Laporan Kegiatan CSSD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN & MINI WORKSHOP CSSD BASIC COURSE



Disusun oleh



AGUS KHUNZAINI NIP-NPNS. 1020192319910511201507073



RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIRACAS 2019 Jl. Lapangan Tembak Cibubur I, Jakarta Timur Telp : 021-87711249 | fax : 021-8718995 e-mail : [email protected] | website : rsuciracas.jakarta.go.id



A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan selain merupakan pusat rujukan medik, juga berpotensi terhadap resiko penularan infeksi yang sering disebut dengan Healthcare Associated Infections (HAIs) . HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lain yang tidak ditemukan dan tidak dalam masa inkubasi saat pasien masuk rumah sakit. HAIs dapat disebabkan oleh flora endogen atau karena mikroorganisme dilingkungan institusi penyedia pelayanan kesehatan. Keberhasilan dalam pelayanan kesehatan salah satu indikatornya adalah angka HAIs rendah oleh sebab itu maka diperlukan upaya pencegahan dan pengendalian resiko penularan secara terpadu mulai dari tingkat pelaksana, manager unit kerja dan pimpinan rumah sakit agar pasien, keluarga pasien, masyarakat yang berkunjung maupun petugas rumah sakit tidak terkena infeksi . Secara terstruktur dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit adalah dengan memberdayakan secara optimal pelayanan sterilisasi yang diselenggarakan oleh CSSD (Central Sterile Supply Departement) melalui proses sterilisasi yang tersentralisasi dalam satu atap managemen agar kualitas barang steril yang dihasilkan dapat terstandarisasi dengan mutu terjamin sehingga terjadi efisiensi cost dalam pelayanan sterilisasi di Rumah Sakit Central Sterile Supply Departement (CSSD) merupakan unit kerja yang berfungsi dalam memutus



mata rantai infeksi



dan berperan dalam upaya menekan kejadian



infeksi di Rumah sakit . Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, CSSD sangat tergantung pada unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun unit kerja/instalasi lainnya di rumah sakit seperti instalasi farmasi , instalasi pemeliharaan sarana , unit Laundri dan Unit sanitasi .Apabila terjadi hambatan pada salah satu unit di atas maka pada akhirnya akan mengganggu proses sterilisasi dan berdampak terhadap barang steril yang dihasilkan . Central Sterile Supply Departement ( CSSD) mempunyai fungsi yang sangat penting dalam mendukung keselamatan pasien oleh sebab itu barang barang steril yang dihasilkan harus dijamin kesterilannya secara kontinue dan konsisten dalam memenuhi keperluan perawatan pasien baik untuk keperluan darurat maupun keperluan rutin ruangan dalam memenuhi standar akteriditasi dalam Pelayanan sterilisasi , CSSD harus di kelola secara profesional dibawah seorang Manager yang mempunyai pengetahuan , kompetensi



dan ketrampilan di bidang sterilisasi dengan kualitas SDM CSSD yang sudah tersertifikasi melalui pendidikan dan pelatihan khusus tentang CSSD . Disamping itu fasiltas CSSD juga menjadi prioritas seperti bangunan ,



ruangan operasional ( area



kotor, area bersih, area steril), peralatan sterilisasi , air, listrik, sarana ruangan (AC,Hepafilter , termometer ), sarana penunjang ( bak pencucian , meja pengemasan dll) dan kualitas barang yang akandilakukan proses sterilisasi baik barang habis pakai maupun peralatan instrument karena hasil proses sterilisasi sangat tergantung dari fasilitas yang tersedia bila fasilitas tidak sesuais tandar maka barang steril yang dihasilkan tidak bermutu dan tidak steril. Seluruh pelayanan sterilisasi mulai dari penerimaan, pencucian, validasi, produksi, sterilisasi, penyimpanan dan distribusi dilakukan CSSD, kecuali sterilisasi dialisat untuk cuci darah dan scope endoscopi 2. Tujuan a. Tujuan Umum Sebagai Panduan di dalam pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan kejadian infeksi di rumah sakit. b. Tujuan Khusus 1. sebagai control mutu & pengawasan terhadap sterilisasi. 2. Bias membantu menurunkan angka kejadian infeksi dan infeksi nosocomial di rumah sakit. 3. Sebagai panduan kerja bagi pegawai pemberi pelayanan pusat sterilisasi dalam meberikan pelayanan. 4. Mewujudkan



pasient



safety sebagai



wujud



pengendalian



infeksi



nosokomonial di rumah sakit.



B. TEMPAT PELATIHAN Pelatihan dilaksanan dua hari yaitu 24-27 April 2019, bertempat di Irish Room , lantai 6, Swiss Belhotel Mangga Besar Jakarta Pusat, mulai pukul 08.00-16.00.



C. GARIS BESAR MATERI Pada prinsipnya desain ruang sterilisasi terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih. Ruang pusat sterilisasi dibagi menjadi 5 ruangan, yaitu : 1) Ruang Dekontaminasi Pada ruang ini terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi, dan pembersihan. Hal-hal yang perlu diperhatikanantara lain : 



Ventilasi didesain agar udara di ruang dekontaminasi dihisab keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai filter dimana tekanan udaranya harus negatif, dan tidak dianjurkan menggunakan kipas angin.







Ruangan



dibersihkan



setidaknya



sekali



sehari



dipel



atau



vacuum basah dan membersihkan atau mendisinfeksi sink/ tempat mencuci, meja kerja, dan peralatan, serta dilakukan pemisahan sampa infectious dan non infectious. 



Lokasinya terletak di luar lalu lintas utama RS dan dirancang sebagai area tertutup dengan ijin masuk terbatas.



2) Ruang Pengemasan Alat Ruang Pengemasan Alat Pada ruang ini dilakukan proses pengemasan alat untuk alat bongkar pasang maupun pengemasan dan penyimpanan barang bersih. Pada ruang ini dianjurkan ada tempat penyimpanan barang tertutup.



3) Ruang Produksi dan Prosesing Diruang ini dilakukan pemeriksaan linen, dilipat, dan dikemas untuk



persiapan



sterilisasi. Sebaiknya ada tempat untuk penyimpanan barang tertutup. Selain linen, pada barang ini dilakukan pula persiapan untuk bahan seperti kain kasa, kapas,cotton swab dan lain-lain. 4) Ruang Sterilisasi Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat/bahan. Untuk sterilisasi Etilen Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah tapi masih dalam satu unit pusat sterilisasi dan dilengkapi dengan exhaust. 5) Ruang Penyimpanan Barang Steril Ruang ini sebaiknya berada dekat dengan ruang sterilisasi. Bisa menggunakan mesin dua pintu, maka pintu belakang lengsung berhubungan dengan ruang penyimpanan.



Suhu ruangan ini 18 o C -22 o C dan kelembaban 35-75%, ventilasi menggunakan tekanan positif, dinding dan lantai dibuat dari bahan yang halus, kuat, sehingga mudah dibersihkan, alat steril disimpan pada jarak 19-24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya penumpukan debu pada kemasan. Alat steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa lainnya.



Monitoring dan Evaluasi Proses Sterilisasi a. Kontrol Kualitas Sterilisasi Kontrol ini memberikan jaminan bahwa peralatan medis yang disedakan adalah benar-benar steril. Caranya dengan melakukan kultur atau uji sterilitas dari setiap produk yang disterilkan. Cara ini kurang praktis dan mahal untuk dilakukan di rumah sakit. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring proses sterilisasi, yaitu memonitor proses sterilisasi yang dilakukan untuk memberi jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan dalam proses sterilisasi sidah dipenuhi dengan baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam control kualitas adalah : 1) Pemberian nomor lot pada setiap kemasan 2) Data mesin sterilisasi 3) Waktu kadaluarsa. b. Jenis-jenis indikator sterilisasi



1) Indikator Mekanik Indikator mekanik adalah bagian dari instrument mesin sterilisasi seperti gauge, table, dan indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik. Kegunaan indikator mekanik untuk pengukuran temperature dan tekanan, yang merupakan fungsi penting dari sistem monitoring sterilisasi. 2) Indikator Kimia Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi (misalnya uap panas atau gas etilen oksida) pada objek yang disterilkan, dengan adanya perubahan warna. 3) Indikator Biologi Indikator biologi adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk



spora



yang



bersifat



resisten



terhadap



beberapa parameter yang terkontrol dan terukur dalam proses sterilisasi tertentu. Pinsip kerjanya dengan mensterilkan sporran hidup mikroorganisme yang non patogenik



dan



sangat



resisten



dalam jumlah tertentu. Bila selama poses sterilisasi spora-spora tersebut terbunuh, maka dapat diasumsikan bahwa mikroorganisme lainnya juga ikut terbunuh dan benda yang kita sterilkan bisa disebut steril.



D. INSTRUKTUR 1. Sf. Teguh Wardaya, S Kep, Ners M Epid 2. Suko Dwi Priyanto, SAP 3. dr. Surahman Hakim, SpOG (k), MPH 4. Dr. dr. Tony Loho Sp.PK(K)DMM 5. dr. Ari Priyanto 6. Jaka Supardi S. Kep 7. Dr. dr. Hervita Diatri, SpK (K) 8. Rianti, S. Kep, Ners 9. Risna Budy Astuti, SKM, MKM 10. Fitri Arman, S. Si, Apt, MM 11. Listya Puji Astuti, AMF 12. Ammelia Firdaus, AMF 13. Mochammad sidik, S. Pd 14. Ddi Marsudi, S.IP, MM



E. METODE WORKSHOP 1. Diskusi dan Tanya Jawab 2. Work Shop 3. Simulasi



F. KESIMPULAN Penggunaan indikator, hanya menggunakan indikator kimia dalam dan luar. Penggunaan indikator kimia disini hanya berdasarkan pada suhu dimana bila suhu sterilisasi mencapai suhu diatas 121°C maka indikator akan berubah warna. Penggunaan indikator secara tunggal belum dapat digunakan sebagai pegangan mutlak. Penggunaan indikator biologi sangat disarankan untuk lebih menjamin kesterilan



bahan dimana indikator biologi mengandung mikroorganisme dimana bila proses sterilisasi tidak sempurna maka akan terjadi perubahan warna. G. SARAN 



Sebaiknya peralatan yang akan di sterilkan dari tiap-tiap unit di sortir dahulu, meskipun dari tiap bagian peralatan tersebut telah di cuci.







Untuk menindaklanjuti control terhadap sterilisasi selama proses yang efektif dan efisien dapat menggunakan indicator mekanis dan kimia secara berkala menggunakan indicator biologis.







Untuk menindaklanjuti ruang dekontaminasi perlunya Eye Washer yang berfungsi jika cairan terkena mata.







Untuk menindak lanjuti Unit CSSD perlu adanya pengukur suhu dan kelembapan ruangan.







Perlu adanya air steril (Air R O)



H. PENUTUP Dengan selesainya PELATIHAN & MINI WORKSHOP CSSD BASIC COURSE semoga dapat membawa perubahan besar, berguna dan bermanfaat bagi pelayanan RSUD Ciracas, khususnya di Unit CSSD. Sehingga dapat memutus mata rantai infeksi



dan



berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi di Rumah Sakit serta mewujudkan pelayanan yang profesional yang beroritentasi pada mutu dan selalu mengutamakan keselamatan pasien. Demikian laporan ini saya buat sebagai wujud pertanggungjawaban kami atas tugas yang diberikan. Mohon maaf atas segala kekurangan dan terimakasih atas semua dukungan akhir kata semoga laporan kegiatan ini dapat bermanfaat bagi pelayanan di RSUD Ciracas. Jakarta, 30 April 2019 Mengetahui, Direktur RSUD Ciracas



Peserta Diklat



dr. Deby Intan Suri, MPH



Agus Khunzaini



NIP.197812102008012025



NIP-NPNS. 1020192319910511201507073