Laporan Analisis 1 (Rsoyita Achmad) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ANALISIS HASIL OBSERVASI DI KELOMPOK BERMAIN KASIH SAYANG WAINGAPU - SUMBA TIMUR



OLEH NAMA NIM JURUSAN SEMESTER



: ROSYITA ACHMAD : 825726574 : S-1 PG.PAUD : IX (SEMBILAN)



FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ KUPANG 2020



BAB 1 PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Penelitian Anak merupakan aset negara. Pada pundak mereka memikul tanggung jawab dan kelangsungan kehidupan negara dan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang baik maka kelak anak akan mampu mengenali potensi-potensi yang ada pada dirinya sehingga mereka dapat mengembangkan potensi tersebut dan menyumbangkan potensi yang ada pada dirinya untuk kemajuan bangsa dan negaranya. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang handal yang di awali dengan Pendidikan Anak Usia Dini. Hal ini sedang diupayakan oleh berbagai kalangan baik pemerintah, swasta maupun perorangan. Berbagai upaya perlu di tingkatkan dalam menentukan kualitas manusia baik formal maupun non formal sehingga dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak menjelang dewasa. Kelompok Bermain Kasih Sayang, awal pendiriannya di bentuk oleh Ibu-ibu posyandu nelayan. Program ini di laksanakan di rumah-rumah warga secara bergilir oleh beberapa kader posyandu di lokasi tersebut. Seiring berjalannya waktu serta kepedulian dari kader-kader posyandu ini akan anakAnak Usia Dini yang belum tersentuh pendidikan yang layak, maka dengan bantuan swadaya masyarakat pada tahun 2013 di bangunlah sebuah gedung untuk menampung anak-anak usia dini dalam menerima pembelajaran yang lebih baik. Kelompok Bermain Kasih Sayang diselenggarakan dengan mengakomodasikan semua aspek perkembangan dan pertumbuhan anak dalam kegiatan pembelajaran.Salah satu kegiatan pengembangan di lembaga ini adalah pengembangan bahasa yaitu melalui kegiatan Bercerita. Kegiatan bercerita ini sangat penting untuk perkembangan bahasa anak khususnya kelompok usia 3-4 tahun. Di kelompok Bermain Kasih Sayang, kegiatan bercerita dilaksanakan pada pagi hari sebelum melaksanakan kegiatan inti. Kegiatan ini untuk merangsang perkembangan bahasa anak yang mana anak akan di ajak berdiskusi dan bercakap-cakap. Dengan kegiatan bercerita pada Tema Binatang anak-anak mengenal nama-nama binatang .Anak-anak juga dapat menceritakan berbagai binatang yang dipeliharanya atau yang pernah dilihatnya.



Page |



1



Perlu diperhatikan bahwa kemampuan yang diperoleh akan sangat tergantung dari kemampuan dan kreatifitas guru untuk mengembangkan kegiatan dengan kelengkapan alat-alat pendukung yang diperlukan. Selanjutnya hal tersebut akan menjadi bahan analisis saya dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Analisis Pengembangan Kegiatan Anak Usia dini Program S1 PG-PAUD FKIP di Universitas Terbuka.



B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang dan setelah melakukan observasi di Kelompok Bermain Kasih Sayang, maka diputuskan penelitian ini terfokus pada pengembangan bahasa melalui kegiatan Bercerita. Kegiatan ini dipilih karena cukup menarik untuk dilakukan penelitian di kelompok bermain Kasih Sayang. Kurang berkembangnya kemampuan bahasa anak di kelompok Bermain Kasih Sayang ini disebabkan oleh pengaruh yang bersifat internal dan eksternal.



C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengumpulkan data mengenai: 1. Mengetahui perkembangan bahasa anak Kelompok Bermain melalui kegiatan bercerita. 2. Mengevaluasi hasil belajar anak Kelompok Bermain Kasih Sayang dalam hal perkembangan bahasa melalui kegiatan bercerita. 3. Alasan Kelompok Bermain Kasih Sayang melaksanakan kegiatan bercerita untuk pengembangan bahasa anak. 4. Hal-hal yang mendukung terlaksananya kegiatan tersebut.



D. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk: 1. Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di Kelompok Bermain Kasih Sayang 2. Menganalisis hasil observasi di Kelompok Bermain Kasih Sayang 3. Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisi sesuatu kegiatan di lembaga PAUD 4. Sebagai referensi dalam kegiatan pengembangan dan tempat peneliti mengajar.



Page |



2



BAB II LANDASAN TEORI



A. Pengertian Kelompok Bermain Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal yang mneyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak sejak lahir samapai dengan usia enam tahun ( dengan proiritas anak usia 2-4 tahun). (UU No. 20 tahun 2003 pasal 28 ayat 4) dan apabila anak usia 5 samapai dengan 6 tahun yang tidak dapat kesempatan masuk di Taman Kanak-Kanak maka Kelompok Bermain berfungsi membantu untuk meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap. Pengetahun dan kertampilan yang diperlukan anak usia dini dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya, sehingga anak siap memasuki Pendidikan Dasar.



B. Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Di Kelompok Bermain Pelaksanaan kegiatan Kelompok Bermain mengacu pada program kegiatan Kelompok Bermain yaitu merpakan seperangkat kegiatan belajar yang direncanakan untuk menyiapakan dan melatakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak didiknya. Semua kegiatan yang dilaksanakan di Kelompok Bermain bertujuan membantu mengembangkan berbagai potensi anak meliputi moral agama, bahasa, kognitif, sosial emosional, fisik motorik dan seni agar siap memasuki pendidikan dasar (Asmawati,2016:5.4) Prinsisp holistik dan integratif menjadi layanan dasar dilembaga Kelompok Bermain. Tahapan perkembangan Anak usia Dini menjadi fondasi kuat bagi tahapan selanjutnya. Selain itu pembiasan yang terbangun pada usia dini berpengaruh pada perilaku dan kepribadian dimasa dewasanya kelak. C. Pengembangan Bahasa Pada Anak Usia dini Bromley (1992) menyebutkan empat aspek bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kemampuan berbahasa berbeda dengan kemampuan berbicara. Bahasa merupakan suatu sistem tata bahasa yang relatif rumit dan bersifat semantik, sedangkan kemampuan berbicara merupakan suatu ungkapan dalam bentuk kata-kata. Bahasa ada yang bersifat reseptif (dimengerti,diterima) maupun ekspresif (dinyatakan). Contoh bahasa reseptif yaitu mendengarkan dan membaca suatu informasi, sedangkan contoh bahasa Page |



3



ekspresif yaitu berbicara dan menuliskan informasi untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Anak menerima dan mengekspresikan bahasa dengan berbagai cara. Ketrampilan menyimak dan membaca merupakan ketranpilan bahasa reseptif karena dalam ketrampilan ini makna bahasa di peroleh dan di proses melalui simbol visual dan verbal. Ketika anak menyimak dan membacamereka memahami bahasa berdasarkan konseppengetahuan dan pengalaman mereka. Dengan demikian, menyimak dan mambaca juga merupakan proses pemahaman (comprehending process). Berbicara dan menulis merupakan ketrampilan bahasa ekspresif yang melibatkan pemindahan arti melalui simbol visual dan verbal yang diproses dan di ekspresikan anak. Ketika anak berbicara dan menulis, mereka menyusun bahasa dan mengkonsep arti. Dengan demikian berbicara dan menulis adalah proses penyusunan (compasing process).



D. Teori – Teori Pengembangan Bahasa 1. Teori Nativistik Para ahli Navitistik meyakini bahwa kemampuan berbahasa sebagaimana halnya kemampuan berjalan, merupakan bagian dari perkembangan manusia yang dipengaruhi oleh kematangan otak. Para ahli berpendapat bahwa beberapa bagian neurologi tertentu dari otak manusia memiliki hubungan dengan perkembangan bahasa sehingga kerusakan pada bagian tersebut menyebabkan hambatan bahasa. Pada para ahli navistik yang memisahkan antara belajar bahasa dengan perkembangan kognitif dikritik berkenaan dengan kenyataan bahwa anak belajar bahasa dari lingkungan sekitarnya dan memiliki kemampuan untuk mengubah bahasanya jika lingkungannya berubah.



2. Teori Behavioristik Para ahli teori Behavioristik menjelaskan bebrapa faktor penting dalam mempelajari bahasa yaitu imitasi, reward, reinforcement, dan frekuensi suatu perilaku. Skinner memandang perkembangan bahasa dari sudut stimulus-respons, yang memandang berpikir sebagai proses internal bahasa mulai diperoleh dari interaksi di lingkungan. Bandura memandang perkembangan bahasa dengan melakukan imitasi atau menirukan suatu model yang berarti tidak harus menerima penguatan dari orang lain.



Page |



4



3. Teori Kognitif Menurut Piaget (Hergenhanh,1982) berpendapat bahwa berpikir sebagai prasyarat berbahasa, terus berkembang secara progresif dan terjadi pada setiap tahap perkembangan sebagai hasil dari pengalaman dan penalaran. Vygotsky (1986) mengemukakan bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak berkaitan erat dengan kebudayaan dan masyarakat tempat anak dibesarkan.



4. Teori Pragmatik Para penganut teori pragmatik berpandangan bahwa anak belajar bahasa dalam rangka sosialisasi dan mengarahkan perilaku orang lain agar sesuai dengan keinginannya. Teori ini berasumsi bahwa selain belajar bentuk dan arti bahasa, juga termotivasi oleh fungsi bahasa yang bermanfaat bagi mereka.



5. Teori Interaksionis Kajian teori Interaksionis bertitik tolak dari pandangan bahwa bahasa merupakan perpaduan faktor genetik dan lingkungan.para ahli interaksionis menjelaskan bahwa berbagai faktor seperti sosial, linguistik, kematangan, biologis dan kognitif saling mempengaruhi, berinteraksi, dan memodifikasi satu sama lain sehingga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa individu.



E. Fungsi Bahasa 1. Bahasa sebagai fungsi instrumental Tangisan adalah alat (instrumental) untuk mengungkapkan keinginan dan perasaan bagi bayi. Begitu juga bagi kanak-kanak/toddler dan anak prasekolah dalam menyatakan perasaan dan pikirannya dengan bahasa. 2. Bahasa sebagai fungsi regulatif Dalam hal ini bahasa berfungsi sebagai pengawas, pengendali atau pengatur peristiwa atau berfungsi untuk mengendalikan serta mengatur orang lain.



Page |



5



3. Bahasa sebagai fungsi heuristik Mengingatkan pada apa yang secara umum dikenal degan pertanyaan sebab fungsi ini sering disampaikan dalam bentuk pertanyaanpertanyaan yang berbentuk jawaban. 4. Bahasa sebagai fungsi interaksional Bahasa menjamin dan memantapkan keberlangsungan komunikasi.



ketahanan



dan



5. Bahasa sebagai fungsi personal Fungsi ini memberikan kesempatan kepada pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi pribadi serta reaksi-reaksi yang mendalam. 6. Bahasa sebagai fungsi imajinatif Bahasa berfungsi sebagai pencipta sistem, gagasan atau kisah yang imajinatif. 7. Bahasa sebagai fungsi representasi Bahasa berfungsi untuk membuat pernyataan-pernyataan. Menyampaiakn fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan realitas sebenarnya yang dilihat atau dialami orang



F. Metode Bercerita Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan,informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan menarik .Menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak ia mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya merekam beberapa kabar berita masa pada usia 3-6 tahun. Metode bercerita adalah penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak usia dini. Oleh karena itu materi yang disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya hubungan erat dalam kesatuan yang utuh, maka cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu.



Page |



6



G. Fungsi Bercerita Menurut prof.Dr Tampubolon, (1991:50), “Bercerita kepada anak memainkan permainan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan fikiran anak” Dengan demikian, fungsi kegiatan bercerita bagi anak 3-6 tahun adalah membantu perkembangan bahasa anak. Dengan bercerita pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik untuk membantu kemampuan bercerita,dengan menambah pembendaharaan kosakata, kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembanganya. Rangkaian kemampuan mendengar ,berbicara, membaca, menulis, dan menyimak adalah sesuai dengan tahap perkembangan anak, karena tiap anak berbeda latar belakang dan cara belajarnya.



H. Manfaat Metode Bercerita Untuk anak Usia Dini 1. 2. 3. 4. 5. 6.



I.



Melatih daya serap atau daya tangkap anak. Melatih daya fikir anak. Melatih daya konsentrasi anak. Mengembangkan daya imajinasi anak. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembanganya. Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.



Macam – Macam Metode Bercerita Ada beberapa macam penggunaan metode bercerita antar lain sebagai berikut: 1. Membaca langsung dari buku cerita 2. Bercerita dengan menggunakan ilustrsi ganbar dari huku 3. Menceritakan dongeng 4. Menceritakan dengan papan flanel 5. Bercerita dengan menggunakan media boneka 6. Dramatisasi suatu cerita 7. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan



Page |



7



J.



Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Bercerita Menurut Moeslichatoen, langkah-langkah dalam pelaksanaan bercerita bagi anak dibagi dalam tiga tahap yaitu: 1. Kegiatan Pra Pengembangan Dalam kegiatan pra pengembangan ini terbagi dalam dua persiapan yaitu: a. Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang akan digunakan, untuk membantu anak meningkatkan keberanian mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, perasaan, keinginan, dan sikap dalam kaitan tema yang diperbincangkan dan mendekatkan hubungan antara pribadi kelompok anak dengan cerita b. Kegiatan penyiapan peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan bercerita antara lain sebagai berikut: 1) Pendidik menyampaiakn tujuan bercerita kepada peserta didik 2) Sebagai langkah awal sebelum bercerita, pendidik mengajak anak untuk bernyanyi sesuai dengan tema cerita yang akan di sampaikan. 3) Pendidik menyampaikan harapan kepada peserta didik untuk memperhatikan apa yang akan di sampaiakan. 2. Kegiatan Pengembangan 3. Kegiatan penutup Pendidik menyampaikan hikmah dari cerita dan menanyakan kembali isi cerita yang sudah di sampaikan kepada peserta didik.



K. Bentuk – Bentuk Metode Bercerita 1. Bercerita tanpa alat peraga Bercerita tanpa alat peraga dapat diartikan sebagai kegiatan bercerita yang dilakukan oleh guru atau orang tua tanpa menggunakan media atau alat peraga yang bisa diperlihatkan pada anak. 2. Bercerita dengan alat peraga Yaitu bercerita dengan menggunakan alat peraga atau media atau alat pendukung untuk memperjelas penuturan cerita yang kita samapaikan. Bercerita dengan alat peraga dibagi menjadi 2 bentuk yaitu bercerita menggunakan alat peraga langsung dan bercerita dengan menggunakan alat peraga tidak langsung



Page |



8



a. Becerita menggunakan alat peraga langsung Yaitu bercerita dengan menggunakan alat peraga asli, sesuai dengan kenyataannya. Alat peraga ini bisa berupa benda mati atau benda hidup. Misalnya tas sekolah anak, botol minuman, pensil, baju, piring makan. Benda hidup bisa berupa tanaman seperti tanaman sayur, buah,bunga serta binatang. b.



Bercerita menggunakan alat peraga tidak langsung Yaitu bercerita dengan menggunakan alat peraga atau media bukan asli atau tiruan. Media atau alat peraga itu bisa berupa binatang tiruan, buah tiruan dan sayuran tiruan. Beberapa contoh bercerita mengguankan alat peraga tidak langsung: 1) Bercerita dengan menggunakan gambar. 2) Bercerita dengan menggunakan buku cerita. 3) Bercerita dengan menggunakan papan flanel. 4) Bercerita dengan menggunakan boneka. 5) Bercerita dengan menggunakan OHP dan plastik transparan.



Page |



9



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



A.



Subjek Penelitian 1. Subjek penelitian 2. Jumlah peserta didik 3. Laki-laki 4. Perempuan 5. Tempat penelitian 6. Alamat 7. Tema 8. Jumlah pendidik 9. Pengelola



: Pendidik dan Peserta didik : 15 orang : 8 orang : 7 orang : Kelompok Bermain Kasih Sayang : Kelurahan Kamalaputi, Kecamatan Kota Waingapu : Binatang : 1 orang : 1 orang



B. Metode Penelitian Metode ini menggunakan metode interpretasi yaitu menginterpretasikan data mengenai gejala/fenomena yang diteliti di Kelompok Bermain Kasih Sayang.



C. Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi yaitu salah satu tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati perilaku anak dalam situasi tertentu. 2. Wawancara yaitu salah satu tehnik pengumpulan data yang biasa digunakan untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus penelitian dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pendidik dan pengelola tentang kegiatan pengembangan. 3. Dokumentasi yaitu bukti-bukti serta penjelasan yang lebih luas mengenai fokus penelitian.dokumen digunakan dengan tujuan mencari data yang berasal dari dokumen wawancara dan catatan yang ada hubungannya dengan objek penelitian sebagai sumber data.



Page | 10



BAB IV ANALISIS DATA



A. Tabulasi data Untuk memudahkan analisi data, maka data hasil penelitian dibuat tabulasi sebagai berikut: Observasi Anak-anak duduk di karpet yang sudah disediakan.



Wawancara Wawancara dengan pendidik dengan pengelola Tugas hanya Tugas hanya mengobservasi mengobservasi vidio vidio pembelajaran pembelajaran



Dokumentasi Tugas hanya mengobservasi vidio pembelajaran



Anak-anak mendengarkan cerita yang disampaikan oleh pendidik



Tugas hanya mengobservasi vidio pembelajaran



Tugas hanya mengobservasi vidio pembelajaran



Tugas hanya mengobserva si vidio pembelajaran



Cerita yang disampaikan kurang menarik perhatian anak



Tugas hanya mengobservasi vidio pembelajaran



Tugas hanya mengobservasi vidio pembelajaran



Tugas hanya mengobserva si vidio pembelajaran



Posisi duduk anak yang tidak teratur



Tugas hanya mengobservasi vidio pembelajaran



Tugas hanya mengobservasi vidio pembelajaran



Tugas hanya mengobserva si vidio pembelajaran



Page | 11



Observasi Media yang digunakan sangat terbatas dan tidak menarik untuk anak usia 3-4 tahun Untuk usia 3-4 tahun, kegiatan bercerita terlalu lama di lakukan sehingga muncul kejenuhan dari peserta didik



Wawancara Wawancara dengan pendidik dengan pengelola Tugas hanya Tugas hanya mengobservasi mengobservasi vidio vidio pembelajaran pembelajaran



Tugas hanya mengobservasi vidio pembelajaran



Tugas hanya mengobservasi vidio pembelajaran



Dokumentasi Tugas hanya mengobserva si vidio pembelajaran



Tugas hanya mengobserva si vidio pembelajaran



B. Analisis Kritis Dari Tabulasi Data diatas, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu : 1. Perkembangan bahasa anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain Kasih Sayang belum maksimal karena beberapa fungsi bahasa belum sepenuhnya diterapkan seperti: a. Fungsi interaksional. Fungsi ini belum maksimal karena pada kegiatan pembuka pendidik tidak menanyakan kabar dan perasaan peserta didik sebagai pendekatan awal sehingga dapat mengetahui perasaan peserta didik dan kesiapan dalam kegiatan pengembangan yang akan dilakukan.



Page | 12



2. Beberapa aspek dalam kegiatan pengembangan belum maksimal di lakukan yang juga mempengaruhi perkembangan bahasa anak di Kelompok Bermain Kasih Sayang yaitu antaralain: a. Media yang digunakan kurang menarik perhatian anak usia 3-4 tahun Media yang digunakan merupakan buku cerita tidak bergambar sehingga tidak ada hal yang menarik untuk dilihat anak. Hal tersebut mengakibatkan tidak adanya ketertarikan anak untuk mendengar cerita yang disampaikan oleh guru. b. Cerita yang disampaikan kurang menarik perhatian anak usia 3-4 tahun Rumitnya nama pelaku dalam cerita, kurang menariknya isi cerita, tidak adanya intonasi, mimik dan gerakan tubuh guru dalam menyampaikan cerita, membuat anak kebingungan dengan isi cerita yang disampaikan guru c. Pengaturan posisi duduk anak yang tidak beraturan. Selama kegiatan pengembangan di Kelompok Bermain Kasih Sayang, pengaturan posisi duduk anak yaitu sangat tidak teratur. Anak duduk secara berkumpul di karpet dan membelakangi temannya. Hal ini mengakibatkan anak lebih banyak bermain dan bercerita sendiri dengan temannya.



Berdasarkan hal-hal diatas, maka kurangnya pengetahuan serta keterbatasan ilmu yang dimiliki membuat pendidik belum sepenuhnya menerapkan kegiatan pengembangan di Kelompok Kasih Sayang.



Page | 13



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



A. Kesimpulan Dari Tabulasi dan analisis data dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Kelompok Bermain Kasih Sayang menerapkan beberapa kegiatan pengembangan dalam proses pembelajaran yang salah satunya adalah kegiatan bercerita. Dalam kegiatan bercerita anak dirangsang dengan beberapa pertanyaan seputar tema. Namun pada akhir kegiatan anak tidak diminta untuk menceritakan kembali tentang apa yang sudah di ceritakan oleh pendidik. 2. Kurangnya kreatifitas pendidik sehingga tidak memanfaatkan media yang ada dengan baik serta pemilihan cerita yang kurang menarik. 3. Kurangnya kesadaran guru dalam memperhatikan posisi duduk anak sehingga menimbukan kegaduhan di kelas.



B. Saran Berdasarkan hasil observasi, maka ada beberapa hal yang menjadi saran dari peneliti yaitu: 1. Pengembangan kemampuan bahasa di Kelompok Kasih Sayang harus benar-benar disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak yang mengacu pada Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan anak (STPPA), PERMENDIKBUD 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD dan PERMENDIKBUD 146 tahun 2014 tentang Kurikulum 13. 2. Dalam mengembangkan kemampuan bahasa, sebaiknya pendidik melibatkan pihak-pihak lain seperti narasumber agar kosakata anak semakin bertambah serta anak dapat terlibat langsung dalam kegiatan bercakapcakap dengan narasumber. 3. Kreatifitas seorang pendidik sangat di tuntut dalam setiap kegiatan pengembangan. Oleh karena itu pendidik harus senantiasa belajar untuk mengetahui perkembangan Anak Usia dini dan kebutuhan-kebutuhan anak lainnya yang diperlukan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak.



Page | 14



DAFTAR PUSTAKA



Tim PG-PAUD Universitas Terbuka. (2018). Analisis Kegiatan pengembangan Pendidikan anak usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Nurbiana Dhieni,dkk. (2014). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Winda Gunarti, Lilis Suryani, Azizah Muis. (2016). Metode Pengembangan Perilaku Dan kemampuan dasar anak usa dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Luluk Asmawati,dkk. (2017). Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka Badru Zaman, Asep Hery Hernawan. (2014). Media dan Sumber Belajar PAUD Jakarta: Universitas Terbuka Siti Aisyah, dkk. (2016). Perkembangan Dan Konsep Dasar Pengembangan AnakUsia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka Durri Adriani, dkk. (2017). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka Masitoh, dkk. (2014). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka Direktorat Pembinaan PAUD tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Kelas Direktorat Pembinaan PAUD tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Pembelajaran



Page | 15



Observasi Kegiatan pengembangan Bahasa Di Kelompok Bermain Kasih Sayang Nama Lembaga



: Kasih Sayang



Hari Tanggal



: Senin 02 November 2020



Usia



: 3 – 4 tahun



Nama Pengelola



: Suhaiba Harun



Nama Pendidik



: Aisyah Abubakar



NO



HAL-HAL UNIK / MENARIK YANG DITEMUKAN 1. Model Pengembangan Kegiatan



2. Penataan ruangan



3. Kegiatan anak



Yang dilakukan



DATA YA



KETERANGAN / URAIAN



TIDAK Model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan bahasa melalui bercerita. Penataan kursi di susun perkelompok dengan posisi satu meja ditempati oleh 4 peserta didik. Ruangan kelas ditempeli beberapa poster pendukung pembelajaran. Anak mendengarkan cerita bertema Binatang yang disampaikan oleh pendidik. 1 anak laki-laki berkomentar kalau cerita yang disampaiakan guru tidak seru Anak menjawab beberapa Page | 16



NO



HAL-HAL UNIK / MENARIK YANG DITEMUKAN



DATA YA



6. Cara Pendidik Memimpin Kegiatan



TIDAK pertanyaan seputar tema yang diberikan oleh pendidik Pendidik mengajak anak untuk bernyanyi sesuai tema Alat peraga yang digunakan yaitu berupa buku cerita



4. Alat Peraga Edukatif (APE) yang digunakan



5. Pengaturan/Pengelompokkan Anak



KETERANGAN / URAIAN







Posisi duduk anak berkumpul tidak beraturan di karpet.



Untuk kegiatan awal pendidik memimpin doa bersama. Pada kegiatan inti, pendidik mulai dengan beberapa pertanyaan seputar tema cerita yang akan disampaikan. Pendidik menyelingi kegiatan bercerita dengan beberapa nyanyian tentang tema binatang. Pada kegiatan penutup, pendidik memimpin doa pulang.



Page | 17