LAPORAN KASUS Ikterus Neonatorum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS



IKTERUS NEONATORUM



Oleh: Anak Agung Wulan Vikanaswari Adnyana 177008035



Pembimbing : dr. Putu Triyasa, Sp.A



KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD SANJIWANI GIANYAR 2017



1



BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil 90. Jika kadar bilirubin tak terkonyugasi mengalami peningkatan akan menimbulkan pewarnaan kuning pada konjungtiva, kulit maupun mukosa keadaan klinis ini disebut ikterus neonatorum.1 Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan yang dapat ditemukan baik pada bayi cukup bulan (60%) maupun pada bayi prematur (80%). Pada masa transisi setelah lahir, hepar belum berfungsi secara optimal sehingga proses glukuronidasi bilirubin tidak terjadi secara maksimal. Keadaan tersebut akan menyebabkan dominasi bilirubin tak terkonjugasi dalam darah.2,3 Indikator millennium development goal pada tahun 2015 yaitu dalam pembangunan kesehatan suatu negara pentingnya penurunan angka kematian ibu dan bayi atau anak. 4 Angka kematian bayi usia 0-12 bulan di Indonesia masih sangat tinggi 34/1000 kelahiran hidup, dimana bayi baru lahir atau neonatus usia 0-28 hari merupakan kelompok usia paling banyak yaitu 19/1000 kelahiran hidup. Menurut Riskesdas tahun 2007 terdapat tujuh faktor yang menjadi penyebab tingginya kematian pada neonatus yaitu gangguan pernapasan (35,9%), prematuritas dan BBLR (32,4%), sepsis (12%), hipotermi (6,3%), kelainan darah/hiperbilirubinemia (5,6%), kelainan kongenital (5%) dan post matur (2,8%). Kelainan darah/hiperbilirubinemia merupakan peringkat ketiga terbawah menjadi penyebab terjadinya kematian pada neonatus, namun hiperbilirubinemia dapat menimbulkan komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan.5,6 Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2002 yang menyebutkan bahwa angka kematian bayi di Indonesia tercatat sebanyak 48/1000 kelahiran hidup dan salah satu penyebab angka kematian neonatal pada minggu pertama adalah ikterus neonatorum dengan persentase sebesar 6,6%. Meskipun hiperbilirubinemia memiliki persentase yang kecil sebagai penyebab kematian neonatal namun dampak yang ditimbulkan terhadap keadaan tersebut cukup berat. Peningkatan bilirubin secara berlebih berpotensi menjadi toksik dan dapat menyebabkan kematian dan apabila bayi tersebut dapat bertahan hidup pada jangka panjang akan menimbulkan kelainan neurologis.



2



Ikterus neonatorum perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi. Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, ikterus neonatorum merupakan kompetensi 4A sehingga bagi dokter perlu mengetahui bagaimana menentukan diagnosis dan tatalaksana dari ikterus ini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas laporan kasus mengenai ikterus neonatorum.5,7



3



BAB II LAPORAN KASUS I.



Identitas Pasien Nama



: By NMS



Usia



: 3 hari



Nama Ibu



: NMS



Jenis kelamin



: Laki-laki



Alamat



: Br. Batanancak Mas, Ubud



Suku



: Bali



Berat badan lahir



: 3100 gram



MRS



: 17/07/2017



Tanggal pemeriksaan



: 17/07/2017



No Rekam Medis



: 600487



II. Anamnesis Keluhan Utama : Kuning (Ibu pasien) Pasien datang ke UGD RS Sanjiwani pada tanggal 17 April 2017, pasien dikeluhkan berwarna kuning sejak dua hari yang lalu (kurang 24 jam setelah lahir) dan memberat sejak kemarin malam. Kuning dikeluhkan pada wajah, lengan, perut hingga kakinya. Keluhan kuning dikatakan muncul terus menerus. Untuk mengurangi keluhan kuning ibu pasien sudah memberikan ASI kepada bayinya dengan frekuensi yang lebih sering daripada biasanya. Keluhan ini dikatakan timbul tiba-tiba yang berawal dari bagian wajah hingga badan. Keluhan lain seperti demam (-), kejang (-), anus (+), kelainan kongenital (-), minum dikatakan kuat, tangis kuat dan gerak aktif, BAK (+) dan BAB (+). Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Riwayat Penyakit Keluarga Kakak pasien dikatakan mengalami kuning saat lahir karena lahir dengan berat badan lahir rendah (2300 gram). Riwayat demam pada ibu saat kehamilan disangkal. 4



Riwayat Pribadi/Sosial -



Riwayat Persalinan Bayi lahir di Bidan pada tanggal 14 Juli 2017 pukul 22.00 WITA secara spontan dengan berat badan lahir 3100 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala dan lingkar dada dikatakan lupa. Bayi lahir segera menangis setelah lahir. Status general pada kepala terdapat tidak terdapat caput dan yang lain masih dalam batas normal. Bayi merupakan anak ke II lahir dari ibu berumur 28 tahun dengan usia kehamilan 39 minggu 5 hari. Tidak terdapat riwayat keputihan, nyeri saat kencing dan demam pada ibu. Pada saat melahirkan secara spontan, ketuban berwarna jernih dan tidak berbau. Ibu bayi merupakan seorang ibu rumah tangga dan golongan darah ibu adalah O.



-



Riwayat Imunisasi Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya belum mendapatkan imunisasi hepatitis B.



-



Riwayat Nutrisi



ASI



: 0 – sekarang



Susu Formula



:-



Bubur Susu



:-



Nasi tim



:-



Makanan Dewasa



:-



-



Riwayat Tumbuh Kembang



Menegakkan kepala



:-



Membalik badan



:-



Duduk



:-



Merangkak



:-



Berdiri



:-



Berjalan



:-



Bicara



:-



5



III. Pemeriksaan Fisik a. Status present (17/7/2017)  Kesadaran



: compos mentis



 Nadi



: 140 x/menit reguler, isi cukup



 RR



: 36 x/menit, reguler



 Suhu Axila



: 36,6°C



b. Status gizi Status nutrisi pasien berdasarkan grafik Lubchenco sesuai dengan masa kehamilan (pada persentil 10 – persentil 90), yakni berat badan lahir berdasarkan usia kehamilan pada persentil 25-50, dan panjang badan berdasarkan usia kehamilan terletak pada persentil 50-75. c. Status general:  Kepala



:



Normocephali



 Mata



:



Konjungtiva pucat (-/-), hiperemi (-/-), Sclera ikterik (+/+)



 THT



:



Telinga : sekret (-) Hidung : sekret (-), nafas cuping hidung (-) Tenggorokan : faring hiperemi (-), Tonsil T1/T1 hiperemi -/-



 Bibir



:



sianosis (-)



 Leher



:



Pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-)



 Thorax



:



Simetris (+), retraksi (-)



Cor



:



S1 S2 normal, reguler, murmur (-)



Pulmo



:



Bronkovesikuler, Ronchi -/-, Wheezing -/-



 Abdomen Inspeksi : Palpasi



:



Distensi (-), bising usus (+) normal nyeri tekan (-), Hepar : tidak teraba, lien: tidak teraba turgor



kembali cepat 



Ekstremitas



:



Keempat ekstremitas hangat, edema (-), CRT < 2 detik







Kulit



:



Sianosis (-), Kremer IV



6



Parameter Billirubin



Hasil 16,93



Nilai Normal 0,00 - 12,00



Satuan mg/dL



Remark H



total Billirubin



0,53



0,00 – 0,40



mg/dL



H



direct Billirubin



16,40



0,00 – 0,05



mg/dL



H



indirect IV. Pemeriksaan Penunjang (17/07/2017) Pemeriksaan golongan darah bayi: golongan darah A V. Diagnosis Kerja Neonatus cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan, Hiperbilirubinemia patalogis e.c ABO incompatibility VI. Penatalaksaan - Jaga kehangatan, - ASI on demand, - Rawat tali pusat, - Fototerapi intensif selama 3x24 jam. VII. Perkembangan Pasien Tabel Perkembangan Pasien Tanggal



Subjective, Objective, Assesment, Planning



Terapi



(Jam) 18/7/2017 (06.00)



S: demam (-), tangis (+), gerak aktif (+), BAB - Jaga kehangatan (+), BAK (+), kuning (+), muntah (-)



- Rawat tali pusat - ASI on demand



O: St present



O



Fototerapi



HR: 144 x/menit, RR: 38x/menit, Tax: 36,6 C



(sampai



St general



14.00) -



3x24



20-7-2017



Evaluasi



bilirubin



jam pukul post 7



Kepala: normosefali



fototerapi



Mata : anemis (-), ikterus (+)



Monitoring : vital sign, tanda



THT : NCH (-)



dehidrasi, ikterus



Thorax : simetris (-), retraksi (-) Cor: S1S2 tunggal regular murmur (-) Pulmo : bves +/+, rh -/-, wh -/Abdomen : distensi (-), BU(+)N Ekstremitas : hangat (+), edema (-), CRT 2mg/dL. Kadar bilirubin pada bayi cukup bulan yang diberikan



susu



formula



akan



mencapai



puncaknya sekitar 6-8 mg/dL pada hari ke 3 kehidupan, kemudian akan menurun cepat selama 2-3 hari diikuti dengan penurunan sebesar 1 mg/dL selama 1 sampai 2 minggu. Peningkatan hingga 10-12 mg/dL masih dapat dikatakan fisiologis bahkan hingga 15 mg/dL tanpa disertai kelainan metabolisme bilirubin. Pada bayi yang lahir kurang bulan dapat meningkat 10-12 mg/dl pada usia 5 hari. 1,4 Ikterus patologis terjadi dalam 24 jam Pada kasus terjadi Ikterus patologis pertama kehidupan, kenaikan kadar bilirubin karena terdapat: total serum >0,5 mg/dL/jam, adanya tanda- • tanda penyakit yang mendasari setiap bayi (muntah, letargi, malas menetek, penurunan •



Ikterus dalam 24 jam pertama kehidupan Kenaikan kadar bilirubin



berat badan, apneu, takipneu, atau suhu yang



total serum >0,5 mg/dL/jam yaitu



tidak stabil), serta ikterus yang bertahan setelah



sebesar 0,7 mg/dL/jam



8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 •



Adanya penurunan berat 10



hari pada bayi kurang bulan, ikterus yang



badan sebesar 100 gram



disertai oleh beberapa kondisi daintaranya: berat badan lahir