LAPORAN KASUS Radiologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS SKOLIOSIS Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Radiologi



Diajukan Oleh: Nia Sahra Labetubun, S.Ked (J510145033)



PEMBIMBING : dr. Abdul Aziz, Sp.Rad



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015



LEMBAR PENGESAHAN



LAPORAN KASUS SKOLIOSIS



Diajukan Oleh:



Nia Sahra Labetubun, S.Ked (J510145033)



Tugas ini dibuat untuk memenuhi persyaratan Program Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta



Pembimbing :



dr. Abdul Aziz, Sp.Rad



(.................................)



Disahkan Sek. Program Profesi :



dr. Dona Dewi Nirlawati



(.................................)



BAB I STATUS PASIEN A. IDENTITAS PASIEN Nama



: Ny.S



Usia



: 83 tahun



Alamat



: Sukoharjo



No RM



: 2336xx



Tanggal Pemeriksaan



: 30 Oktober 2014



Jenis Pemeriksaan



: X-Foto Pelvis AP



B. HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI



Telah dilakukan pemeriksaan X Foto Pelvis AP dengan hasil: 



Susunan dan struktur tulang baik







Sela sendi tak menyempit







Permukaan sendi tak irreguler







Tidak tampak diskontinuitas tulang







Sendi sakroilliaca kanan tampak sklerotik







Tampak skoliosis berat V.Lumbal



Kesan:  Susp.gambar Sacroilitis kanan  Gbr. Skoliosis berat V.Lumbal



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologi. Merupakan deformitas tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra ke arah lateral dan rotasional. Skoliosis didefinisikan sebagai kelengkungan tulang belakang ke arah lateral yang memiliki sudut Cobb lebih dari 10o. B. Anatomi dan Struktur Tulang Belakang Tulang belakang atau kolumna vertebra berlokasi di bagian sentral atau posterior dari tubuh. Merupakan bagian yang penting dari tubuh dan memiliki banyak fungsi. Tulang belakang sangat diperlukan sebagai pembentuk struktur tubuh, flexibilitas, menyokong dan pergerakan dari tubuh. Pergerakan dengan melekat pada otot di bagian belakang, yang berada di bagian posterior tulang iga.Tulang belakang juga berfungsi untuk menutupi dan melindungi sum-sum tulang.



Susunan anatomi atau struktur tulang belakang terdiri dari : a. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher yang membentuk daerah tengkuk. b. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung yang membentuk bagian belakang torax atau dada. c. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang yang membentuk daerah lumbal atau pinggang. d. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang yang membentuk sakrum atau tulang kelangkang. e. Empat vertebra kosigeus atau ruas tulang tungging atau ekor yang membentuk tulang ekor.



Lengkung ruas tulang bagian leher melengkung ke depan, lengkung ruas tulang dada ke arah belakang, daerah pinggang melengkung ke depan dan pelvis atau kelangkang lengkungannya kearah belakang. Columna Vertebralis Berfungsi menyanggah cranium, gelang bahu, ekstremitas superior dan dinding thorax serta melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Didalam rongga terletak



medula spinalis, radix nervi spinales, lapisan penutup meningen yg dilindungi oleh columna vertebralis. Vertebra servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil dibandingkan dengan ruas tulang lainnya, ciri dari ruas tulang punggung adalah semakin ke bawah semakin membesar dilihat dari segi ukurannya yang memuat persendian untuk tulang iga. Ruas tulang pinggang adalah yang terbesar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya. Sakrum atau tulang kelangkang terletak di bagian bawah tulang belakang dengan bentuk segitiga, dan ruas tulang ekor terdiri dari 4 atau 5 vertebra yang bergabung menjadi satu dan letaknya berada di bagian paling bawah dari tulang belakang atau spine. Ruas-ruas tulang belakang diikat oleh serabut yang dinamakan dengan ligament. Tulang belakang dapat patah akibat dari pukulan keras atau rusak karena faktor kecelakaan atau faktor usia, selain itu tulang belakang juga dapat mengalami kelainan seperti lengkungan tulang dada yang berlebihan mengakibatkan bongkok atau kifosis, lengkung lumbal atau pinggang yang belebihan mengakibatkan lordosis, dan bengkoknya ruas tulang punggung dan pinggang yang mengarah ke arah samping kiri atau kanan yang disebut dengan Skoliosis. C. Epidemiologi Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang sering terjadi. Angka kejadiannya tergantung pada sudut kelengkungan yang terbentuk. Menurut Kane diperkirakan bahwa skoliosis ≥ 10o terjadi pada 25 per 1.000 penduduk. Penyebab yang paling sering ditemukan masih idiopatik. Dan skoliosis yang terjadi pada anak-anak lebih berat dibandingkan dengan dewasa. Hal ini terjadi dikarenakan progresifitas pertumbuhan kelengkungan tulang belakang pada anak-anak terjadi lebih cepat. Selain itu, insiden skoliosis juga meningkat pada orang-orang yang memiliki kelainan neuromuskuler atau faktor predisposisi lainnya. Berdasarkan pada The National Scoliosis Foundation, di Amerika Serikat didapatkan skoliosis pada 6.000 orang. Dan 2% hingga 4% adalah idiopatik skoliosis pada dewasa. Idiopatik skoliosis pada dewasa atau Adolescent



Idiopathic scoliosis (AIS) terhitung pada 80% dari kasus idiopatik skolisosis dan sering terjadi berumur antara 10 hingga16 tahun. Terbanyak pasien idiopatik skoliosis pada dewasa adalah wanita, tapi insidensi bervariasi, tergantung pada derajat kelengkungan dan tipe dari skoliosis. Ciri khas pada pasien skoliosis adalah berpostur tubuh yang tinggi. Wanita dewasa yang skoliosis saat remaja dengan kelengkungan thoraks ke arah kanan. AIS meliputi antara pria dan wanita, tapi tidak dengan rasio yang sama. Kelengkungan tulang belakang sering terdapat pada daerah thorak atau thorakolumbal dan pada banyak kasus seringnya melengkung ke arah kanan. Perbedaan insiden antara pria dan wanita berhubungan dengan derajat kelengkungan. Bagaimanapun, pada pasien dengan kelengkungan tulang belakang 25o atau lebih, sering terjadi pada wanita. Infantile idiopathic scoliosis atau idiopatik skoliosis pada bayi sering ditemukan pada umur 6 bulan dan banyak terjadi pada laki-laki dan keturunan Eropa. Kelengkungannya sering terjadi pada tulang belakang segmen thoraks dan melengkung ke arah kiri. Pada banyak kasus, kelengkungan tersebut dapat diobati pada saat umur 3 tahun. Jumlah skoliosis pada bayi berjumlah hanya 0,5% dari seluruh skoliosis yang idiopatik pada Amerika Serikat dan 4% hingga 5% pada negara Eropa. Juvenile idiopathic soliosis atau Skoliosis pada anak-anak hampir sama dengan dewasa. Perempuan lebih banyak terkena pada tipe ini. Kelengkungan skoliosis pada anak-anak seringnya ke arah kanan. Karena tingginya rasio progresi kelengkungan dan perlunya operasi maka skoliosis pada tipe ini disebut dengan malignansi subtipe dari adolescent idiopatik skoliosis. D. Etiologi 1. Kelainan fisik Ketidak seimbangan pertumbuhan tulang dan otot yang yang mengakibatkan kecendrungan untuk terjadinya suatu Skoliosis. Ketidak seimbangan otot sekitar tulang belakang yang mengakibatkan distorsi spinal atau perbedaan otot pada saat pertumbuhan. Selain itu dapat



disebabkan pula oleh gangguan pada tulang kaki, pinggul atau tulang belakang. Tapi, beberapa orang yang bahunya miring belum tentu karena Skoliosis, melainkan sekadar kebiasaan saja. 2. Gangguan pada kelenjar Endokrin Ketidakseimbangan pada hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, seperti pituitary dan adrenal sebagai pendorong pertumbuhan otot dan tulang. 3. Faktor Keturunan Kelainan Skoliosis dapat ditimbulkan oleh gen, artinya bahwa seorang anak dari penderita Skoliosis memiliki kemungkinan mengidap Skoliosis. 4. Masalah pada Saraf Masalah pada saraf juga dapat menyebabkan timbulnya Skoliosis. Misalnya, karena pembentukan urat saraf tulang belakang yang tidak normal dan terdapat benjolan di sepanjang perjalanan saraf. 5. Faktor Bawaan Bentuk tulang belakang yang tidak normal atau bisa juga merupakan bentuk yang didapat, misalnya karena patah atau bergesernya tulang belakang. 6. Kebiasaan atau sikap tubuh yang buruk Kesalahan dalam posisi duduk atau pun dalam posisi tidur secara terus menerus akan menyebabkan deformasi pada tulang belakang, terutama pada periode pertumbuhan. Faktor ini pula yang dapat menyebabkan bertambahnya ukuran kurva pada penderita Skoliosis. Seseorang yang berjalan miring demi mencegah rasa sakit sebagai akibat kelumpuhan atau luka karena kecelakaan, juga dapat menyebabkan Skoliosis. Faktor kebiasaan atau kesalahan dalam suatu posisi, seperti posisi duduk maupun posisi tidur adalah faktor pembentukan Skoliosis pada seorang anak, karena kebiasaan seperti itu seringkali tidak disadari.



E. Klasifikasi 1. Nonstruktural Skoliosis yang bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung. Terdiri dari : a. Skoliosis postural : Disebabkan oleh kebiasaan postur tubuh yang buruk b. Spasme otot dan rasa nyeri, yang dapat berupa :  



Nyeri pada spinal nerve roots : skoliosis skiatik Nyeri pada tulang punggung : dapat disebabkan oleh inflamasi atau



keganasan  Nyeri pada abdomen : dapat disebabkan oleh apendisitis c. Perbedaan panjang antara tungkai bawah  Actual shortening  Apparent shortening : 1. Kontraktur adduksi pada sisi tungkai yang lebih pendek 2. Kontraktur abduksi pada sisi tungkai yang lebih panjang 2. Sruktural Skoliosis yang bersifat irreversibel dan dengan rotasi dari tulang punggung. a. Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh skoliosis  Bayi : dari lahir – 3 tahun  Anak-anak : 4 – 9 tahun  Remaja : 10 – 19 tahun (akhir masa pertumbuhan)  (iV) Dewasa : > 19 tahun b. Osteopatik  Kongenital (didapat sejak lahir) 1. Terlokalisasi : -



Kegagalan pembentukan tulang punggung (hemivertebrae)



-



Kegagalan segmentasi tulang punggung (unilateral bony bar)



2. General :







-



Osteogenesis imperfecta



-



Arachnodactily Didapat



1. Fraktur dislokasi dari tulang punggung, trauma 2. Rickets dan osteomalasia 3. Emfisema, thoracoplasty c. Neuropatik 



Kongenital



1. Spina bifida 2. Neurofibromatosis 



Didapat



1. 2. 3. 4. 5.



Poliomielitis Paraplegia Cerebral palsy Friedreich’s ataxia Syringomielia



F. Patofisiologi Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya syaraf-syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas-ruas tulang belakang. Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yang normal. Yang bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal diantaranya kebiasaan duduk yang miring membuat syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan maka syaraf itu bahkan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan



pad aruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang yang menderita skoliosis itu bengkok atau seperti huruf S atau huruf C. G. Manifestasi Klinis Ketidaklurusan tulang belakang ini akhirnya akan menyebabkan nyeri persendian di daerah tulang belakang pada usia dewasa dan kelainan bentuk dada, hal tersebut mengakibatkan : 1. Penurunan kapasitas paru, pernafasan yang tertekan, penurunan level oksigen akibat penekanan rongga tulang rusuk pada sisi yang cekung. 2. Pada skoliosis dengan kurva ke lateral atau arah lengkungan ke kiri, jantung akan bergeser kearah bawah dan ini akan dapat mengakibatkan obstruksi intrapulmonal atau menimbulkan pembesaran jantung kanan, sehingga fungsi jantung akan terganggu. Di bawah ini adalah efek skoliosis terhadap paru dan jantung meliputi : a. Efek Mild skoliosis (kurang dari 20o tidak begitu serius, tidak memerlukan tindakan dan hanya dilakukan monitoring) b. Efek Moderate skoliosis (antara 25 – 40o ), tidaklah begitu jelas , namun suatu study terlihat tidak ada gangguan, namun baru ada keluhan kalau dilakukan exercise. c. Efek Severe skoliosis (> 400 ) dapat menimbulkan penekanan pada paru, pernafasan yang tertekan, dan penurunan level oksigen, dimana kapasitas paru dapat berkurang sampai 80%. Pada keadaan ini juga dapat terjadi gangguan terhadap fungsi jantung. d. Efek Very Severe skoliosis (Over 1000 ). Pada keadaan ini dapat terjadi trauma pada pada paru dan jantung, osteopenia and osteoporosis . H. Diagnosis 1. Anamnesis



Pada Skoliosis dengan kelengkungan kurang dari 200, tidak akan menimbulkan masalah. Namun, keluhan yang muncul adalah rasa pegal. Sedangkan pada kelengkungan 20 – 40 derajat, penderita akan mengalami penurunan daya tahan dalam posisi duduk atau berdiri berlama-lama. Bila lengkungan ke samping terlalu parah, yaitu ukuran kurva di atas 400 akan menyebabkan kelainan bentuk tulang belakang yang cukup berat, keluhan akan semakin berat seiring dengan berjalannya pertumbuhan tulang. 2. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada posisi berdiri atau membungkukkan badan ke arah depan atau belakang, kemiringan atau asimeteris dari bahu dan pelvis, tidak sama panjang antara ukuran kaki kiri dengan kaki kanan.



Terdapat ciri-ciri penting yaitu : a. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping. b. Bahu kanan dan bahu kiri tidak simetris. Bahu kanan lebih tinggi daripada bahu kiri. c. Pinggang yang tidak simetris, salah satu pinggul lebih tinggi atau lebih menonjol daripada yang lain. d. Ketika membungkuk ke depan, terlihat dadanya tidak simetris. e. Badan miring ke salah satu sisi, paha kirinya lebih tinggi daripada paha kanan.



f. Ketika memakai baju, perhatikan lipatan baju yang tak rata ,batas celana yang tak sama panjang. g. Untuk Skoliosis yg Idiopatik kemungkinan terdapat kelainan yang mendasarinya, misalnya neurofibromatosis yang harus diperhatikan adalah bercak “café au lait” atau Spina Bifida yang harus memperhatikan tanda hairy patches (sekelompok rambut yg tumbuh di daerah pinggang). h. Pasien berjalan dengan kedua kaki lebar. i. Perut menonjol. j. Sedangkan pada kasus yang berat dapat menyebabkan : 



Kepala agak menunduk ke depan







Punggung lurus dan tidak mobile







Pangggul yang tidak sama tinggi



Kebanyakan



pada



punggung



bagian



atas,



tulang



belakang



membengkok ke kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri. Selain itu pada inspeksi dapat dilihat bila penderita disuruh membungkuk maka akan terlihat perbedaan secara nyata ketinggian walaupun dalam keadaan tegap bisa dalam keadaan normal. Salah satu pemeriksaan fisik adalah dengan cara “The Adam’s Forward Bending test”. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang yaitu dengan menyuruhnya membungkuk 90° ke depan dengan lengan menjuntai ke bawah dan telapak tangan berada pada lutut.. Temuan abnormal berupa asimetri ketinggian iga atau otot-otot paravertebra pada satu sisi. Deformitas tulang iga dan asimetri garis pinggang tampak jelas pada kelengkungan 30° atau lebih.



Jika pasien dilihat dari depan asimetri payudara dan dinding dada mungkin terlihat. Tes ini sangat sederhana, hanya dapat mendeteksi kebengkokannya saja tetapi tidak dapat menentukan secara tepat kelainan bentuk tulang belakang. Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau reflex.



Secara umum tanda-tanda skoliosis yang bisa diperhatikan pada penderitanya yaitu: a. Tulang bahu yang berbeda, dimana salah satu bahu akan kelihatan lebih tinggi dari bahu yang satunya (Elevated Shoulder) b. Tulang belikat yang menonjol, sebagai akibat dari terdorongnya otot oleh kurva primer Scoliosis (Prominent Scapula) c. Lengkungan tulang belakang yang nyata, yang dapat terlihat secara jelas dari arah samping penderita (Spinal Curve) d. Tulang panggul yang terlihat miring, sebagai penyesuaian dari kuva Scoliosis (Uneven Waist) e. Perbedaan ruang antara lengan dan tubuh (Asymmetrical Arm to Flank Distances).



3. Pemeriksaan Penunjang a. Pencitraan Penilaian pasien skoliosis dari segi radiografi dimulai dari sisi anteroposterior dan lateral dari seluruh tulang belakang dengan posisi berdiri untuk menentukan derajat kelengkungan dan dapat juga dengan



posisi



sebaiknya juga



telungkup.



Sebagai



tambahan,



pemeriksaannya



termasuk sisi lateral dari lumbal, untuk menilai



adanya spondilosis atau spondilolystesis (prevalensi di populasi secara umum ada sekitar 5%). Kurva atau kelengkungan skoliosis ini lalu diukur dari sisi AP. Metode yang paling sering digunakan (digunakan oleh Scoliosis Research Society ) adalah metode Cobb.



Pada keadaan tertentu seperti adanya defisit neurologis, kekakuan pada leher, atau sakit kepala, dapat dilakukan pemeriksaan MRI. b.



Skoliometer



Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvatura. Carapengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan po sisimembungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah – ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva



dibawah



vertebra



lumbal



akan



membutuhkan



posisi



membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 5 derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran cobb’s.



I. Penatalaksanaan Tujuan dilakukannya tatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting :



1. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan 2. Mempertahankan fungsi respirasi 3. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis 4. Kosmetik Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O’s” adalah : a. Observasi Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu 500 pada orang dewasa



J. Prognosis Prognosis



tergantung



kepada



penyebab,



lokasi,



dan



beratnya



kelengkungan. Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang, selain kemungkinan timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah. Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya adalah



memungkinkan



anak



bisa



duduk



tegak



pada



kursi



roda.



Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa kali pembedahan.



BAB III



KESIMPULAN Tulang belakang sangat penting untuk membentuk dan menopang tubuh juga dapat menutupi dan melindungi medula spinalis. Berdasarkan Merril’s Atlas, tulang belakang pada dewasa tersusun atas 24 vertebrae dan terbagi 3 segment berdasarkan lokasinya di tubuh. Segmen servikal pada leher terdiri atas 7 vertebrae. Segmen Thoraks pada bagian terdiri dari 12 vertebrae dan segmen lumbal terdiri 5 vertebrae. Kolumna vertebrae dibantu oleh ligamen dan sendi. Juga terbagi pada kolumna vertebrae berupa sakrum dan koksigis dan merupakan bagian dari tulang panggul. Berdasarkan pencintraan medis kita dapat mengetahui bahwa kolumna vertebrae tidak terlalu kuat, bila dilihat secara anterior dan posterior. Bila dilihat dengan pencintraan tulang belakang berbentuk huruf ‘S’ dan kelengkungan itu normal dan membantu dalam melakukan aktivitas sehari-hari sehingga dapat menjaga kita tetap stabil dan fleksibel dalam beraktivitas. Kelengkungan itu juga dapat membantu meredam tekanan yang mengenai tubuh kita yang diakibatkan oleh akitivitas seperti berlari atau meloncat. Kelengkungan tulang belakang yang normal terbentuk dari pertumbuhan dan latihan motorik. Skoliosis dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan radiologi. Insiden skoliosis meliputi dari bayi hingga dewasa. Namun yang paling sering ditemukan adalah pada saat dewasa didapatkan keluhan-keluhan akibat skoliosis yang tidak terdeteksi sejak lahir dan remaja.



DAFTAR PUSTAKA Apley, A. Graham dkk. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta : Widya Medika. Axelgaard, J.; and Brown, J. C.: Lateral electrical surface stimulation for the treatment of progressive idiopathic scoliosis. Spine, 8:242-260, 1983. Bassett, G.S.; and Bunnell, W.P.: Effect of a thoracolumbosacral orthosis on lateral trunk shift in idiopathic scoliosis. J. Pediat. Orthop., 6:182-185, 1986. Beekman, C. E.; and Hall, V.: Variability of scoliosis measurement from spinal roentgenograms. Phys. Ther., 59:764-765, 1979. Blount, W. P.; Moe, J. H.: Wilkins, 1973.



The Milwaukee Brace.



Baltimore, Williams &