pemilik dan decision maker tertinggi perlu memberikan subsidi kepada masyarakat yang membutuhkan layanan RS Pemerintah perlu melihat kembali bagaimana ukuran kinerja Badan Layanan Umum Daerah. Menurut Permendagri 61/2007, ada tiga jenis kinerja BLUD, yaitu kinerja pelayanan, kinerja keuangan dan kinerja manfaat. Pada kasus di atas, jelas kinerja layanan dan kinerja manfaat dapat ditingkatkan jika perinatologi dijadikan sebagai layanan unggulan. Namun bagaimana dengan kinerja keuangan? Di negara maju, RS tidak mengalami kesulitan keuangan dalam mengembangkan layanan unggulan seperti RS-RS di Indonesia. Hal ini karena tarif layanan (paket) dibuat lebih tinggi atau minimal sama dengan unit cost pelayanan. Selain itu, hampir seluruh masyarakat terlindungi oleh asuransi yang menjamin akses ke fasilitas kesehatan tanpa memberatkan kantong. Di Indonesia, mekanisme asuransi ini belum sempurna, sedangkan tarif pelayanan seringkali masih di bawah unit cost. Jangankan untuk mengembangkan investasi, untuk menutupi biaya operasional saja seringkali tidak cukup. Seringkali RS terpaksa mengorbankan mutu layanan dan kenyamanan



layanan agar dengan dana yang terbatas bisa melayani lebih banyak pasien. Jika saja subsidi diberikan berdasarkan kebutuhan layanan, maka tidak akan ada masalah dalam pengembangan layanan unggulan tersebut. Jika unit cost dihitung dengan benar (meliputi biaya langsung dan biaya tidak langsung), dan tarif ditetapkan lebih tinggi dari unit cost, maka tentu saja layanan perinatologi pada kasus di atas bisa menjadi unggulan. Masyarakat tidak mampu perlu mendapat subsidi dari pemerintah untuk mengakses layanan tersebut. Dengan demikian, terjadi keseimbangan: RS memperoleh pendapatan yang cukup untuk opeasional dan mempertahankan mutu, masyarakat (mampu atau tidak mampu) dapat mengakses layanan yang bermutu (tim klinis yang kompeten, teknologi tinggi, proses yang berorientasi pada patient safety dan sebagainya) di RS. Dalam jangka panjang, mekanisme pembiayaan yang lebih baik perlu dikembangkan agar layanan bermutu dapat terus diakses.



Konsep Manajeen Rumah Sakit Menerapkan alat canggih sebagai daya tarik pasien



Orion Health HIS memungkinkan pencatatan pasien secara lebih akurat dan pengaksesan yang lebih mudah Rumah Sakit Internasional Bumrungrad menggunakan Orion Health HIS, sebuah sistem informasi rumah sakit yang terintegrasi secara penuh dan meningkatkan semua aspek penyimpanan catatan, yang oleh karenanya memastikan sebuah dokumentasi dan prosedur pelaporan yang teliti dan akurat untuk memberikan perawatan yang terbaik bagi pasien kami. Sistem ini meliputi juga layanan registrasi, sistem klinikal, manajemen pasien dan ruang rawat inap, laboratorium, manajemen dan sistem sumber daya manusia. Sebuah database yang umum memungkinkan berbagai departemen yang ada di rumah sakit untuk dapat bekerja sama dan meningkatkan tidak hanya efektifitas namun juga kualitas. Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh Bumrungrad dan anak perusahaan kami, Global Care Solutions (GCS). Microsoft membeli GCS pada tahun 2007 dan pada awal tahun 2012, Orion Health mengakuisisi produk tersebut beserta anggota tim yang membuatnya. Bumrungrad tidak hanya menjadi pengguna, namun juga rekan strategis yang bekerja bersama-sama dengan Orion Health untuk pengembangan HIS secara lebih lanjut.



Scanner membantu pendeteksian kanker secara dini Rumah Sakit Internasional Bumrungrad telah menggunakan scanner Siemens Biograph 64 PET/CT (Positron Emission Tomography / Computed Tomography), sebuah alat pencitraan medis beresolusi tinggi yang digunakan untuk pendeteksian kanker secara dini dan meningkatkan keakuratan diagnosa. Scanner tersebut merupakan teknologi terkini dari Siemens dan merupakan salah satu yang pertama kali digunakan di Thailand, mampu memberikan gambar beresolusi tinggi yang memungkinkan dokter untuk secara tepat menemukan lokasi pasti dimana terjadi abnormalitas bahkan yang berukuran sekecil 3 – 6 milimeter. PET/ CT memberikan detil diagnostik mengenai tahapan penyakit yang mungkin terlewatkan apabila menggunakan metode lain seperti CT atau MRI, dan dalam waktu yang sama memberikan metode pemeriksaan yang aman dan tidak menimbulkan rasa sakit.



Laboratorium dengan cita rasa tinggi memberikan akurasi dan efisiensi Rumah Sakit Internasional Bumrungrad telah meningkatkan layanan dan keamanan pasien ke sebuah level yang baru dengan memperkenalkan sistem automasi laboratorium medis modern yang pertama di Thailand. Beckman Coulter’s Lab Automation adalah teknologi yang sama yang digunakan di banyak rumah sakit berkelas dunia. Sistem ini mengurangi waktu perputaran laboratorium, memastikan akurasi dan keamanan, dan meningkatkan efisiensi kerja. Sistem yang baru ini juga membantu dokter untuk mendiagnosa dan menginterpretasikan hasil laboratorium secara akurat dan efisien.



Sistem yang komprehensif ini memiliki fitur luar biasa seperti penyimpanan sampel dengan temperatur yang terkontrol, fleksibilitas untuk penambahan instrumen baru, dan jaminan penjadwalan hasil tes yang tepat waktu.



Radiotheraphy yang dibantu dengan gambar dapat menunjukkan pengobatan kanker secara tepat Rumah Sakit Internasional Bumrungrad menjadi rumah sakit pertama di Thailand yang menawarkan Radiotherapy dengan Bantuan Gambar (IGRT). IGRT adalah sebuah teknologi baru untuk pengobatan kanker menggunakan radiotheraphy yang pertama kali diperkenalkan di Eropa. IGRT merupakan metode yang paling akurat untuk menarget radiasi ke tumor kanker. Teknologi pencitraan digunakan untuk mengidentifikasi lokasi pasti tumor sebelum pengobatan dilakukan, namun sewaktu pengobatan sedang dilakukan tumor tersebut dapat sedikit bergeser, contohnya saat pasien bernafas. IGRT “mengunci” radiasi pada target, mengurangi resiko untuk melukai jaringan yang sehat disekitar tumor dan memungkinkan dosis radiasi yang lebih terkonsentrasi untuk menghancurkan sel kanker.



Mammografi digital menggunakan diagnostik yang dibantu oleh komputer untuk membantu radiologis mendeteksi adanya tumor potensial Pusat Perawatan Payudara kami menggabungkan mammografi digital dan pendeteksian dengan bantuan computer (CAD) untuk memberikan sistem pemeriksaan paling akurat yang pernah ada, Mammografi digital adalah bentuk teknologi yang lebih canggih dari mammografi biasa. Lebih cepat, lebih nyaman, dan memberikan gambar beresolusi tinggi yang lebih baik untuk dokter dibandingkan dengan mammografi berdasarkan X-ray secara tradisional. Sistem R2 CAD ImageChecker awalnya diterima di Amerika Serikat oleh FDA untuk membantu radiologis dalam mengurangi pembacaan negative palsu dalam pendeteksian kanker payudara. CAD mulai digunakan oleh sejumlah radiologis sebagai “sepasang mata kedua” ketika membaca sebuah mammogram. Komputer tidak membuat diagnosis, namun memberi tahu radiologis akan adanya area yang perlu diberikan perhatian ekstra, agar memastikan tidak ada hal yang terlewatkan. Studi klinis menunjukkan 6-20% jumlah peningkatan pendeteksian kanker menggunakan mammografi digital CAD. Sistem ini juga mengurangi kemungkinan terjadinya hasil positif yang palsu



PACS: Tidak perlu lagi adanya X-Ray di dinding Rumah Sakit Internasional Bumrungrad menggunakan sistem pengarsipan gambar dan komunikasi (PACS) yang terkini untuk memberikan pencitraan gambar yang paling baik. Anda tidak perlu lagi melihat film X-Ray menggunakan bantuan kotak cahaya yang biasa dipasang di dinding, seperti yang masih sering diperlihatkan di serial televisi. PACS memungkinkan gambar seperti x-ray dan scan untuk disimpan secara elektronik di jaringan kami, sehingga dokter dan radiologis kami dapat mengakses gambar dan membandingkannya dengan gambar sebelumnya, dari manapun di area rumah sakit. Hal ini sangatlah bermanfaat di rumah sakit seperti Bumrungrad dimana dokter yang mewakili spesialisasi yang berbeda sering berkonsultasi satu dengan yang lainnya untuk menangani kasus-kasus yang sulit. PACS mengatur tidak hanya x-ray, namun juga berbagai macam jenis dari pencitraan termasuk juga radiotherapy, CT, MRI, angiography, cardiology, fluoroscopy, ultrasound, dental dan mammography.



Ultrasound 4D menunjukkan “aksi secara langsung” Ultrasound adalah sebuah alat yang sering anda temui untuk melihat kondisi bayi semasa kehamilan. Ultrasound 2D menghasilkan gambar rata akan kondisi bayi anda. Dengan ultrasound 3D, teknik tersebut mengkoleksi gambar bayi dan memberinya tingkat kedalaman sehingga efek 3 dimensi akan didapat. Di rumah sakit internasional Bumrungrad, kami menggunakan teknologi 4D terbaru. Ultrasound akan membuat sebuah gambar yang bergerak dan tampak nyata dengan cara mengambil gambar secara cepat dengan kecepatan 25 scans tiap detiknya. Hasilnya: gambar ultrasound yang dapat menunjukkan aksi bayi anda secara langsung. Teknologi 4D ini bahkan dapat memperlihatkan gambar bayi anda saat ia menguap atau membuka matanya di dalam rahim. Hal ini merupakan alasan mengapa teknologi ultrasound 4D sangatlah populer bagi para calon orang tua. Namun teknologi ini juga merupakan sebuah alat serius bagi dokter untuk menilai kesehatan dan juga posisi janin.



Akses Wi-Fi yang mempermudah pasien untuk mengakses internet kapan saja Rumah Sakit Internasional Bumrungrad menyediakan Wi-Fi dengan 300 poin akses yang mempermudah pasien dan tamu kami untuk mengakses internet kapan saja di area rumah sakit. Jaringan Wi-Fi kami – salah satu yang terbesar di Thailand – menggunakan teknologi bercita rasa tinggi dari Motorola untuk memastikan tidak hanya kehandalan namun juga keamanan. Pengguna Wi-Fi dapat tersambung dalam hitungan menit, sama seperti kebanyakan lokasi Wi-Fi lainnya di seluruh dunia. Jaringan ini adalah salah satu dari banyak investasi kami di bidang teknologi untuk membantu melayani 1.2 juta pasien kami setiap tahunnya. Jaringan nirkabel ini tidak hanya membantu pasien dan juga tamu, namun juga dokter dan juga staf kami. Pasien bahkan dapat menyewa computer laptop untuk terus terhubung dengan teman dan penyedia layanan kesehatan mereka di negara asal. Bumrungrad menerima penghargaan “Proyek Nirkabel Terbaik di Asia Tenggara” dari Motorola's Enterprise Mobility Business pada tahun 2008. Proyek ini adalah proyek nirkabel terbesar dalam ruangan yang terpasang pada satu lokasi yang sama yang pernah diluncurkan oleh pelanggan Motorola pada tahun 2008.



Konsep Manajeen Rumah perhotelan dalam Pelayanan



Sakit



Menerapkan



aspek



(ACCTUATING) DI RUMAH SAKIT RS adalah sebuah organisasi yang sangat kompleks. Manajemennya hampir sama dengan manajemen sebuah hotel. Yang membedakan hanya pengunjungnya. Pengunjung RS adalah orang yang sedang sakit dan keluarganya.Mereka pada umumnya mempunyai beban sosial-psikologi akibat penyakit yang diderita oleh salah seorang dari anggota keluarganya. Kompleksitas fungsi actuating di sebuah RS dipengaruhi oleh dua aspek yaitu: 







Sifat pelayanan kesehatan yang ientasi kepada konsumen penerima jasa pelayanan (customer service). Hasil perawatan pasien sebagai customer RS ada tiga kemungkinan yaitu sembug sempurna, cacat (squalae), atau mati. Apapun kemungkinan hasilnya, kualitas pelayananharus diarahkan untuk kepuasan pasien (customer satisfaction) dan keluarganya. Pelaksanaan fungsi actuating cukup kompleks karena tenaga yang bekerja di RS terdiri dari berbagai jenis profesi.



Kompleksitas ketenagaan dan jenis profesi yang dimiliki oleh RS, menuntut dikembangkannya kepemimpinan partisipatif. Model kepemimpinan manajerial seperti ini akan menjadi salah satu faktor yang ikut menentukan mutu pelayanan RS (quality of services) karena pelayanan kesehatan di RS hampir semuanya saling terkait satu sama lain. Atas dasar ini, pelayanan di RS harus mengembangkan sistem jaringan kerja internal (networking) yang solid dan menunjang satu sama lain. Semua staf RS harus memahami visi dan misi pengembangan RS serta kebijakan operasional pimpinan. Untuk menjaga otonomi profesi dari masing-masing SMF, kualitas pelayanan di RS harus disesuaikan dengan standar profesi yang harus ditetapkan oleh setiap perkumpulan dokter ahli (ikatan profesi). Stanndar profesi dikenal denga medical of conduct dan medical ethic juga harus selalu diperhatikan oleh semua staf SMF dalam rangka menjaga mutu pelayanan RS (quality of care). Sehubungan dengan kompleksitas sistem ketenagaan dan misi yang harus diemban oleh RS, penerapan fungsi actuating di RS akan sangat tergantung dari empat faktor. Faktor pertama adalah kepemimpinan direktur RS; kedua adalah koordinasi yang dikembangkan oleh masing-masing Wakil Direktur dengan kepala SMF dan kepala instalasinya; ketiga adalah komitmen dan profesionalisme tenaga medis dan non medis di RS (dokter, perawat, dan tenagapenunjang lainnya), dan keempat adalah pemahaman pengguna jasa pelayanan RS (pasien dan keluarganya) akan jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di RS. Peranan dokter spesialis sangat besar pengaruhnya di dalam penerapan fungsi actuating ini. Sifat otonomi profesi di tiap-tiap SMF harus diiatur agar tidak menjadi penghambat penerapan fungsi actuating di RS. Untuk itu, mereka harus memahami



benar visi dan misi RS yang ingin dikembangkan oleh pihak manajemen (direktur) RS. Oleh karena itu, fungsi RS harus dilihat dalam konteks kesatuan kerja dari sebuah tatanan sistem yang terpadu.Pelayanan kesehatan dimasing-masing SMF adalah subsistemnya. Di pihak lain, intensitas dan frekuensi komunikasi abtara pihak pimpinan RS dan semua staf profesional harus berlangsung dinamis. Kepemimpinan, komunikasi, koordinasi merupakan faktor penting didalam pengembangan fungsi actuating. Ketiganya akan memudahkan penjabaran visi dan misi serta strategi pimpinan RS menembangkan mutu pelayanan kesehatan di masing-masing SMF.Di sisi lain, dibutuhkan juga peningkatan keterampilan manajerial di pihak pimpinan RS sehingga lebih mampu mengintregasikan masing-masing tugas SMF ke dalam satu kesatuan gerak (networking) yang harmonis dan saling menunjang peningkatan mutu pelayanan RS demi kepuasan pelanggannya. Jika pendekatan ini kurang dipahami oleh pihak manajemen RS dan pimpinan SMF, budaya kerja yang berorientasi kepada peningkatan mutu pelayanan RS tidak akan berkembang. Meraka cenderung akan bertindak sendiri, arogansi profesi dan dukungan sarana dan prasarana (input) pelayanan RS (teknologi dan peralatan kedokteran, logistik, keuangan, dan sebagainya) kurang mendapat perhatian. Untuk itu pengembangan budaya kerja staf di SMF harus diarahkan untuk mendukung tercapainya visi dan misi RS. Meraka harus menyadari akan peranannya sebagai staf RS yang diberikan tugas istimewa memberikan asuhan pelayanan medik dan kesehatan kepada masyarakat (customer) yang menggunakan jasa pelayanan RS. REKAM MEDIS DAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT\ Dalam pelayanan kesehatan dan kedokteran terutama di rumah sakit maupun praktik pribadi, peranan pencatatan Rekam Medik sangat penting dan sagat melekat pada pelayanaan. RM adalah orang ketiga dalam pelayanan kesehatan. Catatan demikian akan berguna untuk merekam dan mengingatkan dokter engan keadaan, hasilpemeriksaan dan pengobatan yang telah diberikan bila pasien daang kembali untuk berobat ulang setelah beberapa hari, bulan bahkan tahu. Untuk mendukung peningkatan mutu dan peranan RM dalam pelayanan kesehatan, IDI juga menerbitkan Fatwa IDI tentang RM, dalam SK No. 315/PB/A.4/88, yang menekankan bahwa praktek profesi kedokteran harus meaksanakan RM, tidak saja untuk dokter yang bekerja di rumah sakit tetapi juga bagi dokter yang praktik pribadi. Sebelum RM populer seperti sekarang kalangan kesehatan dulunya menggunakan istilah status pasien tetapi belakangan ini orang lebih cenderung menngunakan istilah Rekam Medis sebagai terjemahan dari medical record. RM adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasilanamnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien dar waktu ke waktu. Catatan ini berupa tulisan maupun gambar, dan belakangan ini dapat pula berupa rekaman elektronik seperti komputer, mikrofilm dan rekaman suara. Dalam PERMENKES No. 749a/MenKes/XII/89 tentang RM disebut pengertian RM adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.



Di rumah sakit terdapat 2 jenis RM, yaitu:  



RM untuk pasien rawat jalan RM untuk pasien rawat inap



Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat RM mempunyai informasi pasien antara lain:     



Identitas dan formulir perizinan Riwaya penyakit Laporan pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan laboratorium. Diagnosa atau diagnosis banding Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang berwenang.



Untuk pasien rawat inap, sama seperti sebelumnya hanya denagan tambahan:     



Persetujuan tindakan medik Catatan konsultasi Catatan perawat da tenaga kesehatan lainnya Catatan observasi klinik dan pengobatan Resume akhir dan evaluasi pengobatan



Untuk di rumah sakit biasanya yang terpenting pelu diperhatikan untuk pasien rawat inap, yaitupenmbuatan resume akhir. Yang isinya antara lain menjelaskan :     



Anamnesis Hasil penting pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, rongent dan lain – lain. Pengobatan dan tindakan operasi yang dilaksnakan. Keadaan pasien waktu keluar Anjuran pengobatan dan perawatan.



Tujuan pembuatan resume ni antara lain: 



  



Untuk menjamin kontinuitas pelayanan medik dengan kualitas yang tinggi serta bahan yang berguna bagi dikter pad awaktu menerima pasien untuk dirawat kembali. Bahan penilai staf medik rumah sakit Untuk memenuhi permintaan dari badan – badan resmi tentang perawatan seorang pasien. Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter ang mengirim, dan dokter konsultan



Secara umum kegunaan RM adalah:  



Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenga kesehatan lainnya yang ikut andil dalam pelayanan kesehatan. Merupakan dasar untuk perencanaan pengobatan dan perawatan yang harus diberikan kepada pasien



     



Sebagai bukti tertulis segala pelayanan, perkembnagna penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung atau dirawat di rumah sakit. Sebagai dasar analisis, study, evaluasi terhadap mutupelayanan yang di beriakn kepada pasien Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya Menyedikan data – data khusus yang sangat berguna untuk penelitian dan pendidikan Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan



Dalam pelaksanaan kegunaan RM di atas maka staf medik dan tenaga kesehatan lainnya dituntut untuk mengisi RM scara cepat, akurat, dan mudah dibaca. Tanpa adanya informasi medik yang dicatat dengan baik oleh kalangan medik maupun paramedik, maka kegunaan seperti yang di kemukakan sebelumnya tidak akan tercapai. INDIKATOR PENILAIAN MUTU ASUHAN KESEHATAN Mutu asuhan kesehatan sebuah RS akan selalu terkait dengan struktur, proses, outcome sistem pelayanan RS yersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS. Aspek struktur Struktur adalah semua masukan (input) untuk system pelayanan sebuah RS yang meliputi tenaga, peralatan, dana dan sebagainya. Ada sebuah asuransi yang mengatakan bahwa jika struktur sistem RS tertata dengan baik, akan lebih menjamin mutu asuhannya. Baik tidaknya struktur RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya, efisiensi, mutu dari masing – masing komponen struktur. Proses Proses adalah semua kegiatan dokter dan tenaga professional lainnya yang mengadakan interaksi secara profesional dengan pasiennya. Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang pasien, penegakan diagnosa, rencana tindakan pengobatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan. Dalam hal ini juga dianut asumsi bahwa semakin patuh tenaga profesi menjalankan ”standards of good practice” yang telah diterima dan diakui oleh masing – masing ikatan profesi, akan semakin tinggi pula mutu asuhan terhadap pasien. Baik tidaknya pelaksanaan proses pelayanan di RS dapat diukur dari tiga aspek yaitu relevan tidaknya proses itu bagi pasien, efektivitas prosesnya, dan kualitas interaksi asuhan terhadap pasien. Outcome



Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya di RS terhadap pasien. Di sini diperlukan pedoman untuk mengukur mutu asuhan pelayanan kesehatan. Indikator mutu pelayanan medis meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Angka infeksi nosokomial Angka kematian kasar (Gross Death Rate) Kematian pasca bedah Kematian ibu melahirkan ( Maternal Death Rate-MDR) Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR) NDR (Net Death Rate di atas 48 jam) ADR (Anasthesia Death Rate) PODR (Post Operation Death Rate) POIR (Post Operative Infection Rate)



Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Unit cost untuk rawat jalan Jumlah penderita yang mengalami dekubitus Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur BOR (Bed Occupancy Rate) BTO (Bed Turn Over) TOI (Turn Over Interval) ALOS (Average Length of Stay) Normal Tissue Removal Rate



Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan : 1. 2. 3. 4. 5.



Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya Surat pembaca di koran Surat kaleng Surat masuk dari kotak saran, dan sebagainya Survei tingkat kepuasan pengguna pelayanan kesehatan RS



Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri dari : 1. Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak PS dengan asal pasien 2. Jumlah pelayanan dan tindakan medik 3. Jumlah tindakan pembedahan 4. Jumlah kunjungan SMF spesialis 5. Pemfaatan oleh masyarakat 6. Contact rate 7. Hospitalization rate 8. Out patient rate 9. Emergency out patient rate Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka standar tersebut di atas dibandingkan dengan standar (indikator) nasional. Jika tidak ada angka standar nasional, penilaian dialkukan dengan menggunakan hasil pencatatan mutu pada tahun sebelumnya di RS yang sama setelah dikembangkan kesepakatan pihak manajemen /



direksi RS yang bersangkutan dengan masing-masing SMF dan staf lainnya yang terkait. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi Pasien diberi obat yang salah Tidak ada obat/alat emergensi Tidak ada oksigen Tidak ada alat penyedot lendir Tidak tersedia alat pemadam kebakaran Pemakaian obat tidak sesuai standar Pemakaian air, listrik, gas, dan sebagainya.



Mutu pelayanan medis dan kesehatan di RS sangat erat kaitannya dengan manajemen RS (quality of services) dan keprofesionalan kinerja SMF dan staf lainnya di RS (quality of care). Keduanya merupakan oucome dari manajemen manjaga mutu di RS (quality assurance) yang dilaksanakan oleh gugus kendali mutu RS. Dalam hal ini, gugus kendali mutu dapat ditugaskan kepada komite medik RS karena mereka adalah staf fungsional (nonstruktural) yang membantu direktur RS dengan melibatkan semua staf SMF RS.