Laporan Kerja Praktek DGA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KERJA PRAKTIK ANALISIS INDIKASI KEGAGALAN TRANSFORMATOR DENGAN METODE DGA (DISSOLVED GAS ANALYSIS) PADA GENERATOR TURBIN 2.1 BAT 10 PT. INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN DAN JASA PEMBANGKITAN PRIOK



Disusun oleh: Tri Carolina Lestari (2013-042-022) Jessica Eda (2013-042-035)



JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA JAKARTA 2016



LEMBAR PENGESAHAN



Yang bertanda tangan di bawah ini selaku pembimbing kerja PRAKTIK, menyatakan telah menyetujui dan menerima isi laporan kerja PRAKTIK yang dilaksanakan di PT.Indonesia Power UPJP Priok. Laporan kerja PRAKTIK dengan judul Analisis Indikasi Kegagalan Transformator dengan Metode DGA (Dissolved Gas Analysis) pada Generator Turbin 2.1 BAT 10, disusun oleh: 1. Tri Carolina Lestari (2013 0420 022) 2. Jessica Eda (2013 042 035)



Jakarta, 03 Oktober 2016



Semiawan, Amd.



LEMBAR PENGESAHAN



Yang bertanda tangan di bawah ini selaku pembimbing kerja PRAKTIK, menyatakan telah menyetujui dan menerima isi laporan kerja PRAKTIK yang dilaksanakan di PT.Indonesia Power UPJP Priok. Laporan kerja PRAKTIK dengan judul Analisis Indikasi Kegagalan Transformator dengan Metode DGA (Dissolved Gas Analysis) pada Generator Turbin 2.1 BAT 10, disusun oleh: 1. Tri Carolina Lestari (2013 0420 022) 2. Jessica Eda (2013 042 035)



Jakarta, 03 Oktober 2016



Ir. V. Budi Kartadinata, SE, MT



ABSTRAK



Salah satu komponen yang penting dalam suatu transformator adalah minyak transformator, yang berfungsi sebagai isolator dimana akan memberikan isolasi antar belitan dalam transformator, dan sebagai media pendingin untuk menyerap panas dari inti transformator dan belitan transformator. Kandungan gas yang terlarut dalam minyak transformator secara tidak langsung menunjukkan kondisi dari transformator itu sendiri. Oleh karena itu analisa terhadap minyak transformator atau Dissolved Gas Analys (DGA) perlu dilakukan untuk mengetahui jenis gangguan yang mungkin terjadi pada transformator, sehingga dapat langsung dilakukan suatu tindakan dan perhatian khusus terhadap transformator sebelum kondisinya akan bertambah buruk. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kerusakan pada transformator. Uji DGA merupakan analisis kondisi transformator yang dilakukan berdasarkan jumlah gas terlarut pada minyak transformator. Pada laporan ini menggunakan metode-metode untuk analisa kegagalan transformator yaitu metode TDCG, Key Gass, RDM, Roger’s ratio, Duval’s Triangle dan pentagon. Setelah dilakukan perbandingan terhadap metode ini maka metode analisa yang paling efektif adalah metode analisa Duval’s Pentagon. Metode ini dapat menunjukan gangguan dengan lebih jelas dan detil. Berdasarkan analisis terhadap data yang diperoleh, diterapkan berbagai metode yang telah dijelaskan, sesuai dengan standar IEEE Std C57.104-1991 dan IEC 60599 dapat dideteksi bahwa dari tahun ke tahun transformator mengalami kegagalan termal < 300oC.



Kata kunci: Kegagalan transformator, metode analisa, pengujian minyak trafo, uji DGA.



4



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan kerja praktik terhitung mulai 01 Juni 2016 – 01 Juli 2016 di Divisi Predictive Maintenance PT INDONESIA POWER UBP Priok beserta dengan selesainya penulisan laporan kerja praktik yang berjudul “ANALISIS



INDIKASI



KEGAGALAN



TRANSFORMATOR



DENGAN



METODE DGA (DISSOLVED GAS ANALYSIS) PADA GENERATOR TURBIN 2.1 BAT 10” yang merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan kerja praktik dan pemenuhan salah satu syarat kelulusan mata kuliah TKE 439 Kerja Praktik di Program Studi Teknik Elektro UNIKA Atma Jaya Jakarta. Dalam pelaksanaan kerja praktik hingga penyusunan laporan ini, penulis mendapat banyak bimbingan dan bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. PT. Indonesia Power, yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kerja praktik di perusahaan ini. 2. Bapak Alief Rakhman, selaku mentor utama di lokasi tempat kerja praktik dilaksanakan, yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan kerja praktik ini. 3. Bapak Semiawan dan seluruh staf Divisi Predictive Maintenance yang telah membantu membimbing penulis selama kerja praktik berlangsung. 4. Bapak Taufik selaku kepala Divisi Hubungan Kemasyarakatan dan Keamanan yang telah mengayomi penulis.



5



5. Seluruh staf Divisi K3 dan Lingkungan yang telah membantu penulis selama kerja praktik berlangsung. 6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa selama pelaksanaan kerja praktik. 7. Victor Tjokrodinata dan Andrew Pranata, selaku teman seperjuangan dalam melaksanakan kerja praktik dari UNIKA Atma Jaya Jakarta. 8. Serta pihak-pihak yang terlibat yang tidak dapat dituliskan satu-persatu namanya, yang telah membantu dalam melaksanakan kerja praktik hingga laporan ini selesai dikerjakan. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih mempunyai banyak kekurangan baik dari segi materi maupun dari segi pembahasan dan penyajian bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar di kemudian hari laporan ini menjadi bermanfaat baik bagi pembaca maupun penulis.



Jakarta, 03 September 2016



Penulis



6



DAFTAR ISI



ABSTRAK



iv



KATA PENGANTAR



v



DAFTAR ISI



vii



DAFTAR TABEL



viii



DAFTAR GAMBAR



x



BAB I



1



1.1



Sejarah Perusahaan PT. Indonesia Power



1



1.2



Bisnis Utama



2



1.3



Visi Perusahaan



4



1.4



Misi Perusahaan



4



1.5



Filosofi Perusahaan



4



1.6



Tujuan Perusahaan



5



1.7



Gambaran Umum UBP Priok



5



1.8



Sejarah Singkat UBP Priok



6



1.9



Lokasi dan Luas Wilayah UBP Priok



7



1.10



Struktur Organisasi



8



BAB II



11



2.1



Pendahuluan



11



2.2



Aliran Aktifitas



12



2.3



Persiapan



12 7



2.4



Prosedur Umum



13



BAB III 3.1



23 Dasar Teori



23



3.1.1 Disolved Gas Analisis (DGA)



23



3.1.2 Minyak trafo



25



3.1.3 Jenis Kegagalan yang Dapat Dideteksi



26



3.3



Studi Kasus



27



3.5.1 Interpretasi TDCG



27



3.5.2 Key Gas



29



3.5.3 Doernenburg Ratio Method



33



3.5.4 Rogers Ratio Method



35



3.5.5 Duval Triangle



36



3.5.6 Duval Pentagon



41



BAB IV



49



4.1



Kesimpulan



49



4.2



Saran



49



DAFTAR PUSTAKA



51



8



DAFTAR TABEL



Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel



1.1 1.2 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11



Kapasitas terpasang per-unit pembangkit Daya mampu per - unit bisnis pembangkit Jenis Kegagalan (fault) yang Terdeteksi dengan Uji DGA Data Trafo GT 1.2 BAT 10 Total Dissolved Combustible Gas Kategori kondisi Key gas Rasio gas menurut DRM Doernenburg ratio method Rasio gas menurut RRM Rogers Ratio Method Keterangan Rogers Ratio Method Duval triangle



9



3 4 26 27 28 30 31 33 33 35 35 36 37



DAFTAR GAMBAR



10



BAB I PROFIL PERUSAHAAN



1.1



Sejarah Perusahaan PT. Indonesia Power Pada awal 1990-an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya



deregulasi pada sektor ketenagalistrikan. Langkah ke arah deregulasi tersebut diawali dengan berdirinya Paiton Swasta I, yang dipertegas dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik swasta. Kemudian, pada akhir 1993, Menteri Pertambangan dan Energi (MPE) menerbitkan kerangka dasar kebijakan (Sasaran & Kebijakan Pengembangan Sub sektor ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang restrukturisasi sektor ketenagalistrikkan Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya dari Perum menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya pada 3 Oktober 1995, PT PLN (Persero) membentuk dua anak perusahaan, yang tujuannya untuk memisahkan misi sosial dan misi komersial yang diemban oleh Badan Usaha Milik Negara tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik JawaBali I, atau lebih dikenal dengan nama PLN PJB I. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait. Pada 3 oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima. Manajemen Perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi PT Indonesia Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk



1



menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi Perusahaan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat Walaupun sebagai perusahaan komersial di bidang pembangkitan baru didirikan pada pertengahan 1990-an, Indonesia Power mewarisi berbagai sejumlah aset berupa pembangkit dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkitpembangkit tersebut memanfaatkan teknologi modern berbasis komputer dengan menggunakan beragam energi primer seperti air, batubara, panas bumi dan sebagainya. Namun demikian, dari pembangkit-pembangkit tersebut, terdapat pula beberapa pembangkit paling tua di Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada tahun 1920-an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari sini, dapat dipandang bahwa secara kesejarahan pada dasarnya usia PT Indonesia Power sama dengan keberadaan listrik di Indonesia Pembangkit-pembangkit yang dimiliki oleh Indonesia Power dikelola dan dioperasikan oleh 8 (delapan) Unit Bisnis Pembangkitan: Priok, Suralaya, Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak & Grati dan Bali. Secara keseluruhan, Indonesia Power memiliki daya mampu sebesar 7.332 MW. Ini merupakan daya mampu terbesar yang dimiliki oleh sebuah perusahaan pembangkitan di Indonesia.



1.2



Bisnis Utama PT. Indonesia Power sendiri mempunyai kapasitas yang terpasang per-unit



bisnis pembangkit yang dapat dilihat pada tabel 2.1.Sesuai dengan tujuan pembentukannya, PT. Indonesia Power menjalankan bisnis pembangkit tenaga 2



listrik sebagai bisnis utama di Jawa dan Bali. Pada Tahun 2004, PT. Indonesia Power telah memasok sebesar 44.417 GWh atau sekitar 46,51% dari produksi Sistem Jawa Bali.



Tabel 1. 1 Kapasitas terpasang per-unit pembangkit Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya 3.400



Kapasitas (MW)



PLTU Batu Bara PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU



1.248 Priok



Jenis Pembangkit



ALSTOM, PLTGU



(Rencana penambahan dari



MITSHUBISHI



PLTGU block 3 : 740 MW ) Saguling Kamojang Mrica



797 375 306



Semarang



1.469



Perak-Grati Bali Total Indonesia



864 428



Power



PLTA PLTP PLTA PLTU Minyak, PLTG, PLTGU PLTU Minyak, PLTG, PLTGU PLTD, PLTG



8.887



Dengan faktor kapasitas (rata-rata 58%) maupun daya mampu pembangkit tersebut dapat mencerminkan kemampuan pembangkit PT. Indonesia Power dalam menopang sistem ketenagalistrikan pada Sistem JAMALI (Jawa Madura Bali). Diharapkan dengan tingkat keandalan pembangkit (EAF) diatas 86% (rata-rata EAF Tahun 2004) perusahaan akan dapat memasok sistem energi listrik sesuai rencana yang telah disepakati dengan sistem pengaturan beban di sistem JAMALI.



3



Tabel 1. 2 Daya mampu per - unit bisnis pembangkit Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya Priok Saguling Kamojang Mrica Semarang Perak-Grati Bali Total Indonesia Power



1.3



Tahun 2004 (MW) 2.852 1.026 697 333 298 1.098 673 244 7.221



Tahun 2005 (MW) 2.984 1.048 761 333 301 1.143 762 321 7.653



Visi Perusahaan Menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan



lingkungan.



1.4



Misi Perusahaan Melakukan usaha dalam bidang ketenagalistrikan serta mengembangkan usaha



– usaha lainnya yang berkaitan, berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat, guna menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.



1.5



Filosofi Perusahaan



1. Mengutamakan Pasar dan Pelanggan. 2. Menciptakan keunggulan untuk memenangkan persaingan. 3. Memelopori pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4. Menjunjung tinggi etika bisnis. 5. Memberi penghargaan atas prestasi.



4



1.6



Tujuan Perusahaan



1. Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus menerus dalam penggunaan sumber daya perusahaan. 2. Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan saran penunjang yang berorentasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan. 3. Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan yang berasal dari berbagai sumber yang saling menguntungkan. 4. Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai standar kelas dunia dalam hal keamanan, keandalan, efisiensi maupun kelestarian lingkungan. 5. Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat atas dasar saling menghargai antar karyawan dan mitra kerja, serta mendorong terus kekokohan integritas pribadi dan profesionalisme.



1.7



Gambaran Umum UBP Priok Unit Bisnis Pembangkitan Priok merupakan salah satu Unit Bisnis



Pembangkitan besar yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power yang beralamat di Jl. Laks. Laut R.E. Martadinata, Jakarta 14310, Indonesia dan sub-unitnya di Jl.Asia Afrika Senayan, Jakarta Selatan 12210. Saat ini terpasang 16 unit pembangkit terdiri dari dua unit PLTG siklus terbuka, enam unit PLTD, dua blok PLTGU yang setiap bloknya terdiri dari 3 unit turbin gas dan 1 unit PLTU.



5



1.8



Sejarah Singkat UBP Priok Pertengahan tahun 1960, dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik di Jakarta



khususnya dan Jawa Barat pada umumnya, maka PLN Eksploitasi XIII membangun PLTU konvensional 1 dan 2. Namun pada tahun 1989, dengan mempertimbangkan berbagai faktor maka PLTU 1 dan 2 tersebut tidak dioperasikan lagi. Pesatnya pembangunan di segala bidang khususnya industri maka di tahun 1972 dibangun 2 unit PLTU 3 dan 4. Setelah sekian lama dioperasikan, unit ini pada kondisi Reserve Shut Down. Berikutnya dibangun PLTG John Brown, kini dipergunakan oleh PLTU Suralaya untuk unit Black Start, lalu dibangun lagi 2 unit PLTG Westing House dan GE 4, 5, 6, 7. Saat ini PUB 6 direlokasi ke PLN wilayah Sumatera bagian selatan yang letaknya di daerah Indragiri Palembang, sebagai pengelola PT. Cogindo anak perusahaan PT. Indonesia Power, sedangkan unit 7 Draw Back to GE. Unit 4 dan 5 direlokasi ke Bali menjadi PLTGU Pemaron. Hal penting yang harus diketahui adalah terdapatnya 2 unit PLTG yaitu PLTG 1 dan PLTG 3 yang dapat dihidupkan tanpa menggunakan energi listrik dari luar (Black Start), apabila terjadi pembadaman total (Black Out). Energi listrik yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk menghidupkan unit pembangkit lainnya, kemampuan ini sangat menunjang dalam rangka pemulihan kembali sistem kelistrikan Jawa - Bali. Karena fungsinya yang sangat vital, kedua unit ini tidak dioperasikan setiap hari. Selain kedua unit PLTG tersebut, Unit Pembangkitan Priok juga mengelola 6 unit PLTD Senayan beroperasi tahun 1961. PLTD Senayan Kebayoran, melalui



6



feeder VIP hingga saat ini memasok kebutuhan energi listrik ke gedung MPR, Gelora Bung Karno dan TVRI. Tanggal 25 Maret 1992, PLN menyertakan internasional Konsorsium ABB dan Marubeni untuk membangun 2 blok PLTGU dengan kapasitas 1.180 MW, dengan demikian energi listrik yang diproduksi oleh Unit Bisnis Pembangkitan Priok sekitar 7.500.000 Kwh/tahun. Setiap hari dihasilkan energi listrik sebesar 20.500.000 Kwh atau sekitar 11% dari keperluan energi total sistem kelistrikan Jawa-Bali. Dengan menggunakan kabel bawah tanah, listrik sebesar 150 KV disalurkan ke GI Plumpang dan GI Ancol. Selain itu listrik juga dialirkan melalui saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 KV ke Kemayoran I/II, Plumpang I/II. Setelah PLTGU Priok sempurna untuk dioperasikan maka dilakukan sinkronisasi ke sistem kelistrikan Jawa-Bali.



1.9



Lokasi dan Luas Wilayah UBP Priok PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Piok terletak di teluk Jakarta



berdekatan dengan Pelabuhan Samudra internasional yaitu Tanjung Priok. Dikelilingi oleh kawasan bisnis dan industri berat, serta obyek pariwisata Taman Impian Jaya Ancol membuat lokasi UBP Priok sangat strategis ditinjau dari aspek geografis perkotaan. UBP priok mudah dicapai dari berbagai arah dengan memalui jalan raya kota ataupun jalan tol. Jalur Tol Cawang Tanjung Priok adalah akses tercepat dari arah selatan dan timur.



7



1.10



Struktur Organisasi Berawal dari perusahaan dengan nama PT. PJB 1 Unit Pembangkitan Tanjung



Priok didirikan sejak tahun 1995-1996 Selama perjalanan usahanya, perusahaan ini telah banyak mengalami perubahan dan penyempurnaan organisasi perusahaan, dan seperti yang telah dituliskan di sejarah PT. Indonesia Power pada tahun 2000 menjadi PT. Indonesia Power sebagai pelaksana pembangkitan tenaga listrik, sedangkan fungsi pelaksanaannya yaitu : 1. Melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembangkitan tenaga listrik (JAMALI) 2. Mengoperasikan dan memelihara pembangkitan tenaga listrik 3. Melakukan dan meningkatkan pengelolaan sumber daya



manusia,



administrasi, keuangan dan material. Organisasi PT. Indonesia Power telah banyak mengalami perubahan mengikuti perkembangan agar lebih fleksibel dan dinamis sehingga mampu menghadapi dan menyesuaikan situasi bisnis yang selalu berubah. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik dan benar maka perusahaan membuat susunan/ struktur organisasi sebagai berikut : 1 1.



Kepemimpinan dipegang oleh General Manager, General Manajer tersebut dibantu oleh : a. b. c. d.



Auditor Enjinir Sekretaris Spesialis



2. General Manager juga dibantu oleh beberapa manajer dibawahnya yaitu : a. Manajer Operasi & Niaga b. Manajer Pemeliharaan c. Manajer Logistik 8



d. Manajer SDM dan Humas e. Manajer SIS dan Keuangan f. Manajer Enjiniring dan Manajemen Aset Manajer-manajer tersebut memimpin masing-masing bagian divisi dengan tugas : a. Manajer Operasi & Niaga 1. Perencanaan 2. Pengendali Niaga 3. Kinerja 4. Operasi dibagi atas 4 kelompok : A, B, C, D 5. Kimia & Lingkungan b. Manajer Pemeliharaan 9. Pemeliharaan Mesin PLTGU, PLTU/G 10. Pemeliharaan Listrik 11. Pemeliharaan Kontrol & Instrumen 12. Keandalan Unit & Mutu Pearalatan 13. Bengkel & Tools c. Manajer Logistik 1. Perancanaan Logistik 2. Biro & Jasa 3. Gudang d. Manajer SDM dan Humas 1. Administrasi Pegawai 2. Sistem Informasi 3. Pengembangan SDM



9



4. Sekretariat dan Fasilitas 5. Keamanan dan Humas e. Manajer SIS dan Keuangan 1.Anggaran 2.Keuangan 3.Akuntansi f. Manajer Enjiniring dan Manajemen Aset 1. Perencanaan dan pengendalian Investasi 2. Perencanaan Bisnis 3. Pengembangan dan manajemen Aset



10



BAB II DESKRIPSI KERJA PRAKTIK



2.1



Pendahuluan Kerja PRAKTIK di PT Indonesia Power Unit Pembangkit dan Jasa



Pembangkitan Priok diposisikan pada divisi Predictive Maintenance. Dalam divisi ini mempunyai tugas yaitu mengantisipasi kegagalan suatu peralatan sebelum terjadi kerusakan total, menganalisa suatu kondisi peralatan dari kebiasaan perilaku peralatan. Kebiasaan ini dapat digunakan untuk memprediksi sampai kapan peralatan mampu beroperasi secara normal. Sehingga dari divisi ini mempunyai tujuan mengeleminasi gangguan pada mesin dengan menerapkan teknologi yang sesuai untuk mengukur kondisi dari sebuah mesin, mengidentifikasi dan melaporkan permasalahan secepatnya dan memprediksi waktu pelaksanaan tindakan korektif dilaksanakan. Dalam kerja PRAKTIK ini dilakukan pengoperasian tool DGA transport X GE sehingga dapat menganalisis indikasi kegagalan transformator pada generator turbin. Portable DGA TRANSPORT X GE adalah peralatan portable untuk pencatatan, pengukuran, perekaman, atau pendeteksian kandungan gas yang terkandung dalam minyak trafo.



2.2



Aliran Aktifitas



11



2.3



Persiapan



1.



Persiapan Transport X Portable DGA



2.



Lakukan warming pada transport X selama kurang lebih 30 menit sebelum digunakan



3.



Pastikan Accessories Kit (Botol, Srying, Magnet) dan yang lainnya dalam kondisi kering dan bersih



4.



Ajak seorang teknisi yang berpengalaman untuk selalu menemani selama pengambilan sample minyak trafo



5.



Pastikan trafo yang akan diambl sample minyak trafo dalam kondisi energize



6.



Pastikan posisi valve yang akan diambil sample minyak trafo pada sisi bawah



7.



Pasang plug bersama dengan konektor



12



8.



Untuk langkah apapun dalam prosedur, catat kondisi-kondisi yang tidak memuaskan pada work order spk dan laporan ke atasan.



2.4



Prosedur Umum Persiapkan peralatan kerja meliputi: botol, jirigen keci, tang kombinasi, tang cucut, selang srying



Gambar 2. 4. 1 Persiapan peralatan kerja



Buka secara perlahan 4 buah baut pada valve, pastikan valve dalam keadaan tertutup sebelum keempat baut tersebut dibuka.



Gambar 2. 4. 2 Membuka baut



13



Pasang selang penghubung pada srying, pastikan bahwa selang sudah terhubung kuat pada srying agar udara luar tidak masuk saat pengambilan sample.



Gambar 2. 4. 3 Memasang Selang Pasang selang pada valve, buka kran velve secara perlahan, pastikan minyak trafo mengalir secara lancar dan tidak terlalu deras serta alirkan keluar terlebih dahulu sebelum dialirkan ke dalam botol srying (hal ini hanya untuk memastikan bahwa aliran minyak trafo yang mengalir tidak terlalu deras).



Gambar 2. 4. 4 Membuka kran valve



14



Alirkan minyak trafo kedalam srying secara perlahan, pastikan tutup keran pada srying jika botol sudah terisi penuh



Gambar 2. 4. 5 Minyak dialirkan



Pastikan tidak ada udara pada botol srying, dengan cara membuang minyak trafo secara perlahan pada botol srying sehingga udara ikut keluar



Gambar 2. 4. 6 Tidak ada udara pada srynge



15



Isi kembali botol srying hingga di atas 50 ml dengan tidak meninggalkan udara sama sekali



Gambar 2. 4. 7 Isi botol sebanyak 50 ml



Pengukuran Sampel Minyak 1. Tekan tombol switch on alat DGA dan tunggu untuk proses warming up selama 30 menit 2.



Untuk proses pengukuran minyak sample tekan start new measurement



16



3. Akan



muncul



pilihan



Equipment



type



kemudian



pilih



transformer



dan



selanjutnya



tekan



next



4. Akan muncul pilihan Equipment Location pilih unit transformer yang akan dilakukan pengukuran, jika sudah lanjut ke next



17



18



5. Langkah selanjutnya pilih Equipment sampling point, karena titik yang diambil pada trafo adalah sisi bawah maka pilih buttom



6. Selanjutnya yaitu pilihan Source sample, pilih sample oil karena yang akan di test adalah minyak trafo kemudian lanjut ke next



19



7. Terdapat konfirmasi peralatan sebelum dilakukan pengukuran, lanjut ke next



8. Informasi tambahan



20



9. Siapkan perlengkapan untuk pengetesan meliputi botol, magnet, srying dalam keadaan bersih dan kering, kemudian langkah selanjutnya



10. Pasang botol beserta probenya untuk sampling minyak trafo, pastikan magnet dimasukkan ke dalam botol



11. Setelah terinstal langkah selanjutnya yaitu purging dengan menekan next dengan waktu 5 menit



21



12. Untuk persiapan proses selanjutnya yaitu memasang konektor srying untuk proses memasukkan minyak trafo ke dalam botol



13. Ketika dapat instruksi ini tancapkan srying pada botol sample lakukan pemasangan secara hati2 dan cepat karena dibatasi waktu



22



23



14. Pegang konektor untuk menjaga agar kepala srying tidak patah (masukkan sample secara cepat karena dibatasi waktu)



15.



Langkah selanjutnya proses pengukuran DGA berjalan



16. Jika sudah selesai maka akan keluar parameter kandungan gas pada layar



24



BAB III BAHASAN KHUSUS



3.1



Dasar Teori



3.1.1



Disolved Gas Analisis (DGA) DGA secara harfiah dapat diartikan sebagai analisis kondisi transformator



yang dilakukan berdasarkan jumlah gas terlarut pada minyak transformator. Pengujian kandungan gas terlarut pada minyak trafo akan memberikan informasi terkait akan kondisi dan kualitas kerja transformator secara keseluruhan. Uji DGA dilakukan pada sampel minyak yang diambil dari transformator, kemudian gas-gas terlarut (dissolved gas) tersebut diekstrak. Gas yang telah diekstrak lalu dipisahkan, diidentifikasi komponen-komponen individualnya, dan dihitung kuantitasnya (dalam satuan part per million – ppm ). Pengambilan sampel minyak untuk pengujian DGA mengacu pada IEC standard 567. Pengambilan sampel minyak dengan cara yang benar akan memberikan hasil analisa yang baik pada pengujian DGA, apabila pengambilan sampel minyak dilakukan salah maka hasil pengujian akan tidak akurat. 25



Langkah uji DGA : 1. Pengambilan sampel Uji 2. Ekstraksi Gas Metode ekstraksi gas dalam uji gas terlarut ada 2 macam yaitu: a. Gas Cromatograph Teknik memisahkan zat-zat tertentu dari sebuah senyawa gabungan berdasarkan tingkat penguapannya (volatility). Cara kerjanya berdasarkan sifat penyerapan sistem kolom cromatografi gas terhadap sampel . sampel yang diinjeksikan akan di alirkan oleh gas pembawa. Gas-gas yang mempunyai sifat penyerapan yang berbeda akan terpisah. Pemisahan gas-gas ini akan di deteksi oleh detector yang dikonversikan ke dalam sistem pencatat . Jenis dan jumlah gasnya dapat diketahui dengan



membandingkannya



dengan



jumlah



sebelumnya sudah diketahui komposisinya.



Gambar 3. 1 Gas chromatograph



b. Photoacoustic Spectroscopy



26



gas



standar



yang



Dengan radiasi gelombang elektromagnetik dalam menentukan konsentrasi gas terlarut (bisa dilihat pada gambar 3.2) 3. Interpretasi Data Ada beberapa metode interpretasi DGA (N. A. Muhamad, 2007 ) yaitu : a. TCG dan TDCG b. Key Gas c. Doernenburg Ratio Method d. Rogers Ratio Method e. Duvals Triangel 4. Pengambilan Kesimpulan



Gambar 3. 2 Metode Ekstraksi dengan Photoacoustic Spectroscopy



3.1.2



Minyak trafo Minyak trafo merupakan salah satu bagian dari transformator daya yang



berfungsi antara lain sebagai media pendingin dan sebagai media isolasi pada trafo. Apabila terjadi gangguan pada trafo akibat dari gangguan termal maupun ganguan elektris, akan muncul gas-gas mudah terbakar dalam minyak trafo. Dengan mengetahui jenis dan jumlah gas yang ada pada minyak trafo, dapat diketahui kemungkinan gangguan yang terjadi. Metode ini dikenal dengan nama DGA (Dissolved Gas Analyis) yang digunakan sebagai perawatan pada minyak trafo. Minyak transformator harus memenuhi persyaratan, yaitu:



27



1.



Kekuatan isolasi tinggi 2. Penyalur panas yang baik, berat jenis yang kecil, sehingga partikelpartikel dalam minyak dapat mengendap dengan cepat 3. Viskositas yang rendah, agar lebih mudah bersirkulasi dan memiliki kemampuan pendinginan menjadi lebih baik 4. Titik nyala yang tinggi dan tidak mudah menguap yang dapat menimbulkan bahaya 5. Tidak merusak bahan isolasi padat 6. Sifat kimia yang stabil



3.1.3 Jenis Kegagalan yang Dapat Dideteksi Dari berbagai kasus kegagalan (fault) yang terjadi pada transformator dan terdeteksi melalui uji DGA, maka kegagalan pada transformator dapat digolongkan menjadi beberapa kelas : Tabel 3. 1 Jenis Kegagalan (fault) yang Terdeteksi dengan Uji DGA Simbol



Kegagalan



PD



Partial Discharges



D1



D2



T1



T2



Discharges of Low Energy



Discharges of High Energy Thermal fault, Thermal fault, 300 200 °C (T1) dan pada temperatur > 300 °C terjadi karbonisasi kertas munculnya formasi partikel karbon pada minyak (T2) 28 Munculnya formasi partikel karbon pada minyak secara meluas, pewarnaan pada metal (200 °C) atupun penggabungan metal (> 1000 °C)



3.3



Studi Kasus Data yang diberikan di bawah, akan dianalisa kegagalan transformator dengan menggunakan berbagai interpretasi DGA Tabel 3. 2 Data Trafo GT 1.2 BAT 10



Tanggal 22-Feb-13 14-Mar-13 22-Agu-13 23-Okt-13 07-Des-13 25-Feb-14 19-Mei-14 20-Agu-14 11-Nov-14 11-Nov-14 25-Feb-15 26-Mei-15 07-Apr-16 19-Mei-16 Pre-ALARM



H2 5