Kumpulan Puisi Karya Sastrawan Terkenal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KUMPULAN PUISI KARYA SASTRAWAN TERKENAL #1. Doa – Chairil Anwar Doa



Kepada pemeluk teguh



Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamu



Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh



cayaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi



Tuhanku



aku hilang bentuk remuk



Tuhanku



aku mengembara di negeri asing



Tuhanku di pintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling



#2. Sajadah Panjang – Taufiq Ismail Sajadah Panjang



Ada sajadah panjang terbentang Dari kaki buaian Sampai ke tepi kuburan hamba Kuburan hamba bila mati



Ada sajadah panjang terbentang Hamba tunduk dan sujud Di atas sajadah yang panjang ini Diselingi sekedar interupsi



Mencari rezeki, mencari ilmu Mengukur jalanan seharian Begitu terdengar suara azan Kembali tersungkur hamba



Ada sajadah panjang terbentang Hamba tunduk dan rukuk Hamba sujud dan tak lepas kening hamba Mengingat Dikau Sepenuhnya.



#3. Gumamku ya Allah – W.S. Rendra Gumamku ya Allah



Angin dan langit dalam diriku, gelap dan terang di alam raya, arah dan kiblat di ruang dan waktu, memesona rasa duga dan kira, adalah bayangan rahasia kehadiran-Mu, ya Allah!



Serambut atau berlaksa hasta entah apa bedanya dalam penasaran pengertian. Musafir-musafir yang senantiasa mengembara. Umat manusia tak ada yang juara. Api rindu pada-Mu menyala di puncak yang sepi.



Semua manusia sama tidak tahu dan sama rindu. Agama adalah kemah para pengembara. Menggema beragam doa dan puja. Arti yang sama dalam bahasa-bahasa berbeda.



#4. Diponegoro – Chairil Anwar Diponegoro



Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali



Dan bara kagum menjadi api



Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati.



MAJU



Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu.



Sekali berarti Sudah itu mati.



MAJU



Bagimu Negeri Menyediakan api.



Punah di atas menghamba Binasa di atas ditindas



Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai.



Maju. Serbu. Serang. terjang



#5. Atas Kemerdekaan – Sapardi Djoko Damono Atas Kemerdekaan



kita berkata : jadilah dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut di atasnya : langit dan badai tak henti-henti di tepinya cakrawala



terjerat juga akhirnya kita, kemudian adalah sibuk mengusut rahasia angka-angka sebelum Hari yang ketujuh tiba



sebelum kita ciptakan pula Firdaus dari segenap mimpi kita sementara seekor ular melilit pohon itu : inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah



#6. Jakarta 17 Agustus 45 Dinihari – Sitor Situmorang Jakarta 17 Agustus 45 Dinihari



Sederhana dan murni Impian remaja Hikmah kehidupan berNusa berBangsa berBahasa Kewajaran napas dan degub jantung Keserasian beralam dan bertujuan Lama didambakan menjadi kenyataan wajar, bebas seperti embun seperti sinar matahari menerangi bumi di hari pagi Kemanusiaan Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945



#7. Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu – Widji Thukul Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu



apa guna punya ilmu kalau hanya untuk mengibuli apa gunanya banyak baca buku kalau mulut kau bungkam melulu di mana-mana moncong senjata berdiri gagah



kongkalikong dengan kaum cukong di desa-desa rakyat dipaksa menjual tanah tapi, tapi, tapi, tapi dengan harga murah apa guna banyak baca buku kalau mulut kau bungkam melulu



#8. Musium Perjuangan – Kuntowijoyo Musium Perjuangan



Susunan batu yang bulat bentuknya berdiri kukuh menjaga senapan tua peluru menggeletak di atas meja menanti putusan pengunjungnya.



Aku tahu sudah, di dalamnya tersimpan darah dan air mata kekasih Aku tahu sudah, di bawahnya terkubur kenangan dan impian Aku tahu sudah, suatu kali ibu-ibu direnggut cintanya dan tak pernah kembali



Bukalah tutupnya senapan akan kembali berbunyi meneriakkan semboyan Merdeka atau Mati.



Ingatlah, sesudah sebuah perang selalu pertempuran yang baru



melawan dirimu.



#9. Ibuku Dahulu – Amir Hamzah Ibuku Dahulu



Ibuku dehulu marah padaku diam ia tiada berkata aku pun lalu merajuk pilu tiada peduli apa terjadi.



Matanya terus mengawas daku walaupun bibirnya tiada bergerak mukanya masam menahan sedan hatinya pedih kerana lakuku.



Terus aku berkesal hati menurutkan setan, mengkacau-balau jurang celaka terpandang di muka kusongsong juga – biar cedera.



Bangkit ibu dipegangnya aku dirangkumnya segera dikucupnya serta dahiku berapi pancaran neraka sejuk sentosa turun ke kalbu.



Demikian engkau; Ibu, bapa, kekasih pula berpadu satu dalam dirimu mengawas daku dalam dunia.



#10. Ranjang Ibu – Sutardji Calzoum Bachri Ranjang Ibu



Ia gemetar naik ke ranjang sebab menginjak ranjang serasa menginjak rangka tubuh ibunya yang sedang sembahyang. Dan bila sesekali ranjang berderak atau berderit, serasa terdengar gemeretak tulang ibunya yang sedang terbaring sakit.



#11. Kelambu dan Lampu Sentir – Anjani Kanastren Kelambu dan Lampu Sentir



Lemari tua itu, masih ada di pojok ruang Dulu waktu kecil Aku senang sembunyi di belakangnya



Ruangan itu masih menyimpan kenangan Meski tak ada lagi kelambu dan lampu sentir Yang dulu selalu eyang pasang Menjelang maghrib



Semua telah tiada Ditelan waktu Tapi dalam kenanganku Semua segar membayang Bagai baru usai kemarin



Aku termangu di ruang bisu Anganku hadir Andai aku kembali kecil.



#12. Hujan Bulan Juni – Sapardi Djoko Damono Hujan Bulan Juni



tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu



tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu



tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu



#13. Biru Bukit, Bukit Kelu – Taufiq Ismail Biru Bukit, Bukit Kelu



Adalah hujan dalam kabut yang ungu Turun sepanjang gunung dan bukit biru Ketika kota cahaya dan dimana bertemu Awan putih yang menghinggapi cemaraku.



Adalah kemarau dalam sengangar berdebu Turun sepanjang gunung dan bukit kelu Ketika kota tak bicara dan terpaku Gunung api dan hama di ladang-ladangku.



Lereng-lereng senja Pernah menyinar merah kesumba



Padang ilalang dan bukit membatu Tanah airku.



#14. Sajak Matahari – W.S. Rendra Sajak Matahari



Matahari bangkit dari sanubariku. Menyentuh permukaan samodra raya. Matahari keluar dari mulutku, menjadi pelangi di cakrawala.



Wajahmu keluar dari jidatku, wahai kamu, wanita miskin ! kakimu terbenam di dalam lumpur. Kamu harapkan beras seperempat gantang, dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !



Satu juta lelaki gundul keluar dari hutan belantara, tubuh mereka terbalut lumpur dan kepala mereka berkilatan memantulkan cahaya matahari. Mata mereka menyala tubuh mereka menjadi bara dan mereka membakar dunia.



Matahari adalah cakra jingga yang dilepas tangan Sang Krishna. Ia menjadi rahmat dan kutukanmu, ya, umat manusia !



#15. Lereng Merapi – Sitor Situmorang Lereng Merapi



Kutahu sudah, sebelum pergi dari sini Aku akan rindu balik pada semua ini Sunyi yang kutakuti sekarang Rona lereng gunung menguap Pada cerita cemara berdesir Sedu cinta penyair Rindu pada elusan mimpi Pencipta candi Prambanan Mengalun kemari dari dataran ….



Dan sekarang aku mengerti Juga di sunyi gunung Jauh dari ombak menggulung Dalam hati manusia sendiri Ombak lautan rindu Semakin nyaring menderu ….



#16. Malam Laut – Sudarto Bachtiar Malam Laut



Karena laut tak pernah takluk, lautlah aku Karena laut tak pernah dusta, lautlah aku Terlalu hampir tetapi terlalu sepi Tertangkap sekali terlepas kembali



Ah malam, gumpalan cahaya yang selalu berubah warna Beginilahh jika mimpi menimpa harapan banci Tak kusangka serupa dara Sehabis mencium bias mendera



Karena laut tak pernah takluk, mereka tak tahu aku di mana Karena laut tak pernah dusta, ku tak tahu cintaku di mana Terlalu hampir tetapi terlalu sepi Tertangkap sekali terlepas Kembali



#17. Aku Ingin – Sapardi Djoko Damono Aku Ingin



Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu



Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada



#18. Lagu Gadis Itali – Sitor Situmorang Lagu Gadis Itali



Buat Silviana Maccari



Kerling danau di pagi hari Lonceng gereja bukit Itali Jika musimmu tiba nanti Jemputlah abang di teluk Napoli Kerling danau di pagi hari Lonceng gereja bukit Itali Sedari abang lalu pergi Adik rindu setiap hari Kerling danau di pagi hari Lonceng gereja bukit Itali Andai Abang tak kembali Adik menunggu sampai mati



Batu tandus di kebun anggur Pasir teduh di bawah nyiur Abang lenyap hatiku hancur Mengejar bayang di salju gugur



#19. Cinta yang Agung – Kahlil Gibran Cinta yang Agung



Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya..



Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia..



Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku turut berbahagia untukmu..



Apabila cinta tidak berhasil …Bebaskan dirimu… Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas lagi..



Ingatlah…bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya.. Tapi..ketika cinta itu mati.. kamu tidak perlu mati bersamanya



Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang..MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh



#20. Malam Rabiul Awal – Remy Sylado Malam Rabiul Awal



Kuingin Malam-malam bersua denganmu Kala hujan turun Membasah kalbu.



Ia sempurna Tapi bukan dewa Bukan juga Pencipta Ia manusia seperti kita.



Kuingin Malam-malam bersua denganmu Kala hujan turun Membasah kalbu.



#21. Surat Cinta – Goenawan Mohamad Surat Cinta



Bukankah surat cinta ini ditulis ditulis ke arah siapa saja Seperti hujan yang jatuh ritmis menyentuh arah siapa saja



Bukankah surat cinta ini berkisah berkisah melintas lembar bumi yang fana Seperti misalnya gurun yang lelah dilepas embun dan cahaya.



#22. Guruku – Mustofa Bisri Guruku



Ketika aku kecil dan menjadi muridnya Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar Ketika aku besar dan menjadi pintar Kulihat dia begitu kecil dan lugu Aku menghargainya dulu Karena tak tahu harga guru Ataukah kini aku tak tahu Menghargai guru?



#23. Guru – Kahlil Gibran Guru



Barang siapa mau menjadi guru Biarlah dia memulai mengajar dirinya sendiri Sebelum mengajar orang lain Dan biarkan pula dia mengajar dengan teladan Sebelum mengajar dengan kata-kata



Sebab, mereka yang mengajar dirinya sendiri Dengan membenarkan perbuatan-perbuatan sendiri Lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan Daripada mereka yang hanya mengajar orang lain Dan membenarkan perbuatan-perbuatan orang lain



#24. Bintang – Chairil Anwar Bintang



Aku mencintai kelasmu Kamu membantuku ‘tuk melihat



Bahwa untuk hidup bahagia Belajar adalah kuncinya



Kamu memahami muridmu Kamu perhatian dan pandai



Kamu guru terbaik yang pernah ada Aku tahu itu dari awal kita bertemu



Aku memperhatikan kata-katamu Kata-kata dari seorang guru sejati Kamu lebih dari teladan terbaik Sebagai guru, kamu adalah bintang



#25. Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua – Taufiq Ismail Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua



Pada Anaknya Berangkat Dewasa Jika adalah yang harus kaulakukan Ialah menyampaikan kebenaran Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan



Ialah ang bernama keyakinan Jika adalah yang harus kau tumbangkan Ialah segala pohon-pohon kezaliman Jika adalah orang yang harus kauagungkan



Ialah hanya Rasul Tuhan Jika adalah kesempatan memilih mati Ialah syahid di jalan Ilahi.