Laporan Fisiologi Indra  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAFTAR ISI



Daftar Isi ..................................................................................................................... 1 Kata Pengantar ............................................................................................................. 2 Bab I (Tinjauan Pustaka) ................................................................................................ 3 Bab II (Hasil Percobaan) ................................................................................................ 7 Bab III (Pembahasan) ..................................................................................................... 15 Bab IV (Kesimpulan) ..................................................................................................... 21 Bab V (Daftar Pustaka) .................................................................................................. 22



1



KATA PENGANTAR



Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan HidayahNya, saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Fisiologi yang berjudul “Laporan Praktikum Fisiologi Blok Sistem Tubuh III Indra Rasa Kulit” tanpa suatu kendala yang berarti. Laporan praktikum ini saya buat sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami materi tentang indra rasa kulit. Kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu saya mohon maaf apabila dalam laporan ini masih terdapat kesalahan baik dalam isi maupun sistematika. Saya juga berharap laporan praktikum ini dapat bermanfaat untuk pendalaman materi pada Blok Sistem Tubuh III ini.



Jember, 06 Desember 2014



Penulis



2



BAB I TINJAUAN PUSTAKA



Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Klasifikasi reseptor antara lain: Berdasarkan tipe energi khusus atau kepekaan terhadap modalitas tertentu: 1. Termoreseptor (peka terhadap perubahan suhu). 2. Mekanoreseptor (peka terhadap sentuhan dan tekanan). 3. Kemoreseptor (peka terhadap perubahan kimiawi). 4. Osmoreseptor (peka terhadap perubahan tekanan osmotik). Berdasarkan sumber rangsangan: 1. Ekteroreseptor, terletak pada permukaan tubuh dan berespons terhadap rangsangan eksterna atau luar 2. Proprioreseptor, berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan terutama berhubungan dengan sistem muskuloskeletal. 3. Interoreseptor, terletak pada visera/ alat dalam dan pembuluh darah. Berdasarkan morfologi: 1. Badan terakhir yang bebas/ terbuka (tanpa kapsul) yang tak berhubungan dengan tipe sel lainnya. 2. Badan akhir yang berkapsul (korpuskular) yang mengandung unsur bukan saraf di samping saraf badan akhir saraf. Reseptor-reseptor yang terletak di alat indera peraba antara lain: a. Ujung Saraf Bebas: Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas pada banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit. Serat akhir saraf bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin, atau serat saraf bermielin berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan pembungkusnya 3



sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka yang berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf seringkali bercabang-cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga hampir mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima perasaan raba, nyeri dan suhu. Sehubungan dengan folikel rambut, banyak cabang serat saraf yang berjalan longitudinal dan melingkari folikel rambut dalam dermis. Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada epidermis berhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir saraf membentuk badan akhir seperti lempengan (diskus atau korpuskel merkel). Badan ini merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak juluran sitoplasma. Seperti mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan antara keratinosit dan kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan dengan jaringan ikat di bawahnya. Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkel merespon rangsangan getaran dan juga resepor terhadap dingin. b. Korpuskulus Peraba (Meissner): Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papilla dermis, khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak mangandung mielin. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan). c. Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini): Korpuskulus berlamel (vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang. Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel 4



gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya. Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan yang d. Korpuskulus Gelembung (Krause): Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel schwan. Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung sebagai gada. Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya usia. Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin. e. Korpuskulus Ruffini: Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo golgi. Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas tendonya. Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas. f. Spindel Neuromuskular: kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Kulit merupakan organ tubuh paling luar. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat 15% berat badan. Kulit yang elastic dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, ulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan telapak tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, kulit yang lembut terdapat pada leher dan badan, dan kulit yang berambut kasar terdapat pada kepala. Mekanisme Sensoris Mekanisme sensoris yang dapat dirasakan dapat dibagi dalam dua golongan menurut pilogenesisnya, jalur saraf spinalnya dan daerah korteks serbri tempat mekanisme ini diintergrasikan.



5



Golongan pertama, paleo-sensibilitas yang meliputi rasa-rasa primitive atau rasa-rasa vital seperti rasa raba, tekan, sakit, dingin, dan panas. Saraf aferen dari rasa-rasa ini bersinaps dengan interneuron-interneuron dari medulla spinalis dan sentrum atasan (thalamus dan korteks serebri) melalui traktus spino-talamikus. Golongan kedua, gnostic atau neo-sensibilitas, yang meliputi rasa-rasa yang sangat dideferensiasikan, seperti pengenalan letak rasa tekan, diskriminasi rasa tekan, diskriminasi kekuatan rangsang, diskriminasi kekasaran, diskriminasi ukuran dan bentuk. Saraf aferen dari rasa-rasa ini menghantarkan impuls-impuls yang terutama dialirkan melalui traktus dorso-spinalis kea rah sensoris di dalam korteks serebri, setelah diintegrasikan seperlunya pada pusat-pusat dibawahnya



6



BAB II HASIL PERCOBAAN 2.2 Prosedur Percobaan Paleosensibilitas 2.2.1 Rasa Panas dan Dingin Rasa panas dan dingin tidak ditentukan oleh suhu suatu benda yang sebenarnya, melainkan oleh kecepatan memperoleh panas/dingin dan kecepatan hilangnya panas/dingin di kulit. A. Pada jari tangan (1) Sediakan 3 buah bak yang masing – masingberisi : 1. Air es (5ºC) 2. Air hangat (40ºC) 3. Air dengan suhu kamar (30ºC) (2) Masukkan jari telunjuk kanan kedalam air es dan jari telunjuk kiri kedalam air hangat. Catat perasaan yang saudara alami. (3) Kemudian segera masukkan kedua telunjuk saudara kedalam bak ke-3. Catat apa juga yang saudara rasakan. HASIL PENGAMATAN : Jari



Stimulus



Respon



Kanan



Es



Dingin, kaku



Kiri



Air hangat



Panas, nyut – nyutan



Kanan-Kiri



Air biasa



Netralkembali



B. Padapunggungtangan



7



(1) Tempatkan punggung tangan saudara lebih kurang 10 cm di depan mulut dan tiuplah kulit punggung tangan saudara perlahan-lahan. Catatlah rasa yang saudara alami. (2) Basahilah punggung tangan saudara dengan alkohol lebih dahulu, kemudian tiuplah seperti pada butir (1). Catat rasa yang saudara alami. HASIL PENGAMATAN : Lokasi



Stimulus



Respon



Punggungtangan



-



Biasasaja



Punggungtangan



Alkohol



Dingin



2.2.2Reaksi – reaksi di Kulit Rasa panas, dingin, raba, tekan dan nyeri dihantarkan oleh serat – serat saraf yang terpisah, yang menghubungkan titik-titik di kulit. Kepadatan titik – titik rasa (reseptor) untuk rasa – rasa diatas, pada berbagai tempat dikulit tidak sama. (1) Letakkan telapak tangan kiri di atas meja dan tandai suatu daerah di telapak tangan 3x3 cm dengan stempel yang telah tersedia. Tutuplah mata orang percobaan. (2) Selidiki secara teratur mengikuti garis – garis sejajar titik – titik panas dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam dalam air panas yang bersuhu 50ºC (sebelum diletakkan pada telapak tangan, keringkan dahulu kerucut itu dengan handuk). Berilah tanda pada titik – titik itu dengan tinta. Tentukan letak titik – titik hangat. (3) Lakukan percobaan diatas untuk menentukan titik – titik dingin dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam dalam air es. Tentukan letak titik – titik dingin. (4) Lakukan percobaan tersebut di atas untuk menentukan titik – titik nyeri dan tekan dengan menggunakan jarum. Tentukan letak titik – titik nyeri dan tekan. (5) Buatlah gambar tangan di atas kertas putih dan tuliskan titik – titik rasa – rasa yang anda rasakan itu di atas gambar tangan tersebut.



8



(6) Lakukan percobaan tersebut (no. 2 s/d 5)untuk daerah – daerah lengan bawah, kuduk dan pipi.



HASIL PENGAMATAN



TelapakTangan



Kuduk



Lengan Bawah



Pipi



Keterangan : 1. Panas : Merah 2. Dingin : Hijau 9



3. Nyeri : Hitam 4. Tekan : Biru No



JumlahReseptor Rasa-Rasa Kulit Telapaktanga Lenganbawa Kuduk n h 1 1 1 8 6 7 1 1 1 1 1 1



Perlakuan



. 1. 2. 3. 4.



Nyeri Tekan Suhudingin Suhupanas



Pipi 1 7 1 1



2.3 Prosedur Percobaan Neo-sensibilitas 2.3.1 Lokalisasi Rasa Tekan a. Tutupmata orang coba, kemudian tekanlah ujung pensil dengan kuat pada ujung jarinya. b. Suruh orang coba menunjukkan dengan tepat letak bagian tubuh yang dirangsang terebut. Tentukan jarak antara titik tunjuk dalam mm. c. Ulangi percobaan tersebut 3 (tiga) kali dan tentukan jarak rata-ratanya. d. Lakukan percobaan tersebut untuk daerah – daerah telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, pipi dan kuduk. HASIL PENGAMATAN Lokasi Ujung Jari TelapakTangan LenganBawah LenganAtas Pipi Kuduk



2.3.2



I 11 9 5 8 10 35



JarakTitikTunjuk (mm) II III 4 3 6 8 20 7 7 12 4 7 25 34



Rata - rata 6 7,7 10,7 9 7 31,3



Diskriminasi Rasa Tekan



(1) Tutup mata orang coba, kemudian tekanan kedua ujung dengan sebuah jangkas ecara serentak (stimulant) pada ujung jarinya. 10



(2) Ambilah mula-mula jarak ujung jangka yang kecil sehingga orang coba belum dapat membedakan dua titik, kemudian perbesar jarak ujung jangka setiap kali 2 mm, sampai dapat dibedakan dua titik oleh orang coba. (3) Ulangi percobaan ini dengan jarak ujung jangka yang besar dahulu, kemudian di kecilkan setiap kali 2 mm sampai ambang diskriminasi. (4) Lakukan percobaan no. 1 s/d no. 3 tetapi sekarang dengan menekan kedua ujung jangka secara berturut – turut (seccessif). (5) Tentukan dengan cara-cara tersebut di atas ambang diskriminasi dua titik untuk daerah-daerah kuduk, bibir, pipi dan lidah.



HASIL PENGAMATAN : Rangsangan Simultan



No 1 2 3 4 5 6 7 8



Lokasi Telapaktangan Lenganbawah Lenganatas Pipi Kuduk Bibir Lidah Depantelinga



Dari Kecil KeBesar JarakDuaTitik Rerat mm a I II III 2 2 2 2 14 10 10 11,3 12 8 14 11,3 10 12 12 11,3 10 8 6 8 4 2 4 3,3 2 2 2 2 8 4 8 6,7



Dari BesarKe Kecil JarakDuaTitik Rerat mm a I II III 2 4 4 3,3 2 6 2 3,3 4 2 8 4,7 10 4 14 9,3 10 4 4 6 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0,7



Dari Kecil KeBesar JarakDuaTitik Rerat mm a I II III 4 4 4 4 6 8 6 6,7 8 2 10 6,7 4 2 6 4 2 4 4 3,3 2 2 2 2 2 0 2 1,3 4 2 4 3,3



Dari BesarKe Kecil JarakDuaTitik Rerat mm a I II III 4 4 2 3,3 4 4 4 4 4 4 8 5,3 4 2 2 2,7 6 6 4 5,3 2 0 2 1,3 2 0 2 1,3 2 0 0 0,7



Rangsangan Berurutan



No 1 2 3 4 5 6 7 8



Lokasi Telapaktangan Lenganbawah Lenganatas Pipi Kuduk Bibir Lidah Depantelinga



11



2.3.3



Diskriminasi Kekuatan Rangsangan atau Hukum Weber –Fechner Kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsangan rasa-rasa, pada umunya tidak



tergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan tersebut, tetapi pada perbedaan relatifnya. (1) Tutup mata orang coba dan letak tangan kanannya di atas meja dengan telapak tangan menghadap keatas. (2) Letakkan alas dari kertas di atas jaritangan, kemudian letakkan beban 5 gr di atasnya. (3) Tambahkan setiap kali ke dalam kotak timbangan suatu beban, sampai orang percobaan tepat dapat membedakan tambahan. Catatlah selisih berat yang dapat dirasakan (berat akhir-berat awal). (4) Lakukan percobaan no. 2 dan no. 3 dengan beban mula-mula di atas alas kertas berurut-turut 10 gr, 50 gr, dan 100 gr. (5) Catat selisih berat yang dapat dibedakan.



HASIL PENGAMATAN No. 1. 2. 3. 4. 5.



BebanAwal (g) Beban awal 5 g Beban awal 10 g Beban awal 50 g Beban awal 100 g Beban awal 200 g



Ulangan (mm) I II III 15 15 10 10 20 20 30 20 35 15 30 35 15 30 10



Rerata 13,3 16,7 28,3 26,7 18,3



Hubungan antara beban awal terhadap beban yang dirasakan



12



30 25 20 Beban yang dirasa (g)



15 10 5 0 5



10



50



100



200



Beban Awal (g)



Sesuaikah hukum Weber-Fechner dengan hasil percobaan? Sesuai Tidak Sesuai Sesuai, karena menurut hukum tersebut didapatkan bahwa sebuah rangsang yang didapatkan akan lebih rendah daripada stimulus yang diberikan sehingga beban akan terasa lebih ringan dari beban asalnya. Hal tersebut sesuai percobaan, karena rata-rata dari hasil percobaan tersebut beban terasa lebih ringan.







Kemampuan diskriminasi Dalam melakuka npraktikum ini seringkali timbul kesukaran, karena yang dipakai adalah orang-orang sehat dan norma kemampuan diskriminasinya. Oleh sebab itu sebaiknya dilakukan perbandingan kemampuan diskriminasi antara tangan yang normal dengan lengan bawah atau kuduk. 



Kemampuan diskiminasi kekasaran 1. Tutuplah mata orang coba 2. Suruhlah orang coba meraba-raba kertas gosok yang berbeda-beda derajat kekerasan dengan ujung jari secara berganti-ganti dengan urutan acak 3. Catatlah kemampuan orang coba mengenali perbedaan kekasaran kertas gosok ? 4. Ulangi percobaan di atas (butir 1-3) dengan lengan bawah, telapak tangan, dan kuduk







Kemampuan diskriminasi bentuk 13



1. Tutuplah mata orang coba 2. Suruhlah orang coba memegang benda-benda kecil yang tersedia dan suruhlah menyebutkan benda-benda tersbut (lingkaran-lingkaran, empat persegi panjang, segetiga, bulat lonjong) 3. Catatlah kemampuan orang coba mengenali bentuk 4. Ulangi percobaan ini dengan lengan bawahnya



Jaritanga N



Kekasarankertasg



o



osok



n Ulanga



1 2 3 4



0 1 2 3



+ + + -



Jaritangan No



1 2 3 4



Ulangan



KubusH itam Bulat Segitiga KubusP utih



I + + + +



Lenganba



gan



wah



Ulangan



n I II



I



Telapaktan



I



I + + + +



+ + + +



I



II



I + + + +



I + + + -



Telapaktanga n Ulangan II I II I



I



II III



+



+



+



+



+



+ +



+ +



+ +



+ +



+



-



+



-



Kuduk Ulanga



Ulangan I



II



I + + + + - + +



I + + +



I



I + + + -



Lenganbawah



n I II I I + + + + + + +



Kuduk



Ulangan



Ulangan



I



II



III



I



II



III



-



-



-



+



+



-



-



+ +



+ +



+ -



+



+ -



-



+



+



+



+



-



+



-



-



-



+



BAB III PEMBAHASAN Kulit adalah salah satu indra peraba, dimana kulit memiliki reseptor kusus untuk sentuhan, panas,dingin, sakit dan tekanan. Adapun fungsi dari kulit adalah sebagai berikut: 14



1. Sebagai organ pelindung tubuh, terutama otot dan tulang. 2. Sebagai Alat peraba yang didalamnya terkandung berbagai macam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsang. 3. Sebagai alat ekskresi 4. Sebagai pengatur suhu tubuh Berdasarkan histologi daripadanya. kulit disusun oleh 3 lapisan, yaitu: Epidermis dan dermis. Untuk Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit. Dimana lapisan epidermis ini disusun oleh epitel berlapis pipih bertanduk. Lapisan epidermis terdiri dari lima lapisan,yaitu: Stratum basale; yang bertanggung jawab atas perbaharuan sel-sel epidermis, stratum spinosum; ditemukanya pigmen melanin kulit, Stratum granulosum, lapisan dimana epidermis mulai mati, Stratum lucidum, lapisan tpis yang disusun oleh sel-sel eosinofil dimana oraganel sel dan inti sudah tidak tampak, Stratum corneum, merupakan lapisan tanduk. Dermis merupakan lapisan yang lebih dalam yang dan disusun dari jaringan ikat padat. Pada dermis ditemukan banyak sekali serat saraf, namun tidak ditemukan persarafan parasimpatik. Pada dermis juga ditemukan ujung saraf aferen yang membentuk jalinan superfisial dermis yang terdiri dari ujung saraf bebas,folikel rambut dan persarafan organ sensoris yang disebut badan Meissner dan badan Pacini. Adapun jenis-jenis reseptor berdasarkan kepekaan terhadap modalitas tertentu: 1. Termoresepotor



: reseptor yang peka terhadap perubahan suhu



2. Mekanoreseptor



: reseptor yang peka terhadap sentuhan dan tekanan



3. Kemoreseptor



: reseptor yang peka terhadap perubahan kimiawi



4. Osmoreseptor



: reseptor yang peka terhadap perubahan tekanan



osmotik Untuk mekanisme penghantaran respon saraf pada kulit diawali dari turgo reseptor,yaitu



reseptor



pada



kulit



yang



menerima



rangsang



berupa



panas,dingin,tekanan,sentuhan, dan nyeri, yang terdapat pada lapisan dermis. Reseptor sensorik kulit merespon impuls mekanik, suhu, dan kimia, selanjutnya impuls tersebut akan dikirimkan ke otak dan spinal cord (CNS). Saraf sensorik tersebut akan mengubah energi mekanik, kimia dan suhu menjadi sinyal elekrik. Sinyal tersebut akan melewati akson dari 15



CNS, dan selanjutnya akan diketahui sensasi dari stimuli tersebut.. Setelah menerima informasi tersebut impuls kemudian diteruskan oleh saraf motorik hingga akhirnya probandus dapat mengatakan mengenai rasa sentuhan yang dialami 2.3.1 Paleo- sensibilitas 2.3.1.1 Rasa panas dan dingin Timbulnya rasa panas dan dingin yang dapat dirasakan merupakan hasil kerja reseptor sensorik kulit, tepatnya termoreseptor. Termoreseptor/temperatur reseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis,otot skeletal, liver , dan hipotalamus. Reseptor dingin (ujung saraf crausse) ditemukan tiga hingga empat kali lebih banyak dibandingkan dengan reseptor panas(korpuskula ruffini). Tidak ada struktur yang membedakan reseptor dingin dan panas. Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Dimana mereka dikirim ke formation retikularis,thalamus dan korteks primer sensoris. Termoreseptor merupakan phasic-reseptor, dimana reseptor ini aktif bila temperatur berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperatur yang stabil A. Pada jari tangan Pada percobaan untuk mendeteksi rasa panas dan dingin pada jari tangan, dilakukan dengan memasukkan telunjuk kanan ke dalam air es (5o C) telunjuk jari kiri ke dalam air panas atau air hangat (40 o C) dan kedua telunjuk secara bersama-sama ke dalam air dengan suhu kamar (30o C). Pada saat jari telunjuk kanan orang coba dimasukkan ke dalam air es, orang coba merasa jarinya dingin dan kaku. Sedangkan pada saat jari telunjuk kiri orang coba dimasukkan ke dalam air panas, orang coba merasa jarinya panas dan nyeri, namun tidak kaku seperti jika jari dimasukkan pada air dingin. Ketika kedua jari telunjuk tersebut dimasukan ke dalam air dengan suhu kamar maka jari terasa biasa kembali seperti semula. Termoreseptor yang bersifat phasic-reseptor dapat dibuktikkan dari cepatnya respon presepsi orang coba yang mula-mula terasa panas pada jari tangan kiri/ dingin pada jari tangan kanan menjadi dingin pada jari kiri dan kaku disertai nyeri pada jari kanan yang sebelumnya pada air dingin. Hal inilah yang dinamakan gradasi termal dari suhu dingin dan panas menuju suhu normal. A. Pada punggung tangan



16



Pada percobaan ini, rasa sejuk yang dirasakan oleh orang coba saat bagian punggung tangan ditup dengan udara mulut dikarenakan adanya tekanan yang dirasakan dari hembusan nafas tersebut. Sedangkan rasa dingin pada punggung tangan setelah diberi alkohol dikarenakan alkohol membutuhkan kalor untuk menguap, sehingga kulit punggung tangan kehilangan panas dan berakibat timbulnya rasa dingin. Rasa dingin yang kemudian menghilang dikarenakan kecepatan alkohol menguap. Untuk itulah rasa dingin pada punggung tangan akan lebih terasa dan bertahan lama ketika dibasahi dengan alkohol dibangdinkan dengan diolesi alkohol dikarenakan intensitas alkohol yang mengenai kulit lebih banyak saat tangan dibasahi dengan alkohol dibandingkan dengan diolesi alkohol. 2.3.1.2 Reaksi-reaksi di kulit Sensasi titik panas,dingin,tekan, dan nyeri pada setiap bagian tubuh memiliki perbedaan. Dari seluruh percobaan dalam neruntut titik panas,dingin, tekan dan nyeri ditemukkan rasa paling nyeri, tekan ,dingin, dan panas adalah pada telapak tangan. . Hal-hal tersebut dapat terjadi karena setiap bagian tubuh memiliki tingkat kepekaan yang berbeda-beda yang disebabkan karena kepadatan titik-titik reseptor di setiap bagian kulit tidaklah sama. Dan dikarenakan pada bagian tangan terutama telapak tangan merupakan jenis kulit tebal, dimana jenis kulit tebal mengandung sedikit jaringan lemak sehingga rangsang panas, dingin, tekan dan nyeri akan lebih terasa. Rasa-rasa ini akan lebih terasa terutama pada telapak tangan bagian tengah (daerah cekungan pada telapak tangan). Hal ini dikarenakan pada regio tersebut lebih sedikit jaringan lemak 2.3.2 Neo Sensibilities Neosensibilitas meliputi rasa-rasa yang sangat dideferensiasikan, seperti pengenalan letak rasa tekan, diskriminasi rasa tekan, diskriminasi kekuatan rangsang, diskriminasi kekasaran, serta diskriminasi bentuk.



2.3.2.1 Lokalisasi Rasa Tekan Pada percobaan lokalisasi rasa tekan orang coba diberi perlakuan dengan menekan beberapa bagian tubuh, yaitu ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, pipi, dan tengkuk (kuduk) dengan ujung pensil. Setelah diberi tekanan, orang coba akan menunjukkan letak bekas tekanan. Dari hasil yang di dapat, ditemukan perbedaan hasil dari setiap daerah tekan yang berbeda pula. Pada lengan bawah, jarak antara titik tekan dan titik yang ditunjuk oleh 17



orang coba berbeda cukup jauh dibanding bagian lain. Namun masih dalam batas normal (di bawah 50mm). Perbedaan titik tekan dan titik yang ditunjuk oleh orang coba dapat dipengaruhi beberapa hal : 1. TPL (Two Point Localization), daerah ini lebih peka terhadap rangsang. Seperti bibir, hidung, mata, dll karena merupakan suatu system yang melingkar dan menyebar. 2. Waktu penekanan, mengakibatkan penyebaran sensasi. 2.3.2.2 Diskriminasi Rasa Tekan Pada percobaan diskriminasi rasa tekan, dilakukan 2 perlakuan terhadap orang coba. Perlakuan pertama orang coba akan distimulus dengan ujung kedua ujung jangka secara bersamaan dimulai dengan jarak terkecil dan bertambah besar sampai orang coba mulai merasakan kedua ujung jangka berada pada dua titik yang berbeda. Dalam percobaan ini kami menggunakan jarak terkecil 0mm. Hasil yang kami dapat menunjukkan hasil yang berbeda – beda namun terdapat juga beberapa daerah yang menunjukkan hasil rerata yang sama. Rerata terbesar ditemukan pada telapak tangan dan terkecil pada bibir. lidah dan daun telinga karena pada bagian ini terdapat sensor taktil yang lebih banyak. Perlakuan kedua, dengan kedua ujung jangka dari jarak terbesar. Dalam percobaan ini ditemukan jarak terbesar 10mm dan berangsur mengecil hingga rang coba merasakan kedua ujung jangka berada pada titik yang sama. Hasil percobaan menunjukkan bahwa jarak terkecil di dapat pada daerah bibir dan lidah. Hal ini disebabkan oleh sensor taktil (korpuskulus meissener) pada daerah ini sangat sensitif sehingga pada jarak terkecil masih dapat dirasakan perbedaan dua titik yang ditekan oleh kedua ujung jangka. 2.3.2.3 Diskriminasi Kekuatan Rangsangan Hukum Weber Fechner Pada percobaan diskriminasi kekuatan rangsangan orang coba ditutup matnya dan diberi perlakuan dengan memberikan beban di atas telapak tangannya. Beban dimulai dari berat 5 gr dan bertambah 10 gr, 50 gr dan 100 gr. Hasil yang didapat menjelaskan bahwa orang coba mampu merasakan pertambahan berat beban. Namun pada berat beban (200gr) terdapat kesalahan, yaitu orang coba sempat tidak merasakan pertambahan berat. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak fokusnya orang coba atau kesalahan pada saat meletakkan beban di atas telapak tangan orang coba.



18



Hasil percobaan tersebut sesuai dengan hokum Weber-Fenchner yang menyatakan kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsang rasa-rasa, pada umumnya tidak tergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan tersebut, tetapi pada perbedaan relatifnya. Hal ini dibuktikan pada hasil pengamatan, yaitu respon indera rangsang yang didapatkan lebih rendah daripada stimulus yang diberikan. Sehingga, beban akan terasa lebih ringan dari berat asalnya.



2.3.4 Kemampuan deskriminasi Kemampuan –kemampuan dalam mendeskripsikan kekasaran, bentuk serta ukuran suatu benda adalah peran dari reseptor kinaesthesi yaitu suatu reseptor yang menerima rangsangan kinaesthesi berupa gerakan-gerakan dan ketegangan pada otot-otot serta selubung persendian. Kegunaannya adalah untuk mengetahui sikap anggota badan dan beban yang dibawa ( berat atau ringan ). Rangsang kinaesthesi juga dapat berupa sensasi-sensasi lain seperti pencampuran rangsangan pada beberapa reseptor secara bersama-sama dalam kondisi tertentu. Sensasi-sensasi tersebut berupa : 1 Geli, yaitu rasa terhadap reseptor tekanan dengan rangsangan sub -liminal dan terjadi secara berkali-kali. 2 Gatal, yaitu rasa terhadap reseptor sakit yang besarnya subliminal. 3 Pedih, yaitu rasa terhadap reseptor panas, dingin, atau tekanan yang menjadi satu dan terjadi secara bersamaan. Deskriminasi suatu kekasaran benda tanpa melihat secara visual dikarenakan reseptor tekanan yang digeser. Apabila ditemukan kesalahan penafsiran kekasaran maupun kemampuan deskriminasi bentuk dapat disebabkan oleh variabel pengganggu lainnya seperti ketidak fokusan atau waktu yang terlalu singkat berkontak dengan benda. Kesalahan akibat variabel pengganggu ini bila rata-rata percobaan yang dilakukan lebih banyak menunjukkan tanda positif terhadap kemampuan deskriminasinya. Disisi lain kesalahan juga dapat terjadi bila adanya lesi pada lobus parietal dimana apabila lesi ini bersifat tidak dominan gangguannya disebut “agnosia”. Namun apabila letak gangguan dalam mengenali benda namun pada dasarnya mempunyai daya visus normal disebut “agnosiavisual”. Jika ketidakmampuan dalam mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan sensorik, gangguannya disebut “agnosia taktil”. Pada orang coba kami, letak kesalahan hanya dikarenakan variabel pengganggu buka dikarenakan orang coba mengalami gangguan yang telah disebutkan diatas.



19



BAB IV KESIMPULAN Mekanisme sensoris yang dapat dirasakan dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama yaitu paleo-sensibilitas yang meliputi rasa – rasa vital seperti rasa raba, 20



tekan, sakit, panas, dan dingin. Golongan kedua yaitu gnostik atau neo-sensibilitas yang meliputi rasa – rasa yang sangat dideferesiensikan seperti pengenalan rasa tekan, deskriminasi rasa tekan, diskriminasi kekuatan rangsang, diskriminasi kekasaran, ukuran dan bentuk. . Bila suatu rangsang tetap diberikan secara terus menerus pada suatu reseptor, frekuensi potensial aksi di saraf sensorik lama- kelamaan akan menurun. Hal ini yang dinamakan dengan adaptasi. Serta tubuh memiliki tingkat kepekaan yang berbeda-beda pada tiap bagiannya yang disebabkan karena kepadatan titik-titik reseptor di setiap bagian kulit tidaklah sama. Sensasi terhadap stimulus yang dirasakan oleh tubuh berbeda – beda, juga tergantung pada stimultan, daerah yang distimulus karena letak reseptor taktil yang menyebar dan mengakibatkan perbedaan sensasi yang dirasa pada berbagai daerah pada tubuh, dan waktu pemberian stimulus yang dapat mengakibatkan persebaran sensasi.



BAB V DAFTAR PUSTAKA Blomm, Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC Corwin, E. 2009. Buku Saku Patofisiologi,Ed.3. Jakarta: EGC 21



Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi.20. Jakarta: EGC Junquiera, L.C. dan Carneiro. J. 1980. Basic Histology. Alih bahasa: Histologi dasar, oleh Adji Dharma.1982. Jakarta: EGC Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC



22