Laporan Ekologi Belalang Kel 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PERCOBAAN EKOLOGI “ Menaksir kelimpahan populasi dengan metode menangkap – Menandai - Menangkap kembali “



Disusun oleh



Kelompok 3 Aulia Winnas Eka Sari Ningsih Megawati Anggraini Rapika Sirait Samsul Riski



Dosen pengampu : Dra. Yuslim Fauziah, M.S



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU 2016



PENDAHULUAN a. konsep Populasi diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk yang sama spesies (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik), yang mendiami suatu ruang khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Odum. 1996). Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Soegianto. 1994). Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Soegianto. 1994). Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran populasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam (Heddy. 1986). Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan. Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan (Tarumingkeng 1994). Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber makanannya. Kelimpahan dan aktivitas reproduksi serangga di daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan bahan makanan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi kelimpahan.



Setiap ordo serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan musim dan iklim. (Subahar, 2004). Kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Serangga menanggapi sumber daya tersebut dengan cara yang kompleks. Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu (Michael. P, 1991). Kerapatan populasi merupakan ukuran populasi dalam hubungannya dengan satuan ruang. Biasanya dinyatakan dengan banyaknya individu atau biomasa populasi persatuan luas atau volume. Untuk mengetahui jumlah individu suatu populasi hewan di suatu tempat tertentu ada berbagai cara penaksiran yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah menggunakan metode menangkap-menandai-melepas-menangkap ulang (CMRR). Metode ini umum diterapkan pada jenis-jenis hewan yang mobile (bergerak). Metode MMM, merupakan metode yang sudah populer digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil. Metode ini dikenal ,juga sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya. Adapun cara menandai hewan bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang diteliti, habitatnya (daratan, perairan), lama periode pengamatan, dan tujuan studi. Namun, dalam cara apapun yang digunakan, perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut: 1. Tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau rusak selama periode pengamatan. 2. Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku aktivitas dan peluang hidup. 3. Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individuindividu lain didalam populasi. 4. Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu yang bertanda maupun tidak (Anonimus. 2008). b. tujuan mahasiswa diharapkan dapat menerapkan metode mengkap-menandai-menangkap kembali untuk memperkirakan kelimpahan populasi hewan.



CARA KERJA



Metode yang digunakan adalah Menangkap- Menandai- Menangkap kembali (MMM). Metode ini dilakukan pada berbagai jenis hewan dengan mobilitas aktif seperti belalang. Caranya : 1. Disediakan alat penangkap hewan dan alat penanda misalnya tipp ex. 2. Pada pagi hari (periode pencuplikan ke 1) dilakukan penangkapan sejumlah individu belalang selama 15 menit. Belalang yang diperoleh diberi tanda pada bagian dorsal. Dicatat jumlah individu belalang yang diperoleh. Dan dicatat pula bila ada yang luka atau mati. 3. Kemudian seluruh belalang yang telah ditandai dilepaskan ke tempat awal pencuplikan. 4. Setelah 10 menit, dilakukan pencuplikan kembali pada tempat pencuplikan awal selama 15 menit. Hal ini dilakukan agar memberikan peluang bagi belalang untuk dapat kembali berbaur dengan lingkungannya seperti biasa. 5. Dicatat hasil pencuplikan baik yang tertanda ataupun tidak tertanda. 6. Semua hasil pencuplikan setiap kelompok diisikan pada lembar data. Dan dihitung kelimpahannya.



HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel kelimpahan populasi Belalang Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8 Total



N 25 53,55 38,8 38 25,71 36 20,35 26 263,41



Var. N 35,71 2867,12 111,02 72,09 13,22 72 28,88



Berdasarkan hasil praktikum, kelimpahan populasi belalang yang dilakukan pada lingkungan sekitar Laboratorium PMIPA Universitas Riau menunjukkan hasil yang berbeda – beda antar kelompok. Hal itu berkaitan dengan berbagai faktor, seperti persebaran spesies belalang yang tidak merata pada lokasi pencuplikan antar kelompok, serta ketelitian praktikan dalam proses praktikum. Kelimpahan populasi dan jumlahnya di alam bergantung kepada keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu. Iklim, curah hujan dan faktor makanan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi



kelangsungan hidup serangga serta mempunyai pengaruh besar pada laju perkembangan populasi serangga (Maramis, 2005). Subahar (2004) menyatakan bahwa kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber makanan. Kelimpahan dan aktivitas reproduksi serangga di daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan makanan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi kelimpahan. Setiap ordo serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan musim dan iklim. Belalang merupakan hewan yang paling aktif di siang hari, tetapi juga makan di malam hari. Mereka tidak memiliki sarang atau wilayah dan beberapa spesies terus migrasi panjang untuk mencari pasokan makanan baru. Belalang merupakan predator bagi serangga lain seperti Lalat Buah, Jangkrik, Beetles, Ngengat dan Lebah. Namun, tidak jarang mengkonsumsi reptil kecil, burung dan bahkan mamalia kecil. Sebagian besar spesies yang soliter dan hanya berkumpul untuk kawin, tetapi spesies migrasi kadang-kadang berkumpul dalam kelompokkelompok besar jutaan atau bahkan miliaran. Perbedaan jumlah individu dan kelimpahan populasi pada setiap kelompok dengan lokasi pencuplikan yang berbeda, juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu adanya dorongan mencari makanan, menghindari predator, atau mungkin karena terbawa angin atau air. Tempat pencuplikan yang mencerminkan karakteristik habitat yang berbeda bagi setiap kelompok juga menunjukkan adanya perbedaan dalam faktor banyaknya predator, ketersediaan makanan, dll. Sehingga jumlah individu dan kelimpahan populasi belalang yang diperoleh setiap kelompok menjadi bervariasi. Faktor human error juga merupakan faktor yang menyebabkan adanya perbedaan pada hasil praktikum untuk setiap kelompok. Kesalahan praktikan dalam menjalani prosedur praktikum serta kurangnya ketelitian pada setiap anggota menjadi penyebab bervariasinya hasil praktikum yang didapatkan.



Jawaban Pertanyaan 1. Berdasarkan akumulasi data seluruh kelompok diperoleh kelimpahan total populasi belalang di kawasan sekitar laboratorium PMIPA UR sebesar 263,41. Pada percobaan ini kelimpahan populasi hewan terfokus pada jenis belalang saja. 2. Apabila ada spesies belalang yang ditandai pada pencuplikan pertama namun sama sekali tidak ada yang dijumpai pada pencuplikan kedua, hal itu menunjukkan bahwa kelimpahan populasi belalang dan mobilitasnya pada ekosistem tersebut sangat besar. Kelimpahan populasi yang sangat besar serta tingginya mobilitas, mengakibatkan sangat kecil kemungkinan belalang yang telah ditandai dapat tertangkap kembali pada pencuplikan kedua. Karena belalang yang telah ditandai, akan berbaur kembali dengan populasinya di alam saat dilepas untuk ditangkap kembali pada pencuplikan kedua.



3. Jika spesies belalang yang tidak tertangkap pada pencuplikan pertama, tetapi pada pencuplikan kedua ada yang tertangkap, berarti kelimpahan populasi belalang pada ekosistem tersebut cukup besar dengan mobilitas yang sedang. Hal ini juga bergantung kepada jumlah spesies yang tidak tertangkap pada cuplikan pertama, namun tertangkap pada cuplikan kedua, semakin besar jumlahnya, maka semakin besar pula kelimpahan populasi belalang dan mobilitas belalang pada ekosistem tersebut. 4. - Apabila terdapat spesies yang telah terluka dan mati pada saat pencuplikan pertama maka nilai N yang diperoleh tidak dapat digunakan sebagai acuan dalam menaksir kelimpahan populasi di alam. Hal tersebut dikarenakan adanya spesies yang mati dalam pencuplikan pertama, tidak mewakili beberapa persyaratan persyaratan dalam melakukan taksiran kelimpahan populasi dengan metode menangkap-menandai-menangkap kembali, yaitu hewan yang ditandai harus tercampur secara homogen dalam populasi serta tidak ada kelahiran atau kematian selama periode sampling (Odum, 1993). Jika terdapat spesies yang terluka pada pencuplikan pertama, maka spesies tersebut tidak dapat berbaur kembali dengan populasinya di alam. Sehingga peluang untuk tertangkap kembali spesies yang telah ditandai tersebut sangat besar. Selain itu, jika spesies tersebut mati pada pencuplikan pertama, maka spesies tersebut tidak dapat mewakili untuk dijadikan sampel dalam menaksir kelimpahan populasi, karena pada pencuplikan kedua, spesies yang telah mati tersebut bukan lagi anggota populasi. - Jika terdapat spesies yang secara tak sengaja terbunuh, baik yang bertanda ataupun tidak, pada pencuplikan kedua, maka harga N dapat dijadikan nilai taksiran kelimpahan populasinya. Hal itu dikarenakan spesies itu masih merupakan anggota populasi yang memenuhi syarat dalam menaksir kelimpahan populasi hewan dengan metode menangkapmenandai-menangkap kembali pada saat pencuplikan kedua dilakukan, namun secara tidak sengaja terluka atau terbunuh karena kurangnya ketelitian praktikan setelah menangkap kembali sampel yang digunakan. 5. Metode menangkap-menandai-menangkap kembali dapat digunakan pada sensus spesies hewan karena sampel yang digunakan representatif terhadap populasi spesies hewan tertentu secara keseluruhan jika telah memenuhi peryaratan. Odum (1993) menyatakan bahwa penerapan metode menangkap-menandai-menangkap kembali dengan persyaratan yang harus dipenuhi sebagai berikut : a. b. c. d. e. f.



Hewan yang ditandai tidak terpengaruh oleh tanda dan tanda tidak mudah hilang. Hewan yang ditandai harus tercampur secara homogen dalam populasi. Populasi harus dalam sistem tertutup (tidak ada migrasi atau migrasi dapat dihitung). Tidak ada kelahiran atau kematian selama periode sampling. Hewan yang ditangkap sekali atau lebih, tidak mempengaruhi hasil sampling selanjutnya. Populasi sampling secara random dengan asumsi semua kelompok umur dan jenis kelamin dapat ditangkap serta semua individu mempunyai kemampuan yang sama untuk ditangkap. g. Sampling dilakukan dengan interval waktu yang tetap.



KESIMPULAN Populasi diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk yang sama spesies (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik), yang mendiami suatu ruang khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu. Perbedaan jumlah individu dan kelimpahan populasi pada setiap kelompok dengan lokasi pencuplikan yang berbeda, juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu adanya dorongan mencari makanan, menghindari predator, atau mungkin karena terbawa angin atau air. Metode menangkap-menandai-menangkap kembali dapat digunakan pada sensus spesies hewan karena sampel yang digunakan representatif terhadap populasi spesies hewan dengan mobilitas yang tinggi. Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber makanannya. Kelimpahan populasi serangga di sekitar kawasan laboratorium PMIPA UR tergolong cukup besar . Pencuplikan kedua menunjukkan bahwa spesies yang tidak tertanda lebih banyak dijumpai dibandingkan yang tertanda.



DAFTAR PUSTAKA Odum, E. P. 1996. Dasar – Dasar Ekologi. Terjemahan oleh T. Samingan. Gadjah Mada Press. Yogyakarta Soegianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya. Heddy, Suwasono. 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali.Jakarta. Tarumingkeng, R. C. 1994. Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Subahar, T. 2004. Keanekaragaman Serangga pada Bentang Alam yang Berbeda di Kawasan Gunung Tangkuban Parahu. Konferensi Nasional Konservasi Serangga, Bogor 2007 Michael P. 1991. MetodeEekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press. Jakarta. Anonimus. 2008. Menaksir Kelimpahan Populasi Dengan Metode Menangkap-MenandaiMenangkap Kembali (MMM). www.indonesianbiodiversity.com. Diakses 3 Desember 2016