Laporan Kasus Kolic Renal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS DENGAN INDIKASI COLIK RENAL



Di SUSUN OLEH : SURYANTINI 2019040743



FALKUTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AN NUUR 2019/2020



BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Kolik renal adalah nyeri yang disebabkan oleh obstruksi akut di ginjal, pelvis renal atau ureter oleh batu. Nyeri ini timbul akibat peregangan, hiperperitalsis, dan spasme otot polos pada sistem pelviokalises ginjal dan ureter sebagai usaha untuk mengatasi obstruksi. Istilah kolik sebetulnya mengacu kepada sifat nyeri yang hilang timbul (intermittent) dan bergelombang seperti pada kolik bilier dan kolik intestinal namun pada kolik renal nyeri biasanya konstan. Nyeri dirasakan di flank area yaitu daerah sudut kostovertebra kemudian dapat menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio inguinal, hingga ke daerah kemaluan. Nyeri muncul tiba-tiba dan bisa sangat berat sehingga digambarkan sebagai nyeri terberat yang dirasakan manusia seumur hidup. Kolik renal sering disertai mual dan muntah, hematuria, dan demam, bila disertai infeksi Brunner & Suddarth (2012). Batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,  penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis). Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Soeparman 2015).



2. Etiologi Menurut Sylvia dan Lorraine (2016), Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu: 1. Infeksi Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali. 2. Stasis dan Obstruksi urine Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kemih. 3. Ras Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih. 4. Keturunan 5. Air minum Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat 6. Pekerjaan Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk. 7. Suhu Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih 8. Makanan Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih ( bulibuli dan Urethra ). 3. Patofisologi Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa faktor  predisposisi terjadinya batu antara lain: peningkatan



konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang serta peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau statis urin menjadikan sarang untuk pembentukan batu. Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah casiran urin. Masalahmasalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat.  pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin. Imobilisasi yang lama akan menyebabkan gerakan kalsium menuju tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini makin kompleks sehingga terjadi batu. Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu yang kecil, ada yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin; sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal. Kerusakan  pada srtuktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakankerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat menyebabkan kematian (Sylvia dan Lorraine 2016). 4. Manifestasi Klinis Menurut Sylvia dan Lorraine (2016).Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema. a.



Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter  proksimal. 1) nfeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu



menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.   2) Nyeri hebat dan ketidaknyamanan. b.



Batu di ginjal 1) Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.   2) Hematuri. 3) Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis. 4) Mual dan muntah. 5) Diare.



c.



Batu di ureter 1) Nyeri menyebar kepaha dan genitalia. 2) Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar. c. Hematuri akibat abrasi batu. d. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1 cm.



d.



Batu di kandung kemih 1) Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri.   2) Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urin.



5. KOMPLIKAS Menurut Doenges,et al, (2016), komplikasi yang terjadi yaitu : a. Obstruksi   b. Hidronephrosis. c. Gagal ginjal d. Perdarahan. e. Pada laki-laki dapat terjadi impoten. 6. Pemeriksaan Penunjang a. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam



(meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.   b. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia. c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine. d. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter. e. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal atau  panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter). f. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek obstruksi. g. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu. (Doenges,et al, 2016) 7. Penatalaksanaan a. Pengurangan nyeri Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul dapat bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga mendorong pasase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin haluaran urin yang besar. b. Pengangkatan batu



Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri. c. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL) Adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan. d. Metode Endourologi Pengangkatan Batu Mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (atau nefrolitotomi perkutan) dilakukan dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah dilebarkan ke dalam parenkim ginjal. e. Ureteroskopi Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik atau ultrasound kemudian diangkat. f. Pelarutan batu Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit). g. Pengangkatan batu Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada ureter diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada dikandung kemih. Jika batu berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan ke uretra ke dalam kandung kemih; batu kemudian dihancurkan oleh penjepit pada alat ini. prosedur ini disebut sistolitolapaksi. (Doenges,et al, 2016)



B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Fokus Pengkajian Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2016) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah: a. Aktivitas/istirahat: Gejala: 1)



Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk



2)



Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi



3)



Keterbatasan



mobilitas



fisik



akibat



penyakit



sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama) b. Sirkulasi Tanda: 1)



Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)



2)



Kulit hangat dan kemerahan atau pucat



c. Eliminasi Gejala: 1)



Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya



2)



Penrunan volume urine



3)



Rasa terbakar, dorongan berkemih



4)



Diare Tanda:



1)



Oliguria, hematuria, piouria



2)



Perubahan pola berkemih



d. Makanan dan cairan: Gejala: 1)



Mual/muntah, nyeri tekan abdomen



2)



Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat



3)



Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup Tanda:



1)



Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus



2)



Muntah



e. Nyeri dan kenyamanan: Gejala: Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan) Tanda: 1) Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi 2) Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit f. Keamanan: Gejala: 1) Penggunaan alkohol 2) Demam/menggigil g. Penyuluhan/pembelajaran: Gejala: 1)



Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis



2)



Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme



3)



Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.



2. Analisa Data



 



Data Penyebab Klien mengatakan tidak Intake nutrisi tidak adequat ↓ mampu melakukan Energi dalam tubuh aktivitas berkurang Klien nampak lemah ↓



Masalah Intoleransi aktivitas



 



Kompenbsasi tubuh menggunakan energi cadangan dalam tubuh ↓ Kelemahan otot Factor penyebab Klien mengatakan nyeri ↓ pada perut Penakanan pada saraf saraf Nampak ekspresi wajah di ginjal meringis, nyeri tekan ↓ pada daerah abdomen Merangsang pengeluaran zat pirogen bradikinin, serotonin dan progtaglandin ↓ Impuls di sampai ke SSP bagian korteks serebri ↓ Thalamus ↓ Nyeri dipersepsikan



Nyeri



3. Diagnosa a. Intoleran aktivitas b. Nyeri 4. Rencana Keperawatan a. Nyeri Tujuan Setelah diberi askep selama beberapa hari gangguan nyaman nyeri klien teratasi Setelah diberi askep selama beberapa hari nyeri klien berangsur angsur dapat berkurang dengan kriteria : 1) Klien melaporkan tidak nyeri lagi 2) Ekspresi wajah tidak meringis Intervensi 1) Kaji skala nyer, frekuensi, dan lokasi nyeri



R/ Mengetahui derajat nyeri, dan lokasi yang dirasakan sehingga memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya 2) Atur posisi klien senyaman mungkin R/ posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa nyeri yang muncul 3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi R/



Dengan tehnik menarik napas dalam dan mengeluarkan serta



mengajak klien untuk berbincang membantu mengalihkan stimulus nyeri yang dirasakan 4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup R/ Lingkungan yang tentang dapat membuat klien dapat beristrahat yang cukup sehingga mengurangi itensitas nyeri 5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik R/ Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas teratasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu beraktivitas secara mandiri dengan kriteria : 1) Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri 2) Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan Intervensi 1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya 2) Bantu klien dalam melakukan pemeuhan kebutuhan sehari-hari R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari 3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien



R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga memberi support dalam pemulihan kesehatan



DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth 2012. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, EGC.Jakartta. Carpenito, Linda Juall 1995. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan ( terjemahan) PT EGC, Jakarta. Doenges,et al, 2016. Rencana Asuhan Keperawatan ( terjemahan), PT EGC, Jakarta Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified . New York Chicago San Fransisco Lisbon London, Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul, Singapore Sydney Toronto. Soeparman, 2015. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II , Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Sylvia dan Lorraine 2016. Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi empat, buku kedua. EGC. Jakarta.



PATHWAY Faktor penyebab kolic renal -



Batu besar



Gagal ginjal kronik



ISK Obstruksi Urin Air minum



Cairan masuk tidak adekuat



Intek nutrisi tdk adekuat



Terjadi pengendapan di saluran kemih



Energi berkurang



Batu di saluran kemih



Kelemaahan otot



Intolerasi aktivitas Batu kecil keluar bersama urin



Nyeri berkemih



BAB II ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Setelah dilakuakan anamnesa secara alloanamesa didapatkan hasil: Identitas klien Nama



: Tn. H



Umur



: 35 tahun



Diagnosa



: kolik renal



B. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama Klien mengatakan nyeri 2. Riwayat Kesehatan Sekarang Klien datang dengan keluhan nyeri di pinggang pada saat BAK dan jumlah urin yang dikeluarkan sedikit tetapi jumlah urin normal, nyeri menyebar ke simpisis pubis TTV TD 130/90 mmHg, RR 22x/mt, N 89x/mt, S 37,6 0C dan hasil USG didapatkan Uretrolithiasis. 3. Riwayat Kesehatan Klien mengatakan pernah dirawat di RS 1 tahun lalu dikarenan ISK C. Pengkajian Nyeri Provoking



: nyeri karena uretrolithiasis



Quality



: nyeri tertusuk tusuk



Regional



: pinggang dan simpisis pubis



Skala



: skala 6



Time



: hilang timbul dan sering nyeri saat BAK



D. Pengkajian Pola Fungsional Pola Eliminasi



Klien mengatakan BAK sedikit tetapi jumlah nornal dan terkadang berwarna merah pernah mengalami ISK 1 tahun lalu. E. Pemeriksaan Fisik Abdomen : Palpasi : ada nyeri tekan Provoking



: nyeri karena uretrolithiasis



Quality



: nyeri tertusuk tusuk



Regional



: pinggang dan simpisis pubis



Skala



: skala 6



Time



: hilang timbul dan sering nyeri saat BAK



F. Pemeriksaan Penunjang USG deng hasil Uretrolithiasis



I.



ANALISA DATA



NO



HARI/TGL



1



Selasa 14 april 2020



DATA FOKUS Ds : klien mengatakan nyeri di pinggang pada saat BAK dan jumlah urin yang dikeluarkan sedikit tetapi jumlah urin normal, nyeri menyebar ke simpisis pubis TTV TD: 130/90 mmHg, RR: 22x/mt, N: 89x/mt, S: 37,60C Pengkajian nyeri P :nyeri karena uretrolithiasis Q



Kurang minum



PROBLEM Nyeri akut



TTD sury a



BAK sedikit dan kemerahan Menyebabk an uretrolithia sis Nyeri pinggang menyebar ke simpisis pubis



:nyeri tertusuk Nyeri akut



tusuk R



ETIOLOGI



:pinggang dan simpisis pubis



S



: skala 6



T



:



hilang



timbul dan sering nyeri saat BAK



II.



DIAGNOSA KEPERAWATAN



NO



HARI/TGL



1



Selasa 14 april 2020



DX KEPERAWATAN Nyeri akut



TGL TERATASI



TTD sury a



III.



RENCANA KEPERAWATAN



NO HARI . /TGL DP 1 Selasa 14 april 2020



TUJUAN



INTERVENSI



Setelah dilakukan 1. Monitor TTV asuhan keperawatan 2. Kaji intesitas selama 1x6 jam nyeri nyeri dapat terataasi 3. Ajarkan teknik dengan kriteria hasil: relaksai 1. Mampu autogenik 4. Beri kompres mengontrol nyeri air hangat ( tahu penyebab rebusan jahe 5. Kolaborasi tim nyeri, mampu medis menggunakan teknik nonfarmokologi untuk mengurangi nyeri) 2. Melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri. 3. Melaporkan rasa nyaman



setelah



nyeri berkurang



RASIONAL



TTD



1. untuk sury mengontr a ol vital sign 2. untuk mengetah ui seberapa nyerinya 3. untuk mengontr ol nyeri mengguna kan relaksasi autogenik 4. menguran gi nyeri dengan pengguna an air hangat rebusan jahe 5. untuk menguran gi nyeri dengan analgetik



IV.



NO . DP



CATATAN KEPERAWATAN



HARI/TG L/JAM



TINDAKAN



RESPON HASIL



TTD



1



Selasa 14 april 2020



Monitos TTV



Ds:Do : TTV TD: 130/90 mmHg, RR: 22x/mt, N: 89x/mt, S: 37,60C



Kaji intesitas nyeri



Ds : klien mengatakan nyeri di pinggang pada saat BAK dan jumlah urin yang dikeluarkan sedikit tetapi jumlah urin normal, nyeri menyebar ke simpisis pubis Pengkajian nyeri P :nyeri karena uretrolithiasis Q



:nyeri



tertusuk



tusuk R



:pinggang



dan



simpisis pubis S



: skala 6



T



: hilang timbul dan sering nyeri saat BAK



Ajar teknik relaksasi autogenik



Do:Ds:Do:-



Berikan air hangan rebusan jahe



Ds:Do:-



Beri analgetik



Ds:Do:-



V.



NO. DP 1



CATATAN PERKEMBANGAN



HARI/TGL/JAM



Selasa 14 april 2020



EVALUASI



TTD



S : klien mengatakan nyeri di Surya pinggang pada saat BAK dan jumlah urin yang dikeluarkan sedikit tetapi jumlah urin normal, nyeri menyebar ke simpisis pubis TTV TD: 130/90 mmHg, RR: 22x/mt, N: 89x/mt, S: 37,60C Pengkajian nyeri P :nyeri karena uretrolithiasis Q



:nyeri tertusuk tusuk



R



:pinggang dan simpisis pubis



S



: skala 6



T



: hilang timbul dan sering nyeri saat BAK



O: A; nyeri belum teratasi P: lanjutkan intervensi - Ajar teknik relaksasi autogenik - Berikan air hangan rebusan jahe - Beri analgetik 1



S O A P



Surya