Laporan Audit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL 3 LAPORAN AUDIT Sasaran yang ingin dicapai Setelah mempelajari modul ini, diharapkan dapat: • Menjelaskan bagian-bagian laporan audit wajar tanpa syarat bentuk baku. • Menjelaskan secara spesifik kondisi-kondisi yang diperlukan dalam menerbitkan laporan audit wajar tanpa syarat bentuk baku. • Mendeskripsikan lima kondisi bila laporan audit wajar tanpa syarat dengan paragraf penjelasan atau modiflkasi kalimat dipandang tepat untuk diterbitkan. • Mengidentifikasi jenis-jenis laporan audit yang dapat diterbitkan bila laporan audit wajar tanpa syarat tidak dibenarkan untuk diterbitkan. • Menjelaskan cara materialitas mempengaruhi keputusan-keputusan pembuatan laporan audit. • Menggambarkan konsep modifikasi yang tepat bagi laporan audit untuk beragam kondisi.



A. PENDAHULUAN Laporan merupakan hal yang esensial dalam penugasan audit dan assurance karena laporan berfungsi mengkomunikasikan temuan-temuan auditor. Para pengguna laporan keuangan menyandarkan diri pada laporan auditor untuk memperoleh keandalan dari laporan keuangan perusahaan. Laporan audit adalah tahap akhir dari keseluruhan proses audit. Mengapa hal tersebut dipelajari saat ini ialah untuk memperkenalkan berbagai jenis laporan audit sebelum mempelajari pengumpulan bukti audit. Konsep-konsep bukti audit akan lebih berarti setelah Anda memahami bentuk dan isi dari produk akhir audit. Kita akan memulainya dengan mendeskripsikan isi dari laporan audit yang baku. B. LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU Standar pelaporan yang keempat mengharuskan laporan audit berisi suatu petunjuk yang jelas tentang sifat pekerjaan auditor serta tingkat tanggung jawab yang diembannya atas laporan keuangan. Agar para pengguna laporan dapat memahami laporan audit, maka profesi telah menyediakan standar kalimat yang digunakan dalam laporan auditor. Contoh laporan audit wajar tanpa syarat bentuk baku/laporan audit bentuk baku (standard unqualified report) dapat dilihat dalam Gambar 3-1. Setiap auditor diperbolehkan mengubah sedikit penyajian atau kalimat laporan tersebut, tetapi arti laporan harus tetap sama. Ketujuh unsur laporan audit akan dijelaskan dalam pembahasan berikut ini. Unsur-Unsur Laporan Audit Bentuk Baku Ketujuh unsur laporan audit bentuk baku ditandai dengan huruf-huruf bercetak tebal pada kolom disamping Gambar 3-1. ‘12



1



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



Gambar 3.1 Laporan Audit Bentuk Baku atas Laporan Komparatif ANDERSON and ZINDER, P.C. Kantor Akuntan Publik Suite 100 Park Plaza East Denver,Colorado 80110303/359-0800 Laporan Auditor Independen Kepada Yang Terhormat Para Pemegang Saham General Ring Corporation Kami telah mengaudit neraca General Ring Corporation tanggal 31 Desember 2002 dan 2001, beserta laporan laba-rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggungjawab kami terletak pada pemyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit berdasarkan standar profesi akuntan publik. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Audit tersebut meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit tersebut juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serra penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan General Ring Corporation tanggal 31 Desember 2002 dan 2001, dan hasil usaha, serra arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kantor Akuntan Publik ANDERSON AND ZINDER, P.C. 15 Pebruari 2003



Judul Laporan Alamat Laporan Audit Paragraf Pendahuluan (Pernyataan Fakta) Paragraf Scope (Pernyataan Fakta)



Paragraf Pendapat (Kesimpulan)



Nama KAP Tanggal Laporan Audit (Tanggal saat Pekerjaan Laporan Audit Selesai Dilakukan)



1. Judul laporan. Standar auditing mewajibkan setiap laporan diberi judul laporan, dan dalam judul tersebut tercantum pula kata independen. Sebagai contoh, judul yang tepat adalah "laporan auditor independen," "laporan dari auditor independen," atau "pendapat akuntan independen." Kewajiban untuk mencantumkan kata independen dimaksudkan untuk memberi tahu para pengguna laporan bahwa audit tersebut dalam segala aspeknya dilaksanakan secara objektif/ tidak memihak. 2. Alamat laporan audit. Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan, para pemegang saham atau dewan direksi perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini, telah menjadi suatu kebiasaan untuk mengalamatkan laporan ini kepada para pemegang saham untuk menunjukkan bahwa auditor itu independen terhadap perusahaan dan dewan direksi perusahaan yang diaudit. 3. Paragraf pendahuluan. Paragraf pertama laporan menunjukkan tiga hal : Pertama, membuat suatu pernyataansederhana bahwa kantor akuntan publik telah melaksanakan audit. Pernyataan ini dibuat untuk membedakan laporan audiNni dari suatu laporan kompilasi atau laporan review. Kedua, paragraf ini menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit, termasuk pencantuman tanggal neraca serta periode akuntansi dari laporan laba rugi dan laporan arus kas. Ketiga, paragraf pendahuluan menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pelaksanaan audit. ‘12



2



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



4. Paragraf scope. Paragraf scope ini berisi pernyataan faktual tentang apa yang dilakukan auditor selama proses audit. Paragraf ini pertama kali menyatakan bahwa auditor melaksanakan audit berdasarkan standar profesional akuntan publik. Laporan keuangan yang dipersiapkan menurut prinsip akuntansi AS dan diaudit sesuai dengan standar audit AS. Paragraf scope menyatakan bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material. Pencantuman kata material menunjukkan bahwa auditor hanya bertanggung jawab dalam mencari kesalahan penyajian yang signifikan, bukan mencari kesalahan penyajian yang tidak mempengaruhi pembuatan keputusan oleh para pengguna laporan keuangan. 5. Paragraf pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan audit bentuk baku menyajikan kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Bagian ini merupakan bagian terpenting dari keseluruhan laporan audit, sehingga seringkaIi seluruh laporan audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat auditor. Paragraf pendapat dinyatakan sebagai suatu pendapat/opini saja daripada sebagai suatu pemyataan yang mutlak atau sebagai suatu jaminan. Paragraf pendapat berkaitan langsung dengan standar profesional akuntan publik pertama dan keempat. Auditor diwajibkan untuk menyatakan pendapatnya tentang keseluruhan laporan keuangan, termasuk di dalamnya kesimpulan tentang apakah perusahaan telah mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku umum. 6. Nama KAP. Nama tersebut akan mengidentifikasikan kantor akuntan publik atau praktisi mana yang telah melaksanakan proses audit. Umumnya yang dituliskan adalah nama kantor akuntan publik karena seluruh bagian dari kantor akuntan publik tersebut bertanggung jawab, baik secara hukum maupun secara profesi, dalam memastikan agar kualitas pekerjaan audit memenuhi standar profesi. 7. Tanggal laporan audit. Tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit adalah tanggal pada saat auditor menyelesaikan prosedur audit terpenting di lokasi pemeriksaan. Tanggal ini merupakan tanggal yang penting pula bagi para pengguna laporan karena tanggal tersebut menunjukkan kapan saat terakhir sang auditor masih bertanggung jawab atas peristiwa-peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan. Dalam laporan audit gambar 3-1 tanggal neraca adalah 31 Desember 2002, dan tanggal laporan audit adalah 15 Pebruari 2003. Maka hal tersebut menunjukkan bahwa auditor telah mencari transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang belum tercatat dan yang terjadi hingga 15 Pebruari 2003.



Kondisi-Kondisi Bagi Laporan Audit Wajar Tanpa Syarat Laporan audit bentuk baku (laporan audit wajar tanpa syarat) diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut ini terpenuhi : 1. Seluruh laporan keuangan - neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas - telah lengkap. 2. Semua aspek dari ketiga standar umum GAAS/SPAP telah dipatuhi dalam penugasan audit tersebut. 3. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan sang auditor telah melaksanakan penugasan audit ini dengan sedemikian rupa sehingga membuatnya mampu menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipatuhi. 4. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hal tersebut berarti pula bahwa pengungkapan informatif yang cukup telah tercantum dalam catatan atas laporan keuangan serta bagian-bagian lainnya dari laporan keuangan tersebut.



‘12



3



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



5. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasi kalimat dalam laporan audit.



Ketika kondisi-kondisi tersebut terpenuhi, maka laporan audit bentuk baku/ laporan audit wajar tanpa syarat (Gambar 3-1), dapat diterbitkan. Laporan audit bentuk baku seringkali disebut sebagai suatu opini yang bersih (clean opinion) karena tidak terdapat suatu situasi pun yang memerlukan suatu kualifikasi atau modifikasi dalam pendapat auditor. Laporan audit bentuk baku merupakan opini audit yang paling umum. Kadangkala terdapat situasi yang berada di luar kendali klien atau auditor, yang mencegah diterbitkannya suatu opini yang bersih. Bagaimanapun, pada banyak kasus, perusahaan akan melakukan beberapa perbaikan pada catatan akuntansinya dalam rangka menghindari penerbitan suatu kualifikasi atau modifikasi oleh auditor. Jika salah satu dari kelima kondisi laporan audit bentuk baku tidak dapat dipenuhi, maka laporan audit bentuk baku tersebut tidak dapat diterbitkan. Gambar 3-2 menunjukkan kategori/jenis laporan audit yang dapat diterbitkan oleh auditor. Gambar 3-2. Empat Kategori Laporan Audit



Wajar Tanpa Syarat Wajar Tanpa Syarat dengan Paragraf Penjelasan atau dengan Modifikasi Kaimat. Wajar dengan Pengecualian



Kelima kondisi yang dinyatakan pada halaman 47 telah di penuhi. Suatu proses audit telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan serta laporan keuangan telah disajikan dengan wajar, tetapi auditor merasa perlu memberikan informasi tambahan.



Auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan memang telah disajikan dengan wajar, tetapi lingkup audit telah dibatasi secara material atau terjadi penyimpangan dari prinsip akuntansi berlaku umum pada saat penyiapan laporan keuangan. Tidak Wajar (Adverse) Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara atau Menolak Memberikan wajar (adverse), auditor tidak dapat memberikan opininya mengenai Pendapat (Disclaimer) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar (disclaimer), atau auditor berada dalam posisi yang tidak independen (disclaimer). C. LAPORAN AUDIT WAJAR TANPA SYARAT DENGAN PARAGRAF PENJELASAN ATAU MODlFlKASI KALIMAT Pada suatu situasi, laporan audit wajar tanpa syarat diterbitkan, tetapi dengan kalimat yang sedikit menyimpang dari laporan audit bentuk baku. Laparan audit wajar tanpa syarat dengan teparagraf penjelasan atau modifikasi kalimat (unqualified audit report with explanatory paragraph or modified wording) sesuai kriteria audit yang lengkap dengan hasil audit yang memuaskan serta laporan keuangan telah disajikan dengan wajar, tetapi auditor merasa wajib memberikan informasi tambahan. Suatu laporan audit wajar dengan pengecualian (qualified), tidak wajar (adverse), atau tidak memberikan pendapat (disclaimer), diterbitkan pada saat auditor merasa tidak memperoleh kepuasan dalam pelaksanaan auditnya, atau menemukan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, atau merasa tidak independen.



‘12



4



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



Berikut ini adalah penyebab-penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat pada laporan audit bentuk baku :  Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.  Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern).  Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum.  Penekanan pada suatu masalah.  Laporan yang melibatkan auditor lainnya. Keempat penyebab pertama dibutuhkan suatu paragraf penjelasan. Tiga paragraf standar tetap disertakan tanpa dibubuhi modifikasi apapun kemudian ditambahkan sebuah paragraf penjelasan diikuti paragraf pendapat. Hanya pembuatan laporan yang melibatkan auditor lainlah, yang memerlukan suatu modifikasi kalimat. Laporan ini berisi tiga paragraf dan keseluruhan paragraf mengalami modifikasi. Tidak Adanya Konsistensi dalam Penerapan GAAP/PSAK Standar pelaporan kedua mewajibkan auditor untuk menaruh perhatian pada kondisi yang membuat prinsip akuntansi tidak diberlakukan secara konsisten antara prinsip akuntansi yang digunakan pada tahun berjalan dengan prinsip akuntansi yang digunakan pada tahun sebelumnya. GAAP/PSAK menghendaki agar perubahan dalam prinsip atau metode akuntansi yang digunakan serta sifat dan pengaruh perubahan tersebut diungkapkan secukupnya. Saat suatu perubahan yang material terjadi, auditor harus memodifikasi laporannya dengan menambahkan suatu paragraf penjelasan yang diletakkan setelah paragraf pendapat, paragraf penjelasan ini membahas tentang sifat perubahan tersebut serta menunjukkan kepada para pembaca letak pembahasan perubahan prinsip akuntansi itu dalam catatan atas laporan keuangan. Gambar 3-3. Paragraf Penjelasan Karena Adanya Perubahan Prinsip Akuntansi LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN (sama dengan paragraf pendahuluan, paragraf scope, dan paragraf pendapat Paragraf Keempat – pada laporan audit bentuk baku). Paragraf Penjelasan Sebagaimana dinyatakan pada Catatan atas laporan keuangan No.8, perusahaan telah mengubah metode perhitungan depresiasinya pada tahun 2002. Konsistensi versus Komparabilitas. Auditor harus dapat menentukan perbedaan antara perubahan yang dapat mempengaruhi konsistensi pelaporan serta perubahan yang dapat mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak mempengaruhi konsistensi pelaporan. Berikut ini adalah contoh-contoh perubahan yang dapat mempengaruhi konsistensi pelaporan dan memerlukan suatu paragraf penjelasan saat perubahan tersebut bersifat material :



‘12



5



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



1. Perubahan prinsip akuntansi, seperti perubahan metode penilaian persediaan dari FIFO menjadi LIFO. 2. Perubahan dalam entitas pelaporan, seperti penambahan suatu perusahaan barn dalam laporan keuangan gabungan. 3. Perbaikan kesalahan yang melibatkan prinsip-prinsip akuntansi, yaitu dengan melakukan perubahan dari prinsip akuntansi yang tidak diterima secara umum pada prinsip akuntansi yang diterima secara umum, termasuk di dalamnya perbaikan atas akibat dari kesalahan penggunaan prinsip akuntansi tersebut.



Termasuk dalam perubahan yang mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak mempengaruhi konsistensi pelaporan sehingga tidak perlu dicantumkan dalam laporan audit adalah sebagai berikut : 1. Perubahan estimasi, seperti penurunan umur ekonomis suatu aktiva untuk tujuan perhitungan depresiasi. 2. Perbaikan kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi, misalnya kesalahan perhitungan matematis dalam laporan keuangan terdahulu. 3. Variasi format dan penyajian informasi keuangan. 4. Perubahan yang terjadi akibat transaksi atau peristiwa yang sangat berbeda, seperti suatu proyek penelitian dan pengembangan yang baru atau penjualan sebuah anak perusahaan.



Kelangsungan Hidup Perusahaan Walaupun mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan bukan tujuan dari suatu proses audit, tetapi auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi apakah perusahaan tersebut memiliki kecenderungan untuk tetap bertahan (going concern). SAS 59 (AU 341) membahas masalah Pertimbangan Auditor atas Kemampuan Suatu Entitas dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya. Contoh, keberadaan satu atau lebih dari faktor-faktor berikut ini dapat menimbulkan ketidakpastian atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya : 1. Terjadinya kerugian operasional atau kekurangan modal kerja yang signifikan. 2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jatuh temponya. 3. Kebilangan pelanggan-pelanggan utama, terjadi bencana yang tak dijamin oleh asu-ransi seperti gempa bumi atau banjir, atau suatu masalah ketenagakerjaan yang tidak umum. 4. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal lainnya yang serupa yang dapat mengancam kemampuan operasional perusahaan.



Pertimbangan auditor atas situasi-situasi tersebut adalah timbulnya suatu kemungkinan bahwa klien mungkin tidak dapat meneruskan kegiatan usahanya atau memenuhi kewajibannya dalam suatu periode tertentu. Untuk tujuan ini, suatu periode tertentu dianggap tidak lebih dari satu tahun sejak tanggallaporan keuangan tersebut diaudit. Gambar 3-4 menampilkan suatu contoh laporan bila terdapat suatu ketidakpastian akan kelangsungan hidup perusahaan.



‘12



6



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



Gambar 3-4. Paragraf Penjelasan Karena Adanya Ketidakpastian yang Kuat akan Kelangsungan Hidup Perusahaan LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN (sama dengan paragraf pendahuluan, paragraf scope, dan paragraf pendapat pada laporan audit bentuk baku). Laporan keuangan yang menyertai laporan audit ini disiapkan dengan asumsi Paragraf bawa Fairfax Company akan tetap melangsungkan usaanya. Sesuai dengan pem- Keempat – bahasan dalam Catatan atas laporan keuangan No. 11 Fairfax Company menderita Paragraf sejumlah kerugian operasi serta mengalami defisiensi modal bersih yang mening- Penjelasan katkan ketidapastian akan kelangsungan hidup perusahaan. Rencana manajemen untuk menangani masalah tersebut pun dapat dilihat dalam catatan no.11 ini. Laporan keuangan ini tidak mencantumkan penyesuaian apapun yang dapat dihasilkan dari ketidakpastian itu. Auditor Menyetujui Penyimpangan dari Prinsip Akuntansi Berlaku Umum Aturan 203 Kode Etik Profesional AICPA menyatakan bahwa dalam situasisituasi yang tidak umum, suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang telah disusun oleh sebuah lembaga untuk digunakan oleh AICPA sebagai panduan prinsip akuntansi, barangkali tidak memerlukan suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar. Bagaimanapun, memperoleh suatu pendapat wajar tanpa syarat, auditor harus merasa puas serta harus menyatakan dan menjelaskan, dalam sebuah atau beberapa paragraf terpisah dalam laporan auditnya, tentang prinsip akuntansi yang dapat menimbulkan suatu yang menyesatkan pada situasi tersebut. Penekanan Masalah Dalam beberapa situasi, akuntan publik mungkin ingin memberikan penekanan pada beberapa masalah tertentu yang terkait dengan laporan keuangan, walaupun ia bermaksud untuk memberikan suatu pendapat wajar tanpa syarat. Biasanya, beberapa informasi tambahan yang menjelaskan masalah tersebut harus dinyatakan pada suatu paragraf terpisah dalam laporan audit. Berikut ini adalah contoh-contoh kasus yang menyebabkan seorang auditor berpikir bahwa ia harus menjelaskan permasalahan yang terjadi: terdapat transaksi dengan pihak terkait yang bernilai sangat besar, peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal neraca, penjelasan masalah akuntansi yang mempengaruhi komparabilitas laporan keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya, serta ketidakpastian material yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan yang Melibatkan Auditor Lainnya Ketika auditor menyandarkan dirinya pada sebuah kantor akuntan publik lain untuk melaksanakan sebagian proses audit, yang biasa terjadi bila klien memiliki sejumlah cabang atau subdivisi yang tersebar letaknya, maka kantor akuntan publik



‘12



7



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



utama memiliki tiga alternatif pilihan. Hanya alternatif kedua yang memberikan pilihan akan suatu laporan audit wajar tanpa syarat dengan modifikasi kalimat. 1. Tidak Memberikan Referensi dalam Laporan Audit. 2. Memberikan Referensi dalam Laporan (Modifikasi Kalimat). 3. Mengeluarkan Pendapat Wajar dengan Pengecualian. Gambar 3-5.



Laporan Audit Bentuk Baku yang Pendapat Auditornya Sebagian Berdasarkan Laporan Auditor Lain.



LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Kepada Yang Terhormat Para Pemegang Saham dan Dewan Direksi Washington FelpMidland, Texas. Kami telah mengaudit neraca konsolidasian Washington Felp dan anak perusahaannya tanggal 31 Juli 2002 dan 2001, beserta laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas konsolidiasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggungjawab manaemen perusahaan. Tanggungjawab kami terletak pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami. Kami tidak mengaudit laporan keuangan Stewart Pane and Lighting, suatu anak perusahaan yang dimiliki oleh Washington Felp dengan prosentase kepemilikan sebesar 84% pada tanggal 31 Juli 2002, yang laporan keuangannya menyajikan total aktiva sebesar $2.420.000 dan $2.237.000 berturut-turut pada tanggal 31 Juli 2002 dan 2001, dan total pendapatan sebesar $3.458.000 dan $3.121.000 untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan tersebut diaudit oleh auditor independen lain yang laporan telah diserahkan kepada kami, dan pendapat kami, sejauh yang berkaitan dengan jumlah-jumlah untuk perusahaan Steward Pane and Lighting, semata-mata hanya didasarkan atas laporan auditor independen lain tersebut. Kami melaksanakan audit berdasarkan standar profesi akuntan publik. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audir agar kami memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Audit tersebut meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit tersebut juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penlaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami maupun laporan auditor independen lain memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Menurut pendapat kami, berdasarkan audit kami dan laporan auditor independen lain, laporan keuangan konsolidasi yang kamis ebut diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Washington Felp tanggal 31 Juli 2002 dan 2001, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 16 September 2002 Farn, Ross & Co. Kantor Akuntan Publik Dallas, Texas



Paragraf Pendahuluan Modifikasi Kalimat



Paragraf Scope Modifikasi Kalimat



Paragraf Pendapat Modifikasi Kalimat



D. PENYIMPANGAN DARl LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU Merupakan hal yang penting bagi para auditor dan pembaca laporan audit untuk memahami kapan kondisi-kondisi yang tidak tepat untuk menerbitkan suatu laporan audit bentuk baku serta jenis laporan audit yang harus diterbitkan dalam setiap kondisi tersebut. Dalam studi laporan audit yang menyimpang dari laporan audit bentuk baku,



‘12



8



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



terdapat tiga topik yang saling terkait satu sama lain: kondisi-kondisi yang menyebabkan penyimpangan dari laporan audit bentuk baku, jenis laporan/pendapat audit lainnya selain laporan audit bentuk baku, serta materialitas. Pertama, ikhtisar dari ketiga kondisi yang menyebabkan penyimpangan dari laporan audit bentuk baku. Masing-masing kondisi tersebut akan dibahas secara lebih mendalam dalam sub bab berikutnya. 1. Ruang Lingkup Audit Dibatasi. Ketika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti yang memadai untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan GAAP/PSAK, maka terdapat pembatasan atas lingkup audit. Terdapat dua penyebab utama atas pembatasan lingkup audit: pembatasan oleh klien dan pembatasan yang disebabkan oleh kondisi di luar kendali klien atau auditor. 2. Penyajlan Laporan Keuangan tidak sesuai dengan Prinsip-Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (Penylmpangan dari GAAP/PSAK). Contoh, jika seorang klien bersikeras untuk menggunakan harga penggantian (replacement cost) bagi aktiva tetapnya atau menilai persediaannya berdasarkan harga jual daripada berdasarkan harga historis, maka perlu diberikan pendapat di luar pendapat wajar tanpa syarat. Ketika prinsip akuntansi berlaku umum diterapkan menurut konteks ini, maka pertimbangan auditor atas kecukupan seluruh pengungkapan informatif, termasuk catatan atas laporan keuangan, memiliki peranan sangat penting. 3. Auditor tidak lndependen Independensi umumnya ditentukan berdasarkan Aturan 101 dari Aturan Kode Etik Profesional. Ketika salah satu dari ketiga kondisi di atas menunjukkan gejala bahwa suatu penyimpangan dari laporan bentuk baku hadir dan bernilai material, maka suatu laporan selain laporan bentuk baku/laporan wajar tanpa syarat harus diterbitkan. Tiga jenis laporan audit yang dapat diterbitkan di bawah ketiga kondisi ini adalah laporan wajar dengan pengecualian (qualified), tidak wajar (adverse), serta menolak memberikan pendapat (disclaimer). Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Laporan wajar dengan pengecualian dapat diterbitkan akibat dari pembatasan lingkup audit atau kegagalan dalam mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan wajar dengan pengecualian hanya dapat diterbitkan pada soot auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan disajikan secara wajar. Laporan tidak wajar (adverse) atau tidak memberikan pendapat (disclaimer) harus diterbitkan jika auditor merasa yakin bahwa kondisi-kondisi yang dilaporkannya tersebut bersifat material. Oleh karena itu, pendapat wajar dengan pengecualian dianggap sebagai jenis laporan audit yang paling baik artinya setelah laporan audit wajar tanpa syarat (unqualified report).



‘12



9



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



Laporan wajar dengan pengecualian dapat berbentuk pengecualian baik atas lingkup maupun pendapat audit maupun pengecualian atas pendapat saja. Suatu pengecualian ares lingkup dan pendapat audit dinyatakan hanya pada saat auditor merasa tidak mampu mengumpulkan semua bukti audit yang diwajibkan dalam standar profesional akuntan publik. Ketika auditor menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus meng-gunakan istilah kecuali (except for) dalam paragraf pendapat. Sebagai implikasinya, sang auditor merasa puas bahwa laporan keuangan telah disajikan dengan benar "kecuali" aspek tertentu laporan keuangan saja. Contoh-contoh dari pengecualian ini akan disampaikan dalam pembahasan selanjutnya pada bab ini. Tidak diijinkan untuk menggunakan frase kecuali pada jenis-jenis pendapat audit lainnya. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) Pendapat tidak wajar digunakan saat auditor percaya bahwa secara material keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara tidak wajar sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyajikan posisi keuangan atau hasil usaha dan arus kas yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan pendapat tidak wajar hanya dapat diterbitkan jika sang auditor memiliki pengetahuan, yang diperoleh setelah melakukan suatu investigasi mendalam, bahwa terdapat ketidaksesuaian dengan GAAP/PSAK. Hal ini jarang terjadi sehingga pendapat tidak wajar jarang sekali diterbitkan. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion) Laporan audit yang tidak memberikan pendapat diterbitkan pada saat auditor tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan yang diauditnya telah disajikan secara wajar. Kewajiban untuk menolak memberikan pendapat akan timbul jika terdapat pembatasan lingkup audit atau terdapat hubungan yang tidak independen menurut Kode Etik Profesional antara auditor dengan kliennya. Kedua situasi ini mencegah auditor untuk mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Auditor pun memiliki pilihan untuk menolak memberikan pendapat pada suatu masalah kelangsungan hidup perusahaan. E. MATERIALITAS Materialitas memberikan suatu pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan audit mana yang tepat untuk diterbitkan dalam suatu kondisi tertentu. Sebagai contoh, jika suatu kesalahan penyajian yang terjadi relatif bersifat tidak material



‘12



10



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



terhadap keseluruhan laporan keuangan suatu entitas pada periode berjalan, maka merupakan hal yang tepat untuk menerbitkan suatu pendapat wajar tanpa syarat. Suatu contoh yang umum adalah pembebanan persediaan kantor langsung sebagai biaya daripada membukukan sebagian persediaan kantor yang belum digunakan tersebut ke dalam persediaan karena jumlahnya yang tidak signifikan. Tingkat Materialitas Definisi umum materialitas yang diterapkan dalam bidang akuntansi dan selanjutnya berlaku pula dalam pelaporan audit adalah sebagai berikut : Kesalahan penyajian laporan keuangan dapat dianggap material jika kesalahan penyajian tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pengguna laporan.



Dalam penerapan definisi ini, terdapat tiga tingkat materialitas yang digunakan untuk menentukan jenis pendapat yang akan diterbitkan. 1. Nilainya tidak Material. Ketika suatu kesalahan penyajian terjadi dalam laporan keuangan tetapi salah saji tersebut tidak mungkin mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh si pengguna laporan, maka hal tersebut dikategorikan sebagai tidak material. Dalam kondisi tersebut sangat pantas untuk menerbitkan pendapat wajar tanpa syarat. 2. Nilainya Material tetapi tidak Mempengaruhl Keseluruhan penyajian Laporan Keuangan. Tingkat materialitas ini hadir ketika terdapat suatu kesalahan penyajian dalam laporan keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan seorang pengguna laporan, tetapi secara keseluruhan laporan keuangan tetap disajikan secara wajar dan tetap dapat digunakan. Ketika auditor berkesimpulan bahwa suatu kesalahan penyajian bersifat material tetapi tidak mempengaruhi keseluruhan penyajian laporan keuangan, maka pendapat auditor yang tepat adalah pendapat wajar dengan pengecualian (menggunakan "kecuali untuk"). 3. Nilainya Sangat Material sehingga Kewajaran Seluruh Laporan Keuangan Dipertanyakan. Tingkat materialitas tertinggi jika terdapat probabilitas yang sangat tinggi bahwa pengguna laporan akan membuat keputusan yang tidak benar jika pengguna laporan menyandarkan dirinya pada keseluruhan laporan keuangan dalam pembuatan keputusan mereka. Saat menentukan tingkat materialitas dari suatu kesalahan penyajian, maka auditor harus dipertimbangkan seberapa besar pengaruh salah saji tersebut terhadap bagian-bagian laporan keuangan lainnya. Hal ini disebut tingkat resapan (pervasiveness). Suatu kesalahan pengklasifikasian antara kas dan piutang dagang hanya mempengaruhi kedua akun tersebut dan dikatakan tidak pervasive.



‘12



11



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



Saat kesalahan penyajian semakin pervasive, probabilitas diterbitkannya suatu pendapat tidak wajar dibandingkan penerbitan pendapat wajar dengan pengecualian akan semakin tinggi. Tabel 3-1 mengikhtisarkan hubungan antara materialitas dan jenis pendapatlopini yang harus diterbitkan auditor. Tabel 3-1. Hubungan antara Materialitas dan Jenis Opini



Tingkat Pengaruhnya terhadap Keputusan Materialitas yang Dibuat oleh Pengguna Laporan Tidak material Tidak mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh pengguna laporan. Material Mempengaruhi keputusan pengguna laporan hanya jika informasi yang salah saji tersebut sangat penting bagi keputusan tertentu. Tetapi keseluruhan laporan keuangan disaiikan secara wajar. Sangat Sebagian besar atau seluruh keputusan yang dibuat material oleh pengguna laporan sangat dipengaruhi oleh kesalahan penyajian tersebut.



Jenis Opini Wajar tanpa syarat Wajar dengan pengecualian Tidak memberikan pendapat (disclaimer) atau pendapat tidak wajar (adverse)



Catatan : Ketiadaan independensi akan menyebabkan penolakan pemberian pendapat tanpa mempedulikan tingkat materialitas.



Keputusan Materialitas Tingkat materialitas berpengaruh langsung terhadap jenis opini yang diterbitkan. Dalam penerapannya, merupakan suatu pertimbangan yang cukup sulit untuk memutuskan berapa materialitas sebenarnya dalam suatu situasi tertentu. Tidak terdapat suatu panduan yang sederhana dan terstruktur bagi seorang auditor untuk memutuskan apakah sesuatu hal tidak material, material, atau sangat material. Evaluasi materialitas tergantung pula pada apakah suatu situasi tertentu terdapat suatu ketidaksesuaian dengan GAAP/PSAK atau terdapat suatu pembatasan lingkup audit. Keputusan Materialitas-Kondisi Non-GAAP. Ketika seorang klien gagal dalam mengikuti GAAP maka laporan audit yang diterbitkan apakah berupa pendapat wajar tanpa syarat, hanya pendapat wajar dengan pengecualian, atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas dari penyimpangan yang terjadi. Perbandingan Nilai Dollar pada Suatu Patokan Tertentu. Pada saat seorang klien gagal mematuhi GAAP maka yang menjadi perhatian utama dalam pengukuran materialitas umumnya adalah nilai uang dari total kesalahan pada akun-akun yang terkait, dibandingkan pada suatu patokan tertentu. Suatu kesalahan senilai $10,000 mungkin bersifat material bagi sebuah perusahaan skala kecil, tetapi tidak material bagi sebuah perusahaan besar. Oleh karenanya, kesalahan penyajian harus dibandingkan dengan suatu patokan tertentu sebelum dibuat suatu keputusan tentang tingkat materialitas dari kegagalan mematuhi prinsip-prinsip GAAP itu. Patokan/ panduan yang umumnya digunakan adalah laba bersih, total aktiva, aktiva lancar, dan modal kerja.



‘12



12



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



Asumsikan seorang auditor meyakini adanya kelebihan pencatatan saldo persediaan sebesar $100,000 akibat kegagalan klien mematuhi GAAP. Asumsikan pula saldo persediaan tercatat sebesar $1,000,000, aktiva lancar $3,000,000, dan laba bersih sebelum pajak sebesar $2,000,000. Dalam kasus ini, auditor harus mengevaluasi materialitas dari suatu kesalahan pencatatan yang berprosentase 10% terhadap nilai persediaan, 3.3% dari aktiva lancar, dan 5% dari laba bersih sebelum pajak. Untuk mengevaluasi keseluruhan materialitas, auditor harus menggabungkan seluruh kesalahan saji yang belum diperbaiki serta menimbang apakah terdapat kesalahan saji yang bersifat tidak material yang ketika digabungkan dengan kesalahan saji lainnya, akan mempengaruhi laporan keuangan secara signifikan. Dalam kasus persediaan, diasumsikan auditor meyakini pula adanya kelebihan pencatatan saldo piutang dagang sebesar $150,000. Maka total pengaruh kelebihan pencatatan tersebut pada aktiva lancar sekarang sebesar 8.3% ($250,000 dibagi dengan $3,000,000) dan sebesar 12.5% ($250,000 dibagi dengan $2,000,000) pada laba bersih sebelum pajak. Ketika membandingkan potensi kesalahan penyajian dengan suatu patokan tertentu, seorang auditor harus mempertimbangkan dengan secara berhati-hati seluruh akun yang dipengaruhi oleh kesalahan penyajian tersebut (pervasiveness). Sebagai contoh, merupakan hal yang penting untuk tidak memperhatikan pengaruh dari kekurangan pencatatan saldo persediaan pada harga pokok penjualan, laba sebelum pajak, pajak penghasilan yang dibayarkan, serta pajak penghasilan yang terutang. Terukur. Nilai uang dari sejumlah kesalahan penyajian tidak dapat diukur secara akurat. Contoh, ketidaksediaan seorang klien untuk mengungkapkan suatu gugatan pengadilan yang sedang berlangsung atau pembelian sebuah perusahaan baru yang dilakukan setelah tanggal neraca sulit, jika memungkinkan, untuk diukur dalam satuan uang. Pertanyaan materialitas yang harus dievaluasi oleh auditor dalam situasi seperti ini adalah pengaruh dari kegagalannya dalam mengungkapkan hal tersebut pada para pengguna laporan. Karakteristik Item Itu Sendiri. Keputusan seorang pengguna laporan mungkin pula dipengaruhi oleh jenis kesalahan penyajian dalam laporan keuangan. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi keputusan para pengguna laporan serta mempengaruhi pula pendapat auditor dalam suatu pendekatan yang berbeda dengan mayoritas kesalahan penyajian. 1. Transaksi-transaksi tersebut bersifat ilegal atau curang. 2. Suatu item secara material dapat mempengaruhi penyajian dalam beberapa periode mendatang walaupun kesalahan penyajian tersebut tidak bersifat material basi penyajian laporan pada periode berjalan. 3. Suatu item mempunyai suatu pengaruh "fisik" (sebagai contoh, sejumlah kecil laba terhadap sejumlah kecil kerugian atau saldo kas terhadap cerukan).



‘12



13



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



4. Suatu item mungkin bersifat penting dalam kaitannya dengan probabilitas konsekuensi yang timbul dari kewajiban pada perjanjian yang telah disepakati bersama (sebagai contoh, pengaruh dari kegagalan mematuhi persyaratan dalam suatu perjanjian hutang dapat berakibat pada suatu penarikan pinjaman yang material). Keputusan Materialitas - Kondisi Pembatasan Lingkup Audit. Ketika terdapat suatu pembatasan lingkup audit, laporan audit dapat berupa wajar tanpa syarat, wajar dengan pengecualian atas ruang lingkup dan pendapat audit, atau penolakan pemberian pendapat, tergantung dari materialitas pembatasan lingkup audit tersebut. Auditor akan mempertimbangkannya terhadap ketiga faktor yang sama yang telah dibahas sebelumnya dalam keputusan materialitas atas kondisi non-GAAP, tetapi dengan pertimbangan yang sama sekali berbeda. Ukuran kesalahan saji patensial, daripada kesalahan saji yang telah diketahui saat ini, merupakan hal yang penting dalam menentukan apakah suatu pendapat wajar tanpa syarat, pendapat wajar dengan pengeeualian, atau suatu penolakan pernberian pendapat adalah hal yang tepat basi suatu pembatasan lingkup audit. Jika saldo hutang dagang sebesar $400,000 tidak diaudit, auditor harus mengevaluasi potensi kesalahan pe-nyajian dalam hutang dagang tersebut serta memutuskan seberapa material pengaruh-nya pada laporan keuangan. Tingkat resapan (pervasiveness) dari kesalahan saji potensial ini pun harus dipertimbangkan. Melakukan evaluasi materialitas atas kesalahan saji yang potensial yang diakibatkan oleh pembatasan lingkup audit lebih sulit dilakukan daripada melakukan evaluasi materialitas yang disebabkan oleh ketidakpatuhan pada GAAP. Kesalahan penyajian yang diakibatkan oleh ketidakpatuhan pada GAAP dapat diketahui. Sementara kesalahan penyajian yang diakibatkan oleh pembatasan lingkup audit umumnya harus diukur seeara subjektif atas potensi terjadinya kesalahan penyajian. Sebagai contoh, suatu peneatatan hutang dagang sebesar $400,000 mungkin saja mengalami kekurangan pencatatan lebih dari $1 juta, yang dapat mempengaruhi beberapa nilai, termasuk di dalamnya adalah laba kater, laba bersih, serta total aktiva. F. DlSKUSI ATAS KONDISI-KONDISI YANG MEMBUTUHKAN PENYIMPANGAN Seharusnya kita memahami hubungan antara kondisi-kondisi apa yang membutuhkan suatu penyimpangan atas laporan audit bentuk baku, jenis-jenis laporan audit utama selain laporan audit bentuk baku, serta tiga tingkat materialitas. Lingkup Audit Auditor telah Dibatasi Dua kategori utama dari pembatasan lingkup audit adalah: pembatasan lingkup audit yang disebabkan oleh klien serta pembatasan lingkup audit yang disebabkan



‘12



14



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



oleh kondisi-kondisi di luar kendali klien maupun auditor. Kedua jenis pembatasan lingkup audit tersebut memiliki pengaruh yang sama pada laporan auditor, tetapi interpretasi materialitasnya kemungkinan besar berbeda. Saat terdapat suatu pembatasan lingkup audit, maka respons yang tepat adalah menerbitkan suatu laporan audit bentuk baku, suatu laporan wajar dengan pengecualian pada lingkup dan pendapat audit, serta suatu penolakan pemberian pendapat, tergantung pada tingkat materialitasnya. Untuk pembatasan lingkup audit yang disebabkan oleh klien, auditor harus mempertimbangkan suatu kemungkinan bahwa manajemen berusaha untuk mencegah ditemukannya informasi yang salah saji. Dalam beberapa kasus, saat tingkat materialitasnya dipertanyakan, AICPA telah memberikan saran kepada para auditor untuk menolak memberikan pendapat. Ketika pembatasan lingkup audit terjadi akibat kondisi yang berada di luar kendali klien maupun auditor, maka laporan audit wajar dengan pengecualian pada lingkup dan pendapat audit lebih tepat untuk diterbitkan. Dua jenis pembatasan lingkup audit yang seringkali dilakukan klien kepada auditornya berkaitan dengan pengamatan fisik persediaan serta konfirmasi atas piutang dagang, tetapi jenis pembatasan lingkup audit lainnya pun mungkin saja terjadi. Atasan-atasan klien untuk membatasi lingkup audit dapat berupa kehendak untuk menghemat biaya audit dan, dalam hal konfirmasi piutang dagang, untuk mencegah kemungkinan terjadinya konflik antara klien dengan pelanggannya saat jumlah yang dikonfirmasikan ternyata berbeda. Gambar 3-6. Wajar dengan Pengecualian Akibat Adanya Pembatasan Lingkup Audit LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN (Sama dengan paragraph pendauluan pada laporan audit bentuk baku) Paragraf Scope Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, kamu melaksanakan Wajar dengan audit….. (sisa kalimat dalam paragraph ini sama dengan kalimat pada paragraph pengecualian scope dalam laporan audit bentuk baku). Kami tidak memperoleh laporan keuangan yang diaudit dari auditor inde- Paragraf Ketiga penden yang lain yang mendukung investasi. Perusahaan dalam anak perusahaan Ditambahkan diluar negeri sebesar $475.000, atau hak atas laba anak perusahaan sebesar $365.000 yang dicantumkan dalam laba bersih, seperti yang dijelaskan pada Catatan X dalam catatan atas laporan keuangan. Disebabkan oleh karakteristik pencatatan perusahaan, kami juga tidak dapat memperoleh keyakinan atas nilai investasi dalam anak perusahaan diluar negeri tersebut beserta hak atas labanya dengan prosedur audit kami. Menurut pendapat kami, kecuali atas dampak penyesuaian tersebut, jika ada, Paragraf Opini yang mungkin perlu dilakukan jika kami memeriksa bukti tentang investasi diluar Wajar dengan negeri dan labanya tersebut, laporan keuangan yang kami sebut di atas disajikan pengecualian secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Laughlin Corporation tanggal 31 Desember 2002 dan 2001, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.



‘12



15



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



Laporan yang terdapat pada Gambar 3-6 akan menjadi laporan yang tepat untuk diterbitkan pada saat nilai pembatasan lingkup audit tersebut material tetapi tidak pervasive serta auditor tidak dapat memperoleh laporan keuangan hasil audit yang mendukung suatu investasi pada perusahaan afiliasi dari luar negeri serta ia pun tidak dapat memuaskan dirinya dengan prosedur alternatif yang ada. Keseluruhan paragraf pendahuluan serta sebagian besar kalimat dalam paragraf kedua dibilangkan karena kedua paragraf tersebut menggunakan kalimat dari laporan audit bentuk baku. Ketika nilai pembatasan lingkup audit tersebut sangat material sehingga suatu penolakan pemberian pendapat daripada suatu pendapat wajar dengan pengecualian harus diterbitkan, maka auditor hanya menggunakan tiga buah paragraf. Paragraf pertama (paragraf pendahuluan) dimodifikasi sedikit dengan kalimat "Kami telah ditugaskan untuk mengaudit ..." Paragraf kedua sama dengan paragraf ketiga dalam Gambar 3-6. Paragraf scope ditiadakan serta paragraf terakhir (paragraf pendapat) diubah menjadi suatu penolakan pemberian pendapat. Atasan atas ditiadakannya paragraf scope adalah untuk menghindari dibuatnya pernyataan apa pun yang dapat membuat para pembaca meyakini bahwa bagian lainnya dari laporan keuangan telah diaudit sehingga menimbulkan suatu kesimpulan bahwa mungkin saja bagian tersebut telah disajikan secara wajar. Gambar 3-7 menampilkan laporan audit yang mengasumsikan bahwa auditor telah menyimpulkan bahwa fakta-fakta yang terdapat dalam Gambar 3-6 membutuhkan suatu penolakan pemberian pendapat daripada diberikannya suatu pendapat wajar dengan pengecualian. Gambar 3-7.



Penolakan Pemberian Pendapata Audit Akibat Adanya Pembatasan Lingkup Audit



LAPORAN AUDIT INDEPENDEN Kami telah ditugaskan untuk mengaudit….. (sisa kalimat dalam paragraph sama dengan paragraph pendahuluan pada laporan audit bentuk baku) (Menggunakan kalimat yang sama dengan kalimat yang digunakan dalam paragraph ketiga dalam Gambar 3-6). Kami tidak dapat memperoleh laporan keuangan auditan yang mendukung investasi Perusahaan dalam anak perusahaan di luar negeri dan kami pun tidak dapat memperoleh keyakinan atas nilai investasi dalam anak perusahaan di luar negeri beserta hak atas labanya dengan prosedur audit kami, maka lingkup audit kami tidak memadai untuk memungkinkan kami menyatakan, dan kami tidak menyatakan, pendapat atas laporan keuangan ini.



Paragraf Pendahuluan Modifikasi Laporan Audit Bentuk Baku Paragraf Kedua Ditambahkan Paragraf Pendapat Menolak memberkan pendapat (Disclaimer)



Catatan : Dalam penolakan pemberian pendapat akibat adanya pembatasan lingkup audit, paragraf scope ditiadakan seluruhnya.



Penyajian Laporan Keuangan Tidak Sesuai dengan GAAP Ketika auditor mengetahui bahwa laporan keuangan dapat menyesatkan pengguna laporan karena laporan keuangan tersebut penyusunannya tidak sesuai dengan GAAP/PSAK, maka ia harus menerbitkan suatu pendapat wajar dengan pengecualian



‘12



16



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



atau suatu pendapat tidak wajar, tergantung dari tingkat materialitas dari item yang dipertanyakan tersebut. Pendapat tersebut harus dengan jelas menyatakan karakteristik penyimpangan dari prinsip akuntansi berlaku umum serta nilai dari kesalahan penyajian tersebut, jika nilainya diketahui. Gambar 3-8 menampilkan suatu contoh pendapat wajar dengan pengecualian ketika seorang klien tidak mengkapitalisasikan nilai sewa guna usaha sebagaimana yang telah diatur dalam GAAP. Paragraf pertama dan kedua ditiadakan karena kedua paragraf tersebut berisi kalimat standar. 3-8. Pemberian Pendapat Wajar dengan Pengecualian Akibat Tidak Dipatuhinya Prinsip dalam GAAP



LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN (Sama dengan paragraf pendahuluan dan paragraf scope dalam laporan audit bentuk baku) Perusahaan tidak memasukkan kewajiban sewa guna usaha tertentu dari aktiva tetap dan kewajiban dalam neraca terlampir, dan menurut pendapat kami, harus di kapitalisasi agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika kewajiban sewa guna usaha ini dikapitalisasi, aktiva tetap akan bertambah sebesar $4.600.000, kewajiban jangka panjang sebear $4.200.000 dan laba ditahan seebsar $400.000 pada tangal 31 Desember 2002, serta laba bersih dan laba perlembar saham berturut-turut akan bertambah sebesar $400.000 dan $1,75 untuk yang berakhir pada tangal tersebut. Menurut pendapat kami, kecuali atas dampak tidak dikapitalisasinya kewajiban sewa guna usaha tertentu, seperti yang kami uraikan dalam paragraf diatas, laporan keuangan yang kami sebut di atas disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Ajax Company tanggal 31 Desember 2002 dan 2001, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.



Paragraf Ketiga Ditambahkan



Paragraf Pendapat Wajar dengan Pengecualian



Saat nilainya sangat material atau sangat pervasive sehingga diperlukan suatu pendapat tidak wajar, maka paragraf scope-nya tetap sama dengan paragraf scope dalam laporan audit bentuk baku, paragraf ketiga (qualifying paragraph) dapat tetap sama, tetapi paragraf pendapat dibuat sebagaimana yang tampak dalam Gambar 3-9. 3-9. Pemberian Pendapat Tidak Wajar Akibat Tidak Dipatuhinya Prinsip dalam GAAP LAPORAN AUDIT INDEPENDEN (Sama dengan paragra pendahuluan dan paragraf scope dalam laporan audit Paragraf Ketiga bentuk baku) (Merupakan paragraf ketiga yang sama dengan paragraf ketiga pada Ditambahkan Gambar 3-8) Menurut pendapat kami, karena dampak dari hal yang kami uraikan dalam paragraf Paragraf diatas, seperti yang kami uraikan dalam paragraf diatas, laporan keuangan yang Pendapat kami sebut di atas tidak menyajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi Pendapat Tidak yang berlaku umum, posisi keuangan Ajax Company tanggal 31 Desember 2002 Wajar (Adverse) dan 2001, atau hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.



Ketika seorang klien gagal menampilkan informasi yang wajib disampaikan agar ia dapat menyajikan laporan keuangan secara wajar, baik menampilkan informasi tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan yang ter-



‘12



17



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



kait, maka merupakan tanggung jawab auditor untuk menyajikan informasi tersebut dalam laporan auditnya serta menerbitkan pula suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau suatu pendapat tidak wajar. Merupakan hal yang umum untuk menuliskan jenis pengecualian ini dalam suatu paragraf tambahan yang diletakkan di atas paragraf pendapat (sementara paragraf scopenya tetap sama dengan paragraf scope dalam laporan audit bentuk baku) sedangkan dalam paragraf pendapat, auditor merujuk kembali pada paragraf tambahan tersebut. Garnbar 3-10 menampilkan sebuah contoh dari suatu laporan audit yang diterbitkan oleh seorang auditor yang meyakini bahwa pengungkapan informasi yang mendukung laporan keuangan klien disajikan dengan tidak memadai. 3-10. Pemberian Pendapat Tidak Wajar Akibat Tidak Dipatuhinya Prinsip dalam GAAP LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN (sama dengan paragraf pendahuluan dan paragraf scope dalam laporan Paragraf Ketiga – audit bentuk baku) Pada tanggal 15 januarI 2002, perusahaan menerbitkan surat Ditambahkan hutang senilai $3.600.000 yang bertujuan untuk membiayai perluasan pabrik. Perjanjian hutang piutang tersebut memembatasi penggunaan pendapatan yang diperoleh setelah tanggal 31 Desember 2002 untuk pembayaran dividen kas. Menurut pendapat kami, pengungkapan atas informasi ini diwajibkan oleh prinsip auntansi yang berlaku umum. Menurut pendapat kami, kecuali tidak disajikannya informasi yang diuraikan Paragraf Pendadalam paragraf diatas, laporan keuangan yang kami sebut diatas menyajikan pat Wajar dengan secara wajar .... sisa kalimat sama dengan kalimat yang terdapat dalam laporan Pengecualian audit bentuk baku).



Auditor Tidak Independen Jika auditor tidak dapat memenuhi persyaratan independensi sebagaimana yang dinyatakan dalam Kode Etik Profesional, maka penolakan pemberian pendapat harus dilakukan walaupun seluruh prosedur audit yang dilaksanakan dianggap telah sesuai dengan kondisi yang ada. Saat auditor tidak independen, maka kalimat dalam Gambar 3-11 direkomendasikan untuk digunakan. Gambar 3-11. Penolakan Pemberian Pendapat Akibat Tidak Adanya Independen Kami tidak independen atas XYZ Company dan neraca tanggal 31 Desember 2002, dan Laporan laba rugi, laba ditahan dan laporan arus kas yang berakhir pada tanggal tersebut tidak kami audit. Oleh karena itu, kami menyatakan pendapat atas laporan keuangan tersebut. Catatan : Ketika auditor tidak memiliki independensi, maka dalam laporan audit tidak diberikan judul laporan.



Ketiadaan independensi akan menyingkirkan semua pembatasan lingkup audit jenis lainnya. Selanjutnya, tidak ada atasan untuk tidak memberikan pernyataan menolak memberikan pendapat. Di dalam laporan audit yang memberikan pernyataan menolak memberikan pendapat, tidak boleh menuliskan satupun kalimat tentang



‘12



18



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



pelaksanaan atas prosedur audit apapun. Laporan audit ini merupakan suatu contoh dari laporan audit satu paragraf. G. PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN AUDITOR UNTUK PENERBITAN LAPORAN AUDIT Para auditor menggunakan suatu proses yang tersusun baik dalam memutuskan laporan audit apa yang tepat untuk diterbitkan pada serangkaian kondisi tertentu. Pertama-tama, auditor harus memberikan penilaian mengenai apakah terdapat kondisi yang menyebabkannya menerbitkan laporan audit di luar laporan audit bentuk baku. Jika memang terdapat kondisi yang dimaksud, auditor kemudian harus menilai tingkat materialitas dari kondisi tersebut dan menentukan jenis laporan audit yang tepat. Menentukan Apakah Terdapat Kondisi yang Memerlukan Penyimpangan dari Laporan Audit Bentuk Baku. Hal yang paling penting dari kondisi-kondisi tersebut telah diidentifikasikan dalam TabeI3-3. Para auditor mengidentifikasikan kondisikondisi ini saat mereka sedang melaksanakan proses audit serta memasukkan berbagai informasi yang ada ke dalam kertas kerja mereka sebagai bahan diskusi untuk menentukan laporan audit apa yang tepat untuk diterbitkan. Memutuskan Tingkat Materialitas Tiap-tiap Kondisi. Ketika terdapat kon-disi yang memerlukan penyimpangan dari laporan audit bentuk baku, auditor mengevaluasi potensi pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Dalam kondisi terdapat penyimpangan dari GAAP atau pembatasan lingkup audit, auditor harus memutuskan apakah hal tersebut tidak material, material, atau sangat material. Memutuskan Jenis Laporan Audit yang Tepat bagi Kondisi Tertentu, pada Tlngkat Materlalitas Tertentu. Setelah memutuskan kedua hal yang pertama, maka merupakan hal yang mudah untuk memutuskan jenis pendapat yang akan diberikan dengan bantuan suatu alat pembantu pembuat keputusan. Tabel 3-2 menunjukkan bahwa jenis laporan audit yang tepat untuknya adalah suatu pendapat wajar dengan pengecualian disertai dengan suatu paragraf tambahan yang membahas tentang penyimpangan tersebut. Paragraf pendahuluan dan paragraf scope-nya berisi kalimatkalimat baku. Menuliskan Laporan Audit. Mayoritas kantor akuntan publik memiliki suatu file komputer yang telah berisi kalimat yang tepat untuk masing-masing kondisi yang berbeda-beda yang dapat membantu auditor menuliskan laporan auditnya. Selain itu, satu atau lebih rekanan dalam mayoritas kantor akuntan publik memiliki keahlian khusus dalam menuliskan laporan audit. Para rekanan ini umumnya menulis atau mereview seluruh laporan audit sebelum laporan-laporan audit itu diterbitkan.



‘12



19



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



Tabel 3-2. Laporan Audit Setiap Kondisi yang Mengharuskan Adanya Penyimpangan dari Laporan Audit Bentuk Baku pada Tingkat Materiaitas yang Berbeda-Beda Kondisi yang Memerlukan Laporan Audit Tingkat Materialitas Bentuk Baku dengan Modifikasi Kalimat Tidak Material Material atau Paragraf Penjelasan Prinsip akuntansi tidak diterapkan secara Wajar tanpa syarat Wajar tanpa syarat, paragraf penjelasan konsisten* Keraguan-raguan tentang kelangsungan Wajar tanpa syarat Wajar tanpa syarat, paragraf penjelasan hidup perusahaan† Pembenaran penyimpangan dari GAAP atau Wajar tanpa syarat Wajar tanpa syarat, paragraf penjelasan dari prinsip akuntansi lainnya Penekanan pada masalah Wajar tanpa syarat Wajar tanpa syarat, paragraf penjelasan Tingkat Materialitas Kondisi yang MemerluMaterial tetapi tidak MempeSangat Material sehingga kan Penyimpangan dari Tidak Material ngaruhi Keseluruhan Penyaji- Kewajaran Seluruh Laporan Laporan Bentuk Baku an Laporan Keuangan Keuangan Di pertanyakan Lingkup audit dibatasi Wajar tanpa syarat Wajar dengan pengecualian atas Menolak memberikan oleh klien atau oleh konlingkup, paragraf tambahan, dan pendapat disi lain wajar dengan pendapat pengecualian ("kecuali") Penyusunan laporan ke- Wajar tanpa syarat Paragraf tambahan dan wajar Pendapat Tidak Wajar uangan tidak sesuai dengan pendapat pengecualian dengan GAAP‡ ("kecuali") Auditor Tidak Menolak memberikan pendapat Independen (terlepas dari tingkat materialitasnya) * Jika auditor menganggap bahwa perubahan tersebut tepat, maka kondisi tersebut akan dianggap sebagai suatu pelanggaran terhadap GAAP/PSAK. † Auditor memiliki pilihan pula untuk memberikan pernyataan menolak memberikan pendapat. ‡ Jika auditor dapat menunjukkan bahwa penggunaan GAAP dapat menimbulkan kesesatan, maka laporan audit dengan modifikasi kalimat akan merupakan laporan audit yang tepat untuk diterbitkan.



Terdapat Lebih dari Satu Kondisi yang Membutuhkan Penyimpangan atau Modifkasi Para auditor sering kali menemui situasi-situasi yang melibatkan lebih dari satu kondisi yang membutuhkan suatu penyimpangan dari laporan audit wajar tanpa syarat atau modifikasi dari laporan audit bentuk baku. Dalam situasi-situasi ini, auditor harus memodifikasi pendapatnya bagi setiap kondisi tersebut kecuali bila terdapat suatu kondisi yang dapat menetralkan pengaruh dari kondisi lainnya. Sebagai contoh, jika terdapat suatu pembatasan lingkup audit dan suatu situasi yang membuat auditor tidak memiliki independensi, maka pembatasan lingkup audit tersebut tidak perlu dinyatakan. Situasi-situasi berikut merupakan contohcontoh ketika diperlukan lebih dari satu modifikasi kalimat untuk dicantumkan dalam laporan : • Auditor tidak independen serta ia mengetahui bahwa perusahaan tidak menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. • Terdapat suatu pembatasan lingkup audit serta terdapat pula keragu-raguan akan kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup. • Terdapat suatu keragu-raguan akan kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup, dan informasi mengenai penyebab ketidakpastian ini tidak diungkapkan secara memadai pada catatan atas laporan keuangannya.



‘12



20



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



• Terdapat suatu penyimpangan terhadap GAAP dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan, serta telah diterapkannya suatu prinsip akuntansi di mana penerapannya tidak konsisten dengan penerapan prinsip akuntansi pada tahun sebelumnya. Jumlah Paragraf dalam Laporan Banyak pembaca laporan menginterpretasikan bahwa jumlah paragraf dalam laporan audit merupakan suatu "tanda" yang penting tentang apakah penyajian laporan keuangan tersebut benar. Suatu laporan audit yang terdiri dari tiga paragraf umumnya mengindikasikan bahwa tidak terdapat suatu pengecualian apa pun dalam audit. Bagaimanapun, laporan audit yang berisi tiga paragraf pun diterbitkan ketika dikeluarkan suatu pernyataan yang menolak memberikan pendapat akibat adanya suatu pembatasan lingkup audit, atau saat dikeluarkannya suatu laporan audit yang melibatkan auditor independen lainnya. Lebih dari tiga paragraf mengindikasikan tentang jenis laporan audit wajar dengan pengecualian atau menyertakan suatu penjelasan. Suatu paragraf tambahan yang ditambahkan sebelum paragraf pendapat pada laporan audit wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, serta pada laporan audit yang berisi pernyataan menolak memberikan pendapat atas adanya pembatasan lingkup audit. Hal tersebut menghasilkan suatu laporan audit yang berisi empat paragraf, kecuali untuk laporan audit yang berisi pernyataan menolak memberikan pendapat atas adanya pembatasan lingkup audit. Suatu pernyataan menolak memberikan pendapat atas adanya pembatasan lingkup audit akan menghasilkan laporan audit yang terdiri dari tiga paragraf karena paragraf scopenya telah dihapuskan. Sementara pernyataan menolak memberikan pendapat karena tidak adanya independensi akan menghasilkan laporan audit yang terdiri dari satu paragraf saja. Ketika suatu laporan audit wajar tanpa syarat dengan paragraf penjelasan diterbitkan, maka paragraf penjelasan umumnya diletakkan setelah paragraph pendapat. Paragraf penjelasan tidak ditambahkan dalam suatu laporan audit wajar tanpa syarat yang melibatkan auditor independen lain, tetapi kalimat dalam ketiga paragraf mengalami modifikasi. Tabel 3-3 mengikhtisarkan jenis-jenis laporan yang diterbitkan atas audit pada laporan keuangan, jumlah paragraf pada setiap jenis laporan, modifikasi atas kalimat baku dalam paragraf, serta letak dari paragraf tambahan. Tabel ini tidak mencantumkan suatu laporan audit yang berisi pernyataan menolak memberikan pendapat akibat tidak adanya independensi, yang khusus berisi satu paragraf saja.



‘12



21



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



Tabel 3-3. Jumlah Paragraf, Modifikasi atas Kalimat Baku dalam Paragraf, dan Letak Paragraf Tambahan dalam Laporan Audit Jumlah Modifikasi atas Kalimat Baku Letak Paragraf Jenis Laporan Paragraf dalam Paragraf Tambahan Laporanaudit bentuk bakum Tidak ada 3 Tidak ada (wajar tanpa syarat) Wajar tanpa syarat dengan paragraf Setelah paragraf 4 Tidak ada penjelasan pendapat Wajar tanpa syarat yang melibatkan Tidak ada 3 Dalam ketiga paragraf auditor independen lain Wajar dengan pengecualian pendapat Sebelum paragraf 4 Hanya paragraf pendapat saja pendapat Wajar dengan pengecualian lingkup dan 4 Paragraf scope dan paragraf Sebelum paragraf pendapat audit pendapat pendapat Menolak memberikan pendapat pem3 Faragraf pendahuluan dan penSebelum paragraf batasan lingkup audit dapat dimodifikasi; paragraf scope pendapat ditiadakan Pendapat Tidak Wajar 4 Hanya paragraf pendapat Sebelum paragraf pendapat



TlNJAUAN SOAL 1. Jelaskan mengapa laporan audit bersifat penting bagi para pengguna laporan keuangan dan mengapa merupakan hal yang sangat diharapkan untuk memperoleh laporan bentuk baku. 2. Apakah tujuan dari paragraf scope dalam suatu laporan audit? Identifikasikan informasi paling penting yang terdapat dalam paragraf scope. 3. Apakah tujuan dari paragraf pendapat dalam suatu laporan audit? Identifikasikan informasi paling penting yang terdapat dalam paragraf pendapat. 4. Jenis pendapat apakah yang harus diterbitkan oleh auditor ketika penyajian laporan keuangan tidak sesuai dengan GAAP karena ketaatan pada GAAP malah akan menimbulkan kesesatan dalam laporan keuangan tersebut ? 5. Jelaskan perbedaan antara laporan wajar tanpa syarat dengan suatu paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat serta laporan wajar dengan pengecualian. Berilah contoh kapan suatu paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat harus disertakan dalam suatu laporan wajar tanpa syarat. 6. Sebutkan tiga kondisi yang membutuhkan suatu penyimpangan dari suatu pendapat wajar tanpa syarat sertakan berikan suatu contoh spesifik dari se-tiap kondisi tersebut. 7. Definisikan kata materialitas sebagaimana maksudnya dalam pelaporan auditing. Kondisi-kondisi apakah yang akan mempengaruhi keputusan auditor akan materialitas ? 8. Jelaskan bagaimana materialitas dapat memberikan perbedaan pada kegagalan mematuhi GAAP dan pada ketiadaan independensi. 9. Jelaskan perbedaan antara suatu laporan audit wajar dengan pengecualian pada pendapat saja dengan laporan wajar dengan pengecualian balk pada lingkup maupun pendapat audit.



‘12



22



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



SOAL PILIHAN BERGANDA 12. Soal-soal berikut berhubungan dengan laporan audit bentuk baku, Pilihlah jawaban yang paling tepat. a. Suatu laporan audit bentuk baku (1) Hanya menyiratkan bahwa hal-hal yang diungkapkan dalam laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan telah disajikan dengan tepat serta tidak ambil bagian dalam kecukupan pengungkapan informatif, (2) Menyiratkan bahwa pengungkapan dalam laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan telah diberikan secara memadai. (3) Secara eksplisit menyatakan bahwa pengungkapan dalam laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan telah diberikan secara memadai. (4) Secara eksplisit menyatakan bahwa semua hal yang bersifat material telah diungkapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.



b. Tanggal laporan auditor atas laporan keuangan klien haruslah merupakan tanggal (1) Penutupan pembukuan klien. (2) Penerimaan sural representasi klien. (3) Penyelesaian seluruh prosedur audit yang penting. (4) Penyerahan laporan pada klien,



c. Jika seorang auditor utama memutuskan bahwa ia akan merujuk pada laporan audit dari auditor lain, maka ia harus mengungkapkan (1) Nama auditor lain tersebut. (2) Sifat peninjauannya atas posisi profesionalitas auditor lain serta rentang peninjauannya ares pekerjaan auditor lain tersebut. (3) Porsi laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain. (4) Atasan mengapa ia tidak bersedia untuk bertanggung jawab atas pekeIjaan auditor lain.



d. Sebuah entitas mengubah metode depresiasinya dari metode garis lurus pada metode saldo menurun untuk seluruh aktiva tetap yang barn dimilikinya, Perubahan metode ini tidak memberikan pengaruh yang material pada penyajian laporan keuangan periode beIjaian tetapi hampir dapat dipastikan akan memberikan pengaruh yang substansial pada tahun-tahun mendatang. Jika perubahan metode ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor harus menerbitkan jenis laporan audit (1) Wajar dengan pengecualian. (2) Wajar tanpa syarat dengan paragraf penjelasan, (3) Wajar tanpa syarat. (4) Wajar dengan pengecualian yang disertai dengan paragraf penjelasan tentang konsistensi.



13. Soal-soal berikut berhubungan dengan laporan-laporan audit selain laporan audit bentuk baku. Pilihlah jawaban yang paling tepat. a. Seorang akuntan publik akan menerbitkan suatu pendapat tidak wajar jika (1) Lingkup auditnya dibatasi oleh klien. (2) Penyimpangan dalam kewajaran penyajian laporan keuangan sedemikian material sehingga suatu pendapat wajar "kecuali untuk" tidak sesuai dengan kondisi tersebut. (3) Ia tidak dapat melaksanakan prosedur audit yang cukup untuk mencapai suatu pendapat atas keseluruhan penyajian laporan keuangan. (4) Terdapat suatu keragu-raguan yang besar atas masa depan perusahaan.



b. Seorang auditor akan memberikan suatu pernyataan "kecuali untuk" jika



‘12



23



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana



(1) Klien menolak untuk menyediakan sejumlah dana atas suatu kemungkinan kekurangan pembayaran pajak yang sangat material kepada pemerintah federal. (2) Terdapat suatu tingkat ketidakpastian yang tinggi akan masa depan perusahaan klien. (3) Auditor tidak melaksanakan sejumlah prosedur yang memadai dalam menyusun pendapat atas konsistensi penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum. (4) Auditor mendasarkan sebagian pertimbangan pendapatnya pada hasil audit dari auditor lain.



c. Pada serangkaian situasi berikut yang manakah seorang auditor harus menerbitkan suatu pendapat wajar dengan pengecualian? (1) Laporan keuangan berisi suatu penyimpangan atas prinsip akuntansi yang ber-laku umum, di mana pengaruhnya bersifat material. (2) Auditor utama memutuskan untuk memberikan referensi pada laporan audit yang dibuat oleh auditor lain yang mengaudit anak perusahaan klien. (3) Terdapat suatu perubahan yang material antara periode-periode penerapan metode akuntansi. (4) Terdapat ketidakpastian yang signifikan yang mempengaruhi laporan keuangan.



‘12



24



Auditing Drs. Syamsu Alam SE,Ak,M.Si



Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana