Laporan Kasus Remaja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS



ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. C UUMUR 19 TAHUN DENGAN DISMENOREA DI PMB SEPTINA, SST., Bdn



Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Praktik Kebidanan Stase Remaja dan Pra Nikah Program Studi Pendidikan Profesi Bidan



Disusun Oleh: Nama : Maria Oktavia NIM : PO.62.24.2.21.547



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN TAHUN 2021



HALAMAN PERSETUJUAN



LAPORAN KASUS



ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. C USIA 19 TAHUN DENGAN DISMENOREA DI PMB SEPTINA, SST., Bdn



Disusun oleh:



Nama : Maria Oktavia NIM



: PO.62.24.2.21.547



Kelas : Pendidikan Profesi Bidan Angkatan III Semester I



Tanggal Pemberian Asuhan : 27 Agsutus 2021



Disetujui:



Pembimbing Lapangan Nama



: Septina, SST., Bdn



Tanggal



:



Di



:



NIP. 19650910 199303 1 012



Pembimbing Institusi Nama



: Oktaviani, S. SiT., M. Keb



Tanggal



:



Di



:



NIP. 19801017 200212 2 003



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan Praktik Kebidanan Pada Remja Telah disahkan pada tanggal :



Mengesahkan, Pembimbing Institusi



Oktaviani, S.SiT., M.Keb NIP. 1901017 200212 2003



Mengetahui,



Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Dan Pendidikan Profesi Bidan



Heti Ira Ayue, SST., M.Keb NIP. 19781027 200501 2001



Koordinator MK. Remaja dan Pranikah



Erina Eka Hatini, SST., MPH NIP. 190060 200112 2 001



KATA PENGANTAR Segala puji Syukur Atas Kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik, dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga laporan kasus ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan atau petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pembuatan guna dalam memenuhi persyaratan ketuntasan Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Remaja dan Pra Nikah. Harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat membatun menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki bentu atapun isi tugas ini sehingga kedepanya lebih baik lagi. Pada laporan kasus ini penulis mengakui masih banyak kekuarangan karena keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memaklumi serta memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan selanjutnya.



Palangka Raya,



Penulis



Agustus 2021



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa yunani, kata dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal, meno yang berarti bulan, dan orrhea yang berarti aliran. Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid atau menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit didaerah perut maupun panggul (Judha, 2012). Menurut data dari WHO didapatkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%) wanita mengalami dismenore dengan 10-15% mengalami dismenore berat. Lebih dari 50% wanita yang menstruasi mengalami dismenore disetiap negara (Hudson, 2007). Sebanyak 50 % wanita mengalami dismenore primer tanpa patologi pelvis, sedangkan 10 % wanita mengalami nyeri hebat selama menstruasi, sehingga membuat mereka tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari selama 1 sampai 3 hari setiap bulannya (Yunitasari R, 2017), Indonesia angkanya diperkirakan sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder perempuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi (Fitri et al., 2014), Dalam study yang dilakukan oleh Aprillita (2013) Sebanyak 78 mahasiswi jurusan kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palangkaraya yang dipilih sebagai responden, sebanyak 62,82% mengalami dismenorea. Dalam survey yang dilakukan peneliti di MAN Kota Palangka Raya dari 12 orang remaja putri, terdapat 7 orang siswi yang mengalami dismenore dan 2 diantaranya pergi ke UKS untuk beristirahat. Faktor penyebab terjadinya dismenore yaitu keadaan psikis dan fisik yang terganggu seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Pendidikan, faktor psikis seperti stress, dan kesehatan yang rendah seperti anemia dapat memperburuk keadaan dismenorea (Yunitasari R, 2017) Berdasarkan uraian diatas maka tenaga kesehatan terutama bidan berperan penting dalam memberikan penanganan terkait dismenore, dimana ini ini merupakan salah satu gangguan kesehatan reproduksi pada wanita. Salah satu terapi yang bisa digunakan untuk penurunan nyeri yaitu menggunakan kompres air hangat, menurut penelitian dari (Oktaviana S. Rattu, Windatania Mayasari, Epi Dusra, 2021) Penggunaan kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa hangat lokal. Umumnya panas cukup bergauna untuk pengobatan. Dismenore terjadi karena reaksi



kontraksi otot miometrium yang mengakibatkan kontraksi berlebih yang membuat perut terasa mulas / nyeri, dan nyeri ini dapat diturunkan dengan kompres air hangat. Suhu yang hangat dapat membuat sirkulasi darah lancar, vaskularisasi lancer dan terjadinya vasodilatasi yang membuat relaksasi pada otot karena otot mendapat nutrisi berlebih yang dibawa oleh darah sehingga kontraksi otot menurun. B. Rumusan Masalah Bagaimana Asuhan Kebidana Pada Nn. C Umur 19 Tahun dengan Dismenorea C. Tujuan 1. Umum Tujuan Laporan kasus ini untuk mengetahui asuhan kebidanan pada Nn. C Umur 19 tahun dengan Dismenorea 2. Khusus Tujuan laporan kasus ini untuk mengetahui asuhan kebidanan pada Nn.c Umur 19 Tahun dengan Dismenore, dengan memberika KIE mengenai pengertian nyeri haid, apa saja penyebab, upaya pencegahan yang diterapkan untuk mengurangi nyeri haid, dan terapi yang diberikan saat nyeri haid. D. Manfaat 1.



Klien Diharapkan dengan diberikan asuhan kebidanan mengenai nyeri haid pada Nn. C ini dapat mengurangi dan mencegah nyeri haid yang dialami, dan dijadikan pelajaran jika ada nyeri haid yang akan datang dan juga upaya pencegahan agar nyeri haid ini tidak kambuh lagi.



2.



Mahasiswa Diharapkan dengan adanya laporan kasus ini bisa dijadikan sebagai pegangan untuk pencegahan dalam mengurangi rasa haid yang terjadi pada remaja salah satunya haid yang normal dan juga sebagai panduan bagi mahasiswa terutama mahasiswa Profesi Kebidanan Poltekkes Palangka Raya dalam pembuatan laporan kasus dengan nyeri haid pada remaja



3.



Lahan Praktik Diharapkan dengan adanya laporan kasus ini bisa dijadikan panduan untuk pengurangan dan pencegahan rasa nyeri haid pada remaja yang ada di lahan praktik



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Asuhan Kebidanan yang diterapkan pada Remaja 1.



Pengertian Dismenorea Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi. Dalam bahasa Inggris, dismenorea sering disebut sebagai “painful period” atau menstruasi yang menyakitkan, nyeri menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis (Ernawati, Nonon, Suprihatin, 2017) .



2.



Klasifikasi Dismenorea a.



Dismenorea Primer Dismenorea primer adalah proses normal yang dialami ketika menstruasi. Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi. Dismenorea primer disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri haid pun akan berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar prostaglandin (Ernawati, Nonon, Suprihatin, 2017).



b.



Dismenorea Sekunder Dismenorea sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenorea sekunder dapat diatasi hanya dengan mengbati atau menangani penyakit atau kelainan yang menyebabkannya. 1) Fibroid adalah pertumbuhan jaringan di luar, di dalam, atau pada dinding rahim. Banyak kasus fibroid yang tidak menimbulkan gejala, artinya



perempuan yang memiliki fibroid tidak merasakan gangguan atau rasa sakit yang nyata. Gejala fibroid bisa muncul atau tidak bergantung pada lokasi, ukuran dan jumlah fibroid. Fibroid yang terdapat pada dinding rahim dapat menyebabkan rasa sakit dan nyeri yang parah. Fibroid yang menimbulkan gejala biasanya ditandai dengan perdarahan menstruasi yang berat, durasi atau periode menstruasi lebih dari satu minggu, sakit atau pegal pada panggul, dan sering berkemih. 2) Endometriosis adalah suatu kelainan di mana jaringan dari lapisan dalam dinding rahim atau endometrium tumbuh di luar rongga rahim. Lokasi endometriosis yang paling sering adalah pada organorgan di dalam rongga panggul (pelvis), seperti indung telur (ovarium), dan lapisan yang melapisi rongga abdomen (peritoneum), atau pada tuba fallopii dan disamping rongga rahim. Jaringan tersebut juga mengalami proses penebalan dan luruh, sama dengan endometrium normal yang terdapat di dalam rongga rahim. Tetapi karena terletak di luar rahim, darah tersebut akhirnya mengendap dan tidak bisa keluar. Perdarahan ini menimbulkan rasa sakit dan nyeri, terutama di sekitar masa menstruasi. Endapan perdarahan tersebut juga akan mengiritasi jaringan di sekitarnya, dan lama-kelamaan jaringan parut atau bekas iritasi pun terbentuk. Rasa sakit luar biasa saat menstruasi yang menjadi gejala utama penyakit ini dapat dikurangi dengan obat pereda sakit atau terapi hormon. Penanganan dengan operasi juga bisa dilakukan untuk mengangkat jaringan endometriosis, terutama untuk penderita yang berencana untuk memiliki anak. 3) Adenomiosis adalah adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium tumbuh di dalam dinding otot rahim. Biasanya terjadi di akhir masa usia subur dan pada wanita yang telah melahirkan. 4)



Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berkembang di luar rahim, biasanya di dalam tuba falopii. Situasi ini membahayakan nyawa karena dapat menyebabkan pecahnya tuba falopii jika kehamilan berkembang. Penanganannya harus dilakukan dengan cara operasi atau melalui obatobatan (Ernawati, Nonon, Suprihatin, 2017).



3.



Derajat Dismenorea Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Sedangkan menurut Menurut Karim (2009), ditinjau dari berat ringannya rasa nyeri, Dismenorea dibagi menjadi: a.



Dismenorea ringan yaitu dismenorea dengan rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan nyeri tanpa disertai pemakaian obat.



b.



Dismenorea sedang yaitu dismenorea yang memerlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan aktivitas seharihari.



c.



Dismenorea berat yaitu dismenorea yang memerlukan istirahat sedemikian lama dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau lebih



4.



Faktor Resiko Dismenorea Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenorea primer, tetapi patofisiologisnya belum jelas dimengerti. Factor yang memegang peranan sebagai penyebab dismenorea primer adalah Prostaglandin. Prostagladin terbentuk dari asam lemak tak jenuh yang disintesis oleh deluruh sel yang ada dalam tubuh (Anurogo dan Wulandari 2011). Hal ini menyebabkan kontraksi otot polos yang akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Menurut Anurogo dkk (2011) dan Norton (2008), banyak faktor lain yang menyebabkan dismenorea primer antara lain: a.



Faktor endokrin Pada umumnya kejang yang terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi otot uterus yang berlebihan. Hormone estrogen



merangsang



kontraktiltas



uterus,



sedangkan



hormone



progesterone menghambat atau mencegahnya. b.



Faktor konstitusi seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat mempengaruhi timbilnya dismenorea. Saat seseorang menderita anemia maka sensitivitas tubuh terhadap nyeri akan meningkat. Hipersensitivitas pada jaringan ini dipengaruhi karena adanya peningkatan kadar prostaglandin dalam tubuh. Prostaglandin sendiri merupakan zat yang



dihasilkan oleh jaringan yang sedang terluka, sehingga peningkatan prostaglandin dapat dipengaruhi oleh adanya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh anemia. c.



Merokok Rokok adalah stimula yang tidak hanya menyebabkan ketegangan dalam system saraf, tetapi juga mendistorsi produksi hormone yang menyebabkan produksi prostaglandin yang berlebihan. Oleh karena itu, wanita perokok lebih cenderung mengalami nyeri menstruasi .



d.



Kekurangan gizi Kekurangan gizi disebabkan oleh asupan yang kurang pada zat gizi dan diet yang tidak sehat. Zat gizi dibagi dalam dua golongan besar, yaitu: makro nutrient dan mikro nutrient. Kekurangan zat gizi makro, seperti essensial fatty acid akan memicu dismenorea , karena essensial fatty acid ini berfungsi sebagai bahan awal untuk mengatur hormone molekul seperti molekul (prostaglandin) yang mengatur aktivitas sel, terdapat hubungan antara zat gizi mikro kalsium dan vitamin C dengan kejadian dismenorea .



e.



Stress psikologis dan fisiologis terhadap peristiwa yang mengganggu keseimbangan seseorang dalam beberapa cara yang menyebabkan ketidakseimbangan kimia dalam otak yang mengakibatkan menstruasi tidak teratur atau kram menstruasi.



f.



Status gizi Wanita yang memiliki berat badan berlebih memiliki resiko dua kali lebih kuat mengalami nyeri menstruasi daripada wanita yang berat badan normal. Sedangkan status gizi yang kurang dapat memperparah keadaan dismenorea tersebut.



g.



Usia menarche Menarche adalah menstruasi pertama terjadi yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Status gizi remaja mempengaruhi terjadinya menarche baik dari fakotr usia terjadinya menarche, adanya keluhan-keluhan selama menarche maupun lamanya hari menarche. Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat menstruasi (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistic menunjukan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh factor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum.



5.



Gejala Dismenore



Gejala-gejala umum seperti rasa tidak enak badan, lelah, mual, muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas dan gelisah, hingga jatuh pingsan Nyeri dimulai beberapa jam sebelum atau bersamaan dengan awitan menstruasi dan berlangsung selama 48 sampai 72 jam. Nyeri yang berlokasi di area suprapubis dapat berupa nyeri tajam, dalam, kram, tumpul dan sakit. Sering kali terdapat sensasi penuh di daerah pelvis atau sensasi mulas yang menjalar ke paha bagian dalam dan area lumbosakralis. Beberapa wanita mengalami mual dan muntah, sakit kepala, letih, pusing, pingsan, dan diare, serta kelabilan emosi selama menstruasi (Reeder, 2013). 6.



Pencegahan Dismenorea Pencegahan dismenore menurut Anurogo (2011) yaitu 1.



Menghindari stress



2.



Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai, memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna



3.



Hindari makanan yang cenderung asam dan pedas, saat menjelang haid



4.



Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah, dan tidak menguras energi yang berlebihan



5.



Tidur yang cukup, sesuai standar keperluan masing-masing 6-8 jam dalam sehari



6. 7.



Lakukan olahraga ringan secara teratur



Penatalaksanaan Dismenorea Menurut Anurogo (2011), Penatalaksanaan dismenore primer meliputi penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi, yaitu a. Terapi Farmakologi Penanganan dismenore yang dialami oleh individu dapat melalui intervensi farmakologi. Terapi farmakologi, penanganan dismenore meliputi beberapa upaya. Upaya farmakologi pertama yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan obat analgetik yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit. Obat- 20 obatan paten yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan sebagainya. Upaya farmakologi kedua yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian terapi hormonal. Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk membuktikan bahwa gangguan yang terjadi benar-benar dismenore primer. Tujuan ini dapat



dicapai dengan memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi. b. Terapi Non Farmakologi Selain terapi farmakologi, upaya untuk menangani



dismenore



adalah



terapi



non



farmakologi.



Terapi



nonfarmakologi merupakan terapi alternatifkomplementer yang dapat dilakukan sebagai upaya menangani dismenore tanpa menggunakan obat-obatan kimia. Tujuan dari terapi non farmakologi adalah ntuk meminimalisir efek dari zat kimia yang terkandung dalam obat. Penanganan nyeri secara nonfarmakologi terdiri dari 1) Terapi es dan panas Terapi es dan terapi panas adalah dua terapi yang berbeda. Terapi es dan terapi panas dapat dilakukan menggunakan air hangat atau es batu yang dimasukkan ke dalam wadah kemudian dikompreskan pada bagian yang terasa nyeri. Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. 2) Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan memprcepat penyembuhan 3) Penjelasan dan Nasehat Penjelasan dan nasehat merupakan upaya penambahan wawasan untuk penderita dismenore. Memberikan edukasi kepada klien merupakan 21 tugas seorang perawat. Menurut Judha (2012) pemberian edukasi mengenai dismenore, meliputi apa saja yang dapat menyebabkan bertambahnya nyeri, teknik apa saja yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Selain itu dapat dilakukan dengan cara berdiskusi mengenai pola makan yang benar dan makanan yang sehat, istirahat yang cukup, serta menentukan olahraga yang sesuai. 4) Pengobatan Herbal Pengobatan herbal tergolong pengobatan yang paling diminati oleh masyarakat. Disamping biaya yang murah, pengobatan herbal bisa dilakukan dengan mudah. Menurut (Anurogo 2011) pengobatan herbal dapat dilakukan dengan membuat minuman dari tumbuhtumbuhan seperti kayu manis (mengandung asam sinemik untuk meredakan nyeri), kedelai (mengandung phytoestrogens untuk menyeimbangkan hormon),



cengkeh, ketumbar, kunyit, bubuk pala, jahe. Relaksasi Sama seperti pengobatan herbal, saat ini relaksasi merupakan cara yang banyak dipilih untuk digunakan. 5) Relaksasi cukup mudah untuk dilakukan kapan saja dan dimana saja. Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama, teknik relaksasi nafas dalam (contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan). Berbagai cara untuk relaksasi diantaranya adalah dengan meditasi, yoga, mendengarkan musik, dan hipnotherapy. Relaksasi juga dapat dilakukan untuk mengontrol sistem saraf (Anurogo, 2011). B. Teori Evidanced Based Midwifery Dismenorea 1. Pengertian Dismenore Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya terjadi di daerah perut bagian bawah, pinggang, bahkan punggung bisa juga berupa kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan neurologis seperti kelemahan (Asih et al., 2020) 2. Klasifikasi Dismenorea a.



Nyeri haid primer didefinisikan sebagai nyeri kram yang berulang yang terjadi saat menstruasi tanpa ada kelainan patologik pada pelvis. Nyeri haid primer biasanya mulai saat usia remaja, saat dimana siklus ovulasi mulai teratur. Penyebab nyeri haid primer sampai saat ini masih belum jelas, tetapi beberapa teori menyebutkan bahwa kontraksi miometrium akan menyebabkan iskemia pada uterus sehingga menyebabkan rasa nyeri. Kontraksi miometrium tersebut disebabkan oleh sintesis prostaglandin. Prostaglandin disebut dapat mengurangi atau menghambat sementara suplai darah ke uterus, yang



menyebabkan



uterus



mengalami



kekurangan



oksigen



sehingga



menyebabkan kontraksi miometrium dan terasa nyeri b.



Nyeri haid sekunder adalah nyeri saat haid yang didasari oleh adanya kelainan patologik pada pelvis, contohnya endometriosis (Damayanti et al., 2020)



3. Derajat Dismenorea Dismenore sering di klasifikasikan sebagai ringan, sedang, atau berat berdasarkan intensitas relatif nyeri. Nyeri tersebut dapat berdampak pada kemampuan untuk



melakukan aktivitas sehari-hari. Intensitas nyeri menurut Multidimensional Scoring of Andersch and Milsom mengklasifikasikan nyeri dismenore sebagai berikut. a. Dismenore ringan didefinisikan sebagai nyeri haid tanpa adanya pembatasan aktifitas, tidak diperlukan penggunaan analgetik dan tidak ada keluhan sistemik. a. Dismenore sedang didefinisikan sebagai nyeri haid yang memengaruhi aktifitas sehari-hari, dengan kebutuhan analgetik untuk menghilangkan rasa sakit dan terdapat beberapa keluhan sistemik. b. Dismenore berat didefinisikan sebagai nyeri haid dengan keterbatasan parah pada aktifitas sehari-hari, respon analgetik untuk menghilangkan rasa sakit minimal, dan adanya keluhan sistemik seperti muntah, pingsan dan lain sebagainya (Larasati, T. A. & Alatas, 2016) 4.



Faktor Resiko Dismenorea Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan dismenore primer yaitu kelainan endokrin, organik, konstitusi, alergi, usia saat menstruasi pertama 7 hari, perdarahan menstruasi yang berlebihan, merokok, riwayat keluarga, kegemukan, faktor psikologis, kualitas tidur, dan konsumsi alcohol (Yani Amalia Hikma et al., 2021) Ada beberapa faktor yang menyebabkan dismenore primer dapat terjadi salah satunya adalah siklus menstruasi yang tidak teratur setiap bulannya, dimana kemungkinan tingkat nyeri yang dirasakan pada siklus menstruasi tidak teratur makin besar Siklus menstruasi dialami oleh remaja wanita pada hari pertama sampai datangnya periode selanjutnya. Sebesar 90% wanita mengalami siklus menstruasi antara 21-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus normal sekitar 28 hari. Remaja wanita yang memiliki



siklus



tidak



teratur



dapat



menyebabkan terjadinya masalah kesuburan (Yani Amaliah Hikma et al., 2021) Faktor yang secara bermakna terkait dengan intensitas dismenore primer ialah usia yang lebih muda, pendidikan formal yang rendah, riwayat keluarga dismenore, perdarahan lebih banyak, dan periode interval menstruasi yang lebih pendek (Kojo et al., 2021). 5.



Gejala Dismenorea Gejala dismenore primer antara lain pada area abdomen bagian bawah terasa nyeri kolik dan menyebar ke bagian punggung bawah. Rasa nyeri yang terasa di



area suprapubis bisa berupa nyeri tajam, dalam, atau tumpul/sakit, atau rasa kram. Di daerah pelvis akan terasa sensasi penuh, dan sensasi mulas juga akan menjalar ke paha bagian dalam dan area lumbosakralis. Selain rasa nyeri, dismenore primer juga dapat menyebabkan nausea dan vomitting (rasa mual dan muntah), sakit kepala, pusing, letih, diare, emosi yang labil selama menstruasi, bahkan pingsan (Triyani et al., 2021) 6.



Pencegahan Dismenore Nyeri haid (disminorea) dapat dikurangi dengan olahraga teratur, makanmakanan yang bergizi, hindari dari stress, kecemasan, dan perbanyak istirahat dan adapun pengobatan secara farmakologi dan non-farmakologi Pengurangan nyeri disminorea secara farmakologi dengan menggunakan obat-obatan hanya dapat diberikan sesuai dengan gejala yang timbul, karena setiap obat dapat menimbulkan efek samping yang tidak dikehendak. Tindakan kebidanan harusnya lebih mengutamakan yang lebih alamiah secara non farmakologi yaitu seperti akupresure, kompres hangat untuk mencegah / meringankan gejala disminorea (Fitria & Haqqattiba’ah, 2020).



7.



Penatalaksaan kasus nyeri dengan berbagai Upaya pengobatan secara Farmakologi dan Non-faramkologi menurut Referensi beberapa jurnal dan berdasarkan EBM a.



Obat-Obat Analgetik untuk pengurangan Nyeri Menurut penelitian dari (Ni Putu, Aryati, 2021) Keluhan nyeri dapat diobati dengan menggunakan analgesik, yakni zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay, 2015). Meskipun analgesik terbukti berkhasiat dan memiliki indeks terapi yang luas, obat golongan ini juga memiliki efek samping yang berpotensi serius dan dapat terjadi bahkan ketika digunakan dalam dosis yang tepat. Efek samping yang paling umum terjadi adalah gangguan pada gastrointestinal. Obat yang banyak digunakan dalam meredakan nyeri Berdasarkan profil penggunaan jenis analgesik dalam swamedikasi nyeri, mayoritas responden menggunakan Paracetamol untuk mengatasi keluhan nyeri yang dialami yaitu sebesar Paracetamol Frekuensi : 87 Persen (%) : 44,4, sehingga hasil dari penelian ini Penelitian ini menemukan bahwa 50,5% responden menggunakan analgesik secara tidak rasional dalam praktek swamedikasi nyeri tetapi memberikan efek dalam pengurangan nyeri . Mayoritas responden yang



menggunakan analgesik dalam swamedikasi nyeri adalah perempuan, usia 17-25 tahun, tingkat pendidi- kan tinggi, bekerja dan memiliki tingkat pendapatan yang rendah.



b. Pengaruh Kompres hangat terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Haid Menurut penelitian dari (Munthe & Harahap, 2021) Kompres hangat merupakan pengompresan yang dilakukan dengan mempergunakan buli-buli panas atau botol air panas yang di bungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang di rasakan akan berkurang atau hilang. Kompres hangat sebagai metode yang sangat efektif untuk mengurangi nyeri. Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar aliran darah. Hasil dari penelitian ialah : bahwa Nyeri Dismenorea pada Remaja sebelum diberikan Kompres Air Hangat di Wilayah Puskesmas Simangalam Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2020 adalah sebagian besar nyeri sedang, Nyeri Dismenorea pada Remaja sebelum diberikan Kompres Air Hangat di Wilayah Puskesmas Simangalam Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2020 adalah sebagian besar nyeri ringan. hasil uji Paired Sample –Test didapat nilai p- 0,0001< α=0,05 maka H0 ditolak artinya secara simultan terdapat Pengaruh Pemberian Kompres Air Hangat terhadap Nyeri Dismenorea pada Remaja di Wilayah Puskesmas Simangalam Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2021. c. Pengaruh Air Kelapa terhadap Penurunan Nyeri Haid Meneurut penelitian dari (Oktaviana S. Rattu, Windatania Mayasari, Epi Dusra, 2021) Kandungan yang terdapat pada air kelapa antara lain asam askorbat atau vitamin c, protein, lemak, hidrat arang, kalsium atau potassium. Mineral yang terkandung pada air kelapa ialah zat besi, fosfor dan gula yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sukrosa. Kadar air yang terdapat pada buah kelapa sejumlah 95,5 gram dari setiap 100 gram. Manfaat air kelapa yaitu rehidrasi cairan tubuh, membantu menurunkan berat badan, meningkatkan sistem imun, meningkatkan sirkulasi, menjaga keseimbangan elektrolit,



mengurangi nyeri haid. Serta mengandung sejumlah cairan berelektrolit yang dapat mencegah terjadinya dehidrasi karena pada saat menstruasi tubuh mengeluarkan cairan dan darah asam folat yang terkandung di dalamnya juga bermanfaat untuk menggantikan darah yang keluar. Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah dilakukan pemberian air kelapa hijau menunjukkan nilai p=0,000 (