Laporan Drawing  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMINTALAN II Diajukan untuk memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Tengah Semester Praktikum Teknologi Pemintalan II Dosen : Didin W,. AT.,M.Pd. Dodi M,. S.ST. Kusmayadi



MENGANALISIS PROSES PRODUKSI DAN HASIL PRODUKSI SLIVER PADA MESIN DRAWING



OLEH :



FAHMI MUSLIM 1801005 TEKNIK TEKSTIL



POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ridho, rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Teknologi Pemintalan II sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) tahun ajaran 2019-2020. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada jungjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat-Nya dan para umat-Nya hingga akhir zaman. Aamiin Ya Robbal Alamiin. Alhamdulillahirabbilalamiin,



dengan



terselesaikannya



Laporan



Praktikum Teknologi Pemintalan II sebagai salah satu syarat mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) tahun ajaran 2019-2020, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang telah memberikan banyak sekali do’a serta dukungan moril maupun materil kepada penulis dan kepada seluruh pihak yang dengan ikhlas telah memberikan bantuan, bimbingan serta petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Praktikum Teknologi Pemintalan II ini, yang diantaranya yaitu kepada : 1. Bapak Didin W,. A.T.,MPd. selaku Dosen Praktikum Teknologi Pemintalan II yang telah memberikan materi dan dukungan dengan sangat baik. 2. Bapak Dodi M, S.ST., , Bapak Kusmayadi yang telah memberikan arahan kepada penulis dengan teliti dan penuh keikhlasan dalam menyusun Laporan Pra ini.



Pada akhirnya kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga laporan kerja Praktik ini berguna bagi semua pihak. Aamiin.



Bandung, 10 Maret 2020 Penulis,



Fahmi Muslim



ABSTRAK



Proses produksi yang dijalankan pada mesin Drawing Hongda dan mesin-mesin produksi yang mendukung pada setiap tahap proses produksinya, akan meningkatkan kualitas produk. Ketercapaian kualitas produk benang dapat dikendalikan dengan pengendalian waste produksi. Waste produksi yang dipengaruhi oleh bahan baku, pekerja, alat produksi dan teknik produksi sesuai dengan standar operasionalnya, akan mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Waste produk dapat dikendalikan dengan optimal guna menghasilkan target produksi serta tidak mengesampingkan kualitas produk yang dihasilkan. Urutan proses produksi, yaitu blowing, carding, drawing, roving, ring spinning, dan winding. Drawing merupakan proses yang termasuk dalam tekstil yaitu melakukan proses meluruskan dan mensejajarkan serat-serat serta meratakan sliver yang masih belum rata.sliver merupakan serat-serat yang panjang berupa sumbu. Untuk meluruskan mensejajarkan dan meratakannya makan di perlukan mesin drawing.beberapa sliver tersebut dirangkap dan disuapkan ke mesin Drawing. Adapun tujuan proses drawing secara umum adalah : (1) Meluruskan dan mensejajarkan serat-serat dalam sliver ke arah sumbu dari sliver. (2) Memperbaiki kerataa berat per satuan panjang, campuran atau sifat-sifat lainnya dengan jalan perangkapan. (3) Menyesuaikan berat sliver per satuan panjang dengan keperluan pada proses berikutnya Kata Kunci: Produksi, Waste, Drawing



DAFTAR ISI Kata Pengantar ............................................................................................ii Abstrak ........................................................................................................iii Daftar Isi ......................................................................................................iv Daftar Gambar .............................................................................................v Daftar Tabel .................................................................................................vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................7 1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Drawing ................................................................................................9 2.2 Definisi Mesin Drawing .........................................................................10 2.3 Tujuan Mesin Drawing ..........................................................................11 2.4 Prinsip Bekerjanya Mesin Drawing .......................................................12 2.5 Daerah Penyuapan ...............................................................................13 2.6 Daerah Peregangan .............................................................................14 2.6.1 Pasangan Rol Penarik .......................................................................14 2.6.2 Pasangan Rol Bawah dan Rol Atas ...................................................15 2.7 Penyetelan Jarak Antar Rol Penarik .....................................................17 2.8 Peregangan (Draftting) .........................................................................19 2.9 Ketidakrataan........................................................................................21



BAB III METODOLOGI 3.1 Metodologi ..........................................................................................23 3.2 Alat dan Bahan .....................................................................................23 3.3. Prosedur Praktikum .............................................................................24



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Mengidentifikasi Mesin Drawing FA 302 ...............................................25 4.2 Gearing Diagram Mesin Drawing Hongda FA 302 ................................30 4.3 Gearing Diagram Mesin Drawing Rieter ...............................................31 4.4 Perhitungan Gearing Diagram ..............................................................32 4.4.1 Perhitungan Drawing Hongda ............................................................32 4.4.2 Perhitungan Drawing Rieter ...............................................................34 4.4.3 Perhitungan Drawing Hongda Passage I ...........................................35 4.4.4 PerhitungN Drawing Hongda Passage II ...........................................36 4.4.5 Perhitungan Drawing Hongda Produksi 2 Menit ................................36 iv



4.5 Diskusi ..................................................................................................37



BAB V KESIMPULAN 5.1 Praktikum Produksi Mesin Drawing Hongda FA 302 ............................39 5.2. Dokumentasi ........................................................................................40



DAFTAR PUSTAKA



v



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.4 Skema Mesin Drawing ............................................................ 12 Gambar 2.6.1 Pasangan Rol – Rol Penarik ................................................. 14 Gambar 2.6.2 Rol Atas ..................................................................................16 Gambar 2.7 Pengaruh Jarak Antar Dengan Ketidakrataan Dari Sliver .........17 Gamvar 2.8 Pasangan Rol pada Proses Peregangan ................................. 20 Gambar 2.9 Ketidakrataan Sliver ............................................................ …22



DAFTAR TABEL



Tabel 2.7 Penyetelan Rol ............................................................................. 17



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1.



LATAR BELAKANG Sebelum menjadi kain yaitu suatu anyaman yang dihasilkan dari



silangan-sialngan benang-benang lusi dan benang-benang pakan terlebih dahulu harus melewati proses pemintalan untuk membentuk kedua benang yang saling menyilang tersebut. Pemintalan sendiri sudah ada sebelum prasejarah, hanya dengan cara mengambil segumpal serat yang di tarik sedikit demi sedikit sambil memutarnya untuk memberikan ikatan antar serat (twist), lalu di gulung. Memasuki zaman dimana pemintalan menggunakan kincir, lalu pada abad 18-an keluarlah penemuan mengenai mekanisasi pembuatan benang, kemudian muncul perkembangan dari teknologi mekanisasi tersebut pada perang dunia masa lampau, dan hingga sekarang selalu ada perkembangan pada pemintalan demi mencapai kualitas dan produktivitas yang lebih tinggi. Secara umum proses pemintalan yaitu : blowing – carding – drawing – roving – ring spinning – winding. Tetapi semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dalam bidang industri di setiap negara saat ini, maka ada beberapa proses diatas yang disingkat, ataupun dirubah secara struktur prosesnya. Tetapi tak jarang pula beberapa industriindustri



tekstil



yang



masih



menggunakan



urutan



proses



diatas,



Pemintalan dapat diartikan sebagai suatu proses yang ada pada sektor industri dimana proses tersebut adalah proses pengubahan suatu serat menjadi benang. Proses pada mesin drawing merupakan langkah yang sangat penting dalam tahap pembuatan benang, dan dilakukan setelah proses pada mesin carding, apabila benang tersebut tidak menggunakan mesin combing. Kualitas merupakan hal yang harus diperhatikan dalam produksi suatu benang, salah satunya dengan memperhatikan proses produksi pada mesin drawing. Jika kualitas benang yang kurang dan tidak sesuai yang



7



diharapkan, maka akan berpengaruh baik kepada tingkat produksi maupun efisiensi dalam produksi. Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang menyebabkan produk tersebut bernilai sesuai dengan fungsi produk itu di produksi.



1.2.



MAKSUD DAN TUJUAN



1.2.1. MAKSUD DAN TUJUAN PRAKTIKUM MESIN DRAWING Adapun maksud dan tujuan dari proses pembelajaran Praktikum Teknologi Pemintalan II pada bagian mesin drawing, yaitu : 1) Mahasiswa dapat mengetahui fungsi, alur proses dan mekanisme dari Mesin Drawing Hongda dan Rieter. 2) Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagian-bagian penting paada mesin Drawing Hongda. 3) Mahasiswa mengetahui hubungan pergerakkan antara bagian, serta menghitung



putaran



peralatan



Mesin



Drawing



berdasarkan



perbandingan roda gigi ataupun pulley yang terpasang pada Mesin Drawing. 4) Melakukan perhitungan regangan nyata (actual draft) produktivitas, produksi,dan nomor sliver drawing.



8



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



DRAWING Proses pada mesin drawing merupakan langkah yang sangat



penting dalam tahap pembuatan benang, dan dilakukan setelah proses pada



mesin



carding,



apabila



pembuatan



benang



tersebut



tidak



menggunakan mesin combing. Seperti yang telah dijelaskan bahawa, fungsi, mesin carding ialah untuk menguraikan serat-serat menjadi serat-serat individu serta sekaligus membersihkan kotoran-kotoran yang ada di dalam gumpalan kapas, dengan



cara



pemukulan







pemukulan



dan



penarikan,



dengan



menggunakan jarum-jarum atau gigi-gigi yang tajam. Akibat dari pukulanpukulan dan penarikan-penarikan serat cenderung untuk membentuk tekukan (hook), sehingga serat-serat yang ada dalam sliver carding, tidaklah lurus dan sejajar kearah sumbu dari slivernya. Hasil penelitian dengan menggunakan Tracer Fibre Technique yang dilakukan oleh beberapa peneliti menunjukkan bahwa : 1. Sebagian besar dari serat-serat mempunyai tekukan pada salah satu atau kedua ujungnya. 2. Hampir separuh dari serat-serat, ujung belakangnya mempunyai tekukan-tekukan, sedang ujung yang mempunyai tekukan hanya merupakan sprenamnya saja. 3. Secara keseluruhannya, derajat kelurusan serat yang merupakan perbandingan antar Panjang serat dalam keadaan tertekuk (extent) dengan Panjang serat dalam keadaan lurus, pada sliver carding ini hanya 50%. Dengan demikian, proses berikutnya setelah carding pada umumnya dimaksudkan untuk meluruskan dan mensejajarkan serat terlebih dahulu 9



kearah sumbu sliver, sebagai persiapan sebelum serat-serat tersebut akan diregangkan dan dibuat menjadi benang di mesin pintal. Pelurusan dan pensejajaran serat-serat tersebt dilakukan di mesin drawing, dimana beberapa sliver dilakukan Bersama-sama melalui beberapa pasangan rol penarik, yang mempunyai jarak tertentu, dengan kecepatan permukaannya makin depan, makin cepat. Dengan demikian, apabila sliver disuapkan ke pasangan-pasangan rol penarik, maka seratserat



dalam



sliver



tersebut



peregangan-peregangan



akan



sampai



mengalami



tingkat



tarikan-tarikan



tertentu,



yang



dan



besarnya



tergantung kepada perbandingan kecepatan pasangan-pasangan rol tersebut. Dan sebagai akibatnya serat-serat yang mempunyai tekukantekukan akan diluruskan, karena mendapat gesekan-gesekan dari seratserat disekelilingnya. Penyuapan beberapa sliver Bersama-sama ke mesin drawing tersebut disebut perangkapan (doubling) dan dimaksudkan untuk melakukan pencampuran agar kerataan dari sliver yang dihasilkan lebih baik. Dengan jalan perangkapan, maka ketidakrataan dalam berat per satuan Panjang juga dapat dikurangi. [ Pawitro,dkk. 1973. Teknologi Pemintalan Bagian Pertama. Institut Teknologi Tekstil ].



2.2



DEFINISI MESIN DRAWING Drawing merupakan proses yang termasuk dalam tekstil yaitu



melakukan proses meluruskan dan mensejajarkan serat-serat serta meratakan sliver yang masih belum rata.sliver merupakan serat-serat yang panjang



berupa



sumbu.



Untuk



meluruskan



mensejajarkan



dan



meratakannya makan di perlukan mesin drawing.beberapa sliver tersebut dirangkap dan disuapkan ke mesin Drawing. Jumlah rangkapan biasanya antara 6-8 buah sliver. Pelurusan dan pensejajaran serat-serat dilakukan dengan jalan penarikan oleh pasangan-pasangan rol-rol penarik, dan



10



hasilnya berupa sliver yang lebih rata. Pengerjaan ini dilakukan 2-3 kali (passages) pada mesin Drawing, tergantung pada mutu benang yang diinginkan. Jika mutu yang diinginkan lebih baik makan passagesnya pun akan lebih banyak. Pada prinsipnya mesin drawing merupakan proses peregangan pada bahan yang berupa sliver sehingga bahan tersebut setelah mengalami proses drawing akan mengalami pengecilan bahan, pensejajaran atau pelurusan serat, perangkapan dan pencampuran bahan. Selain itu tekukan tekukan yang dialami serat karena proses carding akan kembali diluruskan pada



proses



ini.



[Kastil,



Drawing.



2013.



Drawing.



http://drawingkastil.blogspot.com/2013/09/drawing.html ]



2.3



TUJUAN MESIN DRAWING



Tujuan dari mesin drawing ialah : 1) Meluruskan dan mensejajarkan serat-serat dalam sliver kea rah sumbu sliver. 2) Memperbaiki kerataan berat per satuan Panjang, campuran atau sifatsifat lainnya dengan jalan perangkapan. 3) Menyesuaikan berat sliver per satuan Panjang dengan keperluan pada proses berikutnya. Dari beberapa tujuan tersebut, pelurusan serat dan perataan dari hasilnya, adalah hal yang sangat penting dalam peregangan di mesin drawing. Kerataan dari hasilnya jelas sangat penting, karena hal ini tidak saja diperlukan untuk dapat menghasilkan benang dengan mutu yang baik, tetapi juga untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan kesulitan yang dapat timbul dalam proses-proses sebelum di pintal. Pelurusan serat sebelum dipintal perlu sekali, karena derajat kelurusan dari serat-serat dalam sliver akan menentukan sifat-sifatnya selama peregangan. Seratserat dalam sliver yang sangat lurus akan memudahkan peregangannya, sedangkan serat-serat yang tidak teratur letaknya akan menghasilkan sliver yang kurang baik.



11



2.4



PRINSIP BEKERJANYA MESIN DRAWING Untuk meluruskan dan mensejajarkan serat-serat yang terdapat



pada sliver hasil mesin carding, maka sliver tersebut dikerjakan di mesin drawing. Pada garis besarnya mesin drawing terdiri dari bagian-bagian penyuapan, peregangan dan penampungan. Seperti terlihat pada gambar 2.1. Biasanya 6 atau 8 buah can yang berisi sliver hasil mesin carding (1) ditempatkan dibagian belakang mesin drawing, kemudian masing-masing sliver (2) dilakukan pada pengantar sliver (3) terus melalui pasangan rol penyuap (4,5) dan sendok pengantar sliver (6), pengantar sliver (7) yang dapat bergerak ke kanan dan ke kiri, selanjutnya keenam sliver tersebut Bersama-sama disuapkan kepada keempat pasangan rol-rol penarik (8,9,10,11) diatas mana terdapat apron pembersih (12). Karena kecepatan permukaan rol-rol (8,9,10,11) berturut-turut makin cepat, maka kapas tersebut akan mengalami proses penarikan dan peregangan yang biasanya berkisar antara 6 sampai 8 kali, sehingga sebagian besar serat-serat menjadi lurus dan sejajar kearah sumbu sliver.



Gambar 2.4 Skema Mesin Drawing Sumber : Pawitro,dkk. 1973. Teknologi Pemintalan Bagian Pertama. Institut Teknologi Tekstil 12



Karena adanya penarikan dan peregangan, maka sliver yang keluar dari rol depan akan berukuran kurang lebih seperti sliver yang disuapkan. Sliver yang keluar dari rol depan masing-masing berbentuk seperti pita yang berdampingan satu sama lain melalui palat penampung (13) terus disatukan melalui terompet (14), rol penggilas (15), coiler (16) dan ditampung dalam can (17) yang berputar diatas turn table (18) seperti halnya pada mesin carding.



2.5



DAERAH PENYUAPAN



Daerah penyuapan terdiri dari : 1) 6 atau 8 buah can penyuap yang berisi sliver hasil mesin carding untuk setiap delivery. Jumlah sliver didalam can supaya diatur sedemikian rupa, sehingga tidak akan habis dalam waktu yang bersamaan. 2) Pengantar sliver yang gunanya untuk menjaga agar bagian-bagian sliver yang tebal atau rusak dapat bertahan. 3) Pasangan rol penyuap yang gunanya untuk menarik sliver yang disuapkan. 4) Sendok pengantar sliver yang merupakan salah satu peralatan untuk menghentikan mesin, apabila terdapat sliver yang putus. 5) Pengantar sliver yang bergerak kekakanan dan kekiri (traverse guide) untuk menghindari agar jalannya sliver tidak setempat, sehingga rol atas terhindar keausan. Untuk penyuapan mesin drawing passage kedua, diperlukan 6 atau 8 buah can penyuap yang berisi sliver hasil mesin drawing passage pertama, dan masing-masing can penyuap hendaknya diusahakan dari delivery yang berbeda.



13



2.6



DAERAH PEREGANGAN



Daerah peregangan ini terdiri dari : 2.6.1 PASANGAN ROL PENARIK Penyuapan rol-rol penarik yang terdiri dari rol-rol bawah dan rol-rol atas seperti terlihat pada gambar 2.1.5



Gambar 2.6.1 Pasangan Rol – Rol Penarik Sumber : Pawitro,dkk. 1973. Teknologi Pemintalan Bagian Pertama. Institut Teknologi Tekstil



Kecepatan permukaan rol-rol Ib, IIb, IIIb dan IVb masing-masing adalah P1 P2 , P3 dan P4 dimana P1 > P2 > P3 > P4. Dengan demikian maka besarnya regangan (draft) antara : 𝑃1



Rol Ib dan IIb adalah R1 = 𝑃2



P1 = R1 . P2 .



𝑃2



Rol IIb dan IIIb adalah R2 = 𝑃3 𝑃3



Rol IIIb dan IVb adalah R3 = 𝑃4



𝑃3



P4 = 𝑅3



14



Regangan antara rol Ib dan IVb biasanya disebut regangan jumlah dan 𝑃1



besarnya adalah R = 𝑃4 Jadi regangan jumlah adalah hasil perkalian dari regangan masing-masing bagian. Akibat adanya penarikan dari pasangan rol-rol tersebut diatas, maka : a. Serat – serat dalam sliver diregangkan satu sama lain. b. Serat-serat akan bergeseran satu sama lain, sehingga sebagian besar dari serat menjadi lurus dan letaknya sejajar kearah sumbu sliver. c.



Perangkapan dari 6 atau 8 buah sliver akan menghasilkan sliver yang lebih rata dan percampuran yang lebih baik.



Besarnya penarikan antara rol depan dan rol belakang kira-kira sama dengan banyaknya rangkapan sliver yang disuapkan. Untuk jumlah rangkapan sliver 6 buah, maka besarnya penarikan antara rol depan dan rol belakang adalah 6 kali, dan besarnya penarikan tersebut terbagi antara : Rol depan (Ib) – rol kedua (IIb) = 2,75 kali Rol kedua (IIb) – rol ketiga (IIIb) = 1,75 kali Rol ketiga (IIIb) – rol belakang (IVb) = 1,25 kali Untuk jumlah perangkapan sliver 8 buah, maka besarnya penarikan antara rol depan dan rol belakang adalah 8 kali, dan besarnya penarikan tersebut terbagi antara : Rol depan (Ib) – rol kedua (IIb) = 2,95 kali Rol kedua (IIb) – rol ketiga (IIIb) = 1,95 kali Rol ketiga (IIIb) – rol belakang (IVb) = 1,4 kali



2.6.2 Pasangan Rol Bawah (Bottom Roller) dan Rol Atas (Top Roller) a) Rol Bawah Rol bawah dibuat dari baja yang dikeraskan pada seluruh permukaannya dan beralur halus pada bagian tempat jalannya serat-serat. Dalamnya alur berkisar antara 0,03 – 0,04 inch. Jarak dari alur – alur 15



tersebut dibuat sedemikian rupa, sehingga garis titik jepit terhadap rol atas tidak terlalu pada tempat yang sama. Fungsi dari alur ialah untuk mengurangi terjadinya slip dengan rol atas pada saat terjadinya peregangan. Setiap delivery terdapat dudukan untuk menyangga rol-rol bawah, dan selalu mendaoat pelurusan agar rol-rol tersebut berputar lancar. b) Rol Atas Rol atas dibuat dari besi tuang dan dilapisi kain flannel dan kulit atau dari karet sintetis. Diameternya sebelum dilapisi adalah 1/8 inch sampai ¼ inch lebih kecil dari pada sesudah dilapisi, dian diameter rol atas sedikit lebih besar daripada diameter rol bawah. Rol atas menurut konstruksinya dikenal dua jenis, yaitu rol masip (solid, loose bosh roiler) dimana pada kedua ujungnya terdapat pelat dari logam lunak (bushing) tempat dudukan kaitan beban, dan rol berongga (shell roller type) yang mempunyai arbour C pada bagian tempatnya serat rongga pada bagian luarnya (Gambar 2.1.5.1)



Gambar 2.6.2 Rol Atas Sumber : Pawitro,dkk. 1973. Teknologi Pemintalan Bagian Pertama. Institut Teknologi Tekstil



16



2.7



Penyetelan Jarak Antar Rol Penarik (Roiler Setting) Sebagaimana telah diuraikan, penyetelan yang terlalu dekat maupun



terlalu jauh akan meningkatkan ketidakrataan dari hasil slivernya. Hal ini dapat terlihat pada gambar 2.1.5.2, yang menunjukkan hubungan antara jarak rol ddengan ketidakrataan dari hasil slivernya.



Gambar 2.7 Pengaruh Jarak Antar Rol Dengan Ketidakarataan Dari Sliver Yang Dihasilkan Sumber : Pawitro,dkk. 1973. Teknologi Pemintalan Bagian Pertama. Institut Teknologi Tekstil



TABEL 2.7 PENYETELAN ROL (inch) Depan - 2



2-3



3



A



1 16



B



1 16



C



1 16



D



1 16



E



1



5



1 16



4



6



1 16 7



5



1 16



6



8



1 16



7



1



16



17



9 16



3 - belakang 8



1 16 9



1 16 10



1 16 11



1 16 1



12 16



Karena serat kapas mempunya variasi panhang yang tidak tetap, maka kemungkinan untuk dapat menentukan jarak antar rol pada masing-masing daerah peregangan sangatlah sulit. Walaupun demikian Shirley Institute, telah mengembangkan suatu rumus empiris, yang dapat dipakai sebagai pedoman penyetelan rol, sehingga untuk mendapatkan jarak antar rol yang tepat, masih perlu diadakan sedikit penyesuaian. Penyetelan yang sangat penting sebenarnya didaerah peregangan depan (front zone) dimana regangan yang dikenakan ialah yang terbesar, sedang didaerah lainnya regangannya kecil, sehingga ketelitian jarak antar rol kurang dirasakan. Berikut ini diberikan pedoman penyetelan oleh Shirley Institute untuk pengolahan serat kapas, yang didasarkan antar titik jepit pasangan rol. Daerah peregangan depan = Effective Length + Daerah peregangan tengah = Effective Length +



3 16 3 8



Daerah peregangan belakang = Effective Length +



s/d s/d 5 8



1 4 7 16



s/d



inch. inch. 11 16



inch.



Dengan diketahuinya diameter rol, maka kita dapat menentukan jarak antar rol dengan mudah. J.C Boel memberikan pedoman penyetelan rol sebagai berikut : Daerah peregangan depan = Effective Length + 3 mm. Daerah peregangan tengah = Effective Length + 6 mm. Daerah peregangan belakang = Effective Length + 9 mm. Penyetelan tersebut dimaksudkan untuk mendaoatkan jarak permukaan rol (Roller Gauge) antara dua pasangan rol untuk setiap jarak titik jepit yang ditentukan. Jarak titik jepit adalah jarak antara garis singgung dua pasanagn rol dimana serat-serat tepat terpegang oleh titik jepitan. Biasanya jarak ini merupakan jarak antara titik tengah rol-rol yang bersangkutan.



18



Faktor – faktor yang mempengaruhi penyetelan jarak antar susunan rol peregang, adalah sebagai berikut : 1) Panjang serat yang diolah Sebagaimana diketahui serat yang terdapat pada bal-bal kapas yang diolah memiliki variasi Panjang yang berbeda. Serat – serat pendek biasanya dipisahkan pada proses carding dan combing, sedangkan seratserat Panjang diteruskan dalam proses selanjutnya. Biasanya serat-serat pada saat sampai mesin drawing panjangnya berukurang 5 – 10% daripada Panjang serat kapas aslinya sebelum diolah. Hal ini disebabkan oleh proses – proses sebelumnya dimana serat – serat mengalami pemukulan ( misalnya pada cleaning point) sehingga menimbulkan serat putus.



2.8



PEREGANGAN (DRAFTING) Sebelum memperlajari lebih lanjut mengenai pelurusan dan



pensejajaran serat-serat dalam sliver pada mesin drawing dengan cara peregangan, kiranya perlu dibahas terlebih dahulu mengenai prinsip-prinsip yang mendasari peregangan. Dalam semua tahap pembuatan benang, dari pembukaan sampai dengan pemintalan, masalah peregangan ini selalu dijumpai, dan menjadi dasar dari teori pembuatan benang, dimana gumpalan-gumpalan serat yang mula-mula mempunyai ukuran dengan berat per satuan Panjang yang besar, secara berangsur – angsur dirubah menjadi benang dengan berat per satuan Panjang yang sangat kecil. Peregangan tersebut pada mesin drawing biasanya dilakukan dengan menggunakan pasangan-pasangan rol yang berputar degan kecepatan permukaan yang berdeda, ialah makin kedepan makin cepat. Dengan adanya kecepatan permukaan yang berbeda tersebut, maka setibanya serat-serat dipasangan rol yang berikutnya seolah – olah akan seperti ditarik dan bergerak lebih cepat. Hal yang demikian akan mengakibatkan bahwa, serat – serat dicabut secara terus – menerus dan sedikit demi sedikit dari kelompoknya sehingga bergeser posisinya.



19



Akibatnya berat per satuan Panjang dari bahan yang dihasilkan akan lebih kecil, tetapi menjadi lebih Panjang. Untuk mempermudah mengikuti uraian diatas, lihat gambar 2.8 dibawah.



Gambar 2.8 Pasangan – Pasangan Rol Pada Proses Peregangan Sumber : Pawitro,dkk. 1973. Teknologi Pemintalan Bagian Pertama. Institut Teknologi Tekstil



20



• Setting draft Sejak metode drafting di mesin Drawing menggunakan 2 draft zone, draft di back zone selalu lebih kecil dan draft di front zone besar. • Menentukan besarnya draft Total draft, dihitung dengan cara sbb: Total draft =



𝑁𝑒1 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑁𝑒1 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘



𝑥 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛



• Break draft 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑟𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ



Break draft = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑟𝑜𝑙 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 • Main Draft Kalkulasi besarnya main draft dihitung dengan : Main draft =



2.9



𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑟𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑟𝑜𝑙 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔



KETIDAKRATAAN Sebagaimana telah diuraikan, peregangan yang dilakukan pada



mesin drawing tersebut, sedikit banyak menimbulkan pula ketidakrataan dari sliver yang dihasilkannya. Ketidakrataan hal ini ditimbulkan oleh dua faktor pokok, pertama oleh keadaan bahan yang disuapkan dan yang kedua oleh keadaan mesin drawingnya sendiri. Faktor bahan ini khususnya disebabkan oleh karena kenyataannya serat dalam sliver tersebut tidak sama Panjangnya dan tidak dalam keadaan yang lurus seperti yang digambarkan, melainkan mempunyai tekukan dan tidak sejajar kearah sumbu dari sliver seperti yang kita harapkan. Fator bahan atau serat ini, hakekatnya sukar untuk diatasi, walaupun mempergunakan serat buatan sekalipun, sebab Panjang masing-masing serat tersebut tidak dapat kita harapkan selalu sama. Walaupun semula mendekati sama, tetapi karena pengerjaan di mesin carding, sedikit banyak selalu ada serat-serat yang putus, disamping adanya sekukan – tekukan pada serat – serat, sehingga serat – serat yang dapat dianggap mendekati lurus dan tanpa tekukan dalam sliver hasil carding tersebut kurang lebih hanya 15% saja. 21



Ketidakrataan dari serat-serat tersebut, baik secara physic mapupun posisinya, menyulitkan untuk mendapatkan penyetelan jarak rol-rol yang tepat, sehingga akibatnya akan menimbulkan ketidak rataam dari sliver yang dihasilkan. Ketidakrataan sebagai akibat dari variasi serat-serat tersebut, sampai sekarang belum dapat diatasi sama sekali. Apabila sliver hasil mesin drawing tersebut kita uji dengan alat pengukur kerataan ( User Everness Tester ) akan menghasilkan semacam gelombang – gelombang pendek yang periodik yang biasa disebut sebagai Drafting Wave (variasi jangka pendek).



Gambar 2.9 Ketidakrataan Sliver Yang Mempunyai Variasi Jangka Pendek dan Panjang Sumber : Pawitro,dkk. 1973. Teknologi Pemintalan Bagian Pertama. Institut Teknologi Tekstil



22



BAB III METODOLOGI



3.1.



METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pemintalan II Politeknik



STTT Bandung yang berlokasi di Jalan Jakarta No. 31 Bandung dengan menggunakan Mesin Drawing Hongda dan Rieter. Metodologi yang dipakai dalam mengambil data-data yaitu Metodologi Praktikum. Metodologi Praktikum adalah suatu bentuk metodologi kerja praktek yang bertempat dalam lingkungan yang disesuaikan dengan tujuan agar mahasiswa dapat terlibat dalam pengalaman belajar yang terencana dan berinteraksi dengan peralatan untuk mengobservasi serta memahami fenomena. Data yang diambil yaitu data Skema Mesin Drawing, gearing diagram mesin drawing hongda dan rieter, bagian – bagian mesin drawing hongda, perhitungan mesin drawing hongda.



3.2.



ALAT DAN BAHAN Alat dan bahan yang digunakan pada Praktikum Teknologi



Pemintalan II pada mesin drawing, diantaranya : a) Alat yang digunakan : 1. Mesin Draw Frame FA 302 HONGDA 2. Can Sliver (kosong) 3. Timbangan (neraca analitik) 4. Obeng 5. Pisau b) Bahan yang digunakan 1. Sliver carding Poliester 65 % 2. Sliver carding Kapas 35 % 3. Bedak bayi (pelumas)



23



3.3.



PROSEDUR PRAKTIKUM Berikut beberapa prosedur Praktikum Teknologi Pemintalan II pada



Mesin Drawing Hongda FA 302, diantaranya yaitu : 1) Mengamati bagian – bagian dan fungsinya pada mesin drawing hongda. 2) Mengamati gearing diagram yang terdapat pada mesin drawing hongda dan mesin drawing rieter. 3) Mengamati mekanisme kerja dari mesin drawing hongda FA 302. 4) Menggambar gearing diagram mesin drawing hongda FA 302. 5) Melakukan produksi sliver pada mesin blowing dan carding, untuk proses produksi selanjutnya pada mesin drawing hongda FA 302. 6) Melakukan produksi pada mesin drawing hongda FA 302 dari sliver hasil dari mesin carding. 7) Menghitung break draft, main draft, total draft, prouktivitas dan produksi pada mesin drawing hongda FA 302.



24



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. No.



MENGIDENTIFIKASI MESIN DRAWING HONGDA FA 302 Nama



Fungsi Keterangan Gambar Bagian Penyuapan Tempat penyimpanan sliver carding yang akan di proses di mesin drawing.



1.



Can Penyuap



2.



Feed Roll (beralur)



Roll untuk menyuapkan dan membawa sliver carding ke mesin drawing.



3.



Separator



Pembatas sliver supaya setiap sliver tidak saling bergesekan dan tetap pada posisi jalurnya.



4.



Stop Motion



Sensor infra red untuk mematikan mesin apabila terjadi sliver yang putus saat produksi.



25



5.



6.



7.



Sendok Pengantar



Menghantarkan beberapa sliver supaya sliver stabil dan tebal teratur serta sejajar pada saat masuk bagian drafting (peregangan). Bagian Drafing (Peregangan) Rol Bawah - Rol Belakang : (Bottom Roll) kecepatan rendah, jarak alur lebar. - Rol Tengah : Kecepatan sedang, jarak alur sedang. - Rol Depan : kecepatan tinggi, jarak alur rapat. Perbedaan kecepatan dan jarak alur bertujuan saat proses drafting terjadi tidak membuat sliver rusak. Rol Atas - Rol Belakang (Top Roll) - Rol Tengah (2) - Rol Depan Membantu saat proses drafting karena rol atas menekan rol bawah dengan bantuan sistem pembebanan.



26



8.



9.



10.



Sistem Memberikan Pembebanan tekanan pada rol atas dan apron pembersih agar terjadi titik jepit antara rol atas dan rol bawah. Ada beberapa sistem pembebanan yaitu menggunakan per, bandul, dan secara hidrolik atau dapat juga secara penumatik. Apron Membersihkan Pembersih dan menekan rol atas dengan bantuan sistem pembebanan.



Sensor Lapping



Sensor untuk mendeteksi sliver yang menumpuk atau menggulung. Pada saat sliver menumpuk, maka pegas yang terhubung dengan sensor lapping akan bergerak dan ketika sensor bergerak mesin akan berhenti dengan ditandai lampu indikator berwarna kuning menyala. Bagian Pembentukan Sliver



27



11.



Kondensor



Menghantarkan sliver dari bagian drafting ke bagian terompet.



12.



Terompet



Tempat pembentukan sliver drawing.



13.



Calendor Rol



Mengahantarkan sliver dari terompet ke coiler



14.



Coiler



Menghantarkan dan menggulung sliver ke dalam can drawing



Bagian Penampungan



28



15.



Can Drawing



Tempat penyimpanan sliver drawing



16.



Can Table / Can Change



Dudukan can yang putaran can table atau can change dan coiler saling berlawanan arah dengan tujuan agar sliver tidak menumpuk pada satu bagian saat proses penggulungan berlangsung.



29



4.2 GEARING DIAGRAM MESIN DRAWING HONGDA FA302



Feed roll



60



Feed roll 60



18T



30 18T



30



48/49/50



32



23T 28T



40T 51T



59T Apron Pembersih



K =87T



41T



61T 71T Back Roll



35



34T Q = 52T H = 46T



Middle Roll



62T



35



63T 81T



75T



G =45T



24T



R = 50T Calender roll



23T



43T



J = 26T 50 34T



W = 64T



160



63T Front roll



45 31T



30



Motor 1470 r/m



150



4.3.



GEARING DIAGRAM MESIN DRAWING RIETER



100 46



32



60



150 62



77,2 30



Back Roll



14,5 32



Middle Roll



38



30



52



40



Front Roll



30



80 55 Calender Roll 55



Calender Roll



31



Motor 3460 r/m



17,3



4.4



PERHITUNGAN GEARING DIAGRAM



4.4.1 PERHITUNGAN DRAWING HONGDA 1) n Front Roll



150



34



31



= Motor x 160 x 31 x 45 = 1470 x 0,4375 x 0,76 = 1047,38 Rpm



KPM Front Roll = n Front Roll x π x D = 1047,38 x 3,14 x 43 mm = 141417.2476 mm/menit = 141417.476 cm/menit = 14141724,76 m/menit



2) n Back Roll



135



34



43



45



45



46



41



= Motor x 210 x 81 x 63 x 63 x 52 x 87 x 34 135



34



43



45



45



46



41



= 1470 x 210 x 81 x 63 x 63 x 52 x 87 x 34 = 149,384763 Rpm KPM Front Roll = n Back Roll x π x D = 149,384763 x 3,14 x 35 = 16.417.3854 mm/menit = 1641,73854 cm/menit = 16,173854 m/menit



3) KPM Middle Roll



= n Middle Roll x π x D 135



23



30



= Motor x 210 x 75 x 60 x 3,14 x 35 135



23



30



= 1470 x 210 x 75 x 60 x 3,14 x 35 = 25.684,6935 mm/menit = 25.6846935 m/menit



4)



KPM Feed Roll = n Feed Roll x π x D 32



135



34



43



45



45



46



41



32



= Motor x 210 x 81 x 63 x 63 x 52 x 87 x 40 x 48 x 3,14 x 60 135



34



43



45



45



46



41



32



= 1470 x 210 x 81 x 63 x 63 x 52 x 87 x 40 x 48 x 3,14 x 60 = 15,9483172 m/menit



Diketahui



:



Ne Keluar



= 0,14 / Ne Rangkap = 8



D Feed Roll = 4,3 / Keliling = 11



a) Main Draft KPM Front Roll



= KPM Middle Roll =



141,41724,76 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 25,6846935 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡



= 5,51



b) Break Draft =



KPM Middle Roll KPM Back Roll



25,6846935 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡



= 16,4173854 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 1,56



c) Mechanical Draft =



KPM Front Roll KPM Back Roll



146,450613



= 16,4173854 = 8,92



d) Total Draft = Break draft x Main draft = 1,56 x 5,51 = 8,59



e) Actual Draft =



KPM Middle Roll KPM Back Roll



xR



25,68



= 16,416 x 8 = 12,51



33



4.4.2 PERHITUNGAN DRAWING RIETER



= n Front Roll x π x D



1) KPM Front Roll



𝑛.3



= 3460 x 14,5 x



77,2 60



x 3,14 x 40 mm



= 667.129,106 mm/menit = 667,129106 m/menit



2) KPM Middle Roll



= n Middle Roll x π x D 17,3



38



= 3460 x 14,5 x 100 x



46 62



60



x 52 x 3,14 x 30



= 126.503,56 mm/menit = 126,50356 m/menit = n Back Roll x π x D



3) KPM Back Roll



17,3



38



= 3460 x 14,5 x 100 x



46 62



x 3,14 x 30 mm



= 109.636,418 mm/menit = 109,636418 m/menit



4) KPM Calender Roll



= n Middle Roll x π x D 17,3



= 3460 x 14,5 x



77, 80



x



𝑋 𝑋



x 3,14 x 55 mm



= 687.976,891 mm/menit = 687,976891 m/menit



a) Main Draft KPM Front Roll



= KPM Middle Roll =



667,129106 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 126,50356 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡



= 5,27



b) Break Draft =



KPM Middle Roll KPM Back Roll



126,50356 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡



= 109,636419 𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 1,15



34



c) Mechanical Draft =



KPM Front Roll KPM Back Roll



667,129106



= 109,636419 = 6,0



d) Total Draft = Break draft x Main draft = 1,15 x 5,27 = 6,0



4.4.3 PERHITUNGAN DRAWING HONDGA PASSAGE I 1) Pengujian Nomor Benang 134,6 𝑔𝑟𝑎𝑚



Ne masuk = 101,6 𝑔𝑟𝑎𝑚 + = =



Ne keluar =



236,2 2



= 118,1 gram



118,1 𝑔𝑟𝑎𝑚 453,6



= 0,26 lbs



30 𝑦𝑎𝑟𝑑 (𝑃)



=



𝐵 0,035 0,26



= 0,13 2) Berat Sliver Berat



0,175 𝑘𝑔



= 0,213 𝑘𝑔 + = =



Ne keluar =



388 𝑔𝑟𝑎𝑚 2 194 𝑔𝑟𝑎𝑚 453,6



= 194 gram = 0,42 lbs



𝑃 (𝐻𝑎𝑛𝑘) 𝐵 (𝑙𝑏𝑠) 0,11



= 0,42 = 0,026



35



4.4.4 PERHITUNGAN DRAWING HONGDA PASSAGE II 1) Berat Sliver Berat



0,0384 𝑘𝑔



= 0,0374 𝑘𝑔 + =



Ne keluar =



0,0758 𝑔𝑟𝑎𝑚 2



= 0,0379 gram



𝑃 (𝐻𝑎𝑛𝑘) 𝐵 (𝑙𝑏𝑠) 0,11



= 0,0379 = 0,290 Actual Draft



= =



𝑁𝑒 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑁𝑒 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 0,290 0,13



xR



x5



= 11,1 Rata – Rata



=



1+11,5 2



= 6,05



4.4.5 PERHITUNGAN DRAWING HONGDA PRODUKSI 2 MENIT Diketahui



:



-



Berat Sliver = 0,5300 kg



-



Berat uji 1 = 0,0890 kg



-



Berat uji 2



1) Ne Keluar



= 0,0910 kg =



30 / 840 0,09 / 0,4536 30



= 840 x =



0,4536 0,09



13,608 75,6



= 0,18



36



2) Produksi



= = =



𝑛 .𝜋.𝐷.0,4536 𝑁𝑒.768 667,129 𝑥 0,4536 0,18 𝑥 768 302,609 138,24



= 2,18 kg 3) Produktivitas



=



0,5300 2,18



x 100 %



= 24,31 %



4.5



DISKUSI Pada proses drawing bertujuan untuk memperbaiki kerataan sliver,



sehingga setting pada drafting roll sangatlah penting karena dapat berpengaruh terhadap ketidakrataan hasil slivernya. pada saat membagikan sliver kedalam 5 can untuk drawing passage 1 terdapat kendala karena sliver carding yang telah diproses tidak dalam keadaan penggulungan yang rapih, oleh karena itu pembagian sliver tidak rata dan banyak sekali mengalami putus sliver. Proses drawing passage 1 juga mengalami beberapa hambatan diantaranya keterbatasan waktu praktikum sehingga drawing passage 1 ditunda dan dilanjutkan di hari lain, pada saat melakukan praktikum lanjutan proses drawing passage 1 banyak mengalami laping pada apron pembersih, serat serat yang di draft banyak naik ke atas dan tertarik apron pembersih dikarenakan suhu ruangan yang mulai lembab dan serat rayon yang sangat ringan maka menenmpel pada apron pembersih. Selanjutnya proses drawing passage 2 hanya dilakukan sedikit dari sliver drawing yang dihasilkan, karena terjadi laping sliver menggulung pada rol karena kondisi ruangan yang lembab dan keterbatasan waktu maka drawing passage 2 hanya dilakukan sedikit dari sliver drawing yang dihasilkan. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan , yaitu : •



Dalam hal produksi, perhatikan jarak antara rol, pastikan sesuai dengan bahan yang akan diproduksi. 37







Perhatikan jenis sliver yang akan diproduksi, pastikan masa waktu sliver tidak terlalu tersimpan lama hendak akan diproduksi, sebab sliver (serat) akan terjadi lapping atau putus saat di produksi di mesin drawing.







Pemberian bedak (pelumas) pada apron pembersih dan pasangan rol secukupnya, untuk menghindari serat lapping atau menggulung atau menggumpal.







Jika serat terjadi lapping atau menggumpal, dikarenakan suhu ruangan (RH) yang menurun atau tidak sesuai dengan standar ketentuan laboratorium atau ruang produksi pemintalan (spinning).







Jumlah can sliver yang akan diproduksi harus sesuai dengan rencana yang akan diproduksi, sebab jika produksi awal dan akhir berbeda, akan berpengaruh pada kerataan sliver dan nomor sliver..







Perhatikan kondisi sensor laping, sebab sering terjadi masalah pada sensor tersebut, seperti posisi panel sensor yang sering bersentuhan yang mengakibatkan sensor terus menyala dan mesin terhambat untuk produksi, yang berpengaruh pada efisensi waktu produksi.







Jika terjadi lapping , perhatikan jumlah can sliver yang disuapkan, pastikan can sliver yang disuapkan sesuai dengan jenis serat yang akan di produksi pada mesin drawing.







Setting yang terlalu sempit akan menyebabkan “cracking” dan menimbulkan “spewing“.







Setting yang terlalu besar akan menyebabkan “floating“ dan kesulitan dalam “fiber control“



38



BAB V KESIMPULAN 5.1.



PRAKTIKUM PRODUKSI MESIN DRAWING HONGDA FA 302



Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa : 1. Mesin drawing merupakan peralatan pemintalan benang yang memiliki fungsi utama untuk mensejajarkan serat kearah sumbu sliver dan menghilangkan hook pada sliver carding yang terbentuk akibat proses sebelumnya. Hook terbentuk karena pada gerakan carding action dan stripping action serat dicabik-cabik dengan putaran silinder yang tinggi, sehingga menimbulkan hook pada ujung-ujung serat. Maka pada proses di mesin drawing, hook akan dibuka dengan melewatkan sliver pada dua permukaan rol yang berputar dengan kecepatan berbeda. 2. Mesin drawing terdiri dari tiga bagian utama yaitu bagian penyuapan, bagian peregangan dan bagian penampungan. 3. Fungsi mesin drawing diantaranya adalah : • Meluruskan dan mensejajarkan serat-serat dalam sliver ke arah sumbu sliver. • Memperbaiki kerataan berat per satuan panjang, campuran atau sifatsifat lainnya dengan jalan perangkapan. • Menyesuaikan berat sliver per satuan panjang dengan keperluan pada proses berikutnya. Setelah dilakukan produksi sliver drawing dengan proses passage 1 dan passage 2 diperlukan ketelitian dalam melakukan produksi karena kondisi mesin yang sudah lama, selain itu kondisi ruangan pada saat melakukan produksi sangat mempengaruhi karena semakin lembab keadaan ruangan semakin banyak serat yang menempel pada rol akibatnya terjadi laping dan menggulung pada rol drafting karena tidak terdorong



keluar.



Bedak



bayi



juga



sangat



dibutuhkan



untuk



menghindari kelembaban udara pada rol – rol drafting, untuk melancarkan proses produksi.



39



5.2



DOKUMENTASI



40



DAFTAR PUSTAKA



[1]



Pawitro,dkk. (1973). Teknologi Pemintalan Bagian Pertama. Institut Teknologi Tekstil



[2]



Kastil,



Drawing.



(2013)



.



http://drawingkastil.blogspot.com/2013/09/drawing.html



Drawing. diakses



pada Minggu, 8 Maret 2020. [3]



Budi Arti, Sukma. (2018). Mesin Drawing . http://scribd.id. Diakses pada Minggu, 8 Maret 2020.



41