Laporan Desain Inovatif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN DESAIN INOVATIF PERBEDAAN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK OLAHRAGA (TERAPI SENAM) TERHADAP PENURUNAN EFEK SAMPING OBAT PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA YANG MENGALAMI HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA SUNGAI BANGKONG PONTIANAK



DISUSUN OLEH : Anisyah Pohan



201133007



Desi Hayuningtyas



201133015



Diah Fajarini



201133016



Maya Masita Ratri



201133042



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN 2020/2021



VISI DAN MISI PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK VISI "Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat Regional Tahun 2020"



MISI 1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis Kompetensi. 2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis Penelitian. 3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis IPTEK dan Teknologi Tepat Guna. 4.



Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri, Transparan dan Akuntabel.



5. Mengembangkan Kerjasama Baik Lokal maupun Regional.



i



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat



Tuhan Yang



Maha Kuasa



karena berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan “Perbedaan Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Aktivitas



Kelompok



(Terapi Senam) Terhadap Penurunan Efek Samping Obat



Olahraga



Pada Pasien



Dengan Gangguan Jiwa Yang Mengalami Halusinasi di RSJ Sungai Bangkong Pontianak” pada Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Dalam penyusunan telaah jurnal ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz., M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak. 2. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan dan Ners. 3. Ibu Nurbani, S.Kp. M.Kep, M.Kep selaku Koordinator Praktik Klinik Stase Keperawatan Jiwa. 4.



Semua dosen Program Studi Profesi Ners Pontianak yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.



5.



Teman-teman Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Pontianak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.



Semoga telaah jurnal ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama dalam perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Pontianak,



Januari 2021



Penulis



ii



DAFTAR ISI VISI DAN MISI ............................................................................................. i KATA PENGANTAR................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................1 1.2 Tujuan ...................................................................................................4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian .............................................................................................5 2.2 Mekanisme ............................................................................................6 2.3 Manajemen............................................................................................6 2.4 Teknik/Cara...........................................................................................6 BAB III METODOLOGI 3.1 Topik ..................................................................................................7 3.2 Sub Topik ...........................................................................................7 3.3 Kelompok ...........................................................................................7 3.4 Tujuan Umum .....................................................................................7 3.5 Tujuan Khusus ....................................................................................8 3.6 Waktu .................................................................................................8 3.7 Tempat ................................................................................................8 3.8 Setting.................................................................................................8 3.9 Media/Alat ..........................................................................................8 3.10 Prosedur Operasional Tindakan ...........................................................9 3.11 Referensi.............................................................................................9 LAMPIRAN .................................................................................................10



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan



jiwa



adalah kondisi dimana



seorang



individu



dapat



berkembang secara fisik, mental spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan dan merupakan kemampuan individu untuk dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga dapat mengatasi tekanan dan dapat bekerja secara produktif atau dapat berkontribusi untuk komunitas dan lingkungannya (UU No.18 Tahun 2014). Gangguan Jiwa yang disingkat ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai manusia (UU No.18 Tahun 2014). Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di dunia adalah gangguan jiwa berat yaitu Skizofrenia. Dan salah satu gejala positif dari skizofrenia adalah halusinasi. Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Jika kondisi tersebut berlanjut akan membahayakan diri pasien, perawat dan orang lain (Kusumawati dan Hartono, 2011). Dalam kondisi seperti ini, harus dilakukan intervensi terhadap pasien untuk mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Pemberian intervensi yang diberikan salah satunya adalah pemberian terapi obat yang bertujuan untuk menolong mereka meningkatkan kesadaran tentang gejala 1



yang mereka alami. Jenis obat yang sering diberikan pada penderita gangguan jiwa antara lain obat



2



antidepresan, obat antipsikotik, obat anti-ansietas, obat antimanik, dan obat antiparkinson. Jenis obat ini diberikan setelah pasien makan dengan dosis yang sudah ditentukan. Dari jenis obat diatas jenis obat antipsikotik yang



telah terbukti



memperpendek



efektif



untuk



meredakan



gejala



skizofernia,



jangka waktu pasien di rumah sakit, dan mencegah



kambuhnya penyakit. Salah satu obat antipsikotik yang efek sedatifnya paling kuat tetapi potensi antipsikotiknya rendah adalah chlorpromazine. Obat ini disebut “obat penenang utama” yang dapat menimbulkan rasa kantuk (mengantuk) dan kelesuan tetapi tidak mengakibatkan tidur yang lelap. Efek samping obat biasanya mulai dirasakan oleh pasien sejak 8 jam setelah pemberian yang pertama (Sari Yulinda, Astuti Anna, S. T. (2013). Pada pasien yang masih menjalani rawat inap dan mendapatkan terapi obat, pasien berhenti minum obat karena mengalami efek samping obat yang tidak menyenangkan baik di rumah sakit maupun saat di rumah, berupa mulut kering, pandangan mengabur, sulit berkonsentrasi. Selain itu efek samping lain dari obat psikotik yang dirasakan pasien dapat membuat pasien merasa tidak bergairah untuk beraktifitas, sehingga tampak pasien banyak duduk dan tiduran di tempat tidur serta enggan melakukan perawatan diri. Pasien mempunyai penampilan kurang rapi, kulit berbau dan mau melaksanakan aktivitas perawatan diri dan aktivitas yang lain jika diperintah dan ditunggui oleh perawat. Pasien juga sering merasa letih atau lesu, mengantuk, malasmalasan mengikuti terapi dan kepala terasa sakit setelah minum obat (Sari Yulinda, Astuti Anna, S. T. (2013). Untuk mengatasi terjadinya penurunan efek samping obat dapat ditingkatkan dengan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan terus menerus disertai dengan terapimodalitas seperti terapi aktivitas kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) memberikan hasil lebih besar terhadap perubahan perilaku pasien, meningkatkan perilaku adaptif serta mengurangi perilaku maladaptif. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist



atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Yosep, 2011). Di dalam kelompok terjadi dinamika dimana setiap anggota kelompok saling bertukar informasi dan berdiskusi tentang pengalaman serta membuat kesepakatan untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Terapi aktivitas kelompok stimulasi



persepsi



juga



bertujuan



untuk



meningkatkan



kemampuan



memusatkan perhatian, mendiskusikan pengalaman dan kehidupan dan hasil diskusi berupa kesepakatan persepsi dan alternatif penyelesaian masalah (Direja, 2011). Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus yang terkait



dengan



pengalaman atau kehidupan untuk mendiskusikan dalam kelompok dan hasil diskusi dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Salah satu aktivitasnya yaitu mempersepsikan stimulus yang tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan khususnya untuk klien halusinasi (Direja, 2011). Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : halusinasi terdiri atas lima sesi, dimana masing-masing sesi terdiri atas kegiatan yaitu : sesi 1 klien dapat mengenal halusinasi, sesi 2 mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi, sesi 3 mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan, sesi 4 mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap dan sesi 5 mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat. Langkah-langkah kegiatan Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: halusinasi yaitu persiapan, orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi dengan menggunakan metode diskusi, tanya jawab, simulasi atau bermain peran (Sari Yulinda, Astuti Anna, S. T. (2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang dari 26 bangsal jumlah pasien gangguan jiwa yang menjalani rawat inap hingga bulan April 2013 sebanyak 519 pasien. Dari hasil wawancara dengan 3 perawat bangsal, sebanyak 276 pasien terdiagnosa halusinasi yang sudah mendapatkan pengobatan golongan obat sedatif atau antipsikotik (cholpromazine) dan mengikuti kegiatan terapi senam setiap pagi. Wawancara juga dilakukan dengan 10 pasien dimana terdapat 7 pasien tidak mengalami penurunan efek samping obat setelah



kegiatan senam dengan keluhan malas beraktivitas, badan lemas, gemetar dan mengantuk, sedangkan 3



pasien sudah mengalami penurunan efek samping obat dengan keluhan rasa mengantuk berkurang setelah senam dan badan menjadi segar (Sari Yulinda, Astuti Anna, S. T. (2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, indikator kesehatan jiwa yang dinilai pada Riskesdas 2013 antara lain gangguan jiwa berat, gangguan mental emosional serta cakupan pengobatanya. Setiap tahun penderita gangguan jiwa selalu meningkat. Menurut World Health Organization (WHO), sampai tahun 2011 tercatat penderita gangguan jiwa sebesar 542.700.000 jiwa atau 8,1% dari jumlah keseluruhan penduduk



dunia



yang



berjumlah sekitar



6.700.000.000 jiwa.



1.2 Tujuan Mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok olahraga (terapi senam) terhadap penurunan efek samping obat pada pasien dengan gangguan jiwa yang mengalami halusinasi di RSJ Sungai Bangkong Pontianak.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Halusinasi



merupakan



membedakan rangsangan



hilangnya



kemampuan



internal (pikiran)



manusia



dalam



dan rangsangan eksternal



(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Jika kondisi tersebut berlanjut akan membahayakan diri pasien, perawat dan orang lain (Kusumawati dan Hartono, 2011). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) memberikan hasil lebih besar terhadap perubahan perilaku pasien, meningkatkan perilaku adaptif serta mengurangi perilaku maladaptif. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Yosep, 2011) Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : halusinasi terdiri atas lima sesi, dimana masing-masing sesi terdiri atas kegiatan yaitu : sesi 1 klien dapat mengenal halusinasi, sesi 2 mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi, sesi 3 mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan, sesi 4 mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap dan sesi 5 mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat. Langkah-langkah kegiatan Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: halusinasi yaitu persiapan, orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi dengan menggunakan metode diskusi, tanya jawab, simulasi atau bermain peran. Dari kelima sesi yang disebutkan diatas, terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sesi 3 tentang mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan dimaksudkan agar pasien bisa menyebutkan kegiatan yang dilakukan dan dimasukkan dalam jadwal seharihari di bangsal yaitu olahraga pagi seperti senam. Bentuk atau jenis terapi aktivitas kelompok ini bertujuan untuk meningkatkan kematangan emosional pada penderita halusinasi. Dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap penurunan efek samping obat menjadi berkurang dan pasien memperlihatkan perilaku adaptif (Sari Yulinda, Astuti Anna, S. T. (2013).



2.2 Mekanisme Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan pendekatan Eksperimen Semu (Quasy Experiment). Penelitian Quasi Eksperiment adalah penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok subyek dengan atau tanpa kelompok pembanding. Metode penelitian dengan pendekatan One Grup Pre Test-Post Test Design yaitu dengan cara pengamatan awal (Pretest) terlebih dahulu sebelum intervensi, kemudian dilakukan Post Test setelah diberikan intervensi (Sugiono, 2013). Penelitian dilakukan di rumah sakit



jiwa sui bangkong



kota



pontianak dengan sample ialah 1 pasien gangguan jiwa kelolaan. Etika dalam penelitian ini, peneliti megajukan permohonan izin kepada pembimbing klinik untuk mendapat persetujuan kemudiaan peneliti melakukan penelitian dengan menekankan pada masalah etika informed consent dan menjaga kerahasiaan terhadap klien kelolaan 2.3 Manajemen Pelayanan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kiat



dan



ilmu keperawatan yang diintegrasikan dalam pelayanan melalui penerapan intervensi keperawatan dalam menambah pengetahuan serta wawasan dan mampu mengikuti kegiatan yang diberikan. 2.4 Teknik/ Cara Penelitian



analitik



dengan



pendekatan



kuantitatif.



Rancangan



penelitian ini menggunakan Quasy Experiment yaitu melihat perbedaan sebelum



dan setelah diberikan terapi modalitas (terapi senam) pada pasien halusinasi gangguan jiwa. Dilakukan pertemuan selama 1x dengan klien. Selanjutnya peneliti mengobservasi dan arahkan klien untuk menyebutkan atau mendemonstrasikan kembali apa yang telah dijelaskan oleh perawat.



BAB III METODOLOGI 3.1 Topik Halusinasi



merupakan



membedakan rangsangan



hilangnya



kemampuan



internal (pikiran)



manusia



dalam



dan rangsangan eksternal



(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Jika kondisi tersebut berlanjut akan membahayakan diri pasien, perawat dan orang lain (Kusumawati dan Hartono, 2011). 3.2 Sub Topik Terapi modalitas (terapi senam) adalah bentuk atau jenis terapi aktivitas kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan kematangan emosional pada penderita halusinasi. Dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap penurunan efek samping obat menjadi berkurang dan pasien memperlihatkan perilaku adaptif (Sari Yulinda, Astuti Anna, S. T. (2013). 3.3 Kelompok Adapun beberapa kategori dalam kelompok penelitian ini ialah: a. Pasien bersedia menjadi responden b. Pasien kooperatif c. Pasien dengan keluhan halusinasi d. Pasien yang berada di rumah sakit jiwa sui bangkong kota pontianak e. Pasien dapat berkomunikasi verbal dengan baik f. Pasien memiliki kesadaran composmentis 3.4 Tujuan Umum Mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok olahraga (terapi senam) terhadap penurunan efek samping obat pada pasien dengan gangguan jiwa yang mengalami halusinasi di RSJ Sungai Bangkong Pontianak.



3.5 Tujuan Khusus Mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok olahraga (terapi senam) terhadap penurunan efek samping obat pada pasien halusinasi. 3.6 Waktu Dilakukan selama 1 kali yaitu dari tanggal 19 Februari 2021, dilakukan selama ± 30 menit pertemuan 3.7 Tempat Aula ruang ruang Elang lantai 2 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sui Bangkong Pontianak 3.8 Setting



3.9 Media/ Alat Kertas, pulpen, speaker, musik, name tag.



3.10Prosedur Operasional Tindakan Yang Dilakukan Prosedur operasional tindakan pemberian terapi modalitas (terapi senam) untuk penurunan halusinasi pada pasien gangguan jiwa. 3.11Referensi Direja, Surya. H. A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika Keliat, B. A. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa.Jakarta: EGC. Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika Libriatati, S.R. 2018. Asuhan Keperawatan Terapi Modalitas (Terapi Senam) Pada ODGJ Yang Mengalami Halusinasi di Posyandu Jiwa: Pospa Siwa Kota Blitar. IIK STRADA Indonesia. (Diakses 17 Febrauari 2021). Sari Yulinda, Astuti Anna, S. T. (2013). Perbedaan Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi Aktivitas kelompok Olahraga (Senam) Terhadap Penurunan Efek Samping Obat sedatif Pada Pasien Halusinasi Di RSJ Prof. Dr. Soeroyo magelang, 32, 1–5. DOI: 1237-10871-1-PB (Diakses 18 Februari 2021) Yosep, Iyus. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama



LAMPIRAN



10