Laporan Ekologi Transek PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI “SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI DENGAN METODE TRANSEK DAN KUADRAN”



Oleh Kelompok 1 : Aditya Rico Armyandi



170210103012



Ina Zusdiana



170210103010



Ajeng Purwaningtyas



170210103017



Nur Lailin Najah



170210103024



Alivinda Aulia Safira Musyarofah



170210103031



Afridatul Rofi’ah



170210103043



Kelas A



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2019



2



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI ....................................................................................................................2 BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................3 1.1



Latar Belakang .................................................................................................3



1.2



Rumusan Masalah ............................................................................................3



1.3



Tujuan ...............................................................................................................3



BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................................9 3.1



Tempat dan Waktu Percobaan .......................................................................9



3.2



Alat dan bahan .................................................................................................9



3.3



Desain Percobaan ...........................................................................................10



3.4



Skema Alur Percobaan ..................................................................................11



BAB IV. HASIL PENGAMATAN ................................................................................13 4.1



Tabel Hasil Pengamatan ................................................................................13



4.2



Tabel Banyaknya Vegetasi.............................................................................14



BAB V. PEMBAHASAN ...............................................................................................18 BAB VI. PENUTUP .......................................................................................................24 6.1



Kesimpulan .....................................................................................................24



6.2



Saran ...............................................................................................................24



DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................25 LAMPIRAN ...................................................................................................................26



2



3



BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vegetasi atau komunitas tumbuhan yaitu salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain yang biasanya merujuk pada komposisi spesies dalam skala yang lebih luas. Vegetasi juga memepengaruhi keseimbangan ekosistem. Hal ini karena vegetasi dalam ekosistem memegang peran penting dalam interaksi yang terdapat dalam ekosistem. Vegetasi dalam suatu ekosistem tidak selamanya seimbang. Ada beberapa ekosistem yang vegetasinya lebih banyak rumput daripada pohon perdu, begitupun sebaliknya. Analisis ekosistem yang vegetasinya terdiri dari lebih banyak rumput dari pada pohon perdu dapat dilakukan dengan cara metode transek (jalur). Metode transek (jalur) dirasa lebih praktis serta tidak memerlukan banyak waktu dibandingkan dengan metode plot. Analisis ekosistem yang dominan vegetasinya tingkat pohon metode yang digunakan adalah metode kuadran. Metode kuadran dirasa lebih mudah, dan tidak membutuhkan waktu lama untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon, serta menkasir volumenya. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana cara melakukan teknik sampling tumbuhan dengan menggunakan metode transek dan metode kuadaran? 1.2.2



Bagaimana cara meng Analisis vegetasi menggunakan metode kuadran pada praktikum kali hasil sampling?



1.3 Tujuan 1.3.1 Memberikan pengetahuan tentang teknik sampling tumbuhan dengan menggunakan metode transek dan metode kuadran. 1.3.2



Melakukan analisis data vegetasi dari hasil sampling.



3



4



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA



Vegetasi yaitu kumpulan tumbuhan yang terdiri beberapa jenis yang hidup bersama-sama dalam suatu tempat yang mengakibatkan adanya interaksi antar sesama individu penyusun vegetasi sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi digolongkan berdasarkan spesies atau bentuk kehidupan yang dominan, unit penyusunnya dan kekhasan yang fungsional serta unit-unit penyusunnya, gambaran vegetasi dari keadaaan unit penyusun dapat dinyatakan dengan variabel berupa kerapatan, penutupan dan frekuensi. Analisis vegetasi dilakukan dengan membagi



kedalam



tingkat



tumbuhannya



berdasarkan



kriterianya yaitu, semai dimana anakan pohon dengan ketinggian tidak lebih dari 1,5 m, pancang yaitu merupakan semai yang telah tumbuh dengan ketinggian lebih dari 1,5 m dan diameter batang kurang dari 10 cm, tiang yaitu tumbuhan berkayu dengan diameter batang antara 10 cm- 20cm , dan pohon dimana tumbuhan berkayu dengan diameter batang lebih dari 20 cm (Hasyimuddin, 2016:22). Tujuan adanya analisis vegetasi yaitu untuk mengetahui komposisi jenis suatu tumbuhan dan menetapkan jenis yang lebih dominan dalam suatu tempat tersebut. hal tersebut biasanya digunakan dalam hal perencanaan contohnya dalam memilih herbisida. Selain itu untuk mengetahui kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi, agar dapat membandingkan terdapat perubahan komposisi vegetasi sebelum dengan sesudah dilakukan pengendalian dengan cara tertentu. Langkahnya analisis vegetasi terdiri dari pengamatan pendahuluan , menepkan sampling dan melakukan sampling (Wahyudi et al., 2008:173). Potensi sumber daya menggunakan penelitian kuantitatif dimana menganalisis



vegetasi,



juga



menggunakan



penelitian



kualitatif



melalui



penggunaan metode. Tujuan dilaksanakan analisis data yaitu untuk mengetahui tingkat keanekaragaman spesies, struktur populasi dan fungsi ekologis. Metode yang biasanya digunakan untuk menganalisis vegetasi menggunakan metode kombinasi dimaan salah satunya yaitu metode transek. Transek dengan cara



4



5



membuat tiga jalur, sehingga metode transek itu sendiri adalah pengambilan data atau sampel sepanjang garis lurus. Kecuali pada kondisi jurang, lembah, sungai dan lainnya, data tersebut mampu berkelok-kelok menghindari kendala tersebut sehingga ketentuan tersebut tidak berlaku secara kaku (Adhan et al.,2017: 190). Metode transek terdiri dari transek sabuk maupun trabsek garis dimana semuanya memerlukan menentukan titik atau plot awal. Transek sabuk yaitu yang biasanya digunakan untuk menaksir dalam komunitas, sedangkan transek garis yaitu yang biasanya digunajan untuk vegetasi semak dan rumput sehingga untuk mengetahui nilai penting dalam suatu vegetasi menggunakan rumus Muelle dan Dumbois Ellenberg 1978 dimana menentukan kerapatan, kerapatan relatif, luas penutupan, frekuensi,frekuensi relatif, luas penutupan relatif dan nilai penting (Hariyanto, 2008:156) Transek linier dengan panjang tertentu, digunakan secara acak di dalam lokasi penelitian, dengan penghitungan terletak secara berkala di sepanjang garis transek. Panjang transek dan jarak hitungan sangat fleksibel, tergantung pada tujuan penelitian. Sebagai contoh, sebuah studi tentang kekayaan spesies di atas kedalaman dapat menggunakan transek vertikal di lereng terumbu, dengan penghitungan batimetri daripada interval jarak. Panjang transek akan bervariasi tergantung pada profil terumbu, seperti juga jarak linear antar penghitungan, tetapi prinsip survei tetap sama (Roberts et al., 2016). Metode kuadran atau poin-centered Quarter Method yaitu salah satu metode jarak, yang menggunakan petak contoh (plottes) yang digunakan dalam analisis vegetasi tingkat pohon atau tiang (pole) yang memiliki syarat dalam menggunakan metode tersebut dimana distribusi pohon atau tiang yang dianalisis harus acak tidak mengelompok atau sama (seragam). Parameter yang biasanya digunakan yaitu kerapatan, frekuensi dan dominansi, pengukuran jarak dilakukan dari titik pusat ke pohon terdekat dalam tiap kuadran sehingga setiap titik sapling dihasilkan empat kuadran (pengukuran). Menggunakan metode tersebut dimulai dengan menentukan titik pusat terlebih dahulu dan menentukan arah menggunakan kompas untuk membuat transek sehingga mampu menentukan pohon yang terdekat dari titik pusat, kemudian mengukur jarak pohon ke titik



5



6



pusat dengan 10 meetr dan diameter pohon diukur setinggi orang yang paling tinggi, dan analisis vegetasi menggunakan hasil sampling yang telah diperoleh (Munawwaroh, 2016). Metode Quarter-Centered Quarter adalah prosedur pengukuran struktur komunitas tanaman. Teknik ini didasarkan pada pengukuran jarak empat tanaman atau pohon di setiap kuartal yang dibuat oleh empat ruang dalam studi lapangan pengambilan sampel garis silang. empat perempat ditetapkan pada titik pengambilan sampel melalui persilangan yang dibentuk oleh dua garis; di mana satu baris adalah arah kompas dan baris kedua berjalan tegak lurus terhadap arah kompas melalui titik pengambilan sampel. Garis - silang ini dapat juga dibuat secara acak dengan memutar persilangan dari titik pengambilan sampel aech. Jarak ke titik tengah pohon terdekat atau dalam hal ini, liang, dari pengambilan sampel diukur pada setiap kuartal (Marisa, 2015). Metode kuadran atau P-CQM (Point Centered Quarter Methode) juga mampu digunakan untuk penelitian hutan yanng kerapatan lebat. Tumbuhan yang terdapat dalam setiap kuadran didata nama spesies, diameter pohon, dan tinggi pohon setiap kuadran. Setelah perhitungan data selesai, maka akan menganalisis data hasil sampling terkait kerapatan (densitas), kerapatan seluruh spesie per hektar (K), dan komposisi jenis, dan menggunakan diameter pohon dari keempat pohon yang diukur untuk mengetahui basal area suatu spesies (Baderan et al., 2015). Memperkirakan kepadatan burung terbang sangat bermasalah karena mereka bergerak dengan kecepatan jauh melebihi platform survei, yang dapat mengakibatkan estimasi kepadatan yang berlebihan. Burung terbang dapat dilakukan dengan cara penghitungan titik melingkar tanpa pengukuran jarak, analog dengan transek strip atau sebagai transek garis termasuk pengukuran jarak tegak lurus. Metode alternatif untuk penghitungan titik, foto, atau transek garis untuk burung di atas air adalah dengan melakukan seluruh survei menggunakan teknik transek titik, di mana pengamat mengukur jarak radial untuk setiap burung yang terdeteksi. Transek titik umumnya digunakan untuk mensurvei taksa burung lain (khususnya burung darat) tetapi hanya mendapat sedikit perhatian untuk



6



7



burung di laut. Konsekuensi menggunakan transek garis versus transek titik untuk perkiraan kepadatan burung laut belum diselidiki, tetapi dapat menghasilkan metodologi yang lebih baik untuk survei burung laut di laut (Bolduc et al., 2017). merupakan kombinasi transek dan modified wittacker plot (Surma et al., 2008 : 190). Pada metode terbaru diperkenalkan grafik dengan ukuran sampel variabel (VSS) secara independen, dan mempelajari properti dan kinerja. Sementara itu, diusulkan metodologi sederhana dan menarik (metode Normal Sampling Interval (NSI)) pada fungsi kepadatan variabel normal standar untuk mendapatkan yang berbeda interval pengambilan sampel, dan sifat statistiknya dan membandingkan dengan metode pengambilan sampel adaptif lainnya (Dias dan Infante, 2008). Penjelasan pertama adalah model pengambilan sampel, terdapat pendapat bahwa hubungan yang diamati adalah artefak pengambilan sampel dan tidak memerlukan penjelasan biologis. Spesies langka lebih sulit ditemukan daripada yang umum spesies, dan dengan demikian jika studi biologi yang sesuai tidak dilakukan dengan hati-hati, seseorang akan secara otomatis mengamati pola yang terlihat. Penjelasan ini sulit untuk dievaluasi karena masalah penghitungan organisme langka. Namun, itu tidak bisa menjadi penjelasan untuk pola ini pada burung, kupu-kupu, dan mamalia, dan tumbuhan yang telah disampel dan dipelajari dengan sangat baik (Krebs, 2014: 116). Padang rumput atau ladang tua juga merupakan tempat yang baik untuk memulai studi ekologi. Prosedur pengambilan sampel yang berbeda, tentu saja akan digunakan untuk menginventarisir komunitas biotik. Total atau produktivitas kotor lebih sulit untuk diukur dalam lingkungan terestrial karena masalah termal yang disebabkan oleh vegetasi, dan kesulitan yang lebih besar adalah mengukur pertukaran gas di media udara (karbon dioksida daripada pertukaran oksigen). Namun, estimasi bersih produksi dapat dibuat di komunitas herba dengan memanen, menimbang, dan menjumlahkan bahan tanaman hidup yang diproduksi dan bahan mati (serasah atau detritus) menumpuk selama pertumbuhan musim. Tanaman terestrial, berbeda dengan fitoplankton yang menyimpan atau mengakumulasi energi dalam periode waktu yang lebih lama terkait dengan waktu



7



8



pergantian biomassa produsen, waktu dan jumlah konsumsi oleh hewan. (Odum, 1963: 35).



8



9



BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan ini dilakukan pada hari Rabu, 25 September 2019. Daerah pengamatan analisis vegetasi dilakukan di kebun Biologi Gedung 3, FKIP UNEJ dan halaman belakang Balai Penelitian Universitas Jember.



3.2 Alat dan bahan 3.1.1 Alat -



Patok kayu atau bambu



-



Tali rafia atau tali plastik



-



Pisau besar



-



Pasak



-



Palu



-



Gunting



-



Meteran panjang



-



Penggaris



-



Lux meter



-



Soil meter



-



Anemometer



-



Higrometer



-



Kamera



-



Kompas lapangan



3.1.2 Bahan -



Bambu atau kayu



-



Buku identifikasi



9



10



3.3 Desain Percobaan



10



11



3.4 Skema Alur Percobaan 3.4.1



Sampling dengan menggunakan metode transek (line transect) Melakukan pengamatan analisis vegetasi di daerah kebun Biologi Gedung 3 FKIP UNEJ



Menarik garis transek sepanjang 10 meter dengan menggunakan tali rafia, kemudian membuat segmen dengan panjang tiap segmen satu meter.



Melakukan pengamatan terhadap tumbuhan tiap segmennya.



Menghitung panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen tersebut.



Menganalisis vegetasi dengan menghitung kepadatan, kepadatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, panjang penutupan, panjang penutupan relatif dan nilai 3.4.2



penting. Sampling dengan menggunakan metode kuadran Menarik garis transek dengan menggunakan tali rafia sepanjang 50 m, menentukan titik pada garis tersebut setiap 10 m.



11



12



Memandang tiap titik sebagai pusat dari arah kompas. Dari titik tersebut didapat empat kuadran.



Melakukan pengamatan pada masing-masing kuadran dengan mencatat jenis pohon, luas penutupan, dan jarak antara pohon terdekat dengan pusat kuadran.



12



13



BAB IV. HASIL PENGAMATAN



4.1 Tabel Hasil Pengamatan Plot Jenis Juml Ke



Tumbuhan



1.



RUMPUT



D



RD



F



RF



C



RC



IV



4



0.42



0.9



0.27



0.257



0.468



1.158



16



1.6



0.17



0.7



0.21



0.1555



0.283



0.663



13



1.3



0.13



0.6



0.18



0.0525



0.095



0.405



6



0.6



0.06



0.3



0.09



0.018



0.032



0.182



1



0.1



0.01



0.1



0.03



0.0055



0.010



0.05



3



0.3



0.03



0.2



0.06



0.023



0.041



0.131



8



0.8



0.08



0.1



0.03



0.015



0.027



0.137



1



0.1



0.01



0.1



0.03



0.016



0.029



0.069



4



0.4



0.04



0.1



0.03



0.024



0.043



0.113



ah A 40



(A)



2.



TAPAK LIMAN (B)



3.



PEGAGAN (C)



4.



TUMBUHAN D(D)



5.



TUMBUHAN E(E)



6.



RUMPUT B(F)



7.



RUMPUT D(G)



8.



RUMPUT C(H)



9.



RUMPUT F(I)



13



14



10.



RUMPUT



2



0.2



0.02



0.2



0.06



0.003



0.005



E(J) 4.2 Tabel Banyaknya Vegetasi SEGMEN JENIS LUAS KETUMBUHAN PENUTUP 1. Rumput A 9 Rumput A 5 Rumput A 4,5 Rumput A 5 Tapak liman 7



2.



3.



TINGGI



JUMLAH



9 6 7 3 5



4



Tapak liman



15



22



Tapak liman



6



2



Tapak liman



4



6



Pegagan Tanaman D Rumput A



2 2 11



4 4,5 7



Rumput A



7



3



Tapak liman



8



6



Tapak liman



13



23



Tapak liman



11



17



Tapak liman



14



18



Tapak liman



7



4



Pegagan Rumput A



2 18



3 13,5



Rumput A



9



10



Rumput A



14



22



Rumput A



15



17



Tapak liman



6



7,2



14



4



1 1 2



5



1 1



2



0.085



15



4.



5.



6.



7.



8.



Tapak liman



13,5



7



Tumbuhan E Pegagan Rumput B Rumput B Rumput A Rumput A Rumput C Tapak Liman Tapak Liman Rumput A



5,5 8 5 4 4 2 16 3 7 5



25 9,5 10 9 7 10 9 9 25 7



Rumput A



4



6



Rumput A



6



7



Rumput A



5



5



Pegagan Pegagan Pegagan Pegagan Pegagan Pegagan



5 2 6 7 1 2



7 6 2 4 1 4



2



Rumput D Rumput D Rumput A Rumput A Rumput A Rumput A Rumput A Rumput A Pegagan



1 1 2 3 3 2 3 2 1,5



3 2 6 7 10 6,5 7 16 1



2



Pegagan



1



1



Tanaman D Tanaman E Rumput A Rumput A



1 2 3 5



1 9 6,5 6



15



1 1 2 2 1 1 1 4



4



6



2



1 1 8



16



9.



10.



Rumput A Rumput A Rumput A Rumput A Rumput A Rumput A Pegagan Pegagan Rumput B Tanaman D Tanaman D Tanaman D Tanaman D Rumput A



10,5 13 5,5 2,5 1 3 7 8 14 6,5 2 3,5 3 3



8 11 7 4 3 7,5 4,3 5 13 8 4 4,5 4 9



Rumput A



5



15



Rumput A



2



5



Rumput A



6



9



Rumput D Tapak liman Tapak liman Rumput D



1 9 10 2



3 25 23 3



Rumput D



2



1



Rumput D



2



6



Rumput D



2



3



Rumput D



3



4



Rumput A



7



7



Rumput A



16



8



Rumput A



7



6



Rumput A



8



5



Rumput A



9



13



16



2 1 4



4



1 2 5



6



17



Rumput A



17



13



Rumput E Tapak Liman Rumput F



1 22 8 5 6 5



30 23 7,5 14 11 11



17



1 1 4



18



BAB V. PEMBAHASAN Transek adalah jalur sempit melintang lahan. Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan dengan metode transek dan kuadran. Metode transek terdapat 2 macam metode yaitu metode transek dan kuadran. 1. Belt transect (transek sabuk), merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan. Panjang transek tergantung tujuan penelitian, setiap segmen dipelajari vegetasinya. 2. Line transect merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis yang dilalui. Cara transek dilakukan di kebun Biologi gedung 3, FKIP UNEJ. Gunakan tali rafia atau tali plastik, tarik garis transek sepanjang 10 meter, kemudian buat segmen dengan panjang tiap segmen 1 meter. Lakukan pengamatan terhadap tumbuhan tiap segmennya. Hitung panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen tersebut. Analisis vegetasi dengan menghitung kepadatan, kepadatan relatif, dan lainnya dengan formula di buku. Sedangkan cara metode kuadran yaitu menentukan pohon pusat lalu membagi menjadi 4 kuadran yang diukur dengan kompas. Memilih salah satu pohon di semua kudran dan menghitung tinggi pohon dan luas penutupannya. Kelebihan metode belt transect yaitu pencatatan jumlah individu lebih teliti dan data yang diperoleh mempunyai akurasi yang cukup tinggi dan dapat menggambarkan struktur suatu populasi. Adapun kekurangan metode belt transect yaitu membutuhkan keahlian untuk mengidentifikasi suatu populasi secara langsung dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Kelebihan dari metode line trnsect adalah bisa mendapatkan akurasi data yang baik, data yang diperoleh lebih banyak, penyajian struktur komunitas seperti persentase tutupan, kekayaan jenis, dominasi, frekuensi kehadiran, ukuran, keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih menyeluruh. Sedangkan kekurangan metode line transect yaitu membutuhkan tenaga peneliti yang banyak, survey membuuhkan waktu yang lama, dan dituntut keahlian peneliti dalam mengidentifikasi vegatasi.



18



19



Metode line transek untuk mencatat data dan beberapa jenis tumbuhan. Wilayah yang dijadikan sampling dibagi menjadi beberapa jalur dengan jarak tiap jalur yang telah ditentukan sbelumnya. Garis transek pada wilayah sensus biasanya dipetakan dalam peta topografi. Metode line intersept biasa digunakan oleh para ahli ekologi tanaman untuk mempelajari komunitas padang rumput. Metode intersept ini terlebih dahulu menentukan dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, atau 100 m. tebal garis transek biasanya 1 cm. Garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya biasanya 1m, 5m, atau 10m. Pengamatan pada tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat, menghitung dan mengukur panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen tersebut. Cara mengukur panjang penutupan adalah memproyeksikan tegak lurus bagian basal dan aerial coverage yang terpotong garis transek ke tanah. Luas penutupan merupakan proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh suatu spesies dengan luas total habitat. Dalam mengukur luas penutupan ini dapat dilakukan dengan cara mengukur luas penutupan tajuk (aerial coverage) atau luas penutupan batang (basal coverage). Pengukuran penutupan tajuk dengan cara mengukur luas tajuk setelah diproyeksikan tegak lurus ke tanah. Basal coverage dilakukan dengan mengukur luas batang yang diukur 1,3 meter di atas tanah (setinggi dada), dan cocok diterapkan untuk tumbuhan tingkat pohon. Hasil pengamatan praktikum sampling dan analisis vegetasi dengan metode transek terdapat 10 jenis tumbuhan yang ditemukan sepanjang metode transek. Tumbuhan-tumbuhan tersebut antara lain, rumput A yang dimisalkan A, tapak liman yang dimisalkan B, pegagan yang dimisalkan dengan C, tumbuhan D dimisalkan dengan D, tumbuhan E dimisalkan dengan E, rumput B dimisalkan dengan F, rumput D dimisalkan dengan G, rumput C dimisalkan dengan H, rumput F dimisalkan dengan I, rumput E dimisalkan dengan J. Data hasil pengamatan menunjukkan jumlah rumput A sebanyak 40, kepadatan rumput A sebesar 4/m, dengan kepadatan relatif 0,42/m, frekuensi



19



20



rumput A sebesar 0,9 dengan frekuensi relatif sebesar 0,27, panjang penutupnya adalah 0,275/m dengan panjang penutup relatinya 0,468 dan nilai penting yang didapat sebesar 1,158. Data hasil pengamatan menunjukkan jumlah tapak liman sebanyak 16, kepadatan tapak liman sebesar 1,6/m, dengan kepadatan relatif 0,17/m, frekuensi tapak liman sebesar 0,7 dengan frekuensi relatif sebesar 0,21, panjang penutupnya adalah 0,1555/m dengan panjang penutup relatinya 0,283 dan nilai penting yang didapat sebesar 0,663. Data hasil pengamatan menunjukkan jumlah pegagan sebanyak 13, kepadatan pegagan sebesar 1,3/m, dengan kepadatan relatif 0,13/m, frekuensi pegagan sebesar 0,6 dengan frekuensi relatif sebesar 0,18, panjang penutupnya adalah 0,0525/m dengan panjang penutup relatinya 0,095 dan nilai penting yang didapat sebesar 0,405. Data hasil pengamatan menunjukkan jumlah tumbuhan D sebanyak 6, kepadatan tumbuhan D sebesar 0,6/m, dengan kepadatan relatif 0,06/m, frekuensi tanaman D sebesar 0,3 dengan frekuensi relatif sebesar 0,09, panjang penutupnya adalah 0,018/m dengan panjang penutup relatinya 0,032/m dan nilai penting yang didapat sebesar 0,182. Data hasil pengamatan menunjukkan jumlah tumbuhan E sebanyak 1, kepadatan tumbuhan E sebesar 0,1/m, dengan kepadatan relatif 0,01/m, frekuensi tumbuhan E sebesar 0,1 dengan frekuensi relatif sebesar 0,03, panjang penutupnya adalah 0,005/m dengan panjang penutup relatinya 0,010/m dan nilai penting yang didapat sebesar 0,05. Data hasil pengamatan menunjukkan jumlah rumput B sebanyak 3, kepadatan rumput B sebesar 0,3/m, dengan kepadatan relatif 0,03/m, frekuensi rumput B sebesar 0,2 dengan frekuensi relatif sebesar 0,06, panjang penutupnya adalah 0,23/m dengan panjang penutup relatinya 0,041/m dan nilai penting yang didapat sebesar 0,131. Data hasil pengamatan menunjukkan jumlah rumput C sebanyak 1, kepadatan rumput C sebesar 0,1/m, dengan kepadatan relatif 0,01/m, frekuensi rumput C sebesar 0,1 dengan frekuensi relatif sebesar 0,03, panjang penutupnya adalah 0,016/m dengan panjang penutup relatinya 0,029/m dan nilai penting yang didapat sebesar 0,069. Data hasil pengamatan menunjukkan jumlah rumput F sebanyak 4, kepadatan rumput F sebesar 0,4/m, dengan kepadatan relatif 0,04/m, frekuensi rumput B sebesar 0,1 dengan frekuensi relatif sebesar 0,03, panjang penutupnya adalah 0,024/m dengan



20



21



panjang penutup relatinya 0,043/m dan nilai penting yang didapat sebesar 0,113. Data hasil pengamatan menunjukkan jumlah rumput E sebanyak 2, kepadatan rumput E sebesar 0,2/m, dengan kepadatan relatif 0,02/m, frekuensi rumput E sebesar 0,2 dengan frekuensi relatif sebesar 0,06, panjang penutupnya adalah 0,03/m dengan panjang penutup relatinya 0,005/m dan nilai penting yang didapat sebesar 0,085. Hasil data diatas menunjukkan bahwa spesies yang dominan atau yang paling sering ditemukan pada panjang garis transek adalah rumput A. Hal ini dapat dibuktikan dengan jumlah kepadatan, frekuensi serta nilai penting pada rumput A memiliki angka yang terbesar. Spesies yang jarang ditemukan pada panjang garis transek adalah tumbuhan E dan rumput C. Hal ini karena jumlah, hasil kepadatan, frekuensi, dan nilai penting dari kedua tumbuhan tersebut angkanya yang paling kecil. Semakin besar nilai penting yang didapat maka semakin dominan pula tumbuhan tersebut dalam suatu ekosistem. Panjang penutupan tidak menetukan dominan atau tidaknya suatu spesies yang ditemukan dalam suatu ekosistem. Analisis vegetasi menggunakan metode kuadran pada praktikum kali ini yang terdiri dari 4 kuadran dimana setiap kuadran memiliki panjang jarak yang berbeda-beda terhadap titik pusat kuadran, dalam masing-masing kuadran hanya memilih satu jenis dari vegetasi pohon dengan menggunakan kompas sebagai acuan membuat sudut derajat dari titik pusat ke vegetasi pohon yang dipilih. Usahakan memilih pohon yang terdekat dengan titik pusat kuadran sehingga dengan adanya pemilihan vegetasi pohon yang dekat dengan titik pusat tidak terlihat adanya suatu vegetasi pohon meskipun boleh mencari pohon dengan jarak yang jauh tetapi tetap dalam suatu satu kuadran. Titik pusat yaitu titik yang membatasi garis kuadran setiap jarak 10 m. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dengan skala 1 : 80 pada kuadran 1 yang didapatkan spesies tanaman Mahoni (Swietenia mahagoni) pada jarak 9,2 meter dari titik pusat dengan arah sudut 410 panjang penutupan 7,2 meter dan memiliki tinggi 18 meter, kuadran 2 yang didapatkan spesies yang sama tanaman Mahoni (Swietenia mahagoni) pada jarak 3,9 meter dari titik pusat dengan arah sudut 1000 panjang penutupan 8,2 meter dan memiliki tinggi 12 meter, kuadran 3 yang didapatkan spesies yang sama tanaman Mahoni (Swietenia mahagoni) pada



21



22



jarak 5,3 meter dari titik pusat dengan arah sudut 2300 panjang penutupan 8,8 meter dan memiliki tinggi 10,5 meter, kuadran 4 yang didapatkan spesies yang sama tanaman Mahoni (Swietenia mahagoni) pada jarak 9,2 meter dari titik pusat dengan arah sudut 3100 panjang penutupan 6,25 meter dan memiliki tinggi 10,5 meter. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh bahwa frekuensi terbesar yaitu 1 yang menunjukkan kehadiaran yang lebih tinggi di setiap kuadran dibandingkan spesies yang lainnya. Kepadatan seluruh jenis pada suatu vegetasi dengan nilai 0,36/m2 yaitu mahoni sehingga menunjukkan bahwa mahoni memiliki kerapatan yang lebih tinggi daripada spesies yang lainnya. Panjang penutupan dengan nilai 16,64 m2 sehingga panjang penutupan relatifnya dengan nilai 1 m2 yang menunjukkan memiliki panjang penutupan tajuknya paling besar daripada spesies yang lainnya, dan frekuensi suatu jenis dengan nilai terbesar 1 sama halnya dengan frekuensi relatif suatu jenis yaitu 1 yang menunjukkan hanya terdapat satu jenis vegetasi tumbuhan yaitu Mahoni (Swietenia mahagoni) dari keempat kuadran tersebut. Sedangkan nilai penting yang diperoleh adalah 3 yang menunjukkan dominasi suatu spesies dalam komunitas yaitu mahoni (Swietenia mahagoni) dimana nilai penting memiliki nilai berkisar 0-3 (300%). Sehingga lokasi sampling tersebut memiliki komunitas yang sama dan vegetasi penyusun masing-masing kuadran yang sama, keempat kuadran tersebut yang mendominasi adalah tumbuhan mahoni (Swietenia mahagoni) . Factor abiotic juga mempengaruhi vegetasi yang ada pada ekosistem. Pertama, Radiasi cahaya matahari menyediakan energi energi bebas yang dibutuhkan tanaman untuk berfotosintesis. Radiasi mempunyai efek fotokimia dan panas pada tumbuhan. Foton (partikel dasar radiasi elektromagnet) dari cahaya dengan panjang gelombang 400-700nm dapat menyebabkan reaksi fotokimia pada fotosintesis. Foton dari cahaya juga dapat menyebabkan fotokimia dalam molekul berubah karena perubahan perkembangan pada tumbuhan. Perkembangan tanaman dipengaruhi oleh panjang hari dari kualitas cahaya. Efek panas dari cahaya pada tumbuhan tergantung pada besar energi cahaya dan keseimbangan energi. Kedua, Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap organisme hidup. Berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan, sedangkan peran tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Ketiga, Air adalah faktor lingkungan yang penting, semua organisme hidup memerlukan air. Air merupakan komponen utama tanaman hijau, yang merupakan 90% dari berat segar. Sebagian besar air dikandung dalam isi sel (8590%), yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia. Bagi tumbuhan air adalah penting karena dapat mempengaruhi kehidupannya. Bahkan 22



23



air sebagai bagian dari faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perubahan struktur dan organ tumbuhan. Keempat, Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar-akar didalam tanah, retensi air, drainase, aerasi, nutrisi tanaman, serta mempengaruhi sifat-sifat kimia dan biologi tanah. Beberapa sifat fisika tanah yang terpenting adalah tekstur, struktur, prioritas dan konsistensi. Tanah yang bertekstur sedang merupakan yang terbaik. Jika teksturnya terlalu halus memegang terlalu banyak air, sehingga udara tanahnya tidak kebagian ruang pori lagi dan akibatnya tanaman malah mengalami defisiensi air. Lalu tanaman akan menjadi terlalu lemah untuk menyerap air dan unsur hara yang tersedia.



23



24



BAB VI. PENUTUP 6.1 Kesimpulan 6.1.1



Teknik sampling tumbuhan dengan metode transek (jalur) dilakukan untuk menganalisis ekosistem yang vegetasi dominannya rumput. Langkah kerja metode transek adalah dengan membentangkan tali rafia sepanjang 10m, kemudian membaginya menjadi 10 segmen dengan panjang masing-masing segmennya adalah 1m. Perhitungan vegetasi dilakukan dengan menghitung tumbuhan yang dilewati oleh garis transek. Teknik sampling tumbuhan dengan metode kuadran dilakukan untuk menganalisis ekosistem yang vegetasi dominannya tingkat pohon. Langkah kerja metode kuadran dengan menentukan 1 pohon sebgai pusat, lalu dari pohon tersebut membidik sudut 0 0, 900,1800, 2700 hingga didapat 4 kuadran. Tiap kuadran pilih satu pohon kemudian dihitung sudutnya, ketinggian pohon, serta luas penutupan pohon. 6.1.2 Analisis data hasil sampling untuk metode transek dilakukan dengan perhitungan kepadatan spesies, relatif kepadatan, frekuensi, relatif frekuensi, panjang penutupan, panjang penutupan relatif, serta nilai penting vegetasi yang ditemukan dalam satu garis transek sepanjang 10 meter. Analisis data hasil sampling untuk metode kuadran dengan perhitungan harak pohon rata-rata, kepadatan seluruh jenis, kepadatan relatif, kepadatan mutlak sutu jenis, luas penutupan suatu jenis, luas penutupan relatif suatu jenis, frekuensi sutu jenis, frekuensi relatif suatu jenis, dan nilai penting suatu jenis dalam satu 1 area yang dibagi menjadi 4 kuadran dengan menentukan sudut-sudutnya berdasarkan kompas. 6.2 Saran Sebaiknya menggunakan alat-alat yang memiliki skala agar kesalahan paralaks dapat diminimalisir dan bimbingan asisten sangat diperlukan. Sebaiknya ketika praktikum lebih memeperhatikan estimasi waktu, agar waktu selesainya praktikum tidak terlalu lama dan sesuai jadwal.



24



25



DAFTAR PUSTAKA



Adnan, H., D. Tadjudin, E.L. Yuliani, H. Komarudin, D. Lopulalan, L. Yuliana, Siagian, D.W. Munggoro. 2008. Belajar Dari Bungo Mengelola Sumberdaya Alam di Era Desentralisasi. Bogor: Center For International Forestry Research (CFOR). Baderan, D.W.K., S. Rahim, M.S. Hasanudin. 2015. Kerapatan dan Komposisi Hutan Mangrove di Wilayah Desa Torosiaje Kabupaten Puhuwato Provinsi Gorontalo. Jurnal Biologi. 8(10): 299-305. Bolduc, F. dan D. A. Fifield. 2017. Seabirds At-Sea Surveys: The Line-Transect Method Outperforms the Point-Transect Alternative. The Open Ornitology Journal. 10 (1) : 42-52. Hariyanto, S., B. Irawan, T. Soedarti. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Airlangga University Press. Hasyimuddin. 2016. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makasar: Universitas



Islam



Negeri Alauddin Makassar. Marisa, H. 2015. Application of Point-Centered Quarter Method for Measurement



The



Beach Crab (Ocypode spp) Density. Biovalentia. 1 (1) : 1-6. Munawwaroh, Anita. 2016. Penerapan Analisis Vegetasi di Hutan Mbeji Daerah Wonosalam



Jombang. Jurnal Pedagogra. 5(1): 103-110.



Roberts, T. E., T. C. Bridge, M. J. Caley, dan A. H. Baird. 2016. The Point Count Transect Method for Estimates of Biodiversity on Coral Reefs: Improving



the Sampling of



Rare Species. https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0152335 (Diakses pada 1 Oktober 2019). Wahyudi, T., T.R. Panggabean, Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hili. Depok: Swadaya.



25



KAKAO



26



LAMPIRAN



Segmen ke



Gambar segmen



1



2



3



4



26



27



5



6



7



8



9



27



28



10



Kuadran ke



Gambar kuadran



1



2



28



29



3



4



29



30



30



31



31



32



32



33



33