Laporan Fisika Dasar Viskositas Zat Cair [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Lily
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR β€œVISKOSITAS ZAT CAIR” Disusun Oleh:



Nama



: Nur Laily Hardjati



NIM



: 17101105032



Program Studi



: Farmasi



Kelompok



: 2A



Tanggal : ACC



:



Dosen/Asisten



LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017



VISKOSITAS ZAT CAIR



II.



TUJUAN PERCOBAAN 1. Mahasiswa mampu menjelaskan adanya gesekan yang dialami benda yang bergerak di dalam fluida. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan perilaku fluida kental. 3. Mahasiswa mampu menentukan koefisien kekentalan (viskositas) fluida kental. 4. Mahasiswa mampu menerapkan dan menginterpretasi data yang diperoleh kedalam grafik.



III.



ALAT DAN BAHAN



1. Tabung panjang (gelas ukur 1000ml) 2. Fluida Kental (Oli, Gliserin) 3. Bola-bola kecil 4. Mikrometer sekrup 5. Stopwatch 6. Sendok saringan 7. Aerometer



IV.



TEORI DASAR Setiap benda yang bergerak dalam fluida akan mendapat gaya gesek (gaya viskos) dan gaya archimedes yang disebabkan oleh viskositas fluida. Gaya gesek tersebut sebanding dengan kecepatan relatif benda dalam fluida. Khusus untuk benda yang berbentuk bola dan bergerak dalam fluida homogen akan mengalami gaya menurut hukum stokes sebagai berikut : 𝐹 = 6πœ‹πœ‚π‘…π‘£



dengan : πœ‚ = koefisien kekentalan 𝑅 = jari-jari bola v = kecepatan relatif gerak bola dalam fluida



Pemakaian hukum stokes diatas harus memenuhi syarat sebagai berikut : a



Ruang tempat fluida tak sebatas (ukurannya cukup besar dibanding bendanya)



b Tidak terjadi turbulensi didalam fluida (kecepatan bola tidak boleh terlalu besar)



Jika bola tadi mempunyai massa jenis dilepaskan tanpa kecepatan awal di atas permukaan fluida kental, maka bola tersebut bergerak kebawah dengan kecepatan konstan. Kecepatan konstan ini tercapai karena adanya gaya kesetimbangan antara gaya archimedes, gaya stokes yang berarah ke atas dengan gaya berat yang berarah kebawah. Jumlah gaya yang bekerja pada bola sama dengan nol, melalui persamaan berikut : πΉπ‘Ž + 𝐹𝑏 βˆ’ π‘Š = 0 dengan : πΉπ‘Ž = gaya Archimedes 𝐹𝑏 = gaya Stokes W = gaya berat Setelah persamaan di atas diselesaikan maka diperoleh hubungan matematis antara kekentalan dan besaran fisis lain sebagai berikut : 2𝑅 2 𝑔 πœ‚= (𝜌 βˆ’ 𝜌0 ) 9𝑣 dengan : 𝜌0 = rapat jenis fluida 𝜌 = rapat jenis bola Dari persamaan di atas dapat diturunkan persamaan lain sebagai berikut : 𝑑𝑅 2 =



9πœ‚π‘‘ 2𝑔(𝜌 βˆ’ 𝑝0 )



dengan R = jari-jari dan t = waktu tempuh bola , untuk jarak d (Tim Fisika, 2016).



bola Fluida kental



d



Gambar 1. Rangkaian Percobaan Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida. Besarnya gesekan ini biasa juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin besar viskositas zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak didalam zat cair tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar partikel zat cair. Viskositas (kekentalan) dapat dianggap suatu gesekan dibagian dalam suatu fluida. Karena adanya viskositas ini maka untuk menggerakkan salah satu lapisan fluida diatasnya lapisan lain haruslah dikerjakan gaya. Karena pengaruh gaya k, lapisan zat cair dapat bergerak dengan kecepatan v, yang harganya semakin mengecil untuk lapisan dasar sehingga timbul gradien kecepatan. Baik zat cair maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental (viscous) dari pada gas tidak kental (mobile) (Martoharsono, 2006). Fluida, kebalikan dari zat padat, adalah zat yang dapat mengalir. Fluida menyesuaikan diri dengan bentuk wadah apapun di mana kita menempatkannya. Fluida bersifat demikian karena tidak dapat menahan gaya yang bersinggungan dengan permukaannya (Halliday, Resnick, dan Walker, 2005). Prinsip Archimedes: Ketika sebuah benda terendam sepenuhnya atau sebagian dalam sebuah fluida, gaya apung 𝐹⃗𝑏 dari fluida di sekitarnya bekerja pada benda tersebut. Gaya diarahkan ke atas dan mempunyai besar yang sama dengan berat π‘šπ‘“ 𝑔 fluida yang telah dipindahkan oleh benda tersebut. Gaya apung pada sebuah benda dalam fluida mempunyai besar 𝐹𝑏 = π‘šπ‘“ 𝑔 di mana π‘šπ‘“ adalah massa fluida yang dipindahkan oleh benda.



Untuk menemukan densitas P sebuah fluida pada titik manapun, kita isolasi suatu elemen yang memiliki volume yang kecil (βˆ†π‘‰) di sekitar titik tersebut dan mengukur massa fluida βˆ†π‘š yang terkandung dalam elemen tersebut. Maka rumus densitasnya adalah 𝜌=



βˆ†π‘š βˆ†π‘‰



Dalam teori, densitas pada titik manapun dalam fluida adalah batas dari rasio tersebut seiring dengan semakin mengecilnya volume elemen βˆ†π‘‰ pada titik tersebut. Densitas adalah besaran skalar; satuannya dalam SI adalah kg⁄m3 (Halliday, Resnick, dan Walker, 2005). Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan zat cair yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita lihat lebih kental daripada minyak kelapa. Apa sebenarnya yang membedakan cairan itu kental atau tidak. Kekentalan atau viskositas dapat dibayangkan sebagai peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang lain dalam fluida. Dalam fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu bagian fluida terhadap yang lain. Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti tegangan dan regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling menumbuk. Bagaimana kita menyatakan sifat kekentalan tersebut secara kuantitatif atau dengan angka, sebelum membahas hal itu kita perlu mengetahui bagaimana cara membedakan zat yang kental dan kurang kental dengan cara kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat cair adalah viskosimeter ( Lutfy, 2007). Viskositas fluida menyatakan besarnya gesekan yang dialami oleh suatu fluida saat mengalir. Fluida ideal tidak memiliki viskositas. Dalam kenyataannya, fluida yang ada dalam kehidupan sehari-hari adalah fluida sejati yang memiliki sifat kompresibel, mengalami gesekan saat mengalir dan alirannya turbulen (Saripudin, Rustiawan, Suganda, 2009). Jika kelereng dijatuhkan ke dalam tabung yang berisi fluida ideal maka tidak akan terjadi perubahan resultan gaya akibat gesekan fluida. Akan tetapi, jika kelereng dijatuhkan ke dalam tabung yang berisi fluida tidak ideal maka akan terjadi perubahan resultan gaya yang bekerja. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh gaya gesekan (Indrajit, 2007).



Fluida adalah gugusan molukel yang jarak pisahnya besar, dan kecil untuk zat cair. Jarak antar molukelnya itu besar jika dibandingkan dengan garis tengah molukel itu. Molekul-molekul itu tidak terikat pada suatu kisi, melainkan saling bergerak bebas terhadap satu sama lain. Jadi kecepatan fluida atau massanya kecepatan volume tidak mempunyai makna yang tepat sebab jumlah molekul yang menempati volume tertentu terus menerus berubah (While, 1988). Viskositas atau kekentalan pada zat cair timbul karena gaya kohesi antara lapisan satu dengan yang lain. Pada gas, kekentalan timbul karena tumbukan antara molekul satu dengan molekul gas yang lain. Berbagai fluida mempunyai kekentalan



yang



berbeda. Oli mempunyai kekentalan yang lebih besar dibandingkan sirup. Sirup lebih kental dibandingkan air murni. Untuk menggambarkan besar kekentalan dapat digunakan koefisien kekentalan atau koefisien viskositas (Umar, 2006). Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas (Bird, 1987). Adanya zat terlarut makromolekul akan menaikkan viskositas larutan. Bahkan pada konsentrasi rendahpun, efeknya besar karena molekul besar mempengaruhi aliran fluida pada jarak yang jauh. Viskositas intrinsik [] merupakan analog dari koefisien virial (dan mempunyai dimensi 1/konsentrasi). Dalam menafsirkan pengukuran viskositas, banyak terdapat kerumitan. Kebanyakan pengukuran (tidak semuanya) didasarkan pada pengamatan empiris, dan penentuan massa molar biasanya didasarkan pada pembandingan dengan sampel standar. Salah satu kerumitan dalam pengukuran dalam pengukuran intensitas yaitu dalam beberapa kasus, ternyata fluida itu bersifat nonNewtonian, yaitu viskositasnya berubah saat laju aliran bertambah. Penurunan viskositas dengan bertambahnya laju aliran menunjukkan adanya molekul seperti batang panjang, yang terorientasi oleh aliran itu, sehingga saling meluncur melewati satu sama lain dengan lebih bebas. Dalam beberapa kasus, tekanan yang disebabkan oleh aliran menjadi sangat besar, sehingga molekul panjang terputus-putus. Ini membawa konsekuensi lebih lanjut pada viskositas (Atkins, 1996). Menurut Dogra (1990), koefisien viskositas secara umum diukur dengan dua metode, yaitu viskometer Oswald : waktu yang dibutuhkan untuk mengalirnya sejumlah tertentu cairan dicatat, dan  dihitung dengan hubungan:



(πœ‹ βˆ†π‘ƒ)𝑅 4 𝑑 = 8𝑉1 Umumnya koefisien viskositas dihitung dengan membandingkan laju cairan dengan laju aliran yang koefisien viskositasnya diketahui. Hubungan itu adalah: 1 𝑑1 𝑑1 = 2 𝑑2 𝑑2 Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Sarojo, 2006). Zat cair maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental (viscous) daripada gas, dalam merumuskan persamaan-persamaan dasar mengenai aliran yang kental akan jelas nanti, bahwa masalahnya mirip dengan masalah tegangan dan regangan luncur di dalam zat padat. Mempelajari gerak bola yang jatuh ke dalam fluida kental, walaupun ketika itu hanya untuk mengetahui bahwa gaya kekentalan pada sebuah bola tertentu di dalam suatu



fluida tertentu berbandingan dengan



kecepatan relatifnya. Bila fluida sempurna yang viskositasnya nol mengalir melewati sebuah bola, atau apabila sebuah bola bergerak dalam suatu fluida yang diam, gari-garis arusnya akan berbentuk suatu pola yang simetris sempurna di sekeliling bola itu. Tekanan terhadap sembarang titik permukaan bola yang menghadap arah alir datang tepat sama dengan tekanan terhadap titik lawan. Titik tersebut pada permukaan bola menghadap kearah aliran, dan gaya resultan terhadap bola itu nol (Sudarjo, 2008). Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskositas, Newton menyatakan hubungan antara gaya-



gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai geseran dalam (viskositas) fluida adalahkonstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidak ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan kecepatan konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisanlapisan yang saling bergeseran. Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesar F/A yang seragam dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan kecepatan lapisan fluida paling bawah sama dengan nol, maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap dengan tidak adanya tekanan fluida (Kanginan, 2006). Viskositas mendasari diberikannya tekanan terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut . Kadang-kadang viskositas ini diserupakan dengan kekentalan. Fluida yang kental (viskos) akan mengalir lebih lama dalam suatu pipa dari fluida yang kurang kental (Prijono, 1985) Menurut Ginting (1991), viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor diantaranya adalah : 1. Temperatur atau suhu Koefisien viskositas akan berubah sejalan dengan temperatur. 2. Gaya tarik antar molekul Perbedaan kuat gaya kohesi menjadi faktor penentu kekentalan suatu fluida. 3. Jumlah molekul terlarut Jumlah molekul terlarut memberikan komposisi yang lebih padat terhadap suatu fluida. 4. Tekanan Pada saat tekanan meningkat, viskositas fluida pun akan naik.



V.



PROSEDUR PERCOBAAN 1. Diameter bola diukur dengan menggunakan mikrometer sekrup. 2. Massa bola ditimbang dengan neraca. 3. Massa jenis fluida diukur dengan aerometer atau dengan cara biasa (perbandingan massa terhadap volume). 4. Tabung ditandai (diberi gelang) untuk mulai menghitung kecepatan bola ( ο‚± 3 cm dibawah permukaan fluida dan dari dasar tabung). Jarak kedua tanda tersebut diukur. 5. Waktu yang diperlukan bola diukur mulai dari tanda pertama sampai tanda kedua 6. Langkah diulangi 4 dan 5 untuk beberapa variasi jarak 7. Langkah 4, 5, dan 6 diulangi untuk fluida dan bola yang lain.



VI.



TABEL PENGAMATAN 1. Fluida Oli



No



d (m)



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



0.30 0.27 0.24 0.21 0.18 0.15 0.12 0.09



t (detik) t1 0.91 0.83 0.78 0.65 0.53 0.44 0.35 0.26



t1 0.91 0.87 0.73 0.65 0.52 0.43 0.31 0.26



t1 0.91 0.82 0.74 0.65 0.52 0.43 0.31 0.22



tΜ… 0.910 0.840 0.750 0.650 0.523 0.433 0.323 0.247



v (m/detik) Keterangan



tΜ… 0.957 0.867 0.730 0.667 0.527 0.463 0.327 0.210



v (m/detik) Keterangan



0.329 0.321 0.320 0.323 0.344 0.346 0.372 0.364



Oli Oli Oli Oli Oli Oli Oli Oli



2. Fluida Gliserin



No



d (m)



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



0.30 0.27 0.24 0.21 0.18 0.15 0.12 0.09



t (detik) t1 0.93 0.87 0.71 0.69 0.51 0.48 0.30 0.22



t1 0.98 0.85 0.73 0.66 0.53 0.47 0.32 0.21



Catatan : Rbola



= 7,55 x 10-3 m



mbola



= 5,4 x 10-3 kg



Vbola



= 18,018 x 10-7 m3



t1 0.96 0.88 0.75 0.65 0.54 0.44 0.36 0.20



mfluida = 2,5 x 10-2 kg Vfluida = 2,5 x 10-5 m3 bola



= 0,299 x 104 kg/m3 = 2990 kg/m3



fluida = 1000 kg/m3



0.313 0.311 0.329 0.315 0.342 0.324 0.367 0.429



Gliserin Gliserin Gliserin Gliserin Gliserin Gliserin Gliserin Gliserin



VIII. PEMBAHASAN Dalam praktikum yang berjudul β€œViskositas Zat Cair”, digunakan dua bahan (fluida), yaitu oli dan gliserin. Pengambilan data dilakukan dengan cara menjatuhkan bola kecil pada tabung yang berisi fluida kental dari tanda pertama sampai pada tanda kedua (dasar tabung). Percobaan dilakukan untuk mendapatkan waktu tempuh bola kecil yang bergerak didalam fluida dari tanda pertama sampai tanda kedua (dasar tabung). Jarak yang dipercobakan dalam praktikum ini ada delapan variasi yaitu 0,30 m, 0,27 m, 0,24 m, 0,21 m, 0,18 m, 0,15 m, 0,12 m, 0,09 m. Untuk masing-masing jarak, diambil data waktu untuk 3 kali percobaan, dan dari tiga data waktu tersebut dihitung waktu rata-rata yang ditempuh bola. Untuk fluida oli, waktu rata-rata yang ditempuh bola dari delapan variasi waktu secara berturut- turut, yaitu 0,910 s, 0,840 s, 0,750 s, 0,650 s, 0,523 s, 0,433 s, 0,323 s, dan 0,247 s. Untuk fluida gliserin, waktu rata-rata yang ditempuh bola dari delapan variasi waktu secara berturut-turut adalah 0,957 s, 0,867 s, 0,730 s, 0,667 s, 0,527 s, 0,463 s, 0,327 s, dan 0,210 s. Dari data waktu yang diketahui, dapat disimpulkan bahwa ketika jarak tempuh bola semakin kecil, maka waktu tempuh bola pun semakin menurun. Fluida bergantung terhadap adanya kekentalan dalam bentuk koefisien fluida kental, atau disebut juga koefisien kekentalan viskos. Pengaruhnya, membuat adanya gaya gesek terhadap bola kecil pada saat dilepaskan dari tanda tertentu. Hal ini menyebabkan kekentalan berpengaruh terhadap kecepatan jatuhnya bola. Semakin kental suatu zat cair atau fluida, maka daya untuk memperlambat suatu gerakan jatuhnya bola semakin besar. Sehingga semakin kental suatu zat cair, semakin lambat pergerakan benda yang jatuh didalamnya. Sebaliknya, semakin encer suatu zat cair atau fluida, maka semakin cepat benda yang dijatuhkan kedalamnya. Ketika didapat waktu rata-rata yang ditempuh bola, maka kecepatan bola (v) disetiap jarak dapat diketahui dengan menggunakan rumus jarak dibagi waktu tempuh bola. Pada fluida oli, kecepatan bola yang dijatuhkan dari jarak pertama sampai jarak kedelapan secara berturut-turut adalah 0,329 m/s, 0,321 m/s, 0,320 m/s, 0,323 m/s, 0,344 m/s, 0,346 m/s, 0,372 m/s, dan 0,364 m/s. Pada fluida gliserin, kecepatan bola yang dijatuhkan dari jarak pertama sampai jarak kedelapan secara berturut-turut adalah 0,313 m/s, 0,311 m/s, 0,329 m/s, 0,315 m/s, 0,342 m/s, 0,324 m/s, 0,367 m/s, dan 0,429 m/s. Dari percobaan yang dilakukan, koefisien kekentalan fluida () dapat dihitung dengan menggunakan rumus dua dikalikan dengan kuadrat jari-jari bola dikalikan dengan



gravitasi dikalikan dengan selisih antara rapat jenis bola dikurang rapat jenis fluida dibagi dengan sembilan dikalikan dengan kecepatan bola. Nilai gravitasi yang digunakan adalah 9,8 m/s2. Dengan perhitungan rumus tersebut diketahui koefisien kekentalan untuk fluida oli dari data pertama sampai data kedelapan adalah 0,751 kg/ms, 0,769 kg/ms, 0,772 kg/ms, 0,765 kg/ms, 0,718 kg/ms, 0,714 kg/ms, 0,664 kg/ms, dan 0,679 kg/ms. Koefisien kekentalan untuk fluida gliserin dari data pertama sampai data ke delapan adalah 0,789 kg/ms, 0,794 kg/ms, 0,751 kg/ms, 0,784 kg/ms, 0,722 kg/ms, 0,762 kg/ms, 0,673 kg/ms, dan 0,576 kg/ms. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kecepatan bola dalam fluida, maka semakin besar koefisien kekentalan fluida tersebut. Ini dikarenakan nilai koefisien kekentalan fluida berbanding lurus dengan kecepatan bola. Pada analisis data, dihitung nilai rata-rata koefisien kekentalan dari 8 percobaan yang telah dilakukan untuk setiap fluida. Dari perhitungan tersebut, didapatkan nilai rata-rata koefisien kekentalan untuk fluida oli sebesar 0,729 kg/ms dan untuk fluida gliserin sebesar 0,731 kg/ms. Nilai rata-rata inilah yang digunakan untuk menghitung ralat pengamatan koefisien kekentalan fluida (). Dan dari perhitungan ralat pengamatan untuk koefisien kekentalan fluida didapat ketelitian untuk fluida oli yaitu sebesar 97,942 % dan untuk fluida gliserin ketelitiannya sebesar 96,443 %. Dari analisis data yang dilakukan, ketelitian ralat rambat untuk fluida oli pada setiap data yaitu data pertama ketelitiannya 98,269 %, pada data kedua ketelitiannya 98,179 %, pada data ketiga ketelitiannya 97,927 %, pada data keempat ketelitiannya 97,647 %, pada data kelima ketelitiannya 97,354 %, pada data keenam ketelitiannya 96,639 %, pada data ketujuh ketelitiannya 95,783 %, pada data kedelapan ketelitiannya 94,404 %. Sedangkan, ketelitian ralat rambat untuk fluida gliserin pada setiap data yaitu data pertama ketelitiannya 98,352 %, pada data kedua ketelitiannya 98,111 %, pada data ketiga ketelitiannya 97,870 %, pada data keempat ketelitiannya 97,577 %, pada data kelima ketelitiannya 97,230 %, pada data keenam ketelitiannya 96,719 %, pada data ketujuh ketelitiannya 95,840 %, pada data kedelapan ketelitiannya 94,444 %. Untuk analisis grafik d terhadap tR2, tingkat ketelitian untuk fluida oli adalah sebesar 89,388 %, sedangkan untuk fluida gliserin tingkat ketelitiannya adalah sebesar 88,224 %. Ini menunjukan bahwa data yang diperoleh setelah di interpretasikan kedalam grafik keakuratannya belum sepenuhnya maksimal. Setelah dianalisa, yang mempengaruhi hal ini adalah waktu tempuh bola. Pada saat pengambilan data waktu dalam praktikum, penggunaan stopwatch kurang teliti, sehingga hasil yang didapat kurang akurat.



IX. ο‚·



PENUTUP



Kesimpulan: 1. Adanya gesekan yang dialami benda terjadi karena perubahan resultan gaya yang bekerja di dalam fluida. 2. Semakin kental fluida maka bola yang jatuh di dalamnya akan semakin lambat. Sedangkan, jika fluida semakin cair maka bola yang jatuh di dalamnya akan semakin cepat. Dan semakin kuat fluida mengalami gesekan, maka viskositasnya bertambah. 3. Koefisien kekentalan (viskositas) fluida kental dapat ditentukan menggunakan metode Oswald dan metode falling ball (bola jatuh). Penentuan viskositas dengan metode Oswald dilakukan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk mangalirkan sejumlah tertentu cairan dengan menggunakan viscometer Oswald. Sedangkan, penentuan viskositas dengan metode falling ball (bola jatuh) dilakukan dengan menjatuhkan benda kedalam cairan yang akan ditentukan kekentalannya berdasarkan gaya gravitasi, tekanan keatas oleh cairan dan gaya yang ditimbulkan cairan untuk melawan benda. 4. Grafik d terhadap tR2 membuktikan bahwa data yang diperoleh sebanding.



ο‚·



Saran: Dalam melakukan praktikum, sebaiknya praktikan harus teliti dalam menggunakan stopwatch agar hasil yang didapat akurat.



DAFTAR PUSTAKA



Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisik Jilid II Edisi IV. Jakarta: Erlangga. Bird, Tony. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia. Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI-Press Ginting, Tjurmin. 2011. Kimia Dasar. Indralaya: LDB UNSRI. Halliday, D., Resnick, R., Walker, J. 2005. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 1. Jakarta: Erlangga Indrajit, D. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Fisika. Bandung: PT. Setia Purna Inves Kanginan, Marthen. 2006. Fisika. Jakarta: Erlangga. Lutfy, Stokes. 2007. Fisika Dasar I. Jakarta: Erlangga. Martoharsono, Soemanto. 2006. Biokimia I. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Prijono,Arko.1985. Mekanika Fluida II. Jakarta:Erlangga. Saripudin, Rustiawan, Suganda. 2009. Praktis Belajar Fisika 2. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Sarojo, Ganijanti Aby. 2006. Seri Fisika Dasar Mekanika. Jakarta: Salemba Teknika. Sudarjo, Randy. 2008. Modul Praktikum Fisika Dasar I. Indralaya: Universitas Sriwijaya. Tim Fisika. 2016. Penuntun Praktikum Fisika Dasar. Manado: FMIPA UNSRAT Umar, E. 2006. Fisika. Jakarta: Geneca Exact While, Frank M. 1988. Mekanika Fluida Edisi 2 Jilid I. Jakarta: Erlangga