Laporan Kerja Praktek - OGI SUGI Polsri 2020 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SISTEM PROTEKSI RELAY SEPAM S40 PADA FEEDER A08 DI GARDU INDUK MSS DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk. TANJUNG ENIM



PT.BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk UNIT PERTAMBANGAN TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN



LAPORAN KERJA PRAKTEK Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Kerja Praktek pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Elektronika Oleh: OGI SUGI 061830320206



POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG 2020-2021



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK



SISTEM PROTEKSI RELAY SEPAM S40 PADA FEEDER A08 DI GARDU INDUK MSS DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk. TANJUNG ENIM Nama



:



OGI SUGI



NIM



:



061830320206



Tanjung Enim,



Januari 2021



Disahkan oleh :



Manager Watrik



Assistent Watrik



PS&D



PS&D



Slamet Widodo



Romianton



Romianton



NIK : 6891128263



NIK : 8109130762



NIK : 8109130762



Politeknik Negeri Sriwijaya



ii



Pembimbing Kerja Praktek



KATA PENGANTAR



Assalamualaikum wr. wb. Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan izin-Nya lah saya dapat menyelesaikan praktek di PT. Bukit Asam ( Persero ) Tbk. Tanjung Enim dengan lancar tanpa ada hambatan. Dengan terlaksananya praktek kerja industri ini saya banyak mendapatkan ilmu pengetahuan yang sebelumnya belum pernah saya dapatkan di perkuliahan. Setelah saya melaksanakan praktek kerja ini, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mebantu menyelesaikan laporan ini secara langsung atau pun tidak langsung. Terutama kepada kedua orang tua yang telah membantu saya dalam bentuk material dan spirit. Oleh karena itu, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada 1. Bapak Milawarma selaku Direktur Utama di PT. Bukit Asam ( Persero ) Tbk, yang telah memberikan waktu dan tempat untuk melaksanakan prakerin. 2. Bapak Suprobo selaku Manager Perawatan Listrik 3. Bapak Satria Wirawan selaku Asisten Manager MCC 4. Bapak Syahrial Hamiki selaku Supervisor MCC 5. Bapak Cancer Robi selaku pembimbing di Praktek Kerja 6. Bapak Yudi Wijanarko dan Bapak Ali Nurdin yang telah memberikan izin untuk melakukan kerja praktek di PT.Bukit Asam (Persero) Tbk. 7. Seluruh Staf dan Karyawan MCC PT. Bukit Asam 8. Kedua Orang Tua penulis yang telah membesarkan dengan kasih dan sayang serta perhatian yang tiada ternilai harganya. 9. Rekan – rekan mahasiswa hamdhi, harisman, herlan, aref, ical, fera, mella, dan ines yang telah banyak membantu baik materil ataupun moril dalam menyelesaikan penulisan Laporan Kerja Praktek ini. Politeknik Negeri Sriwijaya



iii



Dengan sadar saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan baik itu dalam penguraian maupun dalam menganalisis data, maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, sehingga dapat menjadi bacaan yang bermanfaat dan berguna bagi siapapun yang membacanya. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin. Wassalamualaikum wr. wb. Tanjung Enim, September 2014



Penulis



Politeknik Negeri Sriwijaya



iv



DAFTAR ISI



LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii KATA PENGANTAR...........................................................................................iii DAFTAR ISI............................................................................................................v BAB I.......................................................................................................................1 PENDAHULUAN...................................................................................................1 1.1



Latar Belakang Kerja Praktek...................................................................1



1.2



Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek...........................................................3



1.3



Tempat , Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kerja praktek...........................4



1.4



Batasan Masalah........................................................................................4



1.5



Metelogi Pencarian Data...........................................................................5



1.6



Sistematika Penulisan................................................................................5



BAB II......................................................................................................................7 TINJAUAN UMUM................................................................................................7 2.1. Sejarah Singkat Penambangan Batubara Bukit Asam..................................7 2.2. Lokasi dan Topografi...................................................................................9 2.3. Visi Perusahaan...........................................................................................10 2.4. Misi Perusahaan..........................................................................................10 2.5. Maksud Dan Tujuan Perusahaan.................................................................11 2.6.



Struktur Organisasi..................................................................................12



2.7. Ruang Lingkup PT. Bukit Asam (persero) Tbk. dan Proses Produksi.......13 2.8. Proyek Pengembangan Penambangan dan Pengangkutan..........................22 2.9. Manajemen Perusahaan..............................................................................23 2.10. Pengelolaha n Lingkungan.......................................................................29 BAB III..................................................................................................................30 LANDASAN TEORI.............................................................................................30 3.1



Pengertian relai proteksi..........................................................................30



3.2



Tujuan Sistem Proteksi............................................................................31



3.3



Syarat – Syarat Relai Proteksi.................................................................31



3.4



Generator.................................................................................................32



3.5



Pemutusan Rangakain (CB/PMT)...........................................................32



3.6



Transformator Pengukuran......................................................................33



Politeknik Negeri Sriwijaya



v



3.7



Relai Arus Lebih.....................................................................................33



3.8



Tempat penelitian....................................................................................33



BAB IV..................................................................................................................37 PEMBAHASAN....................................................................................................37 4.1



Cara kerja dari relay sepam s40..............................................................37



4.2



Perhitungan Arus Hubung Singkat Dan Perhitungan Arus Dan Waktu..37



4.3



Data Setting Rele Sepam S40..................................................................41



BAB V....................................................................................................................43 PENUTUP..............................................................................................................43 5.1



Kesimpulan..............................................................................................43



5.2



Saran........................................................................................................43



DAFTAR PUSTAKA............................................................................................45 LAMPIRAN...........................................................................................................46



Politeknik Negeri Sriwijaya



vi



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Di era sekarang ini sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai salah satu unsur dari sumber daya tersebut mahasiswa harus mempunyai tanggung jawab untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan ilmunya masing-masing agar sumber daya manusia yang handal dan berkualitas dapat tercapai. Banyak cara yang dapat dilakukan mahasiswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan yang dimiliki, salah satunya yaitu kerja praktek yang merupakan suatu program bukan hanya teoritis akan tetapi lebih bersifat praktek agar mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh dari bangku perkuliahan. Relevansi antara mata kuliah yang didapat di kampus dengan kondisi yang ada di bidang industry merupakan suatu acuan dalam pemilihan tempat Kerja Praktek yaitu PT.Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim Sumatera Selatan. PT.Bukit Asam (Persero) Tbk merupakan salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia dimana dalam kegiatan operasionalnya telah menggunakan teknologi modern yang berkaitan dengan ilmu Teknik Elektronika diantaranya berupa pengendalian dan pengontrolan sistem komputer serta pengkoordinasiaan peralatan otomatis yang telah terkomputerisasi. Dalam sistem kelancaran produksi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk banyak menggunakan perangkat elektronika dan sistem instrumentasi serta kontrol pada setiap tahap produksinya. Sistem peralatan ini dibuat agar mempermudah pekerjaan, meningkatkan ketelitian serta mempermudah dalam perbaikan dan perawatan peralatan-peralatan tambang.



1



Karena proses penambangan ini bersifat continue maka perlu dibuat suatu sistem yang dapat bekerja secara otomatis maupun semi-otomatisagar se luruh sistem dapat bekerja secara optimal. Penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke beban diingin kan berlngsung secara continue. Sistem tenanga listrik kemungkinan akan mengalami gangguan dalam pengoperasiannya, terutama secara internal yaitu gangguan yang berasal dari jaringan sistem renaga listrik tersebut, seperti gangguan pada hubungan singkat, beban lebih, dan lain lain. PT. BUKIT Asam (persero) Tbk merupakan suatu perusahaan yang mengunakan listrik untuk memenuhi semua beban ditambang bukit asam, terutama peralatan peralatan conveyor, shovel electric, excavator electric, dan lain lain sebagainya. Main switch station (MMS) merupakan suatu gardu induk sistem distribusi listrik tambang air laya dan sekitarnya yang menerima energy listrik dari pembangkit tenaga uap PLTU 3 X 10 MV PTBA dengan tengangan 20 KV serta dari (PLTU) Bukit asam dengan tegangan 20 KV dengan kontrak beli 21,25 MVA dan disalurkan semua beban di tambang bukit asam secara continue dan sikron antara kedua sumber listrik tersebut. Tenaga listrik yang disuplay dari MSS memerlukan keandalan yang tinggi untuk menghindari kerugian yang sangat besar dalam proses produksi, sehingga setiap penyaluran tenaga listrik ke beban memerlukan sistem proteksi. Sistem proteksi merupakan beberapa perangkat yang bekerja sama sama untuk melaksanakan pengamanan pada jaringan listrik. Sepam merupakan salah satu yang digunakan untuk sebagai proteksi generator, motor, trasformator, dan substation. Perangkat ini dapat semua pengukuran pada setiak pengaplikasiannya. Yang dikontrol daya mengunakan tegangan 24/250 Vdc atau 110/240 Vac. Maka untuk memperjelas sistem prinsip kerja dan memahami apa itu relay proteksi sepam maka pada laporan ini saya memberi judul ”SISTEM PROTEKSI RELAY SEPAM S40 PADA FEEDER A08 DI GARDU INDUK MSS DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk”



2



1.2 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek 1.2.1



Tujuan Kerja Praktek Adapun tujuan Kerja Praktek yang dilakukan di PT.Bukit Asam (Persero) Tbk terbagi menjadi 2 yaitu : A. Tujuan Umum 1. Untuk mengetahui ruang lingkup dan gambaran tentang PT.Bukit Asam (Persero) Tbk. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan kerja yang sebenarnya dengan membandingkan teori yang telah didapat melalui kerja praktek pada dunia kerja yang sebenarnya. 3. Mengenalkan mahasiswa pada pola kerja dan prilaku kerja professional



di



industri/perusahaan



sebagai



referensi



pengetahuan sebelum memasukki dunia kerja sesungguhnya. B. Tujuan Khusus 1. Memahami dan mendapatkan gambaran nyata peralatan instrument dan kendali yang ada pada di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk. 2. Menganalisa dan memahami tentang Tilt Sensor melalui parameter



instrument



yang



ada



di



PT.Bukit



Asam



(Persero)Tbk. 1.2.2



Manfaat Kerja Praktek Adapun manfaat kerja Praktek di PT.Bukit Asam (Persero) Tbk Antara lain :



1. Memperoleh wawasan yang luas mengenai peralatan instrument kendali pada dunia pertambangan. 2. Memperoleh pengalaman dengan membiasakan diri pada suasana lingkungan kerja.



3



3. Mengembangkan cara berfikir yang baik dalam menganilisis permasalahan yang ada.



1.3 Tempat , Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kerja praktek 1.3.1



Tempat Pelaksanaan kerja praktek ini berlangsung di PT.Bukit Asam (persero)Tbk Unit Tambang Air Laya, Jl.Patigi NO.1 Tanjung Enim Sumatera Selatan di Satuan Kerja Pusat Kendali Tambang (MCC).



1.3.2



Lokasi Lokasi Belajar mengenai alat-alat instrument maupun control dilakukan di lokasi kantor MCC (Mine Control Centre) Tambang Air Laya di ruangan Relay atau pun di ruang kerja karyawan. Sedangkan lokasi Pengamatan dan sejenisnya dilakukan di lapangan baik di daerah tambang Air Laya , MTBU (Muara Tiga Besar Utara) maupun Banko Barat .



1.3.3



Waktu Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek tersebut terhitung mulai tanggal 26 Agustus 2014 sampai dengan 26 September 2020 setiap hari kerja : Senin s/d Jum’at, pukul : 07.00 s/d 15.00 WIB selama 1 (satu) bulan.



1.4 Batasan Masalah. Mengingat banyak sekali pokok bahasan masalah sistem kontrol dan instrumentsasi



Pada penulisan laporan ini,penulis membatasi masalah sesuai



dengan disiplin ilmu yang dipelajari . Oleh penulis khususnya tentang peralatan instrument kendali dan berdasarkan pembahasan dalam laporan ini,maka pembahasan masalah penulis letakkkan pada “SISTEM PROTEKSI RELAY SEPAM S40 DI GARDU INDUK MSS DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk”



4



1.5 Metelogi Pencarian Data 1.5.1



Metode Observasi Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pelaksanaan kerja secara langsung dengan melakukan peninjauan lapangan, yaitu melakukan pengambilan data terhadap ojek yang diteliti.



1.5.2



Metode interview Metode interview dilaksanakan dengan mengadakan Tanya jawab secara langsung dengan pembimbing lapangan dan semua pegawai lapangan.



1.5.3



Metode literature Metode pengumpulan data dengan cara mempelajari buku – buku serta berkas – berkas lain yang disediakan seperti Engineering Document Center (EDC), dan Perpustakaan DIKLAT PT.Bukit Asam (Persero)Tbk.



1.5.4



Metode Konsultasi Metode konsultasi adalah metode yang digunakan untuk memperbaiki kesalahan dalam pembuatan laporan kerja praktek dengan pembimbing lapangan.



1.6 Sistematika Penulisan Laporan kerja praktek ini disusun sedemikian rupa sehinggan diharapkan dapat disajikan secara sistematis,penyusunan laporan kerja praktek ini terdiri dari lima bab, masing – masing diuraikan sebagai berikut : BAB I



:



PENDAHULUAN



5



Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penulisan,maksud



dan



tujuan



kerja



praktek,batasan



masalah,metodelogi penulisan,dan sistematika penulisan. BAB II



:



TINJAUAN UMUM Dalam bab ini dijelaskan secara umum tentang sejarh



singkat PT.Bukit Asam (Persero)Tbk, Ruang lingkup,lokasi,dan topografi PT.Bukit Asam (Pesero)Tbk. BAB III



:



LANDASAN TEORI Dalam bab ini dijelaskan tentang pengertian Pompa dan



jenis-jenis



nya,



Pompa



Sentrifugal



dan



juga



komponen



penyusunnya serta Pengertian Tilt sensor disertai prinsip kerja nya hingga spesifikasi dan tipe-tipenya. BAB IV



:



PEMBAHASAN Dalam bab ini merupakan pembahasan utama yaitu studi



tentang perhitungan “SISTEM PROTEKSI RELAY SEPAM S40 PADA FEEDER A08 DI GARDU INDUK MSS DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk”Sebagai acuan. BAB IV



:



PENUTUP Bab iini menjelaskan tentang kesimpulan – kesimpulan dan saran dari semua hasil yang telah dilakukan pada kerja praktek ini.



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



6



BAB II TINJAUAN UMUM



Krisis Ekonomi yang melanda dunia pada tahun 1973 menandai berakhirnya pemakaian minyak murah, sehingga mengakibatkan munculnya batubara sebagai alternativ pengganti sumber energi yang mempunyai prospek masa depan yang lebih baik. Indonesia merupakan salah satu Negara yang mengekspor batubara, karena di Indonesia cadangan batubara masih banyak dan masih tersedia dalam jangka waktu yang panjang. Selain di ekspor batubara juga digunakan dalam negeri terutama sebagai bahan bakar pada Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU), karena harganya lebih murah dari sumber energy lain. Sumber energy merupakan salah satu sumber devisa Negara. Berbagai sumber energi antara lain minyak bumi , gas alam , batubara , dan lain-lain. Dari sekian banyak sumber energy, batubara merupakan salah satu sumber energi yang digunakan, karena harganya relative murah dan memiliki cadangan batubara yang relative banyak daripada sumber energy yang lain.



2.1. Sejarah Singkat Penambangan Batubara Bukit Asam PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. selanjutnya disingkat dengan PTBA didirikan pada tanggal 2 Maret 1981 berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 1980 dengan Akta Nomor 1 Notaris Muhammad Ali Jakarta. Akta pendirian ini di ubah dengan Akta Nomor 5 Tanggal 6 Maret 1984 dan Akta Notaris Nomor 51 Tanggal 21 Mei 1985 Notaris yang sama. Akta pendirian terakhir diubah dengan Akta No. 18 Tanggal 14 Oktober 2002 yang dibuat oleh Nila Noordjasmani Soeyasa Besar, S.H., pengganti dari Imas Fatimah, S.H. Akta tersebut t elah mendapat persetujuan dari mentri kehakiman RI dengan surat keputusan No. C-20119 HT.01.04.TH.2002, tanggal 17 Oktober 2002 dan telah



7



didaftarkan dalam daftar perusahaan sesuai dengan Undang-undang No.13 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan dengan No. TDP.06081200017 dikantor Departemen/ Kodya Muara Enim No. 007/BH.06.08/X/2002 tanggal 18 Oktober 2002 serta dicatat pada Berita Negara RI Tanggal 11 Febuari 2003 No.12,tambahan No. 1172. Pada tahun 1990 pemerintah menggabungkan Perusahaan Umum Tambang Batubara kedalam PTBA, melalui peraturan pemerintah RI no. 56 Tahun 1990 Tanggal 30 Oktober 1990 tentang Penggabungan Perum Tambang Batubara kedalam BUMN yang melakukan kegiatan penambangan Batubara di Indonesia. Berdasarkan persetujuan pemerintah melalui surat Mentri Keuangan RI No. S637/MK.016/1995 Tanggal 2 November 1995 dan Akta Perjanjian kerjasama Usaha Patungan No.118 Tanggal 21 Oktober 1996 serta Akta pendirian No.119 mendirikan anak perusahaan yaitu PT. Batubara Bukit Kendi (PT. BBK) dengan penyertaan PTBA sebesar 75% dan PT. Delta Bentala Perintis sebesar 25%. PTBA saat ini memiliki 2 Unit Pertambangan, yaitu Unit Pertambangan Tanjung Enim (UPT) dan Unit Pertambangan Obilin (UPO). UPT terletak di kota Tanjung Enim sekitar 200 km arah Barat Daya kota Palembang,Sumatera Selatan merupakan



wilayah



penambangan



batubara



terbesar



yang



dikelola



perusahaan,mempunyai sumberdaya batubara 5,9 milyar ton (per 30 september 2003) dengan peringkat batubara mulai dari lignit sampai dengan antrasit, sedangkan Cerenti yang terletak di Indragiri Hulu. Riau memiliki sumberdaya batubara sebesar 1,3 milyar ton serta UPO yang terletak di kota Sawahlunto berjarak 90 km arah Tenggara kota Padang Sumatera Barat. Unit



pertambangan



Tanjung



Enim



dioperasikan



dengan



system



penambangan terbuka (Open Pit Mining) menggunakan “Bucket Wheel Excavator” (BWE), Shovel dan Truck. Sedangkan Unit Pertambangan Omblin (UPO) mulai tahun 2003 hanya dioperasikan dengan system tambang dalam (Underground Mining). Selain itu perusahaan juga mengoperasikan sebuah pelabuhan khusus Batubara yaitu pelabuhan Tarahan di Lampung, serta dua buah dermaga Batubara yaitu dermaga Kertapati di Sumatera Selatan dan Dermaga Teluk Bayur di Sumatera Barat. Jenis batubara di Tanjung Enim pada umumnya



8



termasuk “Sub Bituminous” dan sebagian kecil “Bituminous” dengan kalori yang bervariasi, sehingga untuk memenuhi kalori yang sesuai dengan permintaan konsumen dilakukan dengan pencampuran (blending) antra beberapa jenis batubara. Sedangkan batubara di Obilin termasuk dalam golongan “Bituminous” yang memiliki kalori homogen.



Gambar 2.1. Pengapalan Batubara: a. Pelabuhan Tarahan Lampung, b. PLTU Bukuit Asam, c. Angkutan Batubra melalui Dermaga Kertapati Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk.



2.2. Lokasi dan Topografi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk berlokasi di Tanjung Enim Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan kurang lebih 200 KM arah barat daya kota Palembang. Secara geografis daerah ini terletak pada 4004’30” Lintang Selatan dan 103045’00” Bujur Timur. Kawasan Bukit Asam terletak pada salah satu deretan pegunungan Bukit Barisan. Daerah ini sebagian besar berbukit – bukit dan agak landai. Daerah tepi aliran Sungai Enim dengan ketinggian 50 meter di atas permukaan laut adalah permukaan terendah. Sedangkan puncak Bukit Asam dengan ketinggian sekitar 282 meter diatas permukaan laut merupakan daaerah tertinggi.



9



2.3. Visi Perusahaan Sebagaimana dinyatakan dalam Anggaran Dasar Perseroan, maksud dan tujuan didirikannya PTBA adalah untuk turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, serta pembangunan dibidang pertambangan bahan-bahan galian, terutama pertambangan batubara. Dalam usaha untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, dengan memperhatikan hasil kajian atas faktor-faktor internal perusahaan yang meliputi kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang akan dihadapi,maka ditetapkan visi perusahaan



yaitu “ Menjadi Perusahaan



Energi Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan ”. Dengan visi tersebut berarti pada masa yang akan datang PTBA diharapkan tidak hanya sebagai produsen batubara saja, melainkan juga bercita-cita akan berkembang menjadi suatu perusahaan energi yang berdaya saing dan memberikan nilai optimal bagi dunia dan tetap menjaga kelestarian lingkungan.



2.4. Misi Perusahaan Untuk mencapai visi jangka panjang perusahaan tersebut, maka ditetapkan misi bisnis perusahaan beberapa tahun kedepan (2004 - Sekarang) yaitu “ Mengelola sumber energy dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder serta lingkungan ”. Dengan misi tersebut diharapkan dalam beberapa tahun ke depan PTBA dalam operasinya akan menerapkan cara produksi terbaik (Best Pricing Pratice). Dengan memperimbangkan posisi SWOT perusahaan dan hasil pemetaan GE-9 Cell serta guna meningkatkan nilai perusahaan menjamin terjadinya Growht secara menerus maka disusun 3 strategi utama yaitu : 1.



Memaksimalkan



probabilitas



melalui



peningkatan



produksi



peningkatan produk bernilai tambah dan penekanan biaya. 2.



Memperluas usaha secara vertical antara lain pembangunan PLTU Mulut Tambang. 10



3.



Meningkatkan pertumbuhan perusahaan melalui Marger dan Akuisisi.



2.5. Maksud Dan Tujuan Perusahaan Dalam perubahan Anggaran Dasar PTBA tahun 2002 dinyatakan bahwa maksud dan tujuan pendirian Perusahaan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk adalah untuk “turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dn program pemerintah dibidang konomi dan pembangunan nasional pada umumnya, serta pembangunan dibidang pertambangan bahan-bahan galian terutama pertambangan Batubara sesuai dengan ketentuan dalam perundang-undangan yang berlaku dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas”. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, kegiatan usaha perusahaan yang dilaksanakan adalah : a.



Mengusahakan pertambangan yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan perdagangan bahanbahan galian terutama batubara.



b.



Mengusahakan pengolahan lebih lanjut atas hasil produksi bahan-bahan galian terutama batubara di atas.



c.



Mengusahakan dan mengoperasikan pelabuhan dan dermaga khusus batubara baik untuk keperluan sendirian maupun pihak lain.



d.



Mengusahakan dan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap, baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain.



11



2.6.



Struktur Organisasi Struktur organisasi PT. Tambang Batubara Bukit asam (Persero) Tbk. saat ini adalah sebagai berikut : \



12



Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk. 2.7. Ruang Lingkup PT. Bukit Asam (persero) Tbk. dan Proses Produksi Ruang lingkup dari PT. Bukit Asam (persero) Tbk. di Tanjung Enim yaitu: 



Tambang Batubara Air Laya Dalam pengoperasianya menggunakan system yang disebut dengan



Continuous Surface Mining (penembangan terbuka dan dilakukan secara terus Menerus) dengan peralatan utama meliputi : 2.7.1 Bagian Penggalian Bagian penggalian meliputi : 2.7.1.1. Bucket Wheel Excavator (BWE) BWE adalah mesin tambang yang berada di barisan paling depan, yaitu bertugasmenggali atau mengupas lapisan tanah penutup batubara dan sekaligus mengambil batubara bila pengerukan tanah telah sampai pada lapisan batubara.



Gambar 2.3. Bucket Wheel Excavator (BWE) Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk.



13



Tambang Air Laya mempunyai 5 unit BWE dimana masing – masing unit membutuhkan daya listrik sebesar 148 kW. Sedangkan berat total dari masing – masing unit adalah 552 ton. Bagian – bagian utama BWE adalah : a. Bucket Wheel (Roda Singkup) roda singkup ini merupakan alat utama dari unit BWE yang berfungsi untuk melakukan penggalian. Roda singkup ini berdiameter 9,1 meter. Pada keliling luarnya terdapat singkup – singkup atau sudu – sudu yang bergigi baja. Jumlah singkupnya 14 buah, masing – masing berkapasitas 800 liter. Mekanisme roda singkup ini digerakkan oleh sebuah moto slipring daya 700 kW, tegangan 6 kV, 988,7 rpm, tergantung pengaturan torsi motor. Gear box didinginkan dengan minyak yang digerakkan oleh sebuah pompa minyak yang digerakkan oleh sebuah motor listrik AC dengan daya 4 kW, tegangan 500 Volt. Dalam keadaan diam roda singkup juga di rem. Mekanisme rem ini digerakkan oleh tenaga hidrolik yang disebut eldro atau brake thrustor. Pompa hidroliknya digerakkan oleh motor listrik AC daya 4 kW, tegangan 500 Volt. b. Hoist Gear Receiving Boom Roda singkup terpasang dengan kokoh pada lengan BWE yang disebut receiving boom yang panjangnya 15,9 meter. Pada receiving boom ini terdapat sistem ban berjalan (belt conveyor) untuk mengangkut material yang digali oleh roda singkup. Disamping itu receiving boom ini dapat diangkat atau diturunkan. Hal ini dilakukan oleh unit hoist gear. Mekanisme hoist gear ini digerakkan oleh tenaga hidrolik, dimana diameter silinder hodroliknya 550 mm dan langkahnya 3850 mm. Tekanan hodroliknya 200 bar dengan debit 180 liter/menit. Sedangkan pompa hidroliknya digerakkan oleh motor listrik AC dengan daya 90 kW. Dengan adanya unit hoisting pada receiving boom ini, maka roda singkup dapat melakukan penggalian lebih leluasa. c. Hoist Gear Discharge Boom Discharge boom adalah lengan kedua BWE yang menampung material galian dari receiving boom. Panjang lengan discharge boom ini 27,2 meter.



14



Seperti halnya receiving boom, discharge boom juga dapat diangkat dan diturunkan oleh perlengkapan hoist gear. Diameter silinder hjidroliknya 250 mm, tekanan minyak 200 bar dengan debit 52 liter/menit. Pompa hidroliknya digerakkan oleh motor listrik AC dengan daya 15 kW, tegangan 500 Volt, 986 rpm.



Gambar 2.4. Hoist Gear Drive Safety Switch Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk. d. Slew Gear Receiving Boom Disamping dapat digerakkan naik turun, maka receiving boom juga dapat diayunkan (slewing) ke kiri dan ke kanan tergantung kebutuhan. Mekanisme sleing ini digerakkan oleh dua motor arus searah penguat terpisah dengan daya 37 kW melalui roda gigi penurun putaran yang dilengkapi dengan sistem pengereman dengan hidrolik. Tegangan DC untuk mencatu daya listrik ke kumparan jangkar motor slewing gear ini dapat dengan menyearahkan sistem jala – jala 3 fasa dengan menggunakan thyristor control. Sesuai dengan arus triggernya, maka tegangan DC yang dihasilkan dapat bervariasi dari 0 – 460 Volt. Sedangkan catu arus penguat medan diperoleh dengan menyearahkan sistem jala – jala 3 fasa dengan dioda sehingga tegangan DC yang dihasilkan konstan sebesar 180 Volt. e. Slew Gear Discharge Boom



15



Seperti halnya receiving boom, maka disvharge boom juga dapat diayunkan ke kiri atau ke kanan tergantung kebutuhan penggalian. Mekanisme slewing sama dengan receiving boom. f. Travel Gear Travel gear berfungsi untuk melakukan gerak maju atau mundur dan berbelok. Untuk gerak maju mundur atau membelok ini dilayani oleh sistem traveling. Seluruh konstruksi BWE bertdiri kokoh di atas roda crewler (roda rantai). Masing – masing crewler digerakkan oleh motor DC penguat terpisah dengan daya 90 kW. Cara mendapatka tegangan searah sama dengan unit slewing. Untuk gerakkan maju mundur, maka kecepatan motor harus sama. Sedankan untkuk membelok maka salah satu kecepatan motor harus diperkecil. Kecepatan motor crewler ini dapat diatur mulai dari 200 rpm – 1000 rpm. Gambar 1. Bucket Wheel Excavator 2.7.1.2. Hopper Car (HC) Hopper car merupakan kendaraan penadah yang mendapatkan conveyor excavator (CE) dan berjalan diatas rel. Dalam operasi penambangan, hopper car ini selalu mengikuti gerak BWE. Daya listrik yang dibutuhkan untuk menggerakkan hopper car ini adalah 10,3 kW. Sedangkan berat totalnya adalah 16 ton. 2.7.1.3. Cable Reel Car (CRC) CRC adalah kendaraan pembawa kabel listrik untuk menyalurkan energi listrik untuk menyalurkan energi listrik ke BWE. CRC ini biasanya digandeng dengan Hopper Car. CRC memuat gelondong kabel bertegangan 20 kV untuk mencatu kebutuhan listrik peralatan tambang pada penggalian. Panjang kabel listrik yang digulung digelondong kabel ini 1100 meter. Mekanisme penggulung kabel ini digerakkan oleh sebuah motor slipring khusus (stand still motor). Pada saat



16



menggulung torsi motor diperbesar, sedangkan saat mengulur torsi diperkecil dan saat diam torsi motor sama dengan torsi beban.



Gambar 2.5. Cable Reel Car (CRC) Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk. 2.7.1.4. Belt Wagon (BW) Belt Wagon brfungsi untuk menerima material batubara/tanah dan menambah jangkauan BWE dalam penggalian sehingga pergerakan tidak sering dilakukan. Jenis kendaraan ini lebih dikenal dengan kendaraan pengangkut belt conveyor.



Gambar 2.6. Belt Wagon (BW) Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk.



17



Agar belt wagon juga dapat mengikuti gerakan BWE, maka telah dilengkapi dengan unit khusus, yaitu : a. Crawler Travel Gear Seluruh konstruksi belt wagon berdiri dengan kokoh diatas dua roda crewler yang masing – masing roda digerakkan oleh sebuah motor slipring dengan daya 45 kW, tegangan 500 Volt. Dengan pengaman sebuah rem Eldro dengan daya 330 W. Untuk gerakkan maju mundur, kecepatan motor pada crewler 2 dibuat sama. Sedangkan untuk gerakkan belok, maka salah satu kecepatan motor harus dikurangi. b. Slewing Gear Receiving Boom dan Discharge Boom belt wagon dapat diayunkan secara bersamaan ke kiri atau ke kanan. Mekanisme slewing ini digerakkan oleh dua buah motor slipring dengan daya 4 kW, 500 Volt. c. Hoist Gear Unit hoisting pada receiving dan discharge boom ini digerakkan oleh tenaga hidrolik dengan motor pompa dengan daya 30 kW. Gerakkan receiving dan discharge boom ini meskipun dengan satu motor, tetapi dapat digerakkan dengan secara sendiri – sendiri. Panjang receiving boom 26,4 meter sedangkan discharge boom 21,4 meter. Pemakaian daya listrik 471 kW dan berat total belt wagon 215 ton. 2.7.2 Bagian Pengangkutan Bagian pengangkutan dilakukan dengan sistem ban berjalan (belt conveyor), yang bertugas mambawa material hasil galian, maka prinsip dasar dari keseluruhan sistem yang ada di Tambang Air Laya (TAL) dari lahan penggalian sampai pembuangan atau lahan penimbunan bahkan sampai ke Train Loading Station



(TLS)



adalah



sama



rangkaian



Belt



Conveyor



yang



saling



berkesinambungan. Ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sistem pengoperasiannya, lokasi dan ukuran stationnya. Klasifikasi Belt Conveyor sebagai berikut : A. Conveyor Excavating (CE)



18



B. Conveyor Dumping Side (CD)  Menurut lokasinya Menurut lokasinya penambangan Belt Conveyor dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : 1.



Conveyor Excavating (CE) Pada sisi penggalian yang berfungsi mengangkut material galian dari



BWE ke Conveyor Shunting Belt Conveyor ini dapat diperpanjang dan diperpendek ataupun digeser kekanan atau kekiri. 2.



Conveyor Shunting (CS) Fungsinya yaitu untuk mengangkut dan mengatur pembuangan material



pada Central Distribution Point.Untuk material tanah diteruskan ke Conveyor Dumping (CD) dan untuk batu bara diteruskan ke Conveyor Coal (CC). Conveyor ini dapat dimajukan atau dimundurkan. 3.



Conveyor Dumping (CD) Berfungsi untuk mengangkut material tanah kedaerah penimbunan. Belt



Conveyor ini dapat diperpanjang dan dapat pula diperpendek ataupun digeser kekiri atau kekanan. 4.



Conveyor Coal (CC) Berfungsi untuk mengangkut material batubara ke daerah penimbunan



(stockpile/TLS). 



Menurut Stasiunnya Menurut stasiunnya dapat dibedakan menjadi :



1. Stasiun Belt Conveyor Type A Adalah stasiun listrik untuk Belt Conveyor Excavating dan Belt Conveyor Shunting. 2. Stasiun Belt Conveyor Type B Adalah stasiun listrik untuk Belt Conveyor Dumping dan untuk Conveyor Coal. 2.7.3 Bagian Pembuangan Tanah Bagian pembuangan tanah meliputi : 19



a.



Tripper Car (TC) Tripper car adalah bagian dari unit peralatan pembuangan material galian



didaerah dumping dispola dengan adanya tripper car ini maka spreader dapat melakukan pembuangan material secara lebih merata ke seluruh pembuangan. Kontruksi tripper ini mengangkangi conveyor dumping dan belt conveyor dumping dilewatkan pada kerangka tripper car ini sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerakan tripper car maju atau mundur. b. Spreader (SP) Spreader adalah alat yang berfungsi sebagai penghampar tanah, material (tanah) dibuang ketempat penimbunan (Dumping Area). Dengan alat ini penghamburan material non batubara dapat efisien dan merata. Data teknis Spreader (SP) : 



Type







Kapasitas



: 2600 m/jam







Lebar Belt



: 1600 mm







Kecepatan Belt



: 6,5 m/det







Konsumsi listrik : 1395 KW







Berat total



: ARS 1600 . 15/35 +60



: 900 ton



Gambar 2.7. Spreader Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk. Bagian penambangan batubara, meliputi : 20



a. Stacker/Reclamer (S/R) Peralatan penimbunan dan pengambilan batubara ini adalah peralatan yang digunakan didalam penimbunan batubara (Stockpile). Stacker/Reclamer dapat bekerja sebagai penimbun. Alat ini dapat melakukan empat (4) operasi,yaitu : 



Operasi Stacking, dimana batubara dari coal conveyor (CC 10) akan langsung ditimbun di Stokpile melalui stacker/reclaimer.







Operasi Reclaimer, yaitu stacker/reclaimer akan mengambil kembali batubara yang ditimbun di Stokpile ke TLS.







Operasi By Pass, yaitu penyaluran langsung batubara daru CC 10 ke TLS.







Operasi Gabungan, yaitu gabungan operasi By Pass dan Reclaimer.



Gambar 2.8. Stacker / Reclaimer Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk. b.



Train Loading Station (TLS) Train Loading Station berfungsi sebagai stasiun pengisian batubara ke



gerbong-gerbong kereta api untuk diteruskan ke pelabuhan TLS I ke pelabuhan Tarahan dan TLS II ke pelabuhan Kertapati.



21



Gambar 2.9. Train Loading Station Sumber : Dokumentasi Penulis di PT.Bukit Asam (Persero)Tbk. 



Tambang Batubara Non Air Laya Dalam pengoperasiannya, masih menggunakan system konvensional



dengan Alat utama Shovel dan Truck. Daerah penambangan meliputin sekitar Tambang Air Laya Seperti, Bukit Kendi, Muara Tiga Besar, Air petai, kelawas dan sekitarnya. Cara pengerjaan di awali dengan pembekuaan lahan, kemudian pengerukan tanah dengan Bulldozer, penutup dengan Shovel, lalu diangkat dengan Drum truck.



2.8. Proyek Pengembangan Penambangan dan Pengangkutan Pada tahun 1973 krisis energi melanda dunia dengan ditandai berakhirnya Zaman minyak murah dan di pilihlah batubara sebagai bahan bakar alternatif yang Memiliki prospek lebih baik. Pemerintahan memutuskan untuk



merehabilitasi



semua Tambang batubara dengan membentuk P4BA



dengan ruang lingkupnya adalah : 1.



Pengembangan Tambang Batubara Bukit Asam.



2.



Pengembangan angkutan Kereta Api.



3.



Pengembangan angutan laut.



4.



Pengembangan pelabuhan Batubara.



5.



Pengembangan sistem komunikasi.



22



Adapun tujuan utama P4BA adalah menyediakan batubara uap sebagai bahan baku utama untuk keperluan : 



PLTU Suralaya yang menghasilkan daya 6 x 400 MW.







PLTU Bukit Asam yang Menghasilkan 2 x 65 MW.







Pabrik Semen Baturaja.







Konsumen lain di dalam dan luar negeri.







Pabrik Semen Kupang.







Konsumen lain didalam dan di Luar negeri.



2.9. Manajemen Perusahaan a. Struktur organisasi PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) PT.Tambang Batubara Bukit Asam dipimpin oleh seorang direktur yang dibantu oleh 4 orang direktur, yaitu : Direktur Operasi atau Produksi, Direktur Pengembangan usaha, Direktur Keuangan, dan Direktur umum atau SDM. Selain keempat direktur tersebut, yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada direktur utama adalah kepala Unit Penambangan Ombilin (UPO), Kepala pemasaran dan Kepala satuan pengawasan intern. Kepala Tambang Air Laya bertanggung jawab kepada direktur operasi dan produksi sedangkan Kepala Tambang Air Laya membawahi Kepala rawatan TAL, dan Kepala operasi TAL. Kepala perawatan TAL membawahi Kepala bengkel utama, Kepala rawatan mesin, dan Kepala rawatan listrik, maka selain struktur organisasi tempat mahasiswa praktikan secara khusus yaitu Dinas Rawatan Mesin. b. Tata Laksana Bengkel  Lay Out Mesin-Mesin Sistem penembangan batubara di PT. Tambang Batubara Bukit Asam (persero) khususnya di TAL, menggunakan system continue mining atau sistem penambangan yang berkesinambungan. Dimana peralatan yang satu dengan yang lainnya saling terkait. Peralatan tersebut terdiri dari : 



5 unit Bucket Wheel Excavator (BWE)



23







2 unit Spreader







1 unit Stacker/Reclaimer







2 unit Train Loading Station







Jalur Belt Conveyor 30 Km Untuk menjaga kehandalan yang tinggi dari peralatan diatas didirikan



bengkel utama pada tahun 1987 dan mulai beroperasi pada bulan oktober 1989 dengan luas bangunan



13000 m2. Tugas utama dari bengkel utama adalah



memperbaiki alat tambang utama dan pembuatan komponen-komponennya. Selain itu keberadaan bengkel utama juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan PT.BA terhadap pihak luar, dalam hal pengadaan suku cadang dari luar negeri. Dalam perkembangannya kegiatan bengkel utama lebih mengarah pada profit center sehingga kedudukannya lebih bersifat sebagai partner ship bagi unit produksi pertambangan. Dalam pelaksanaan pekerjaan di bengkel utama dilengkapi dengan satuan kerja : c.



Bengkel perencanaan Perencanaan inilah yang menetukan suatu perencanaan bengkel. Tugas-



tugasnya adalah : 



Menerima atau menolak suatu Work Order yang diajukan user.







Memberi info mengenai prioritas ke manajemen bengkel sehubungan dengan barang model, proyek dari pekerjaan pemeliharaan.







Berhubungan dengan petugas pemeliharaan dan proyek untuk alokasi jangka panjang, kapasitas-kapasitas yang diperlukan untuk pemberhentian dan kontruksi atau proyek penyusunan ulang.







Memberikan pandangan mengenai keperluan kerja lembur jika terjadi beban lebih.



d.



Bengkel Assembling dan Vulkanisir Tugas utama dari pada bengkel assembling dan vulkanisir adalah



melakukan perawatan dan perbaikan komponen-komponen, perakitan alat



24



produksi, khususnya ATU serta rekomendasi (vulkanisir) komponen Belt pada pulley dan Belt Conveyor. Adapun beberapa alat-alat yang terdapat pada bengkel assembling dan vulkanisir adalah : 



Hidraulik jack kapasitas 300 ton







Mesin Dynamic Balancing Hofman H120 3-750 Kg







Oven vulkanisir.







Kegiatan maintenance and repair yang dilakukan adalah antara lain :







Merekondisi Belt Conveyor.







Langging Diffuser pompa dan pulley.







Overhoul Gear Box sampai 700 KW.







Perbaikan silinder Hidroulik BWE.







Perbaikan pompa Lumpur



e.



Bengkel Mesin Tugas pokok dari bengkel mesin adalah melakukan pembuatan maupun



perbaikan komponen suatu alat dengan proses permesinan.



Alat-alat yang terdapat pada bengkel mesin adalah sebagi berikut : 



NC Vertical Lathe dengan diameter 2000 x 4000 mm.







10 unit mesin bubut dengan kapasitas diameter 1800 x 4000 mm.







2 unit mesin horizontal borer sampai kapasitas 1100 x 9000 mm.







unit mesin Shapping dengan kapasitas 650 mm.







unit mesin milling dengan kapasitas 2000 x 400 mm.







unit mesin gerinda permukaan.







Over Head Traveling Crane kapasitas 20 + 6 ton dan 10 ton.



Produk yang pernah dihasilkan : 



Bushing Drive Tumbler BW, BWE, SP.







Poros pompa sampai 123 KW.







Bushing Track Plate BW, BWE, SP. 25







Spare part Apron Feeder.







Roda gigi mesin.







Pendulum Girder.







Return pulley Stacker Reclaimed.



f.



Bengkel Pabrikasi dan Las kontruksi Tugas pokok bengkel pabrikasi dan las kontruksi adalah melaksanakan



pekerjaan pembuatan dan perbaikan bangunan kontruksi baja dan komponen alatalat penambangan. Alat-alat yang terdapat pada bengkel pabrikasi dan las kontruksi adalah sebagai berikut : 



Mesin potong (guilloene) dengan kapasitas pemotongan sebesar 13 x 3000 mm pelat.







Mesin Roll Plate dengan kapasitas sebesar 6 x 2050 mm, dengan diameter minimal 250 mm.







Mesin Lipat Plat atau yang biasa disebut juga Sheet Metal Polding dengan kapasitas sebesar 6 x 2050 mm.







Press Punch dengan kapasitas 315 ton.







20 unit mesin las dengan kapasitas sampai dengan 600 Ampere.







Unit Gye Tracing Shape Cutting Machine dengan kapasitas 300 x 2500 x 4000 mm.







Overhead Travelling Crane dengan kapasitas 10 dan 20 + 6 ton.



Produk yang pernah dihasilkan : 



Komponen pemindah batubara (ApronFeeder) pelabuhan Kertapati.







Corong Conveyor (Conveyor Chute).







Kontruksi Rangka jalur Belt Conveyor.







Ponton Pompa.



g. Bengkel Listrik dan Elektronika Tugas utama dari bengkel ini adalah merawat dan memperbaiki peralatan listrik dan instrument kontrol dilingkungan PT. Bukit Asam. Alat-alat yang terdapat dibengkel ini adalah :



26



Bengkel Listrik 



Mesin Bending dan Winding.







Mesin Coil Winding.







Mesin Coil Taping.







Mesin Dynamic Balancing.







Washing Machine.







Oven.







Motor test set.



Bengkel Elektronika 



Osciloscope.







Frekuensi Counter Digital.







Megger dan Multimeter Digital.







RCL Meter Digital.







Funcion Generator.



Kemampuan dan produk yang dihasilkan : 



Merawat Motor-motor 600 KW







Rewinding motor sampai dengan 132 KW







Memperbaiki dan membuat travo.







Menperbaiki dan membuat mudul-modul elektronika dan instrument kontrol peralatan penambangan.



h. Bengkel Mesin Penunjang Tugas pokok dari bengkel mesin penujang adalah melakukan kegiatan perawatan dan perbaikan terhadapa unit-unit alat penunjang tambang serta unitunit alat sarana tambang milik PT. Bukit Asam (persero) Tbk. Alat-alat yang terdapat pada bengkel mesin penunjang antara lain : 



Bays sebagai sarana rawatan mesin.







2 bays sebagai sarana overhaul.







Repair engine dan component. 27







1 bengkel lapangan.







1 mobil preventive maintenance.







Dynamometer engine test.







FIP test bench.



Kemampuan dari bengkel mesin penunjang : 



Minor repair dan mayor repair alat penunjang tambang.







General Overhauled APT dan AST.







Mengelole penggunaan unit-unit dari APT dan AST milik PT. Bukit Asam (persero) Tbk.







Sebagai distribusi bahan bakar solar dan pelumas alat-alat penunjang tambang.



1. Inventarisasi Alat-Alat Di PT. Bukit Asam (persero) Tbk. semua unit-unit Alat Penunjang Tambang (APT) dan unit-unit Alat Sarana Tambang (AST) sudah diberlakukan sistem perencanaan yang efektif dan efisien. Inventarisasi alat-alat di PT. Bukit Asam (persero) Tbk. dilakukan dengan untuk mengetahui kondisi alat atau mesin berdasarkan dari masukan data laporan atau formulir hasil dari tindakan hasil pemeliharaan. Evaluasi dan pemeliharaan terhadap alat atau mesin ini dirasa sangat bermanfaat sekali terutama untuk mengetahui sejauh mana kondisi mesin atau alat dan tindakan apa yang harus dilakukan terhadap alat atau mesin tersebut. Disamping itu juga untuk menegtahui data-data tentang mesin atau alat. Untuk keperluan evaluasi dan analisis terhadap mesin atau alat tersebut data-datanya diperoleh dilapangan. Data tersebut berbentuk formulir untuk memudahkan cara pengumpulan informasi tentang suatu alat atau mesin,kemudian data tersebut diolah perminggu atau perbulan. Formulir yang ada dilapangan tersebut dapat berbentuk laporan inspeksi, permintaan kerja pemeliharaan, laporan piket kerja. Dalam laporan inspeksi datadata yangada dalam formulir berisi tentang permintaan kegiatan perawatan atau pemeliharaan yang diminta oleh perencanaan dan kegiatan biasanya berupa



28



pengatasan terhadap gangguan yang terjadi atau yang ditemukan saat inspeksi atau pada saat break down diluar perencaan.



2.10. Pengelolaha n Lingkungan Organisasi PTBA dibagi dalam beberapa sub bagian, salah satunya adalah bagian eksplorasi yang bertugas merencanakan proses penembangan dalam perencanaan daerah penambangan, terdapat pula perencanaan pengelolahan lingkugan. Perencanaan lingkungan meliputi daerah – daerah mana yang akan di jadikan sebagai daerah penambangan, bekas penambangan daerah penimbunan tanah dan juga termasuk daerah sekitar lokasi industri.



29



BAB III LANDASAN TEORI



Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang cepat terutama dibidang otomasi industri. Perkembangan ini tampak jelas di industri pemabrikan, dimana sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan manusia, kemudian beralih menggunakan mesin, berikutnya dengan electromechanic (semi otomatis) dan sekarang sudah menggunakan robotic (full automatic) seperti penggunaan Flexible Manufacturing Systems (FMS) dan Computerized Integrated Manufacture (CIM) dan sebagainya. 3.1 Pengertian relai proteksi Rele peroteksi adalah susunan peralatan pengaman yang dapat merasakan atau mengukur adanya gangguan atau ketidakstabilan system yang kemudian secara automatis dapat memberikan respon berupa sinyal untuk menggerakan system mekanisme pemutusan tenaga agar dapat terpisah pada bagian yang terganggu. Rele peroteksi digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan pada sistem tenaga listrik terutama untuk memberikan tanda bahaya, memutuskan bagian system yang tidak normal serta melepas pemutus tenaga apabila gangguan dianggap berbahaya. Tujuan dari Penelitian ini adalah agar dapat mengetahui dan mengerti sistem proteksi distribusi tenaga listrik, memahami cara perhitungan relai arus lebih, serta mengetahui perbandingan setting relai arus lebih pada relai sepam exsiting dengan hasil perhitungan di PT.Bukit Asam (Persero).Tbk Unit Pertambangan Tanjung Enim.Dengan adanya hasil perhitungan yang didapat, maka dapat dibandingkan data yang ada. Rele peroteksi adalah susunan peralatan pengaman yang dapat merasakan atau mengukur adanya gangguan atau ketidakstabilan system yang kemudian secara automatis dapat memberikan respon berupa sinyal untuk menggerakan system mekanisme pemutusan tenaga agar dapat terpisah pada bagian yang 30



tergangu. Rele peroteksi digunakan untuk mendeteksi adanya ganguan pada sistem tenaga listrik terutama untuk : a. Memberikan tanda bahaya b. Memutuskan bagian system yang tidak normal c. Melepas pemutus tenaga apabila gangguan dianggap berbahaya 3.2



Tujuan Sistem Proteksi Gangguan pada sistem distribusi tenaga listrik hampir seluruhnya



merupakan gangguan hubung singkat, yang akan menimbulkan arus yang cukup besar. Semakin besar sistemnya semakin besar gangguannya. Arus yang besar bila tidak segera dihilangkan akan merusak peralatan yang dilalui arus gangguan. Untuk melepaskan daerah yang terganggu itu maka diperlukan suatu sistem proteksi, yang pada dasarnya adalah alat pengaman yang bertujuan untuk melepaskan atau membuka sistem yang terganggu, sehingga arus gangguan ini akan padam. Adapun tujuan dari sistem proteksi antara lain : a. Untuk menghindari atau mengurangi kerusakan akibat gangguan pada peralatan yang terganggu atau peralatan yang dilalui oleh arus gangguan. b. Untuk melokalisir (mengisolir) daerah gangguan menjadi sekecil mungkin. c. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen. Serta memperkecil bahaya bagi manusia. 3.3



Syarat – Syarat Relai Proteksi Proteksi dalam system tenaga listrik baru bisa dikatakan baik bila



mempunyai peryaratan sebagai berikut : a.



b.



Dapat diandalkan ada 3 aspek : 



Dependability







Security







Availabilty Selektif 31



c.



Waktu kerja rele cepat



d.



Peka / sensitive



e.



Ekonomis dan sederhana



3.4 Generator Generator adalah suatu sistem yang menghasilkan tenaga listrik dengan masukan tenaga mekanik. Jadi disini generator berfungsi untuk mengubah tenaga mekanik menjadi tenaga listrik yang mempunyai prinsip kerja sebagai berikut: Bilamana rotor diputar maka belitan kawatnya akan memotong gaya- gaya magnet pada kutub magnet, sehingga terjadi perbedaan tegangan, dengan dasar inilah timbullah arus listrik, arus melalui kabel/kawat yang ke dua ujungnya dihubungkan dengan cincin geser. Pada cincin-cincin tersebut menggeser sikatsikat, sebagai terminal penghubung keluar. Bagian-bagian generator : a. Rotor b. Stator Macam generator berdasarkan tegangan yang dibangkitkan generator dibagi menjadi 2 yaitu : a. Generator Arus Bolak-Balik (AC) b. Generator Arus Searah (DC) Berdasarkan sistem pembangkitannya generator AC dapat dibagi menjadi 2 yaitu: a. Generator 1 fasa b. Generator 3 fasa 3.5



Pemutusan Rangakain (CB/PMT) MSebagai pemutus rangkaian merupakan alat yang didesain bukan untuk



sering dipakai, tetapi mampu menampung dan memutus arus termasuk arus yang salah sampai dengan kemampuan batas realtif tinggi. Fungsi utama dari peralatan daya (Circuit Breaker) pada setiap tenaga adalah :



32



a. Memungkinkan suatu sistem (tranmisi dan distribusi) dihubungkan dan dilepaskan dari sistem lainnya dan aman. b. Memungkinkan bagian dari sistem yang terganggu dipisahkan secara otomatis dengan cepat dan aman. Sebuah CB harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: c. Membuka dan menutup dalam waktu yang sesingkat mungkin dalam berbagai kondisi jaringan. d. Menghantarkan arus listrik yang ditentukan. e. Mampu menahan arus hubung singkat, baik termal maupun mekanis. f. Mempertahankan tegangan terhadap tanah dan kotak-kontak terbuka baik dalam kondisi bersih maupun tercemar. g. Tidak menimbulkan tegangan berlebihan (over voltage) yang besar sewaktu mebuka dan menutup 3.6



Transformator Pengukuran Transformator pengukuran dibedakan menjadi 2 yaitu :



a. ransformator Tegangan b. Transformaor Arus Transformator berfungsi untuk menurunkan arus yang lebih besar pada tegangan tinggi atau menengah menjadi arus kecil pada tegangan yang biasa disebut arus sekunder.



3.7 Relai Arus Lebih Rele arus lebih yang berfungsi merasakan adanya arus lebih dan kemudian memberi perintah kepada pemutus beban untuk membuka.Rele arus lebih ini umumnya digunakan pada sistem tegangan menengah sampai tegangan tinggi. Pengamanan dengan menggunakan rele arus lebih mempunyai beberapa keuntungan yaitu: 1.



Pengamanannya sederhana.



2.



Dapat sebagai pengaman utama dan berfungsi juga sebagai pengaman



3.



Harganya relative murah.



33



3.8



Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan PT Bukit Asam (Persero) Tbk yang



meliputi pertambangan, perkantoran, pemukiman, serta fasilitas-fasilitas lainnya di kawasan PTBA Tanjung Enim.Main Switch Station (MSS) merupakan tempat penerimaan tenaga listrik dari 2 sumber yakni PLN dengan daya beli 21,25MVA dan PLTU Mulut Tambang milik sendiri (PLTU 3x10 MW Tanjung Enim), serta sebagai tempat pusat distribusi energi listrik ke seluruh Tenaga Listrik yang disuplai dari pembangkit dengan tegangan 20 KV diturunkan menjadi 20/6 kV di MSS atau gardu induk utama oleh 3 buah transformer dengan kapasitas masingmasing 8 MVA (2 Trafo bekerja, 1 sebagai cadangan) hal ini dilakukan untuk mengisi panel system 6 KV guna menunjang kebutuhan supply listrik 6 KV pada equipment yang ada di tambang. Energi listrik yang masuk dari PLN dan PLTU milik sendiri masuk melalui MSS melalui 3 feeder yaitu A06, A15, A17 dengan kapasitas tegangan 20 KV. Di MSS terdapat 20 buah panel saklar untuk distribusi tegangan 20 kV, serta 16 panel saklar untuk pendistribusian tegangan 6 kV dan satu sistem saklar tegangan rendah. Switch Station 20 kV maupun 6 kV adalah berupa 2 lemari penghubung yang digandengkan bertolak belakang, dibuat ganda untuk antisipasi apabila salah satu switch nya halangan serta sebagai pembagi beban antar busbar sehingga dapat seimbang.



a. Pengolahan Data Data



yang



telah



diperoleh



disusun



kemudian



dilakukan



perhitungan-perhitungan untuk mendapatkan hasil yang kemudian dianalisa. Pengolahan data yang dilakukan meliputi: Panjang saluran distribusi[1



Tabel 1.Panjang Saluran Pada Jaringan 6 kV



34



No Panjang R feeder (kms), (m) (ohm/Km) B01 B02 B03 B04 B05 B06 B07 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16



76 87 87 89 125 87 368 356 600 340 600 340 230 200



0,2070 0,2070 0,2070 0,2070 0,2740 0,2070 0,0920 0,0920 0,0920 0,0920 0,0920 0,2740 0,2740 0,2740



X (Ohm/Km) 0,0930 0,0930 0,0930 0,0930 0,0970 0,0930 0,0850 0,0850 0,0850 0,0850 0,0850 0,0970 0,0970 0,0970



Tabel 2. Panjang Saluran Pada Jaringan 20 kV No Panjang R X feeder (kms),(m) (ohm/Km) (Ohm/Km) A02 1570 0,0750 0,0879 A03 1700 0,0920 0,0850 A04 544 0,3800 0,1050 A05 675 0,3800 0,1050 A07 672 0,7500 0,1150 A08 2100 0,134 0,315 A08 1780 0,210 0,094 A09 575 0,2740 0,0970 A12 583 0,2740 0,0970 A 14 565 0,2740 0,0970 A18 1553 0,0750 0,0879 A19 1368 0,0920 0,0850 A20 1415 0,0920 0,0850 PM2gnO 3. Relay proteksi tipe ISM



c. Relai Proteksi Digital SEPAM 35



b. Peralatan proteksi[7,9] Relay-relay yang digunakan antara lain ialah: 1. Relay proteksi tipe STKK 2. Relay proteksi tipe



Gambar 1.Relay Proteksi Digital SEPAM di Panel 20 kV MSS



BAB IV PEMBAHASAN



4.1 Cara kerja dari relay sepam s40 Relay sepam s40 ini bekerja bisa memonitoring kebutuhan seperti arus tenagan dan lain lain dan bisa juga untuk sebagai proteksi yaitu mengamankan suatu sistem.pada relay sepam ini mengunakan sistem analog yaitu BBC



36



4.2 Perhitungan Arus Hubung Singkat Dan Perhitungan Arus Dan Waktu A. Impedensi sumber (ZP)[4,5] Perhitungan Arus



1. Impedensi sumber (ZP)[4,5] Zp = 0,15 𝑋 12 𝑀𝑉𝐴 12 𝑀𝑉𝐴 = 15 𝑃𝑢 2. Impendansi Trafo (ZT) [4,5] Diketahui : ZT = 9,15 % 𝑍𝑇=9,15100 ZT = 0,091 pu 𝑍𝑇=0,091 𝑋 12 𝑀𝑉𝐴15 𝑀𝑉𝐴 =0,072



3. Impedansi Saluran (ZL) Pada Feeder A08 di jaringan 20 kV[4,5] a. Impedansi saluran udara kabel AAACS 240mm2 Untuk mencari saluran dalam satuan per unit (pu) dapat dicari dengan mengunakan rumus :Z1 (ohm) = L × (RL + j XL) = 2,100 × (0,134+ j 0,315) = 2,100 𝑥 0,1342+ 0,3152 = 2,100 𝑥 0,116 = 0,715 ohm 𝑍𝐿= 𝑍1 𝑜𝑕𝑚 𝑥 𝑀𝑉𝐴𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟𝐾𝑉2 𝑍𝐿= 0,715 𝑥 12 𝑀𝑉𝐴20 𝐾𝑉2 𝑍𝐿= 8,58400 ZL = 0,02 pu b. Impedansi saluran udara kabel NTSCGWEOU 3 X 95mm2 Untuk mencari saluran dalam satuan- per unit (pu) dapat dicari dengan mengunakan rumus :Z1 (ohm) = L × (RL + j XL) = 1,780 × (0,210+ j 0,094) = 1,780 𝑥 0,2102+ 0,0942 = 1,780 𝑥 0,052



37



= 0,409 ohm 𝑍𝐿= 𝑍1 𝑜𝑕𝑚 𝑥 𝑀𝑉𝐴𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟𝐾𝑉2 𝑍𝐿= 0,409 𝑥 12 𝑀𝑉𝐴20 𝐾𝑉2 𝑍𝐿= 4,90400 ZL = 0,01 pu



Jadi : Z total = ZP(sumber) + ZT(trafo) + ZL(saluran SUTM) + ZL (saluran SKTM) Z total = 0,277 + 0,091 + 0,02 + 0,01 Z total = 0,252 pu Jadi Besaran Impedansi total pada feeder A08 di jaringan 20 kV adalah 0,252 pu Untuk Menghitung besaran arus hubung singkat fasa perlu diketahui dahulu tegangan (pu) trafo daya sisi sekunder, untuk itu diperlukan rumus: 𝐸 𝑝𝑢 = 𝐾𝑉 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎𝐾𝑉 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟 Dimana KV Dasar = 20 KV KV Sebenarnya = 20 KV 𝐸 𝑝𝑢 = 20 𝐾𝑉20 𝐾𝑉=1 𝑝𝑢 Z1 = Z2 = Z0 = Z total Z total = Z1 maka :besaran arus hubung singkat 3 fasa pada feeder A08 di jaringan 20 kVadalah : 𝐼3∅= 𝐸𝑍1 Dimana : Z1 = Impedansi urutan Positif 𝐼3∅= 10,252 =3,996 𝑝𝑢 Untuk besaran arus hubung singkat 2 fasa pada feeder A08 di jaringan 20 kV adalah: 𝐼2∅= 𝐸𝑍1+ 𝑍2 Dimana : Z1 = Impedansi urutan Positif



38



Z2 = Impedansi urutan negative 𝐼2∅= 10,252 + 0,252=1,984 𝑝𝑢 Untuk besaran arus hubung singkat 1 fasa ke tanah pada feeder A08 di jaringan 20 kV adalah: 𝐼0∅= (𝑝𝑢)1+ 𝑍2+𝑍3



Dimana : Z1 = Impedansi urutan Positif Z2 = Impedansi urutan Negatif Z3 = Impedansi urutan nol Jadi : Z1 = Z2 = Z0 = Z total maka : 𝐼0∅= 10,252+0,252+0,252=1,322 𝑝𝑢 Untuk Menghitung arus hubung singkat dalam amper, maka harus dicari arus dasar (Ib) dengan rumus : 𝐼𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟= 𝑃 (𝑀𝑉𝐴) 3 𝑋 𝑉 𝐾𝑉 𝑋 𝐶𝑂𝑆 ∅ 𝐼𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟= 12 𝑀𝑉𝐴 3 𝑋 20 𝐾𝑉 𝑋 0,8 𝐼𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟= 433,5 ∠36,90 𝐴 besarnya arus hubung singkat pada feeder A08 di jaringan 20 kV adalah: I3φ = 3,96 pu x 433,5 A = 1716,6 A I2φ = 1,984 pu x 433,5 A = 860,06 A I0φ = 1,322 pu x 433,5 A = 573,087 A Jadi besaran arus hubung singkat pada feeder A08 di jaringan 20 kV adalah 1716,6 A pada arus hubung singkat 3 fasa, dan 860,06 A besaran arus hubung singkat 2 fasa, dan 573,087 A pada besaran hubung singkat 1 fasa ke tanah.



c.



Perhitungan Arus Setting Rele Arus Lebih pada Feeder A08 di jaringan 20 kV



39



Maka arus setting rele arus lebih pada feeder A08 di jaringan 20 Kv : 𝐼𝑠= 𝐾𝑓𝑘𝑘𝑑 𝐼 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝐼𝑠= 1,10,9 𝑥 433,5 𝐴=529,83 𝐴 𝐼𝑠= 529,83 𝐴 𝑥 5250 = 10,5 A Dari hasil besaran arus setting diatas dan data arus nominal rele kita dapat menentukan arus setting pada rele arus lebih tipe ISM dengan In = 10,5/5 A. 𝐼𝑠= 10,5 𝐴5 𝐴=2,1 𝐴 Jadi besaran arus seting pada rele arus lebih di feeder A08 pada jaringan 20 kV adalah 2,1 A untuk tipe rele ISM, sedangkan untuk sepam rele tanpa perlu dikali dengan ratio CT, sehingga settingnya sebesar 433,5 A d. Perhitungan Setting Waktu Rele Arus Lebih Pada Feeder A08 di Jaringan 20 kV Diketahui : Iset primer = 1,05 x I dasar jaringan 20 kV = 1,05 x 433,5 A = 455,175 A Arus ganguan (IF) 3 fasa pada feeder A08 = 1716,6 A Iset primer = 455,175 A t ( waktu keja rele) = 2 detik Dari hasil data-data diatas kita dapat menentukan perhitungan setting waktu rele arus lebih. Pada feeder A08 di jaringan 20 kV sebagai berikut : 𝑇𝑚𝑠= 𝑇 𝑥 [𝐼𝑓𝑎𝑢𝑙𝑡𝐼𝑠𝑒𝑡]0,02−10,14 𝑇𝑚𝑠= 2 𝑥 [1716,6455,175]0,02−10,14 𝑇𝑚𝑠= 0,384 ms Jadi besaran setting waktu rele arus lebih pada feeder A08 di jaringan 20 kV 40



adalah Tms = 0,384 ms 4.3



Data Setting Rele Sepam S40



Gambar 1.Sepam Configuration



Gambar 2. Sepam Characteristics



Gambar 3. Sepam CT/VT Supervision



41



Gambar 4. Sepam setting Overcurrent dan TMS



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari hasil perhitungan, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa : 1. Berdasarkan hasil perhitungan besaran arus hubung singkat pada feeder A08 di jaringan 20 kV adalah 1716,6 A pada arus hubung singkat 3 fasa, dan 860,06 A



42



besaran arus hubung singkat 2 fasa, dan 573,087 A pada besaran hubung singkat 1 fasa ke tanah. 2. Berdasarkan hasil perhitungan setting arus pada rele arus lebih tipe Sepam di Feeder A08 pada jaringan 20 kV besaran setting arus untuk Feeder A08 = 529,8 A dengan besaran ratio trafo arus 250/5A dan setting waktu rele arus lebih 0,384 ms hal initerdapat perbedaan antara data hasil perhitungan dengan realisasi setting Sepam rele yang ada dilapangan, hal ini mungkin disebabkan dalam penentuan setting rele sepam tidak diperhitungkan parameter-parameter dalam menentukan tipe jaringan, impedansi sumber, impedansi trafo dan impedansi saluran sehingga realisasi setting dilapangan terdapat perbedaan dengan perhitungan.



5.2



Saran



1. Perawatan dan pemeriksaan terhadap perawatan sistem instrument maupun sistem kontrol sebaiknya dilakukan dengan rutin dan secara berkala, untuk menggurangi timbulnya masalah atau gangguan yang dapat berakibat terganggunya atau menghambatnya produksi tambang. 2. Sebagai peralatan pengaman alat yang sagat penting, maka perlu bagi perusahaan untuk menyediakan back up ( cadangan ) terhadap perangkat yang berhubungan dengan Sistem proteksi khususnya Tilt Sensor agar



ketika



sewaktu – waktu terjadi kerusakan dapat langsung malakukan perawatan atau perbaikan. 3. Untuk meningkatkan keselamatan kerja dan mengurangi resiko kecelakaan kerja, disarankan agar selalu menggunakan alat pelindung (safety).



43



DAFTAR PUSTAKA



1. Data dari PT.Bukit Asam (Persero).Tbk 2. Pandjaitan Bonar, 2012, Praktik-Praktik Proteksi System Tenaga Listrik,. Yogjakarta,Andi Offset. 3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41134/3/Chapter %20II.pdf,diakses tanggal 02 juni 2016 4. Kamal Idris, Ir., Analisa sistem tenaga, edisi keempat, penerbit erlangga jakarta 1983 44



5. Hutauruk, T.S., Analisa sistem tenaga listrik, departemen elektroteknik ITB, 1979 6. Arismunandar, Artono, Dr, M.A.Sc, “Teknik Tenaga Listrik” Jilid II dan III, Penerbit PT. Pradya Paramitra, Jakarta, 1982 7. Marsudi, Djiteng, Ir, : “Pembangkit Tenaga Listrik” Penerbit Erlangga, Ciracas, Jakarta 8. Samaulah, Hazirin, Ir, H, M. Eng, Ph.D, ”Dasar-dasar Proteksi Tenaga Listrik” Penerbit UNSRI, 2000 9. Stevenson, William, D, Jr. ”Analisa Sistem Tenaga Listrik” Edisi keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1984 10. Tobing, Bonggas L, ”Peralatan Tegangan Tinggi” Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003



LAMPIRAN



45



46



47