Laporan Kerja Praktek PT. Pfizer Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UNIVERSITAS INDONESIA



LAPORAN KERJA PRAKTIK PT. PFIZER INDONESIA JL. RAYA BOGOR, KM 28 (Periode Juni – Agustus 2017)



ANALISIS UNIT WATER FOR INJECTION SEBAGAI BAGIAN DARI WATER SYSTEM



DISUSUN OLEH: MAUHIBAH YUMNA 1406577650



Pembimbing : Dr. Eng. Muhamad Sahlan, S.Si, M.Eng Mohamad Gozali, S.Kom



DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2017



i



Universitas Indonesia



ii



UNIVERSITAS INDONESIA



LAPORAN KERJA PRAKTIK PT. PFIZER INDONESIA JL. RAYA BOGOR, KM 28 (Periode Juni – Agustus 2017)



ANALISIS UNIT WATER FOR INJECTION SEBAGAI BAGIAN DARI WATER SYSTEM



Diajukan sebagai tugas akhir mata kuliah wajib Kerja Praktek



HALAMAN JUDUL



DISUSUN OLEH: MAUHIBAH YUMNA 1406577650



Pembimbing : Dr. Eng. Muhamad Sahlan, S.Si, M.Eng Mohamad Gozali, S.Kom



DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2017



ii



Universitas Indonesia



iii



HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS



Laporan Kerja Praktik ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.



Nama : Mauhibah Yumna NPM : 1406577650 Tanda Tangan :



Tanggal



: 27 September 2017



iii



Universitas Indonesia



iv



HALAMAN PENGESAHAN I



PT. PFIZER INDONESIA JL. RAYA BOGOR, KM 28



Menerangkan bahwa, mahasiswa di bawah ini : Nama : Mauhibah Yumna NPM : 1406577650 Program Studi : Teknologi Bioproses



Telah menyelesaikan Kerja Praktik di Departement Engineering PT. PFIZER INDONESIA Jl. Raya Bogor, KM 28 Pada tanggal 1 Juni – 31 Agustus 2017



Dengan judul laporan ANALISIS UNIT WATER FOR INJECTION SEBAGAI BAGIAN DARI WATER SYSTEM Depok, 31 Agustus 2017 Menyetujui, Pembimbing Lapangan



Mohamad Gozali, S.Kom Calibration Specialist PT. Pfizer Indonesia Jakarta



iv



Universitas Indonesia



v



HALAMAN PENGESAHAN II



LAPORAN KERJA PRAKTIK



ANALISIS UNIT WATER FOR INJECTION SEBAGAI BAGIAN DARI WATER SYSTEM Disusun oleh : Nama : Mauhibah Yumna NPM : 1406577650 Program Studi : Teknologi Bioproses



Telah disahkan dan disetujui pada : 27 September 2017



Laporan ini dibuat untuk melengkapi sebagian prasyarat menjadi Sarjana Teknik pada Program Studi Teknologi Bioproses Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan telah disetujui untuk diajukan dalam Presentasi Kerja Praktik. Depok, 27 September 2017



Mengetahui,



Menyetujui,



Koordinator Kerja Praktik



Pembimbing Departemen



Dr. Ir. Yuliusman, M.Eng. NIP. 19660720 199501 1 001



Dr. Eng. Muhamad Sahlan, S.Si, M.Eng NIP. 041003041



v



Universitas Indonesia



vi



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis diberi kemudahan, kemampuan, serta kelancaran untuk menyelesaikan seluruh rangkaian kerja praktik di PT. Pfizer Indonesia. Hasil dari serangkaian kegiatan kerja praktik ini penulis susun dalam Laporan Kerja Praktik yang berjudul “Analisis Unit Water For Injection sebagai Bagian dari Water System”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir dalam mata kuliah wajib Kerja Praktik di Program Studi Teknologi Bioproses, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Pelaksanaan kerja praktik serta penyusunan laporan oleh penulis dipermudah dengan banyak bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua Orang Tua serta keluarga besar penulis yang telah memberikan banyak dukungan selama persiapan dan pelaksanaan kerja praktik, 2. Bapak Dr. Eng. Muhamad Sahlan, S.Si, M.Eng selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktik yang telah membimbing penulis selama masa kerja praktek, 3. Prof. Ir. Sutrasno Kartohardjono, M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Departemen Teknik Kimia, 4. Dr. Ir. Yuliusman, M. Eng., selaku koordinator mata kuliah Kerja Praktik, 5. Ibu Eny Kusrini S.Si., Ph.D., selaku Pembimbing Akademis penulis, 6. Bapak Erfani Taufik dan Bapak Henri Yuda Wardana, sebagai bagian dari HRD yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat melaksanakan kerja praktik. 7. Kak Mohamad Gozali, selaku Calibration Specialist PT. Pfizer Indonesia sekaligus Pembimbing Lapangan Kerja Praktik di Departemen Engineering yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama melaksanakan kerja praktik. 8. Bapak Edi Purnomo selaku supervisor EHS yang telah bersedia memberikan gambaran umum mengenai K3LL di PT. Pfizer Indonesia 9. Bapak Rudy Suwarjo, yang telah bersedia memberikan overview tentang water system dan air handling unit.



vi



Universitas Indonesia



vii



10. Pak Suratno, Pak Slamet, Mba Tyas, Pak Rifa’i, Pak Agus, Pak Karyanto, serta seluruh bagian Departemen Engineering yang telah bersedia membagikan ilmu, pengalaman, dan pengetahuan baru selama pelaksanaan kerja praktik. 11. Ferizka Shalima C dan Nadina Sabila Amany selaku rekan kerja penulis yang melakukan kerja praktik bersama, serta dukungannya selama 3 bulan. 12. Riska, Diva, Davita, Ruth, Safira Candra, Nur Annisa, Diah, Desti, Yasmin, Laras, Widy, dan seluruh mahasiswa Teknologi Bioproses dan Teknik Kimia khususnya angkatan 2014 atas inspirasi, kebersamaan, semangat, suka cita, dan kekompakannya selama ini. Penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktik ini masih memiliki kekurangan dari segi konten maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis memohon maaf terhadap segala kekurangan tersebut. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan pada penulisan berikutnya. Semoga Laporan Kerja Praktik ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, serta dapat menjadi kontribusi nyata bagi perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Teknologi Bioproses dan Teknik Kimia.



Depok, 27 September 2017



Penulis



vii



Universitas Indonesia



viii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii HALAMAN PENGESAHAN I ........................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN II ........................................................................... v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1.



Latar Belakang ....................................................................................... 1



1.2.



Rumusan Masalah .................................................................................. 2



1.3.



Tujuan Kerja Praktik ............................................................................ 2



1.4.



Ruang Lingkup Kerja Praktik .............................................................. 3



1.5.



Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik ................................. 4



1.6.



Metode Pelaksanaan Kerja Praktik ..................................................... 4



1.7.



Tugas Kerja Praktik .............................................................................. 4



1.8.



Sistematika Penulisan ............................................................................ 5



BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................................. 6 2.1.



Sejarah PT. Pfizer Indonesia ................................................................. 6



2.1.1.



Latar Belakang Perusahaan ............................................................... 6



2.1.2.



Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ............................................ 7



2.1.2.1.



Pfizer di Dunia Internasional ..................................................... 7



2.1.2.2.



Pfizer di Indonesia ..................................................................... 8



2.1.2.3.



Lokasi dan Tata Letak Bangunan .............................................. 9



2.1.3.



Disiplin Kerja .................................................................................... 9



2.2.



Visi dan Misi PT. Pfizer Indonesia ..................................................... 10



2.3.



Kebijakan Lingkungan PT. Pfizer Indonesia .................................... 10



2.4.



Kebijakan Mutu PT. Pfizer Indonesia ............................................... 11



2.5.



Struktur Organisasi PT. Pfizer Indonesia ......................................... 12



2.5.1.



Materials Department ..................................................................... 12



2.5.1.1.



Purchasing Division ................................................................. 13



viii



Universitas Indonesia



ix



2.5.1.2. 2.5.2.



Quality Operations Department...................................................... 17



2.5.2.1.



Quality Assurance Division ..................................................... 17



2.5.2.2.



Compliance and GMP Training ............................................... 19



2.5.2.3.



Quality Control (QC) ............................................................... 20



2.5.2.4.



Validation (Validasi)................................................................ 22



2.5.2.5.



Packaging Development .......................................................... 23



2.5.3.



Production Department ................................................................... 24



2.5.3.1.



Proses Pengolahan (Compounding Division) .......................... 24



2.5.3.2.



Proses Pengemasan (Packaging Division) ............................... 27



2.5.4.



2.6.



Logistic Division...................................................................... 14



Departemen Engineering ................................................................ 27



2.5.4.1.



Utility & Building Ground Maintenance Division .................. 28



2.5.4.2.



Environmental, Health and Safety Division ............................ 29



2.5.4.3.



Calibration Division................................................................. 33



2.5.4.4.



Unit Pemeliharaan (Maintenance Division) ............................ 35



Produk - Produk PT. Pfizer Indonesia ............................................... 36



2.6.1.



Produk yang Diproduksi oleh PT. Pfizer Indonesia ........................ 36



2.6.1.1.



Solid ......................................................................................... 36



2.6.1.2.



Semi Solid ................................................................................ 37



2.6.1.3.



Cairan ....................................................................................... 37



2.6.1.4.



Produk Toll Out ....................................................................... 38



2.6.1.5.



Produk Toll In .......................................................................... 38



2.6.2.



Produk Impor .................................................................................. 38



2.6.3.



Produk Ekspor ................................................................................. 38



BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 39 3.1.



Prinsip Umum Water System di Industri Farmasi ............................. 39



3.1.1.



Unit-Unit Utama Water System....................................................... 39



3.1.2.



Komponen-Komponen Utama Water System ................................. 47



3.2.



Osmosis Terbalik (Reverse Osmosis)................................................... 49



3.3.



Distilasi .................................................................................................. 50



3.4.



Sistem Injeksi Klorin ............................................................................ 50



3.5.



Konduktivitas Air ................................................................................. 50



3.6.



Katup (Valve) ........................................................................................ 51



3.7.



Penukar Panas Shell and Tube ............................................................ 54 ix



Universitas Indonesia



x



BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................................... 56 4.1.



Desain Penelitian .................................................................................. 56



4.2.



Waktu dan Lokasi ................................................................................ 56



4.3.



Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 56



4.4.



Metode Analisis Data ........................................................................... 57



BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 58 5.1.



Analisis Skema Kerja Pengoperasian Water System Secara Umum 58



5.2.



Analisis Water for Injection (WFI) ...................................................... 61



5.2.1.



Pengertian dan Fungsi WFI............................................................. 61



5.2.2.



Komponen - Komponen WFI.......................................................... 62



5.2.3.



Mekanisme WFI .............................................................................. 63



5.2.4.



Analisis Data Harian WFI ............................................................... 64



5.3.



5.2.4.1.



Analisis Suhu Harian Tangki dan Loop WFI .......................... 64



5.2.4.2.



Analisis Konduktivitas Harian WFI ........................................ 66



Sterilisasi Water for Injection (WFI) ................................................... 67



5.3.1.



Alat dan Bahan Sterilisasi WFI ....................................................... 67



5.3.2.



Prosedur Sterilisasi WFI ................................................................. 68



5.3.3.



Analisis Sterilisasi Pada Water for Injection (WFI) ....................... 68



5.3.3.1.



Tujuan Sterilisasi WFI ............................................................. 68



5.3.3.2.



Analisis Alat dan Bahan .......................................................... 68



5.3.3.3.



Analisis Prosedur ..................................................................... 69



5.3.3.4.



Analisis Hasil Proses Sterilisasi............................................... 72



5.3.3.4.1. Analisis Suhu Tangki dan Loop WFI ................................... 72 5.3.3.4.2. Analisis Konduktivitas Loop WFI ........................................ 74 5.3.3.4.3. Analisis Volume Air (Level) Tangki WFI ............................ 76 BAB 6 PENUTUP................................................................................................ 78 6.1.



Kesimpulan ........................................................................................... 78



6.2.



Saran ...................................................................................................... 79



DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 80 LAMPIRAN ......................................................................................................... 81



x



Universitas Indonesia



xi



DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Unit Reverse Osmosis ....................................................................... 42 Gambar 3.2 TOC Meter ........................................................................................ 42 Gambar 3.3 Purified Water Plants ........................................................................ 43 Gambar 3.4 Pharmastill Unit ................................................................................ 46 Gambar 3.5 Pure Steam Generator Unit ............................................................... 47 Gambar 3.6 Diagram Reverse Osmosis ................................................................ 49 Gambar 5.1 Flow Chart Water System PT. Pfizer Indonesia ............................... 58 Gambar 5.2 Komponen-Komponen WFI pada P&ID Unit WFI .......................... 64 Gambar 5.3 Suhu Harian Tangki dan Loop WFI .................................................. 65 Gambar 5.4 Nilai Konduktivitas Air Harian WFI ................................................. 67 Gambar 5.5 Suhu Tangki dan Loop WFI Saat Sterilisasi ..................................... 72 Gambar 5.6 Konduktivitas WFI Saat Sterilisasi ................................................... 75 Gambar 5.7 Volume Air dalam Tangki WFI Saat Sterilisasi................................ 76



DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Daftar Produk Solid PT. Pfizer Indonesia ............................................. 37 Tabel 5.1 Data Suhu Harian Tangki dan Loop WFI ............................................. 66



xi



Universitas Indonesia



1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring berkembangnya teknologi, permintaan obat dari masyarakat sangat meningkat, sehingga para apoteker di dunia, dan Indonesia berupaya untuk mengembangkan produksi obat-obatan yang dibutuhkan oleh masyarakat, baik dalam jumlah maupun jenisnya. Maka dari itu, obat-obatan yang diproduksi oleh tiap industri farmasi harus memenuhi standar dan memiliki kualitas yang terjamin, baik dari segi keakuratan formulasi obat maupun proses pembuatan nya yang higienis dengan bahan baku yang bermutu. PT. Pfizer Indonesia merupakan salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang farmasi. Kualitas produknya sudah masuk ke pasar ekspor dan akan meningkatkan performance perusahaan dengan menerapkan sistem pengelolaan lingkungan yang baik. Hal ini penting karena dunia internasional sangat menghargai produk yang berkualitas dengan pengelolaan lingkungan yang baik, sehingga nilai jual produk PT. Pfizer Indonesia akan kompetitif di era pasar global (Rachmawati, 2005). Oleh karena itu, PT. Pfizer Indonesia senantiasa menjaga kualitas produk-produknya, yang berawal dari bahan baku yang digunakan. Salah satu bahan baku yang digunakan dalam produksi obat di PT. Pfizer Indonesia adalah air yang terpurifikasi. Air yang menjadi bahan baku ini akan melalui serangkaian pemurnian dengan menggunakan utilitas yang bersih, steril, dan memenuhi standar produksi, agar air yang dihasilkan layak untuk digunakan. Salah satu utilitas yang digunakan oleh PT. Pfizer Indonesia untuk pemurnian air adalah water system. Water system ini ditempatkan di departemen engineering PT. Pfizer Indonesia, di mana water system yang terdiri dari beberapa unit yang saling terhubung, yaitu Reverse Osmosis unit (RO), Water Purified Unit (WPU), Water for Injection unit (WFI), Pharmastill, dan Pure Steam Generator unit. (PSG). Keseluruhan unit water system ini digunakan untuk mengolah air yang terpurifikasi, sehingga air ini aman digunakan untuk menjadi bahan baku obat dan memenuhi standar yang berlaku. Proses yang diterapkan pada water system ini salah satunya adalah proses sterilisasi.



1



Universitas Indonesia



2



Sebagai mahasiswa Teknologi Bioproses, analisis terhadap water system dapat dijadikan pembelajaran yang baik karena proses sterilisasi melibatkan penggunaan bahan kimia dan menggunakan parameter biologi sebagai salah satu parameter sterilisasi. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk memahami prosedur dan proses sterilisasi yang dilakukan. Pada kesempatan kali ini, penulis akan menganalisis lebih lanjut mengenai sterilisasi pada unit Water for Injection pada water system. 1.2. Rumusan Masalah Ruang lingkup tugas khusus yang dilaksanakan adalah menganalisa lebih dalam mengenai unit Water for Injection (WFI) pada water system baik secara umum maupun secara langsung ke bagian departemen engineering PT. Pfizer Indonesia. Berikut adalah lingkup tugas khusus yang akan dijabarkan ke dalam rumusan masalah: a. Bagaimana skema keseluruhan dari water system yang digunakan oleh PT. Pfizer Indonesia? b. Bagaimana proses pengolahan air pada water system? c. Apa itu WFI dan apa saja komponen-komponennya? d. Bagaimana cara kerja unit WFI? e. Bagaimana prosedur serta analisis dan penjabaran mengenai sterilisasi WFI? 1.3. Tujuan Kerja Praktik Tujuan dari penulisan laporan kerja praktik di PT. Pfizer Indonesia adalah sebagai berikut : Umum 1. Memenuhi salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa Departemen Teknik Kimia FTUI serta untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1). 2. Mengenal dan memperluas wawasan di bidang farmasi 3. Mendapatkan pengalaman langsung dan aplikatif di lapangan mengenai tata cara pengoperasian fasilitas manufaktur yang memproduksi beragam jenis obat medis di PT. Pfizer Indonesia. 4. Mengetahui dan memahami proses produksi berbagai jenis obat-obatan yang dilakukan oleh PT. Pfizer Indonesia.



Universitas Indonesia



3



5. Mengetahui metode sistem-sistem utilitas serta sistem-sistem lain, terutama sistem pengolahan hasil samping yang berkaitan dengan proses tersebut. 6. Mengetahui hasil produk obat-obatan yang telah dirancang resepnya sedemikian rupa oleh PT. Pfizer Indonesia. 7. Mendapatkan kesempatan untuk menganalisa setiap permasalahan yang mungkin terjadi di lapangan dan mengetahui tindakan pengamanan yang tepat. 8. Meningkatkan kerja sama yang baik dan saling menguntungkan antara pihak Universitas dengan pihak Perusahaan untuk meningkatkan kualitas mahasiswa sebagai tuntutan era globalisasi. Khusus 1. Menganalisis skema kerja water system yang digunakan oleh PT. Pfizer Indonesia 2. Menganalisis dan mengenal lebih dalam mengenai salah satu unit water system di PT. Pfizer Indonesia, yaitu unit Water for Injection (WFI), baik dari segi fungsi, komponen, mekanisme kerja, parameter proses, dan data-data yang dihasilkan. 3. Menganalisis dan memvalidasi data-data yang dihasilkan oleh unit WFI, baik itu data harian maupun data saat dilakukan proses sterilisasi WFI. 1.4. Ruang Lingkup Kerja Praktik Ruang lingkup kerja praktik di PT. Pfizer Indonesia adalah sebagai berikut: a. Tahap Persiapan (Orientasi) Tahap persiapan dilaksanakan di hari pertama pelaksanaan Kerja Praktik. Mahasiswa memperoleh penjelasan mengenai profil PT. Pfizer Indonesia, standar operasional prosedur, dan pengenalan beberapa tempat dan bagian khususnya di departemen engineering, dan juga perkenalan awal dengan karyawan-karyawan kerja departemen engineering. Pada minggu pertama, penulis ditugaskan untuk mengarsipkan data-data di Departemen Engineering serta memasukkan data-data yang berhubungan dengan Departemen Engineering baik itu data hasil kalibrasi alat ukur, risk assessment, mengarsip data list material safety data sheet, membuat list data near miss dan lain sebagainya. b. Tahap Penyelesaian Tugas Khusus Tahap ini dijalankan bersamaan dengan tahap persiapan (dalam jangka waktu 3 bulan) dengan kegiatan berupa studi literatur, pengambilan data, dan



Universitas Indonesia



4



pembuatan laporan. Topik tugas khusus yang diberikan adalah “Analisis Unit Water For Injection sebagai Bagian dari Water System”. 1.5. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik Kerja Praktik dilaksanakan di PT. Pfizer Indonesia yang berada di KM 28, Jl. Raya Bogor, Pekayon, Ps. Rebo, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13710, Indonesia. Penulis ditempatkan pada Departemen Engineering selama periode 3 bulan. Kerja Praktik dilaksanakan pada hari Senin-Jum’at pada pukul 08.00 – 16.30 WIB. 1.6. Metode Pelaksanaan Kerja Praktik Pelaksanaan kerja praktik berupa studi literatur dan pengambilan data untuk penyusunan laporan kerja praktik serta menyelesaikan tugas-tugas harian yang ditugaskan oleh pembimbing lapangan terkait entry data. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah tersedia dari pengambilan data sebelumnya. Hasil studi literatur dan data sekunder kemudian ditelaah dan dianalisis. Setelah itu, hasil analisis disusun menjadi suatu laporan kerja praktik. 1.7. Tugas Kerja Praktik Tugas kerja praktik dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu : a. Tugas Umum Tugas umum yang ditugaskan kepada penulis meliputi entry data hasil kalibrasi alat-alat ukur yang ada di pabrik, dengan pengambilan data dilakukan oleh spesialis kalibrasi PT. Pfizer Indonesia. Penulis juga ditugaskan dalam hal pengarsipan dokumen-dokumen di Departemen Engineering, membuat list material safety data sheet, membuat list data near miss yang terjadi di lingkungan PT. Pfizer Indonesia, serta melakukan risk assessment yaitu penilaian risiko sebagaimana yang ditugaskan oleh EHS (Environment, Health, and Safety). b. Tugas Khusus Tugas khusus yang diberikan adalah membahas dan menganalisa lebih lanjut mengenai salah satu unit dalam suatu utilitas di PT. Pfizer Indonesia. Tugas khusus ini berjudul “Analisis Unit Water For Injection sebagai Bagian dari Water System”.



Universitas Indonesia



5



1.8. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan Kerja Praktik ini terdiri dari enam bab, yaitu: BAB 1



: PENDAHULUAN berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, tempat dan waktu pelaksanaan, rincian tugas, dan sistematika penulisan laporan kerja praktik;



BAB 2



: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN berisi penjelasan mengenai gambaran umum PT. Pfizer Indonesia, seperti sejarah dan perkembangan, visi dan misi, kebijakankebijakan, struktur organisasi, unit kerja, serta sistem utilitas pabrik;



BAB 3



: TINJAUAN PUSTAKA berisi teori yang berkaitan dengan tema laporan, yaitu “Analisis Unit Water For Injection sebagai Bagian dari Water System” yang menjadi dasar dalam mengembangkan masalah serta sebagai acuan dalam menyelesaikan rancangan sistem ini;



BAB 4



: METODE PENELITIAN berisi tentang gambaran dari desain penelitian, waktu dan lokasi saat penelitian, teknik pengumpulan data yang dilakukan, serta metode analisis hasil data yang akan dilakukan;



BAB 5



: HASIL DAN PEMBAHASAN berisi pembahasan mengenai tugas khusus seperti skema water system, prosedur, serta analisis hasil dan pembahasan yang berkaitan terhadap tugas khusus;



BAB 6



: KESIMPULAN DAN SARAN berisi ringkasan dari hasil pencapaian tujuan penulisan serta saran untuk pelaksanaan kerja praktik selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



Universitas Indonesia



2. BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah PT. Pfizer Indonesia 2.1.1. Latar Belakang Perusahaan Perkembangan industri dan perdagangan di Indonesia semakin tersebar dan banyak industri-industri usaha asing global yang ikut berpatisipasi dalam menanamkan modal usaha di Indonesia. Banyak bidang-bidang industri yang ada, khususnya dalam hal ini industri farmasi, kosmetik, makanan dan lainnya menyerap tenaga kerja yang ada di Indonesia. Teknologi yang dimiliki oleh industri-industri tersebut sangat membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk-produk yang dihasilkan oleh industri-industri tersebut dan dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan suatu industri tidak cukup hanya sekedar memiliki jumlah sumber daya manusia dan peralatan yang cukup, namun juga harus diimbangi dengan pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh tenaga kerja. Kegiatan industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi, melalui proses produksi yang disokong dengan teknologi yang memadai. Teknologi yang diterapkan dalam suatu industri bertujuan untuk mengefisiensikan kerja dalam proses di dalam rangkaian akivitas industri serta memiliki dampak negatif terhadap lingkungan sekitar seminimal mungkin (Saputra, 2014). PT. Pfizer Indonesia merupakan salah satu perwakilan perusahaan global Pfizer yang dominan dalam memproduksi obat-obat ethical dalam kancah pasar internasional. Banyak produk-produknya yang diekspor dan diimpor antar negaranegara di dunia. Hal ini dikarenakan kualitas produk yang terus dijaga oleh Pfizer, khususnya PT. Pfizer Indonesia sehingga kepercayaaan konsumen terhadapat produk-produk obat Pfizer tetap terjaga dan produk-produknya pun dapat bersaing dengan produk farmasi lainnya secara global.



6



Universitas Indonesia



7



2.1.2. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 2.1.2.1. Pfizer di Dunia Internasional Pfizer berawal dari perusahaan kimia kecil yang didirikan oleh seseorang ahli farmasi Charles Pfizer dan ahli kimia Charles Erhart pada awal tahun 1849 di bagian Williamsburg, Brooklyn, New York, Amerika Serikat yang nantinya akan menjadi pusat Pfizer seluruh dunia. Tujuan pendirian Pfizer adalah untuk menghasilkan produk-produk dengan kemurnian, mutu dan potensi yang terkenal untuk keperluan farmasi, makanan dan lainnya. Produk pertama yang dihasilkan Pfizer adalah obat cacing, santonin. Selain itu, Pfizer juga telah membuat asam tartrat dan borax bermutu tinggi. Selanjutnya, Pada Tahun 1880 – 1920, Pfizer melakukan perluasan jenis produksi dengan memperkenalkan asam sitrat yang di produksi dari buah jeruk. Dan akhirnya pada tahun 1923, Pfizer telah berhasil mensintesis asam sitrat melalui fermentasi gula putih dan pada tahun 1930-an, ditemukan teknologi tangki dalam yang dapat memperbesar produksi asam sitrat. Pada masa perang dunia II, Pfizer diberikan sponsor dari pemerintah Amerika Serikat untuk ikut serta dalam pembangunan riset dari produksi Penicillin secara besar-besaran. Pada tahun 1949, para ilmuwan Pfizer melakukan riset dan pengembangan antibiotik baru, yaitu Oksitetrasiklin di mana antibiotik baru ini memiliki beberapa sifat yang lebih baik daripada Penicillin. Pfizer telah berhasil memasarkan Oksitetrasiklin dengan nama dagang Terramycin yang merupakan produk pertama hasil riset sendiri. Dengan semakin banyaknya permintaan untuk memasarkan produk Terramycin dari seluruh penjuru dunia, Pfizer mulai membangun jaringan internasional seperti yang dikenal sekarang. Sampai saat ini, PT. Pfizer merupakan industri farmasi multinasional yang tersebar di 39 negara, antara lain di Inggris, Brazil, Jepang dan beberapa negara lainnya termasuk diantaranya Indonesia. Produk Pfizer dijual di lebih dari 140 negara di dunia dan dengan kantor pusat yang berkedudukan di New York. Riset dan pengembangan mempunyai peranan penting dalam perkembangan Pfizer di masa depan dalam menciptakan produk-produk baru yang inovatif dan teknologi baru dari berbagai bidang usaha pelayanan kesehatan Pfizer.



Universitas Indonesia



8



2.1.2.2. Pfizer di Indonesia PT. Pfizer Indonesia Tbk. merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia dengan perusahaan pusat yang berada di New York, USA. Pada tanggal 30 April 1969, PT. Pfizer Indonesia Tbk. resmi didirikan dan disahkan sebagai badan hukum pada tanggal 18 September 1969 dengan lokasi kantor pusat di Jalan HOS Cokroaminoto, Jakarta. Pada awal tahun 1970, dilakukan pembangunan pabrik PT. Pfizer Indonesia di Jalan Raya Bogor Km. 28, Jakarta Timur. PT. Pfizer Indonesia dibangun diatas tanah seluas 39.000 m2. Pabrik ini dibangun dengan desain dan persyaratan pabrik farmasi modern setaraf dengan pabrik Pfizer di negara maju, serta dilengkapi dengan mesin-mesin dan peralatan canggih yang mampu memproduksi obat-obatan bermutu tinggi dengan standar Pfizer Internasional. Fasilitas bangunan yang dimiliki PT. Pfizer Indonesia terdiri dari bangunan kantor perusahaan, bagian pabrik, kantin, gudang bahan baku dan bahan kemas, gedung bahan mudah terbakar, sarana pengolahan limbah, serta sarana olahraga. Pada 1 Mei 1971, setelah mendapatkan lisensi untuk memproduksi produk farmasetik dari Kementrian Kesehatan, pabrik mulai beroperasi dengan memproduksi produk komersial, meliputi produk-produk farmasi dan produk-produk kesehatan hewan. Pada tahun 1972-1975, dilakukan pengembagan pemasaran produk Pfizer disertai penyusunan organisasi distribusi. Pada tahun 1976, pasaran produksi PT. Pfizer Indonesia berkembang sehingga dilakukan perlakuan perluasan fasilitas produksi yang selesai pada tahun 1977 dengan penambahan fasilitas produksi bahan dasar untuk Chlorpropamide. Pada tahun 1984, PT. Pfizer Indonesia Tbk. menjadi perusahaan terbuka (20%) dan kembali menjadi perusahaan tertutup (privat) pada bulan November 2002. Terhitung sejak bulan Desember 2000, PT. Pfizer Indonesia Tbk. melakukan integrasi dengan Warner Lambert Indonesia (WLI), di mana beralamatkan di Jl. Raya Bogor Km. 35,9, yang kemudian bangunannya dijadikan sebagai gudang produk jadi Pfizer. Pada tahun 2003 melakukan integrasi dengan Pharmacia dan pada tahun 2009 melakukan integrasi dengan Wyeth. PT. Pfizer Indonesia merupakan salah satu pabrik farmasi asing yang pertama kali mendapatkan sertifikat GMP untuk produk nonsteril pada bulan Mei



Universitas Indonesia



9



1991. Sedangkan untuk produk steril mendapatkan sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) pada tahun 1996. PT. Pfizer Indonesia juga melakukan kerjasama dalam proses produksi (toll manufacturing) dengan PT. Bayer Indonesia dan Johnson & Johnson Indonesia. Bentuk sedian yang diproduksi PT. Pfizer Indonesia yaitu sediaan padat (tablet dan kapsul), sediaan setengah padat (steril dan nonsteril) dan sediaan cair (tetes mata steril, injeksi dan larutan non steril). Selain itu, PT. Pfizer Indonesia Tbk. juga melakukan impor sediaan obat, baik berupa produk jadi ataupun produk setengah jadi dari Pfier di negara lain. Produk dari PT. Pfizer Indonesia ini juga diekspor ke beberapa negara Asia, seperti Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Hongkong, Vietnam, dan Korea (Saputra, 2014). 2.1.2.3. Lokasi dan Tata Letak Bangunan PT. Pfizer Indonesia terletak di Jalan Raya Jakarta – Bogor Km. 28, Pekayon, Jakarta Timur. Bangunan PT. Pfizer Indonesia terdiri dari bangunan kantor perusahaan, kantin, gudang bahan mudah terbakar, sarana pengolahan limbah serta sarana olahraga. Bagian perkantoran berdampingan dengan bangunan pabrik dan dipisahkan oleh jalur yang berguna sebagai lalu lintas karyawan. Bangunan pabrik merupakan areal yang terluas di antara keseluruhan bangunan yang ada. (Saputra, 2014) 2.1.3. Disiplin Kerja PT. Pfizer Indonesia memiliki kurang lebih 400 karyawan, dengan kira-kira 250 orang yang bekerja di bagian industri, yang berpengalaman dan terlatih di bidangnya masing-masing. Hubungan kerja karyawan dengan perusahaan diatur sesuai dengan peraturan perusahaan dan ketentuan dari Kementrian Tenaga Kerja. Disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan di PT. Pfizer Indonesia, yaitu: a) Karyawan bekerja selama 8 jam per hari dan 40 jam per minggu, yaitu dari hari Senin sampai Jumat. b) Menepati jam kerja, mulai pukul 08.00 WIB sampai 16.30 WIB dengan waktu istirahat siang selama 30 menit yang dimulai pada pukul 12.00 dan coffe break selama 10 menit pada pukul 10.00 WIB dan 14.30 WIB.



Universitas Indonesia



10



c) Semua karyawan mengisi absensi pada waktu datang dan pulang menggunakan akses. d) Semua karyawan yang bekerja di pabrik harus mengenakan pakaian kerja yang telah ditetapkan sesuai masing-masing bagian. 2.2. Visi dan Misi PT. Pfizer Indonesia Tujuan didirikannya PT. Pfizer Indonesia yaitu untuk menyediakan produkproduk yang berkualitas untuk



dunia yang lebih sehat. Visi dari PT. Pfizer



Indonesia adalah “meningkatkan kualitas hidup manusia dengan menjamin produk kesehatan hewan dan manusia bermutu tinggi yang sesuai dengan standar mutu Pfizer”. Misi dari PT. Pfizer Indonesia adalah “menjadi jaringan penyedia terpadu internal dan eksternal, memberikan keunggulan kompetitif bagi Pfizer dengan menawarkan solusi penyedia yang cepat, fleksibel dan inovatif yang dihargai oleh pelanggan kami” (Suwarno, 2011). Adapun unsur-unsur dari misi PT. Pfizer Indonesia adalah sebagai berikut: 1) Menjadi partner bagi pelanggan kami dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis, menjamin pasokan produk yang dapat diandalkan, mengembangkan solusi untuk memaksimalkan akses dan nilai. 2) Pfizer memenuhi komitmen finansial, menciptakan nilai, meningkatkan pendapatan dan memberikan biaya yang kompetitif secara global. 3) Pfizer menciptakan lingkungan yang nyaman di mana semua rekan bersemangat



dalam



bekerja,



menghargai



segala



perbedaan



dan



memaksimalkan kontribusi serta potensi mereka. 4) Pfizer mengebangkan, mengoperasikan dan meningkatkan proses secara berkelanjutan untuk memastikan hal tersebut efektif dan efisien, benar, serta melindungi lingkungan, kualitas dan keamanan produk. 2.3. Kebijakan Lingkungan PT. Pfizer Indonesia PT. Pfizer Indonesia memproduksi dan mendistribusikan produk obat untuk kesehatan manusia dan hewan dalam bentuk sediaan solid, semi solid, larutan steril dan suspensi dengan mengutamakan



kepuasan pelanggan dan keseimbangan



lingkungan.



Universitas Indonesia



11



PT. Pfizer Indonesia menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan secara bersamaan melaksanakan program lingkungan untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan cara: 



Memelihara, menerapkan dan mengkaji sistem manajemen lingkungan pada semua tingkat dalam organisasi.







Memiliki program kerja untuk menetapkan sasaran lingkungan, yang secara berkala dikaji dan disempurnakan.







Melakukan pencegahan pencemaran limbah cair dan limbah padat mengendalikan dampak yang timbul.







Mengelola dan meminimalkan limbah cair, padat dan gas dengan teknologi yang tepat, penggunaan material dan energi yang efisien untuk mengurangi polusi lingkungan.







Mengkomunikasikan kebijakan dan sasaran lingkungan kepada pihak terkait sesuai permintaan.







Mentaati dan melaksanakan peraturan-peraturan lingkungan yang berlaku bagi perusahaan.



2.4. Kebijakan Mutu PT. Pfizer Indonesia PT. Pfizer Indonesia memproduksi dan mendistribusikan produk obat dalam bentuk sediaan solid, semi solid, larutan steril dan suspensi. Tujuan dari kebijakan mutu PT. Pfizer Indonesia adalah untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu, keamanan, khasiat dan juga berfokus pada kepuasan pelanggan. Jaminan terhadap mutu adalah bagian dari proses yang merupakan kesatuan dari bahan baku, peralatan, proses produksi dan kinerja karyawan yang kompeten. PT. Pfizer Indonesia menetapkan dan menerapkan Sistem Manajemen Mutu secara benar untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dengan cara: 



Menetapkan dan memelihara Sistem Manajemen Mutu sesuai dengan persyaratan Cgmp, peraturan perundangan yang berlaku seperti peraturan dari Kementrian Kesahatan dan Badan POM, ISO 9001:2008, dan Pfizer Quality Standard (PQS),



Universitas Indonesia



12







Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau sasaran mutu,







Memonitor dan mengevaluasi mutu produk yang dihasilkan,







Meyediakan sarana untuk mengevalusasi efektivitas dari Sistem Manajemen Mutu,







Menggalakkan penggunaan manajemen risiko berdasarkan ilmu pengetahuan dan analisis risiko,







Melakukan peningkatan terus-menerus terhadap Sistem Manajemen Mutu dan proses produksi. Seluruh karyawan dan personil PT. Pfizer Indonesia bertanggung jawab



untuk menerapkan dan memelihara Sistem Manajemen Mutu demi tercapainya kebijakan mutu. Kebijakan mutu ini dikomunikasikan kepada seluruh karyawan PT. Pfizer Indonesia dan dievaluasi secara berkala untuk menjamin kelangsungan dan kesesuaian dari kebijakan mutu. 2.5. Struktur Organisasi PT. Pfizer Indonesia Pimpinan tertinggi PT. Pfizer Indonesia dipimpin oleh seorang Country Manager yang membawahi : Pharmaceutical Division Director, Finance Director, Medical Director dan Personal Director. Sedangkan Manufacturing Director bertanggung jawab langsung ke area Manufacturing Leader yang berkedudukan di New York. Divisi Manufacturing di PT. Pfizer Indonesia Jakarta dipimpin oleh seorang direktur yang membawahi lima departemen, yaitu Materials Department, Quality Operations Department, Production Department, dan Engineering Department. Setiap departemen tersebut dipimpin oleh seorang head manajer. Struktur organisasi PT. Pfizer Indonesia Jakarta dapat dilihat pada Lampiran 1. 2.5.1. Materials Department Departemen Material dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab untuk melakukan perencanaan pengadaan material yang akan dipakai pada proses produksi obat, penyusunan jadwal proses produksi di PT. Pfizer Indonesia Jakarta dan mengendalikan persediaan bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, produk antara, dan produk jadi yang ada di warehouse (ruang penyimpanan) serta perencanaan penjualan produk jadi. Materials Manager



Universitas Indonesia



13



membawahi 2 bagian, yaitu Purchasing dan Logistic. Secara keseluruhan, tugas dan tanggung jawab Departemen Material antara lain adalah: 



Merencanakan produksi sesuai dengan kebutuhan pasar.







Merencanakan pengadaan bahan baku dan bahan pengemas dari supplier.







Mengendalikan persedian bahan baku, bahan pengemas dan barang jadi.



2.5.1.1. Purchasing Division Bagian purchasing memiliki tugas dan tanggung jawab antara lain : 1) Melakukan pemesanan dan pembelian semua barang untuk keperluan industri, mulai dari bahan awal hingga barang-barang untuk promosi seperti brosur dan sebagainya. 2) Mencari pemasok baru dan pemasok alternatif 3) Mengembangkan ide dan strategi pembelian. 4) Menjaga hubungan baik dengan pemasok. Pembelian dilakukan secara lokal (bahan awal dan bahan pengemas), impor (bahan awal, bahan pengemas, produk setengah jadi dan produk jadi) dan lokal-eks impor yaitu pembelian dari distributor lokal namun baran tersebut merupakan barang impor (barang awal). Pemasok yang digunakan harus memenuhi kualifikasi Pfizer Quality Standard (PQS) dengan terlebih dahulu diaudit oleh bagian Quality Operation (QO), purchasing dan technical services. Untuk pemasok yang telah lama digunakan, dilakukan aduit minimal 3 tahun sekali, namun jika ada masalah langsung dilakukan investigasi ke pemasok yang bersangkutan (Suwarno, 2011). Purchasing melakukan pembelian barang dengan mengeluarkan purchase order (PO) kepada pemasok, keuangan dan gudang, berdasarkan purchase request (PR) dari bagian PPIC. Pemasok akan memberikan jenis dan jumlah barang sesuai dengan PO dan mengirimkannya ke gudang. Bagian purchasing akan mengetahui bahwa barang yang dipesan telah dikirim oleh pemasok dari sistem MAPS (Manufacturing Accounting Planning System). Pembelian obat setengah jadi dan obat jadi dikoordinasi dengan sistem logistic centre yang terdapat di Pfizer Belgia, Hong Kong dan New York (Suwarno, 2011). Pembelian bahan baku dan bahan pengemas impor dilakukan ke penyedia pihak ketiga seperti dari Eropa, USA dan Asia; penydia bahan pengemas berasal dari



Universitas Indonesia



14



Thailand dan Perancis. PT. Pfizer Indonesia Jakarta melakukan ekspor obat jadi ke negara-negara Asia seperti Singapura, Malaysia, Hong Kong, Thailand, Vietnam, Korea, Filipina, Sri Langka. Obat yang diekspor antara lain Norvask dan Ponstan (Suwarno, 2011). 2.5.1.2. Logistic Division a.



Production Planning and Inventory Control (PPIC) PPIC adalah bagian yang berfungsi sebagai jembatan komunikasi antara



produksi, pemasaran, pengadaan, keuangan, gudang dan lain-lain dalam rangkaian proses penyediaan produk. Bagian PPIC bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengawasi jalannya produksi, sehingga perlu mengetahui alur produksi semua dosage form. Perencanaan produksi sangat penting dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara permintaan pasar dengan jumlah persediaan (stock level), serta efisiensi dan efektivitas produksi. Selain, itu PPIC juga bertanggung jawab dalam merencanakan dan mengendalikan pembelian bahan baku, bahan pengemas, obat setengah jadi, serta obat jadi. PPIC melakukan perencanaan berdasarkan perkiraan tahunan (12-18 bulan) dari bagian pemasaran. Perencanaan yang dibuat oleh PPIC diinput ke dalam MAPS dan akan diperoleh output berupa Master Production Schedule (MPS) dan Material Requirement Plan (MRP). Dari MPS keluar Plan Order (PLO), sedangkan dari MRP keluar Purchase Requisition (PR). PR digunakan oleh bagian purchasing untuk melakukan pembelian barang-barang yang diperlukan untuk menunjang PLO. Rencana produksi dibuat untuk jangka waktu satu tahun. PPIC melakukan koordinasi dengan bagian produksi untuk mendiskusikan forecasts (perkiraan) yang disusun oleh PPIC, dengan kemampuan dan kapasitas mesin produksi, sehingga dapat ditentukan jadwal produksi untuk dua minggu berdasarkan prioritas MPS. Tiga bulan yang akan berlangsung disebut dengan frozen time, karena jadwal produksi sudah dibekukan/tidak dapat diubah. Perubahan jadwal dilakukan paling lambat sekitar 4 bulan sebelum waktu pelaksanaan. Selanjutnya, PPIC membuat Production Order (PDO) berdasarkan jadwal produksi. Bagian produksi mengajukan PDO ke bagian gudang untuk dilakukan penimbangan bahan-bahan



Universitas Indonesia



15



yang akan digunakan untuk produksi (Suwarno, 2011). Dasar perencanan produksi adalah: 1) Forecast Marketing/perkiraan kebutuhan dari Marketing Department 2) Hasil penjualan produk selama tiga bulan terakhir. 3) Stok produk gudang (harus memiliki stok yang cukup untuk dipasarkan hingga tiga bulan mendatang). 4) Lead time ketersediaan barang jadi, meliputi lead time ketersediaan bahan awal dan bahan kemas, lead time proses produk dan lead time pemeriksaan. 5) Kapasitas mesin-mesin yang digunakan b. Warehouse (Gudang) Gudang adalah ruangan yang digunakan untuk menyimpan bahan awal, produk setengah jadi, produk jadi, dan bahan pengemas. PT. Pfizer Indonesia memiliki dua gudang yang berada di Gandaria dan Cimanggis, Bogor. Tugas dan tanggung jawab bagian gudang, antara lain : 1) Mengelola penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran bahan awal, bahan pengemas, produk setengah jadi dan poduk jadi 2) Melakukan penimbangan bahan awal untuk proses produksi. 3) Memantau persediaan bahan awal, bahan pengemas, produk setengah jadi dan produk jadi. Berdasarkan fungsi dan tugasnya, gudang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a.



Gudang Penerimaan (Receiving) Bagian gudang penerimaan melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen



seperti Certificate of Analysis (CoA) dan kesesuaian Purchase Order (PO) terhadap setiap barang yang diterima dari pemasok yang terdiri dari nama barang, jumlah, jenis, tanggal kadaluarsa, dan nomor lots/bets. Selain pemeriksaan dokumen, juga dilakukan pemeriksaan fisik, seperti kondisi wadah atau kontainer barang, label dan keutuhan segel. Data akan dimasukkan ke sistem dan selanjutnya bagian gudang akan mengeluarkan Goods Received Note (GRN) sebagai pernyataan penerimaan dan barang disimpan di gudang dalam status karantina. GRN terdiri dari 4 lembar, yang akan diberikan untuk bagian keuangan (1 lembar), bagian QA (1 lembar) dan bagian gudang (2 lembar). Sebelum dilakukan pengambilan sampel barang dan diberi



Universitas Indonesia



16



label, barang terlebih dahulu disimpan di staging room. Bagian QA akan melakukan sampling terhadap barang tersebut dan diberi label kuning. Setelah bahan dikeluarkan oleh QA dan dan diberi label hijau, maka bahan tersebut disimpan di rak gudang. Penyimpanan bahan di gudang berdasarkan nomor ruang, nomor rak, kolom, dan tingkat tertentu, yang datanya tersimpan dalam MAPS. Apabila bahan ditolak dan diberi label merah oleh QA, maka bahan akan disimpan di area khusus untuk bahan yang ditolak, selanjutnya, bagian gudang akan memberikan indo pada bagian PPIC untuk dibuatkan Material Disposition Request (MDR). MDR akan diberikan pada bagian Environmental, Health and Safety (EHS) untuk dilakukan pemusnahan oleh badan yang berwenang. Sistem penyimpanan barang di gudang menggunakan sistem First In First Out (FIFO) di mana barang yang masuk lebih dahulu akan keluar lebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk menghindari barang kadaluarsa sebelum digunakan. Akan tetapi terkadang perlu dilihat juga waktu kadaluarsa barang. Barang yang lebih dahulu kadaluarsa akan dikeluarkan terlebih dahulu. b.



Gudang Dispensing Gudang Dispensing terletak di Gandaria. Fungsi dan tugas bagian gudang



dispensing berkaitan dengan preparasi bahan untuk produksi, misal penimbangan untuk produksi. Preparasi bahan dilakukan berdasarkan Production Order (PDO) dari bagian produksi. Bagian gudang lalu menimbang bahan yang akan digunakan untuk produksi sesuai dengan berat yang tertulis pada PDO. Bahan yang telah ditimbang lalu disimpan di staging room untuk menunggu diperiksa oleh bagian produksi. Setelah bahan diperiksa lalu diserahkan ke bagian produksi. Apabila terdapat bahan yang tersisa setelah dilakukan proses produksi, maka bahan tersebut akan dikembalikan ke gudang dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai jumlah yang akan dikembalikan oleh bagian gudang. c.



Gudang Distribusi Gudang distribusi terletak di Cimanggis. Fungsi dan tugas bagian gudang



distribusi adalah berkaitan dengan pendistribusian obat jadi ke distributor. Pengiriman barang dilakukan berdasarkan Purchase Order (PO) dari distributor. PT. Pfizer Indonesia menggunakan beberapa distributor, yaitu PT. Parit Padang,



Universitas Indonesia



17



PT. Anugerah Argon Medika (AAM), PT. Anugerah Pharmindo Lestari (APL) dan PT. Dos Ni Roha. 2.5.2. Quality Operations Department Departemen Quality Operation (QO) dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap seluruh operasional pelaksanaan sistem mutu, menyetujui seluruh prosedur tetap yang berlaku, menyetujui setiap perubahan sistem atau prosedur, menyetujui dan mengevaluasi setiap kegagalan proses serta bertanggung jawab dalam penanganan keluhan, obat kembalian dan penarikan kembali obat jadi (Suwarno, 2011). 2.5.2.1. Quality Assurance Division Quality Assurance (QA) atau unit pemastian mutu dipimpin oleh seorang manajer QA dan bertanggung jawab kepada manajer QO. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan untuk QA, antara lain : 1) Bertanggung jawab mengendalikan atau mengkoordinasikan dan melakukan pelatihan dalam rangka penanganan personil. 2) Pengambilan contoh bahan awal. 3) Pengambilan contoh dan melakukan inspeksi terhadap bahan pengemas. 4) In process control. 5) Menyelenggarakan audit internal dan eksternal 6) Inspeksi diri. 7) Meluluskan atau menolak obat jadi. 8) Penanganan terhadap keluhan obat. 9) Penanganan terhadap obat yang ditahan (retained sample) 10) Penanganan terhadap obat kembali. 11) Penanganan hasil uji di luar spesifikasi (Out Of Specification) 12) Pengkajian tahunan terhadap produk. Menurut tinjauan khusus perusahaan dari Suwarno, sistem mutu ditetapkan berdasarkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan Pfizer Quality Standard (PQS). Pengambilan contoh (sampling) bahan awal dilakukan dengan tahap sebagai berikut:



Universitas Indonesia



18



1) Bahan awal yang baru datang di gudang akan segera diketahui oleh QA dengan adanya catatan penerimaan barang (Goods Received Note) dan sertifikat analisis (CoA) yang akan dikirim oleh pihak gudang. Selanjutnya, QA akan memastikan kondisi kemasan sebelum melakukan sampling. 2) Persiapan sampling dimulai dari alat sampling, label, serta persiapan wadah botol tempat contoh bahan baku yang dilengkapi dengan etiket. 3) Pengambilan contoh dilakukan di bawah Laminar Air Flow (LAF) di ruang pengambilan sampel yang ada di gudang. Proses pengambilan sampel dilakukan pada suhu tidak lebih dari 25°C sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku untuk masing-masing wadah. Wadah dari sampel harus dilengkapi dengan data mengenai contoh yang diambil meliputi kode barang, nomor lot, tanggal kadaluarsa, dan tanggal pengambilan sampel. Wadah bahan awal yang telah diambil contohnya harus disegel kembali secara khusus dengan diberi label kuning (dengan tulisan ‘sampled by’). 4) Setelah melakukan pengambilan sampel, sampel yang telah diuji akan dikirim ke QC untuk dilakukan disposisi. QC akan mengeluarkan label status yang akan ditempel oleh QA pada bahan baku tersebut dan mengeluarkan laporan disposisi lot. Penanganan dan penyimpanan contoh bahan dan obat yang ditahan (retained sample) dilakukan oleh QA. Retained sample merupakan contoh bahan awal, bahan setengah jadi, obat jadi dan bahan pengemas yang diambil secara acak untuk dijadikan pembanding bila terdapat keluhan terhadap produk atau material. Retained sample juga digunakan untuk mengevaluasi mutu suatu produk yang telah dibuat dengan cara melakukan follow up stability. Penyimpanan sampel yang ditahan dilakukan sesuai sifa fisika dan kimia dari bahan tersebut. Pengambilan sampel dan inspeksi bahan pengemas dilakukan di ruang pengambilan sampel di bawah LAF untuk sampel kemasan primer, sedangkan untuk kemasan sekunder dilakukan di gudang. Pengambilan sampel tersebut dilakukan secara acak sesuai prosedur yang berlaku. Berikut adalah langkahlangkah pengambilan sampel dan inspeksi bahan pengemas, menurut Suwarno, 2011:



Universitas Indonesia



19



1) Pengendalian bahan pengemas dimulai dengan melengkapi GRN dan CoA oleh petugas pada unit pengendalian mutu 2) Petugas QA akan mencatat informasi dalam log book bahan pengemas, antara lain nama produk, nomor lot, kode barang dan pemasok barang. 3) Petugas QA akan mencatat informasi dalam laporan inspeksi bahan pengemas, yaitu nama produk, nomor lot, jumlah, tanggal pengambilan dan paraf petugas. 4) Petugas QA melakukan persiapan pengambilan sampel, antara lain wadah, pembuatan etiket dan label berwarna kuning. Dalam label tersebut bertuliskan, antara lain nama perusahaan, tulisan ‘sampled by’, nama produk, nomor lot, tanggal pengambilan sampel, dan paraf petugas. 5) Pengambilan sampel dan jumlah sampel yang akan diperiksa, dilakukan berdasarkan prosedur tetap pengambilan sampel bahan pengemas. 6) Bungkus wadah pengemas ditutup kembali setelah dilakukan pengambilan sampel untuk menghidari terjadinya kontaminasi. Selanjutnya, pada wadah tersebut ditempel label ‘sampled by’ yang berdekatan dengan label karantina. 7) Setelah selesai pengambilan sampel, dilakukan inspeksi dengan memeriksa spesifikasi bahan pengemas, proof print dan master sample. Setelah melalui berbagai proses akhirnya bahan telah menjadi obat jadi. Obat jadi merupakan obat yang telah melalui seluruh tahapan produksi, termasuk pengemasan dan telah siap untuk didistribusikan. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap obat jadi, antara lain pemeriksaan kebenaran proses dan kelengkapan kemasan, seperti jumlah isi, cetakan, kode bets dan tanggal kadaluarsa. Bagian QA juga bertanggung jawab terhadap dilakukannya audit internal dan eksternal. Audit internal dan eksternal dilakukan berdasarkan program tahunan yang dtentukan. Audit internal dilakukan ke departemen yang mendukung aktivitas produksi, yaitu departemen produksi, QO, engineering, technical services dan gudang. Untuk audit eksternal dilakukan terhadap calon pemasok, pemasok bermasalah dan pemasok lama yang dilakukan setiap tiga tahun. 2.5.2.2. Compliance and GMP Training Divisi compliance and GMP training bertugas untuk melaksanakan pelatihan GMP dan menjamin semua aktivitas yang dilakukan sesuai dengan



Universitas Indonesia



20



regulasi. PT. Pfizer Indonesia melakukan pelatihan GMP sesuai dengan program dalam setahun dari GMP concept training atau mengikuti kurikulum yang telah ditentukan (job function curriculum). Setiap pelatihan yang dilakukan dicatat dan didokumentasikan dalam rekor pelatihan (Suwarno, 2011). Menurut teori gambaran yang diberikan oleh Suwarno (2011), setiap pelatihan yang dilakukan harus dilakukan evaluasi untuk menjamin efektivitas pelatihan yang diberikan. Evaluasi dapat diberikan pada saat pertengahan atau akhir pelatihan. Evaluasi dapat diberikan pada saat pertengahan atau akhir pelatihan. Evaluasi yang dilakukan juga bertujuan untuk: 1) Mengetahui reaksi peserta pelatihan (Level I). 2) Melihat hasil belajar dari materi pelatihan yang telah diberikan dengan melihat seberapa jauh proses perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap dari peserta (Level II). 3) Mengetahui perubahan perilaku peserta apakah sesuai dengan tujuan pelatihan dan peserta mampu memberikan saran (Level III). 4) Melihat dampak pelatihan terhadap perusahaan (Level IV). Setelah mengikuti pelatihan, para peserta akan diberikan sertifikat pelatihan. Selain dilakukan oleh pihak internal dari perusahaan, pelatihan juga dilakukan oleh pihak eksternal, misalnya BPOM atau Pfizer pusat. 2.5.2.3. Quality Control (QC) Quality Control (QC) dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab langsung kepada manajer QO.Menurut teori yang dikaji oleh Suwarno (2011), tanggung jawab manajer QC, antara lain: 1) Pelaksanaan pemeriksaan bahan awal, obat setengah jadi dan obat jadi untuk menjamin agar mutu obat-obat yang diproduksi telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan oleh Pfizer dan BPOM dengan melakukan analisis kimia dan analisis mikrobiologi. 2) Memberikan pelatihan yang berhubungan dengan QC. 3) Menyusun, merevisi dan memperbaharui protap di QC.



Universitas Indonesia



21



Dalam pelaksanaan tugasnya, unit QC dibagi dalam dua subunit kerja, yaitu laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi. a.



Laboratorium Kimia Laboratorium kimia bertugas untuk melakukan analisa kimia terhadap



pengendalian mutu bahan awal dan pengendalian mutu produk ruahan. 1) Pengendalian Mutu Bahan Awal Bahan awal adalah bahan yang digunakan dalam pembuatan obat, meliputi bahan aktif dan bahan tambahan. Bahan awal akan sangat berpengaruh terhadap mutu suatu obat yang akan diproduksi. Pengendalian mutu tersebut dimulai dengan sampling bahan awal untuk diperiksa sesuai dengan spesifikasi. Setiap bahan yang datang disertai dengan dokumen Certficate of Analysis (CoA), yang akan dipakai sebagai acuan pemeriksaan. Bahan yang telah diambil sampel oleh QA akan dikirim ke QC untuk dilakukan analisis identifikasi penampulan dan identifikasi dengan FTIR. Hasil pemeriksaan bahan yang dinyatakan diterima atau ditolak akan dimasukkan ke dalam Monitoring Accounting Planning System (MAPS). Setelah itu, hasil pemeriksaan diserahkan ke QA untuk diberikan label diterima (release) atau ditolak (reject). Bahan awal yang tidak memenuhi syarat akan ditempel label merah (ditolak) beserta label yang menyatakan penanganan selanjutnya. Bahan awal yang ditolak akan ditempatkan di area bahan yang ditolak di gudang. Bahan awal yang lolos seleksi oleh QA ada yang sebagian disimpan sebagai contoh (retained sample) yang diperlukan untuk pemeriksaan selanjutnya. Untuk penanganan bahan awal yang mendekati tanggal kadaluarsa akan dilakukan pemeriksaan ulang, di mana pemeriksaan ini dilakukan dengan analisa menyeluruh dan berlaku untuk semua bahan awal. Jika dari hasil pengujian ulang dinyatakan lolos, maka akan dibuat verifikasi analisis dan bahan tersebut boleh digunakan untuk produksi. Jika bahan ditolak, maka harus diberitahukan ke gudang, PPIC, produksi dan keuangan bahwa bahan tidak boleh digunakan lagi dan harus dimusnahkan. 2) Pengendalian Mutu Produk Ruahan Produk ruahan merupakan produk jadi yang telah selesai diolah dan siap untuk dikemas. Produk ruahan PT. Pfizer Indonesia dapat berasal dari produksi



Universitas Indonesia



22



sendiri maupun produk impor yang harus dikemas ulang. Petugas QA akan mengambil contoh produk ruahan untuk pemeriksaan di laboratorium. Pemeriksaan produk ruahan dilakukan dengan metode tertentu dan harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Jika dalam pemeriksaan ditemukan hasil yang menyimpang dari spesifikasi, maka dilakukan penyelidikan terhadap hasil di luar spesifikasi. b. Laboratorium Mikrobiologi Laboratorium mikrobiologi dipimpin oleh seorang supervisor yang bertanggung jawab terhadap manajer QC. Unit laboratorium mikrobiologi bertugas dalam mendukung pengawasan mutu dalam hal mikrobiologi, seperti pemeriksaan bahan awal, obat setengah jadi, obat jadi, dan memantau sanitasi serta kebersihan ruangan, jumlah partikel serta pemantauan lingkungan (Suwarno, 2011). Kegiatan laboratorium mikrobiologi, antara lain: 1) Pengujian potensi antibiotik secara mikrobiologi. 2) Pengujian terhadap sediaan steril berupa uji sterilitas dan uji bebas pirogen. 3) Pengujian kontaminasi mikroba terhadap bahan awal, obat setengah jadi, dan obat jadi. 4) Memantau sanitasi dan kebersihan lingkungan ruangan produksi. 2.5.2.4. Validation (Validasi) Bagian validasi merupakan upaya untuk menjamin segala proses, sistem, prosedur. Metode yang dilakukan memberi hasil yang sesuai dengan spesifikasinya secara konsisten. Validasi proses harus dilakukan oleh industri farmasi untuk menjamin bahwa obat yang diproduksi sesuai dengan pengawasan mutu dan CPOB secara konsisten. Sasaran validasi adalah untuk menekan serendah-rendahnya risiko penyimpangan yang mungkin timbul. Selain itu, validasi juga dapat meningkatkan efektifitas produksi dan dapat mengurangi atau menghindarkan biaya yang disebabkan kegagalan internal seperti re-work, reject dan wastage maupun kegagalan eksternal seperti adanya keluhan, penarikan kembali dan obat kembalian. Bagian validasi bertanggung jawab terhadap validasi yang mencakup:



Universitas Indonesia



23



1) Konstruksi dan rancang bangun sarana 2) Peralatan, sarana penunjang dan layanan yang kritis 3) Prosedur analisis 4) Transfer proses produksi dan atau peningkatan skala bets 5) Prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk 6) Prosedur pembersihan Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian validasi antara lain: 1) Menyusun semua dokumen validasi, contohnya Validation Master Plan (VMP), protokol validasi, laporan validasi, dll. Validation Master Plan (VMP) adalah dokumen yang mendeskripsikan tentang informasi spesifik pabrik yang relevan dengan rencana. 2) Mengkoordinasikan kegiatan validasi dan eksekusinya 3) Memastikan semua kegiatan validasi sesuai dengan Pfizer Quality Standard dan regulator. 4) Memastikan semua proses, mesin/peralatan dan perlengkapan telah terkualifikasi/tervalidasi sebelum digunakan. 2.5.2.5. Packaging Development Bagian Packaging Development menangani desain kemasan dari produk yang akan diproduksi oleh PT. Pfizer Indonesia sendiri maupun produk yang di tolout. Untuk produk ethical, desain kemasan sudah ditetapkan sesuai dengan packaging guideline oleh Pfizer pusat. Selain itu, bagian ini dalam mendesain produk juga memperhatikan ketentuan dari BPOM. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian pengembangan kemasan secara garis besar, antara lain: 1) Mengkoordinasikan kegiatan pengembangan kemasan di pabrik dan memastikan konsep desain kemasan sesuai dengan pedoman bahan kemasan Pfizer global dan ketentuan regulasi. 2) Mengkoordinasikan konsep desain dan pengembangan kemasan kepada bagian pemasaran dan regulator dan memberikan rekomendasi teknis untuk bahan pengemas. 3) Sebagai penghubung dengan penyedia dan eksportir mengenai konsep desain kemasan dan pengembangan bahan pengemas.



Universitas Indonesia



24



2.5.3. Production Department Departemen Produksi dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan produksi mulai dari penerimaan bahan awal dan bahan pengemas dari gudang, pengecekan penimbangan bahan awal, pengolahan menjadi obat jadi, serta pengemasan (baik pengemasan primer maupun sekunder). Departemen produksi membawahi tiga unit kegiatan, yaitu unit sediaan steril, unit sediaan cair nonsteril dan semisolid serta unit sediaan solid. Fasilitas ruangan yang terdapat pada bagian produksi, yaitu ruang transit bahan awal, bahan setengah jadi dan bahan pengemas; ruang penimbangan (farmasi); staging room; ruang produksi steril; ruang produksi steril; ruang produksi semisolid; ruang produksi solid; dan ruang pengemasan primer dan sekunder. Sebelum pelaksanaan produksi, bagian produksi akan menyusun jadwal produksi bulanan berdasarkan Material Requirement Plan (MRP). Jadwal bulanan ini memuat kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh bagian produksi dalam satu bulan ke depan, serta mencantumkan produk yang akan diproduksi, ruan, mesin yang akan dipakai untuk produksi dan waktu pengerjaannya. Rencana bulanan ini akan didistribusikan ke bagian-bagian yang terkait, seperti bagian QC, PPIC dan gudang. Setelah jadwal produksi disetujui, maka akan dikeluarkan Production Order (PDO) dan PPIC. PDO ini berisi jumlah bahan awal yang diperlukan untuk produksi yang kemudian diserahkan untuk dilakukan penimbangan. 2.5.3.1. Proses Pengolahan (Compounding Division) a.



Unit Produksi Sediaan Padat Unit pengolahan sediaan padat dipimpin oleh seorang supervisor yang



bertanggung jawab kepada manajer produksi. Supervisor produksi sediaan padat bertanggung jawab terhadap proses pembuatan, pengemasan, memeriksa kebersihan ruangan dan peralatan yang digunakan sebelum proses, memeriksa seluruh catatan pengolahan bets, serta merevisi dan memperbaharui seluruh prototap bagian produksi sediaan padat.



Universitas Indonesia



25



Alur pengolahan sediaan padat, menurut Pak Arie (Supervisor Produksi Sediaan Padat) untuk gambaran besar dari tahapannya adalah sebagai berikut: 1) Penyiapan bahan Semua bahan yang akan digunakan pada proses produksi diambil dari staging room setelah diperiksa terlebih dahulu oleh supervisor dan pemimpin tim. 2) Pencampuran (Mixing) Pencampuran semua bahan dilakukan dengan waktu pencampuran sesuai dengan yang tercantum pada MP. Untuk obat yang telah sering dibuat, seperti Ponstan dan Norvask tidak memerlukan pengujian homogenitas. 3) Granulasi Proses granulasi dilakukan untuk memperbaiki laju alir serbuk. Proses granulasi dengan high shear menggunakan mesin TK Fielder dan diperoleh granul; sedangkan untuk proses granulasi yang membutuhkan low shear digunakan mesin Marion Mixer dan menghasilkan granul yang seperti adonan kue dan mudah patah. 4) Pengeringan granul Pengeringan granul dapat dilakukan dengan menggunakan oven dan fluid bed dryer (FBD). Selama proses pengeringan dilakukan IPC dengan memeriksa kadar air granul sampai diperoleh kadar air yang ditetapkan. 5) Milling Granul yang sudah dikeringkan, kemudian diperkecil ukuran partikelnya dan diayak dengan ukuran mesh tertentu untuk mendapatkan keseragaman ukuran partikel. Alat yang digunakan adalah Flitzz Mill. 6) Final blending Pencampuran terakhir dilakukan dengan menggunakan V-blender. Pencampuran dilakukan dengan menambahkan bahan penghancur dan bahan pelincir. Setelah selesai kemudian dilanjutkan dengan pengambilan sampel untuk dianalisis oleh QC dan bahan disimpan sementara di ruang penyimpanan atau work in process (WIP). 7) Compressing Sebelum dilakukan pencetakan, dilakukan start up terlebih dahulu oleh QA mengenai keseragaman bobot, kekasaran, waktu hancur, ketebalan, dan keregasan.



Universitas Indonesia



26



Setelah proses diatas memenuhi syarat, dilakukan IPC pencetakan terhadap bobot tablet dilakukan setiap selang waktu 10 menit oleh bagian produksi dan oleh bagian QA setiap selang waktu satu jam. Apabila tahap pencetakan selesai, maka dilakukan pemeriksaan oleh QC, untuk diperiksa kadar zat aktif, keseragaman kadar, LOD dan disolusi. Setelah diluluskan oleh QC, makan dilakukan proses selanjutnya. 8) Coating and polishing Tahap penyalutan ini dilakukan untuk pembuatan film coated tablet (FCT). Penyalutan tablet dilakukan secara otomatis menggunakan mesin penyalur yang dilengkapi dengan blower, exhauster, dan gun sprayer. Setelah selesai dilakukan penyalutan, dilanjut dengan pemeriksaan meliputi penampilan, waktu disintegrasi, ketebalan, keregasan, dan bobot tablet. b. Unit Produksi Sediaan Cair Nonsteril dan Semisolid Sediaan cair nonsteril dan semisolid yang diproduksi adalah salep, krim, gel, dan suspensi. Alur proses produksi sediaan cair nonsteril dan semisolid secara umum melalui tahapan penyiapan bahan, di mana bahan akan diambil dari staging room setelah diperiksa terlebih dahulu oleh supervisor. Dilanjut dengan tahapan pencampuran (mixing), di mana proses pencampuran bahan dilakukan di ruang pencampuran semisolid (sediaan gel, krim, salep) dan ruang pencampuran sediaan cair nonsteril (suspensi). Proses pencampuran semisolid diawali dengan pembuatan agen pembuat gel atau pelelehan basis (salep), dilanjut dengan pelarutan zat aktif dan pencampuran antara agen pembuat gel atau basis dengan zat aktif. Selanjutnya tahapan filtrasi, di mana bertujuan untuk menyaring partikelpartikel kasar yang dilakukan pada saat menambahkan bahan-bahan, seperti larutan zat aktif, gliserin, sorbitol; dan pengeluaran produk dari Kreiger atau tangki pencampuran IPC hasil filtrasi yang dilakukan oleh bagian QC, pemeriksaan meliputi cemaran mikroba, pH, dan viskositas. Dan tahap yang terakhir yaitu pengisian (filling), di mana jika sampel hasil filtrasi lolos seleksi dari QC, maka dilakukan proses pengisian. Selama proses berlangsung, terkhusus produk semisolid tidak dilakukan pengadukan terlebih dahulu, sedangkan untuk sediaan suspensi perlu dilakukan pengadukan untuk menghindari terjadinya pengendapan. Untuk sediaan steril semisolid (salep mata) dilanjutkan proses sterilisasi dengan radiasi sinar gamma.



Universitas Indonesia



27



2.5.3.2. Proses Pengemasan (Packaging Division) Proses pengemasan dilakukan terhadap obat setengah jadi untuk menghasilkan produk jadi. Produk yang dikemas dapat berupa obat lokal setengah jadi atau obat impor setengah jadi. Syarat kemasan, antara lain dapat melindungi produk secara kimia dan fisika, inert dan tidak berinteraksi antara obat dengan bahan pengemas. Tata cara pengemasan dilakukan berdasarkan Packaging Intruction (PI). Berdasarkan kontak atau tidaknya dengan produk, bahan pengemas digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Bahan pengemas primer (primary packaging material), yaitu bahan pengemas yang kontak langsung dengan produk, seperti PVC untuk blister, cool-forming, botol dan tube alumunium. Contoh proses pengemasan yang dilakukan antara lain pengisian suspensi ke dalam botol, pengisian larutan steril ke dalam botol, pengisian salep ke dalam tube dan proses blistering tablet. 2) Bahan pengemas sekunder (secondary packaging material), yaitu bahan pengemas yang tidak kontak langsung dengan produknya, seperti folding box, label dan lain-lain. Pengemasan sekunder berlangsung dengan meletakkan produk yang telah dikemas primer melalui ban berjalan. Proses pengemasan sekunder dilengkapi dengan alat pemeriksa berat yang digunakan untuk mengetahui penyimpangan berat pada produk. 3) Bahan pengemas tersier, yaitu bahan pengemas yang digunakan untuk tujuan mencegah kerusakan obat selama pendistribusian obat sampai ke pihak konsumen. Contoh bahan pengemas yang digunakan dalam pengemasan tersier adalah shipper atau bisa juga hanya menggunakan shrink wrap. 2.5.4. Departemen Engineering Engineering Department dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap peralatan, pemeliharaan peralatan, bangunan, kesehatan, dan keselamatan karyawan, serta pemantauan lingkungan. Engineering Department membawahi lima unit kegiatan, yaitu Utility & Building Ground Maintenance, Environmental, Health and Safety, Calibration, dan Unit Pemeliharaan (Maintenance).



Universitas Indonesia



28



2.5.4.1. Utility & Building Ground Maintenance Division Divisi Utility and Building Ground Maintenance membidangi empat unit kegiatan, yaitu utility attendance, handyman, laundry dan janitor. Unit utility bertanggung jawab atas penggunaan sumber energi dan unit penunjang kegiatan di industri seperti, genset, listrik air, udara, Air Handling Unit (AHU), kompresor, chiller dan water system. Sumber listrik yang digunakan berasal dari aliran listrik PLN dan genset. Genset digunakan sebagai pengganti sumber listrik ketika aliran listrik PLN padam. Sumber air yang digunakan berasal dari PDAM yang merupakan sumber air utama dan deep well (air tanah) sebagai cadangan. Kedua sumber air tersebut akan ditampung, dan diolah terlebih dahulu sebelum digunakan untuk kegiatan industri. Terdapat 3 jenis air yang digunakan yaitu potable water, purified water (WPU), dan water for injection (WFI). Berikut adalah penjelasan lebih lanjut untuk setiap jenis air yang digunakan: 1) Potable Water 



Potable water merupakan air yang diperoleh dari proses penyaringan yang bebas logam dan klorin.







Potable water digunakan untuk menunjang kegiatan industri, seperti kantin dan MCK.



2) Water Purified Unit (WPU) 



Purified water merupakan air yang diperoleh dari proses reverse osmosis (RO) dan ion exchange.







Purified water diambil dari air yang dapat diminum sesuai dengan peraturan/standar dan harus melalui test kemurnian kimia dan mikrobiologi.







Purified water digunakan dalam produksi non-steril (sanitasi).



3) Water for Injection (WFI) 



Water for injection adalah pemurnian air dengan proses distilasi dan disimpan serta disalurkan pada kondisi tertentu untuk mencegah timbulnya bakteri endotoxin.







Water for injection digunakan dalam produksi steril untuk semua produk parenteral.



Universitas Indonesia



29



Sistem HVAC terdiri dari Air Handling Unit (AHU), yang berfungsi sebagai unit pengendalian udara. Pertukaran udara diatur dengan suatu rangkaian Air Handling Unit (AHU), yaitu udara luar (fresh air) dipompa menuju AHU yang terdiri dari serangkaian filter dan terakhir menggunakan High-Efficiency Particulate Air (HEPA) filter. Pengaturan suhu dan kelembaban udara dilakukan menggunakan cooling coil. Udara dengan kelembaban tinggi akan mengalami proses cooling, sehingga uap air akan terkondensasi dan kelembaban akan turun (Saputra, 2014). PT. Pfizer Indonesia menggunakan sistem tata udara OFA, yaitu sistem tata udara di mana pengaturannya menggunakan mesin bebas lubrikasi oli dan minyak agar ketika ada jalur udara yang kontak langsung dengan produk atau dalam sistem produksi, tidak ada minyak sebagai kontaminan. Seluruh mesin yang menggunakan sistem OFA, berbahan Teflon sehingga tidak perlu lubrikasi. Teknologi terbaru yang digunakan Pfizer adalah dengan menggunakan lubrikasi air (Saputra, 2014). 2.5.4.2. Environmental, Health and Safety Division Divisi environmental, health, & safety berada dibawah koordinasi departemen engineering yang dipimpin oleh seorang manajer, Pak Haryo Wijaya dan diwakilkan oleh seorang supervisor, Pak Edi Purnomo. EHS bertanggung jawab terhadap perlindungan lingkungan lingkungan sekitar pabrik, pemeriksaan kesehatan karyawan, dan pengolahan limbah. EHS juga berkomitmen untuk memberikan area kerja yang aman. Kebijakan lingkungan yang diterapkan adalah untuk tertib dan taat menjaga lingkungan dengan menerapkan manajemen lingkungan ISO 14001, serta secara langsung juga berkontribusi untuk hemat air dalam rangka menjaga lingkungan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan. a) Kesehatan dan Keselamatan Aktivitas yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan menurut kebijakan perusahaan yang mengacu pada laporan Saputra (2014), antara lain adalah:



Universitas Indonesia



30



1) Pelatihan program Tanggap Darurat, seperti kebakaran, ledakan, bencana alam, tumpahan/kebocoran bahan-bahan kimia berbahaya pertolongan pertama kecelakaan, dan gangguan eksternal (ancaman bom, sabotase, demonstrasi, perang, perampokan/penjarahan). 2) Pelatihan keamanan pegawai, seperti lock out tag out, untuk pencegahan terjadinya



kecelakaan



pada



operator



yang



sedang



melakukan



perbaikan/perawatan mesin akibat dinyalakannya mesin oleh operator lain. 3) Inspeksi rutin, antara lain pemeliharaan alat pemadam kebakaran, pemeliharaan fire hydrant, dan pemeliharaan sistem alarm kebakaran. 4) Pemeriksaan kesehatan pada semua karyawan baru dan dilakukan pemeriksaan berkala selama minimal 1 tahun sekali. 5) Mengukur tingkat kebisingan dan intensitas cahaya lampu di area kerja karyawan. 6) Penanganan pada bahan-bahan yang berbahaya dan beracun dengan meminta dokumen MSDS seluruh bahan dari supplier. Perhatian khusus diberikan pada kontraktor an karyawan yang bekerja pada tempat dengan ketinggian di atas 1,5 meter, hot work (pembakaran, pengelasan, penyolderan), confined space entry (di ruang terbatas yang rentan kekurangan oksigen) dan bekerja atau dekat dengan energi listrik (Saputra, 2014). Selain aktivitas, ada pula beberapa peringatan dari EHS terkait kebijakan perusahaan, diantaranya adalah: 1) Menggunakan alat pelindung diri, disaat terdapat logo di tempat yang mengharuskan menggunakan alat tersebut (contoh: menggunakan topi dan safety shoes untuk alat pelindung diri di warehouse). 2) Dilarang meludah dan membuang sampah sembarangan. Hal ini terkait bakteri yang akan tersebar lewat udara jika kita melanggarnya, dan membuang sampah yang benar sesuai dengan pemisahan yang benar (organik dan anorganik). 3) Dilarang mengambil gambar atau video sembarangan. Hal ini berkaitan dengan aset perusahaan yang bersifat rahasia dan dilarang untuk menyebarluaskan secara tanpa izin perusahaan.



Universitas Indonesia



31



4) Dilarang membawa atau minum miras. Hal ini berkaitan dengan sikap para karyawan yang diharuskan untuk hidup secara bersih dan disiplin. 5) Dilarang merokok disembarang tempat area lingkungan pabrik, kecuali di smoking area yang telah disediakan. Hal ini berkaitan dengan asap rokok yang tidak seharusnya menyebar di area lingkungan kerja / area pabrik kecuali di smoking area yang telah disediakan. 6) Dilarang panik jika ada kebakaran atau kejadian yang tidak diiginkan. Hal ini mengharuskan kita untuk tetap tenang dan siap tanggap darurat dalam menanggapi kejadian yang tidak diinginkan. Bahaya yang terdapat di area PT. Pfizer Indonesia Jakarta antara lain: o



Penggunaan bahan kimia yang berbahaya.



o



Potensi bahaya dari energi listrik



o



Kejatuhan barang dari atas



o



Terkait mesin yang berputar/bising



o



Pekerjaan yang diatas 1,5 m menggunakan alat pengaman



o



Bekerja di ruang tertutup



b) Lingkungan EHS melakukan kajian di bidang lingkungan dibuat dalam dua upaya, yaitu Upaya Kelola Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). Studi mengenai upaya pengelolaan lingkungan kepada para karyawan dan staff dengan diadakannya training kepedulian lingkungan. Contoh upaya pengelolaan lingkungan adalah menanggulangi polusi internal di PT. Pfizer Indonesia dan menerapkan peraturan pemerintah (ISO 14001). Salah satu upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang penting adalah upaya pengelolaan limbah. Bentuk limbah yang dikeluarkan oleh PT. Pfizer Indonesia adalah limbah cair, limbah padat, dan limbah udara. Masing-masing limbah memiliki pengelolaan yang berbeda-beda. 1) Limbah Cair Limbah cair berasal dari limbah hasil produksi dan limbah domestik. Limbah hasil produksi berasal dari proses produksi dan pencucian alat produksi, sedangkan limbah domestik berupa air dari kegiatan kantin dan MCK. Sebelum



Universitas Indonesia



32



limbah cair dibuang ke sungai, limbah harus diolah terlebih dahulu. Berikut adalah tahapan dari pengolahan limbah cair berdasarkan bak-bak penampungan olahan limbah: a. Bak Kontrol A Tahapan pengolahan limbah cair dimulai dari proses pemisahan minyak dari air dengan tujuan agar limbah cair yang diolah tidak membentuk konsentrat yang begitu padat. b. Bak Ekualisasi Selanjutnya, limbah cair yang sudah dipisahkan bagian minyaknya dialirkan ke bak ekualisasi untuk ditampung yang kemudian akan lanjut diolah di bak aerasi. Dalam bak ekualisasi, limbah cair yang ditampung berwujud air. c. Bak Aerasi Proses dilanjutkan dengan tahapan aerasi, di mana terjadinya pembentukan flokulan dan penguraian senyawa organik oleh bakteri nonpatogen (bakteri aerob lumpur aktif). Pada proses aerasi, dibutuhkan suplai oksigen untuk membantu bakteri agar dapat menguraikan limbah cair. Pada tahap ini, juga diberikan nutrisi untuk bakteri nonpatogen pada bak aerasi dengan tujuan meningkatkan mutu olahan limbah cair. d. Bak Sedimentasi Proses dilanjutkan dengan sedimentasi untuk mengendapkan lumpur dengan tujuan untuk memisahkan lumpur dengan air. e. Bak Kontrol I Proses hasil sedimentasi, dilanjutkan di Bak Kontrol I, di mana supernatan hasil sedimentasi dimasukkan ke bak kontrol untuk dilihat kejernihannya, dan bagian lumpur yang mengendap diambil dan ditaruh di drying bed untuk dikeringkan. f. Filter I (Pasir) Proses kemudian dilanjutkan dengan proses filtrasi I di mana hasil limbah cair dari bak kontrol I di filter pasirnya. Tahapan ini dinamakan prafiltrasi magnesium silika. g. Bak Kontrol II



Universitas Indonesia



33



Hasil dari prafilter kemudian ditampung di bak kontrol II untuk selanjutnya di proses lagi dengan filter karbon. h. Filter II (Karbon) Proses selanjutnya adalah memfilter limbah cair yang sudah di tampung di bak kontrol II dengan proses filter II. Pada proses ini, digunakan karbon aktif sebagai media filter. i. Bak Effluent Setelah proses filtrasi air, kemudian ditampung di bak effluent yang kemudian nantinya akan dialirkan ke kolam ikan, di mana ikan disini berperan sebagai bioindikator yang menandakan bahwa air sudah tidak mengandung bahan berbaya. Air yang terdapat di kolam ikan kemudian dilakukan pengujian nilai TSS (Total Suspended Solid) dan nilai COD (Chemical Oxygen Demand). 2) Limbah Padat Limbah padat terdiri dari limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) dan limbah non B3. Limbah padat B3 dapat berupa sisa bahan obat, obat-obat yang tidak memenuhi syarat, retained sample, bahan baku, obat setengah jadi dan obat jadi yang telah kadaluarsa, dan bahan pengemas yang telah terkontaminasi bahan obat. Limbah B3 harus ditangani secara khusus, yaitu terlebih dahulu dihancurkan dan diberi air, lalu disimpan. Limbah padat B3 kemudian disimpan maksimal selama 90 hari dan selanjutnya dikirim ke Prasadah Pamunah Limbah Industri (PPLI) yang berada di Cibinong. Limbah non B3 yang masih bermanfaat dan memiliki nilai jual setelah dihancurkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan daur ulang, atau dapat langsung dibuang ke Kementerian Pekerjaan Umum. Pembuangan sampah keluar pabrik juga dilakukan dengan melakukan kerja sama dengan dinas kebersihan Pemda DKI Jakarta secara teratur (Saputra, 2014). 2.5.4.3. Calibration Division Kalibrasi adalah suatu rangkaian kerja yang dilakukan berdasarkan kondisi dan spesifikasi tertentu yang menyatakan tingkat kesamaan nilai yang diperoleh dari sebuah instrumen dan membandingkannya dengan nilai yang telah diketahui dari suatu acuan standar. Standar kalibrasi mengacu pada standar nasional dan standar internasional di mana standar nasional mengacu pada laboratorium yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) sedangkan standar



Universitas Indonesia



34



internasional mengacu pada Association Standardization Technology Network (ASTN) (Suwarno, 2011). Proses standarisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu standarisasi primer dan standarisasi sekunder. Standarisasi primer dilakukan dengan membawa alat yang akan dikalibrasi ke workshop engineering untuk di standarisasi dengan standar, sedangkan standarisasi sekunder merupakan alat standar yang biasa digunakan di ruang kalibrasi sebelum selanjutnya di standar lebih lanjut dengan standarisasi primer. Tahapan ini meliputi empat bagian yang akan menstandarisasi alat instrumen kalibrasi, di mana standarisasi akan dilakukan di CPGM, LIPI Bogor, Laboratorium Kalibrasi, dan kalibrasi di Dept. Engineering PT. Pfizer Indonesia. Klasifikasi instrumen yang harus dikalibrasi dapat dibedakan menjadi tiga tipe instrumen, yaitu alat ukur critical, non-critical, dan reference only. Alat ukur critical merupakan suatu instrumen yang memiliki kontak langsung dengan produk dan harus dilakukan kalibrasi. Instrumen critical sering digunakan untuk kalibrasi karena nilai yang di dapat langsung digunakan. Instrumen critical memiliki direct impact di mana hasil nilai data dari instrumen ini sangat berpengaruh untuk nilai kualitas suatu produk. Alat ukur non-critical merupakan suatu instrumen yang tidak memiliki kontak langsung dengan produk namun tetap perlu dilakukan kalibrasi. Instrumen non-critical digunakan kurang lebih 1 tahun sekali, dan nilai yang didapat tetap dimasukkan ke dalam data perhitungan kalibrasi suatu kualitas produk. Instrumen non-critical memiliki indirect impact di mana hasil nilai data dari instrumen ini tidak berpengaruh langsung terhadap kualitas suatu produk. Alat ukur reference only merupakan suatu instrumen yang jarang digunakan karena pada dasarnya sudah digunakan hanya di awal saja dan tidak mempengaruhi kualitas suatu produk karena bernilai 0. Instrumen reference only memiliki nilai data indikator kalibrasi. Sistem untuk memantau kalibrasi suatu alat ukur menggunakan program Computerize Maintenance Management System (CMMS). Program ini memiliki jadwal tertentu yang akan memberitahukan waktu suatu alat untuk dikalibrasi seminggu sebelum alat tersebut lewat dari due date.



Universitas Indonesia



35



Mekanisme kalibrasi secara umum terdiri dari tiga jenis, yaitu pada saat awal, pas due dan kondisi deviasi. Kalibrasi alat pada saat awal harus dilakukan untuk semua alat ukur yang baru. Kalibrasi past due date dilakukan pada saat jadwal kalibrasi jatuh tempo tetapi tidak dapat dilakukan kalibrasi karena suatu hal, misalnya alat tersebut sedang digunakan sehingga harus dibuat past due report. Kondisi deviasi dilakukan ketika terjadi penyimpangan dari standar dan batas toleransi (3 angka penting) sehingga memerlukan investigasi dan harus dibuat calibration deviation report yang berisikan deviasi, solusi yang direkomendasikan, dan tindak lanjut. Ada dua cara dalam melakukan tes kalibrasi, yaitu Real Test Calibration dan Simulation Test Calibration. Form-form yang biasa digunakan di divisi kalibrasi diantaranya adalah: 1) Form NMIR (New Model Instrument Request) Form NMIR merupakan form yang diisi jika ada permintaan instrumen baru atau permintaan perubahan pada instrumen. 2) Form CPCR (Calibration Program Change Request) Form CPCR merupakan form permintaan perubahan sistem program kalibrasi atau perubahan data kalibrasi yang sudah ada (misalnya; perubahan data timbangan sebelum dan setelah dikalibrasi). 3) Form ILIA (Impact Level Instrument Asessment) Form ILIA merupakan form untuk menentukan level suatu instrumen dan dibedakan menjadi 3 level impact, yaitu direct impact, indirect impact, dan reference only. Form ini diisi ketika mengevaluasi dan menilai suatu instrumen yang perlu dan tidak perlu untuk dilakukan kalibrasi. 2.5.4.4. Unit Pemeliharaan (Maintenance Division) Unit pemeliharaan membawahi dua unit kegiatan, yaitu elektrik dan mekanik. Bagian ini mempunyai tanggung jawab atas kegiatan pabrik sehari-hari yang meliputi pemeliharaan yang bersifat preventif terhadap mesin-mesin produksi dan peralatan agar selalu dalam keadaan baik dan siap untuk dipakai. Sistem perencanaan pemeliharaan peralatan dilakukan berdasarkan penggunaan program Computerize Mintenance Management Scheduling (CMMS). Program ini akan membuat jadwal tahunan dan mengeluarkan perintah kerja (work



Universitas Indonesia



36



order) bulanan secara otomatis memberikan waktu pembersihan dan perawatan peralatan. Perintah kerja dalam sistem akan selalu mengingatkan kapan waktu pemeliharaan dilakukan. Work order dibagi menjadi dua, yaitu pemeliharaan yang bersifat preventif (Preventive Maintenance) dan Non routine Order (Non PM). PM merupakan pekerjaan yang terprogram dalam CMMS yang dikeluarkan oleh bagian engineering; sedangkan Non PM merupakan pemeliharaan peralatan yang bersifat insidental yang dikeluarkan oleh masing-masing pengguna, misalnya pengguna dibagian produksi, QO, dan warehouse. Blizz Maintenance System digunakan untuk memantau pemeliharaan peralatan secara harian. Sistem ini akan melakukan pemantauan posisi waktu running yang menghasilkan tren analisis dari program vibrotif analysis. Vibrotif analysis merupakan suatu program untuk melihat tren kondisi mesin dengan menganalisis getaran atau vibrasi mesin menggunakan alat vibrotif yang ditempel pada alat secara horizontal, vertical, dan aksial (Firmansyah, 2013). Selanjutnya, alat itu akan mendiagnosa pengukuran vibrasi, diagnosis bearing, pengukuran rpm, pengukuran vibrotif, dianalisis dengan standar masingmasing bearing, dan kemudian muncul tren analisis. Setiap peralatan mempunyai tren analisis yang berbeda-beda. Contoh, peralatan yang dilakukan pemeliharaan dengan vibrasi analisis adalah peralatan yang tidak memiliki dampak langsung (Firmansyah, 2013). 2.6. Produk - Produk PT. Pfizer Indonesia PT. Pfizer Inodnesia memproduksi obat dalam bentuk solid, semi solid, dan cairan. Selain memproduksi obat untuk didistribusikan di dalam negeri, PT. Pfizer Indonesia juga melakukan kegiatan ekspor dan impor obat. 2.6.1. Produk yang Diproduksi oleh PT. Pfizer Indonesia 2.6.1.1. Solid Produk solid terdiri dari Film Coated Tablets (FCT), tablet dan kapsul. Metode yang dipakai yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan pencampuran kering. Produk solid yang diproduksi oleh PT. Pfizer Indonesia antara lain:



Universitas Indonesia



37



Tabel 2.1 Daftar Produk Solid PT. Pfizer Indonesia



No 1



Nama Produk



2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



Bentuk Produk



Cardura Diabinese



Tablets



Norvask Zoloft Ponstan Zithromax



Film Coated Tablets



Dalacin Diflucan Dilantin Feldene



Capsules



Lincocin Ponstan Vibramycin



Berat Bersih (mg) 1 2 100 250 5 10 50 500 250 500 150 300 50 150 100 10 20 250 500 250 50 100



(Sumber: Data PT. Pfizer Indonesia)



2.6.1.2. Semi Solid Produk semi solid terdiri dari salep topikal, salep mata, krim, dan gel. Produk semi solid yang diproduksi oleh PT. Pfizer Indonesia antara lain: a.



Feldene Gel 0,5%.



b.



Terramycin Ophthalmic Oinment 1% dan Topical Oinment.



c.



Terra Cortil Ophthalmic dan Topical Oinment.



d.



Trosyd Cream 1%.



2.6.1.3. Cairan Produk cair terdiri dari cairan steril untuk tetes mata dan injeksi yang dibuat secara aseptik, dan suspensi oral non-steril. Produk cair yang diproduksi oleh PT. Pfizer Indonesia antara lain: a.



Ketalar Injection 100 mg/mL.



b.



Terramycin IM Sol. 50 mg/mL.



Universitas Indonesia



38



2.6.1.4. Produk Toll Out Adapun produk PT. Pfizer Indonesia yang dibuat oleh PT. Bayer Indonesia, antara lain: a.



Lopid Capsules, 300 mg.



b.



Lopid FCT, 900 mg.



2.6.1.5. Produk Toll In Beberapa produk yang dibuat oleh PT. Pfizer Indonesia untuk Johnson & Johnson Indonesia, yaitu: a.



Combantrin Tablets, 125 dan 250 mg.



b.



Visine Original, 6 mL.



c.



Visine Extra, 6 mL.



d.



Visine Tears/Refresh, 6 mL.



2.6.2. Produk Impor Produk yang diimpor dari Pfizer di negara lain oleh PT. Pfizer Indonesia, yaitu: a.



Solid Aromasin, Accupril FCT, Champix FCT, Caduet FCT, Detrusitol FCT,



Feldene Flash, Glucotrol XL FCT, Lipitor FCT, Medrol Tabs, Provera Tabs, Unasyn FCT, Vfend FCT, Viagra Tabs, Xanax Tabs, Zyvox FCT, Celebrex Caps, Lyrica Caps, Neurantin Caps, Sutent Tabs. b.



Cairan Campto, Cefobid, Depo Medrol Injection, Diflucan IV, Dilantin Injection,



Dynastat IV, Farmorubicin, Feldene IM, Genotropin, Serenace, Solu Medrol, Sulperazone, Unasyn IM dan IV, Vfend IV, Xalacom, Xalatan, Zithromax IV dan POS, Zyvox. 2.6.3. Produk Ekspor Produk yang diekspor PT. Pfizer Indonesia ke luar negeri, antara lain Diabinese Tabs, Ponstan FCT, Dalacin Caps, Lincocin Caps, Ponstan Caps. Feldene 0,5% Gel, Terramycin Ophthalmic Ointment, Terramycin Topical Ointment, Trosyd 1% Cream.



Universitas Indonesia



3. BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Prinsip Umum Water System di Industri Farmasi Pengolahan air di industri farmasi memiliki cara yang beragam dengan metode yang sama, di mana untuk mendapatkan air yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan serta kualitas air industri farmasi yang sesuai, maka air perlu diolah (treatment) dengan cara yang terkualifikasi. Sumber air yang digunakan untuk treatment berasal dari PDAM yang merupakan sumber air utama dan deep well (air tanah) sebagai cadangan. Kedua sumber air tersebut aka ditampung, dan diolah terlebih dahulu sebelum digunakan untuk kegiatan industri. Sistem produksi, penyimpanan dan distribusi air industri farmasi harus dirancang, dipasang, memenuhi syarat, dan dipelihara untuk memastikan produksi air yang sesuai dengan kualitas yang sesuai. Hal ini diperlukan untuk memvalidasi proses produksi air untuk memastikan air yang dihasilkan, disimpan dan didistribusikan tidak berada di luar kapasitas yang dirancang dan memenuhi spesifikasi. Kapasitas sistem harus dirancang untuk memenuhi permintaan arus rata-rata dan puncak arus operasi saat ini. Jika perlu, tergantung pada tuntutan masa depan yang direncanakan, sistem harus dirancang untuk memungkinkan peningkatan kapasitas atau dirancang untuk memungkinkan modifikasi. Semua sistem, terlepas dari ukuran dan kapasitasnya, harus memiliki sirkulasi dan perputaran yang sesuai untuk memastikan sistem dikontrol dengan baik, secara kimia dan mikrobiologis. 3.1.1. Unit-Unit Utama Water System Pengoperasian stilmas water system di PT. Pfizer Indonesia secara umum melalui berbagai unit-unit utama, yaitu Reverse Osmosis unit (RO), Water Purified Unit (WPU), Water for Injection unit (WFI), Pharmastill unit, dan Pure Steam Generator unit (PSG). Semua unit water system dapat di kontrol menggunakan PID, di mana semua proses memiliki PID. Pengontrolan dilakukan oleh PLC (Program Logic Controller). Selain itu, water system juga dapat dilakukan monitoring oleh sensor, di mana sensor dilengkapi dengan kontrol manual. Berikut adalah penjelasan mengenai unit-unit utama stilmas water system:



39



Universitas Indonesia



40



1) Reverse Osmosis unit (RO) Unit reverse osmosis (RO) adalah metode filtrasi teknologi membran yang menghilangkan banyak jenis molekul dan ion besar dari larutan dengan menerapkan tekanan pada larutan bila berada di satu sisi selektif membran. Hasilnya adalah zat terlarut dipertahankan pada sisi bertekanan membran dan pelarut murni lolos seleksi untuk berpindah ke sisi lain. Berdasarkan SOP-71704 yang terdapat pada depatment engineering PT. Pfizer Indonesia, untuk menjalankan RO unit tahapannya adalah sebagai berikut: a.



Persiapan yang harus dilakukan



a)



Meyakinkan suplai udara tersedia



b) Meyakinkan bahwa unit demineralisasi dalam kondisi beroperasi. Perhatikan tombol K7 dan/atau K9 pada kontrol panel (Gambar 3.1) dalam keadaan ON. c)



Membuka inlet valve (8) pada unit RO.



d) Membuka valve-valve untuk jalur konsentrat dan permeate e)



Membuka valve drain.



f)



Menutup valve bypass.



g) Memputar saklar utama (16) pada posisi ON. h) Memputar saklar (24) yang terdapat pada kontrol panel pada posisi ON. i)



Display akan menampilkan versi dari software.



b.



Menjalankan unit secara otomatis.



a)



Menunjukkan display dengan posisi OFF.



b) Menekan tombol N pada kontrol panel unit. Display akan menunjukkan A (automatic operation) c.



Menjalankan unit secara manual.



a)



Menunjukkan display dengan posisi OFF, A, atau N.



b) Menekan tombol H pada kontrol panel unit. Display akan menunjukkan H (manual operation) d.



Meyakinkan pompa tekanan tinggi (1) pada unit bekerja.



e.



Memperhatikan aliran air permeate (5) berkisar antara 1500-2000 lt/jam.



f.



Mengatur valve permeate (14) apabila aliran lebih atau kurang dari yang diharapkan.



Universitas Indonesia



41



g.



Memperhatikan aliran air konsentrat berkisar antara 375-500 lt/jam atau 1020% dari air permeate ditambah air konsentrat.



h.



Mengatur valve konsentrat (3) apabila aliran lebih atau kurang dari yang diharapkan.



i.



Membuka valve sampel permeate yang terhubung ke TOC meter.



j.



Memperhatikan air yang melewati TOC berada pada 20 ml/min.



k.



Mengatur valve sampel atau valve yang terdapat pada TOC meter apabila aliran air lebih atau kurang dari yang diharapkan.



l.



Menyalakan TOC meter dengan mengaktifkan saklar yang terdapat pada TOC meter (lihat Gambar 3.2).



m. Menampilkan tipe dan versi software TOC dalam sesaat. n.



Menekan tombol START.



o.



TOC akan melakukan pengecekan pada sistem. SYSTEM CHECK akan ditampilkan.



p.



Setelah pengecekan, melakukan pemanasan lampu UV. SYS CHECK. PASSED UV WARMING UP akan ditampilkan.



q.



Selanjutnya, alat akan menunjukkan nilai TOC, konduktivitas dan suhu.



r.



Memperhatikan nilai TOC dan konduktivitas.



s.



Menutup keran drain apabila nilai TOC kurang dari 500 ppb dan konduktivitas kurang dari 0.5 µS.



t.



Pada kondisi operasi otomatis (A), unit akan berhenti secara otomatis apabila terjadi alarm pada sistem.



u.



Pada kondisi operasi manual (H), unit akan bekerja dengan mengabaikan parameter input pada unit. Mode ini digunakan pada saat pembersihan atau pemeliharaan RO.



v.



TOC memiliki spesifikasi ≤ 500 ppb. Unit reverse osmosis memiliki tahap awal, yaitu dialirkannya air dari mix



bed yang berasal dari demineralization line A dan line B. Jika konduktivitas air dari mix bed sudah terpenuhi (≤ 0.75µS), air dari mix bed dapat dialirkan ke RO unit melewati filter 3µ, kemudian air diolah pada RO unit agar didapat nilai TOC (Total Organic Carbon) dan konduktivitas yang dapat diturunkan sebelum air dimasukan ke dalam tangki WPU. Sistem reverse osmosis unit ini akan menghasilkan air yang



Universitas Indonesia



42



dimurnikan (Purified water) dan air untuk injeksi (Water for Injection) dengan penyaringan 2 rangkap, yaitu dengan multimedia (sand) filter dan carbon filter.



Gambar 3.1 Unit Reverse Osmosis



Gambar 3.2 TOC Meter



Universitas Indonesia



43



2) Water Purified Unit (WPU) Water Purified Unit (WPU) adalah salah satu unit di stilmas water system yang berperan dalam penampungan purified water pada tangki WPU yang telah diproses dari unit RO dan ion exchange (Demineralization Water). Purified water diambil dari air yang dapat diminum sesuai dengan peraturan/standar dan harus melalui test kemurnian kimia dan mikrobiologi, serta dapat digunakan dalam produksi non-steril (sanitasi). Pada proses singkatnya menurut prosedur yang tercantum di SOP PT. Pfizer Indonesia mengenai pengoperasian stilmas water system, setelah purified water sudah ditampung pada tangki WPU dengan spesifikasi maksimal volume 2500 L, purified water kemudian melewati cartridge filter untuk memurnikan ion mineral, zat besi, dan ion lainnya agar purified water yang didapat sudah murni dari ion yang tidak diperlukan. Setelah itu, purified water disinari oleh lampu ultraviolet dengan spesifikasi maksimal 8000 jam yang berfungsi untuk mensterilkan air dari mikroba yang masih terkandung dalam purified water dan menjaga proses setelahnya yaitu daya operasi dari reverse osmosis karena terhindar dari tumbuhnya mikroba yang dapat merusak jaringan membran semipermeable. Terakhir, purified water akan mengalir melalui loop WPU untuk kemudian dialirkan ke beberapa use point WPU, WFI Production (Distillation), dan Pure Steam Generator. Penggunaan purified water pada industri farmasi umumnya digunakan sebagai pencuci alat proses produksi dan sebagai air umpan ketel pada boiler.



Gambar 3.3 Purified Water Plants (Sumber: stilmas.com)



3) Water for Injection unit (WFI) Water for Injection unit adalah salah satu unit di stilmas water system yang berperan dalam penampungan air untuk injeksi pada tangki WFI yang telah diproses



Universitas Indonesia



44



dari unit WPU, RO, dan ion exchange (Demineralization Water). Water for injection (WFI) adalah air yang dimaksudkan untuk penggunaan produksi obat yang diberikan secara parenteral dimana pelarutnya adalah air, atau air yang digunakan untuk melarutkan atau mengencerkan zat atau preparasi untuk pemberian parenteral. WFI merupakan air kualitas tertinggi yang digunakan di industri farmasi. Air ini dalam bentuk bulk disebut pyrogen free water dan bila telah disterilisasi disebut sterilised water for injection. Pyrogen adalah substansi yang bila diinjeksikan ke mamalia (termasuk manusia) akan menyebabkan demam. Pengolahan air untuk injeksi (Water For Injection/WFI) berasal dari purified water system, yang selanjutnya dilakukan distilasi (penyulingan) dengan terlebih dahulu disinari oleh lampu UV untuk membunuh bakteri. Selanjutnya, water for injection disalurkan ke tangki WFI dengan spesifikasi maksimal volume 2005 L untuk kemudian air tersebut ditampung pada tangki WFI unit yang seterusnya dipompompakan ke use point yang terdapat di ruangan-ruangan produksi melalui loop WFI dengan sirkulasi 24 jam. Water for Injection juga dapat dikatakan sebagai sediaan steril yang pada dasarnya dihasilkan dari raw material berupa “dringking water”. Drinking water ini kemudian mengalami pretreatment untuk selanjutnya bisa dihasilkan WFI. WFI berada dalam keadaan yang masih belum steril. Oleh karena itu, WFI akan mengalami sterilisasi lagi untuk diaplikasikan menjadi beberapa air sediaan steril dengan berbagai fungsi. Berikut pengklasifikasian produk air steril dengan bahan water for injection menurut Shinta R., dkk, (2012): 1) Sterile Water for Injection Air steril untuk injeksi merupakan WFI yang telah disterilisasi dan dikemas, tidak mengandung agen antimikroba ataupun substansi tambahan. Disediakan dalam dosis tunggal dan mungkin memiliki volume tidak lebih dari 1 L. Tidak cocok untuk injeksi intravaskular tanpa membuatnya isotonis terlebih dahulu. Tidak boleh mengandung lebih dari 0,25 unit endotoksin / mL. 2) Bacteriostatic Water for Injection Bacteriostatic Water for Injection merupakan sterile water for injection yang mengandung satu atau lebih agen mikroba sehingga perlu diperhatikan



Universitas Indonesia



45



kompatibilitas agen antimikroba dengan substansi



medis yang dilarutkan.



Disediakan dalam dosis tunggal maupun multiple dose dan memiliki volume tidak lebih dari 30 mL. Tidak untuk digunakan oleh bayi. Tidak boleh mengandung lebih dari 0,5 unit/mL endotoksin. Derajat keasaman (pH) berkisar 4,5 dan 7,0 diukur secara potensiometri. 3) Sterile Water for Irrigation Air steril untuk irigasi adalah water for injection yang disterilisasi dan dikemas, tidak mengandung agen antimikroba ataupun substansi tambahan. Disediakan dalam dosis tunggal dan mungkin memiliki volume lebi dari 1 L. Hanya untuk kegunaan irigasi (membersihkan luka) dan tidak untuk injeksi. 4) Sterile Water for Inhalation Air yang dimurnikan dengan distilasi atau reverse osmosis dan dipertahankan steril, tidak mengandung bahan tambahan dan agen antimikroba kecuali digunakan dalam media atau alat yang rentan kontaminasi. Tidak boleh untuk administrasi parental ataupun bahan dalam sediaan steril. Disediakan dalam dosis tunggal. Tidak boleh mengandung lebih dari 0,5 unit/ml endotoksin. Derajat keasaman (pH) berkisar antara 4,5 dan 7,0 diukur secara potensiometri. Selain digunakan sebagai pelarut zat aktif dalam sediaan steril, WFI juga dapat digunakan dalam proses pencucian dengan pembentukan uap panas steril yang akan digunakan dalam proses sterilisasi (Shinta R., dkk, 2012). 4) Pharmastill unit (WFI Production) Unit Pharmastill adalah salah satu unit di stilmas water system yang berperan dalam memproduksi water for injection dengan dilakukannya proses distilasi (penyulingan) untuk mendapatkan water for injection yang lebih murni. Proses distilasi yang dilakukan pada stilmas water system di PT. Pfizer Indonesia menggunakan unit Pharmastill, di mana unit ini bekerja untuk melakukan produksi water for injection dengan empat kali penyulingan dan menggunakan 2 buah heat exchanger. Berawal dari purified water yang dialirkan dari penampungan tangki WPU, kemudian dipompakan menuju heat exchanger yang pertama. Selanjutnya, uap panas (kondensat steam) dibuang keatas dengan vent filter dan air yang dialirkan dari heat exchanger pertama menuju keempat kolom distilasi untuk dilakukan penyulingan berkala dengan suhu yang tinggi.



Universitas Indonesia



46



Distilasi dilakukan empat kali sampai kandungan mineral water for injection telah memenuhi kriteria yang dibutuhkan. Hasil dari empat kali penyulingan menghasilkan water for injection yang murni dengan suhu yang tinggi (panas). Selanjutnya, water for injection murni dialirkan kembali ke heat exchanger yang kedua dengan fungsi untuk memisahkan kondensat panas berupa uap murni dari water for injection murni yang telah diproduksi oleh pharmastill. Hal ini bertujuan agar water for injection yang akan ditampung di tangki penampungan WFI memiliki suhu yang optimal (normal) terhadap tangki.



Gambar 3.4 Pharmastill Unit (Sumber: stilmas.com)



5) Pure Steam Generator unit (PSG) Unit Pure Steam Generator (PSG) adalah salah satu unit di stilmas water system yang berperan dalam memproduksi steam yang lebih murni. Awalnya, PSG mendapatkan sebagian suplai dari WPU (Industrial Steam) untuk kemudian suplai WPU tersebut dipanaskan, sehingga dihasilkan uap yang murni (pure steam). Pure steam yang dihasilkan akan digunakan untuk kebutuhan proses sterilisasi di ruangan produksi. Proses kerja generator dari PSG adalah dengan menggunakan gas sebagai zat pemanas dalam pemasakan purified water menjadi uap-uap yang panas. Selanjutnya, uap-uap panas ini melalui filter cartridge yang berfungsi untuk memurnikan zat besi, ion mineral, dan ion-ion lainnya yang tidak diperlukan,



Universitas Indonesia



47



sehingga didapatkan hasil uap yang lebih murni untuk kemudian dilairkan ke use point PSG yang terdapat di ruangan produksi. Tangki PSG memiliki jacket yang berfungsi untuk menjaga suhu steam agar tetap panas dengan adanya barrier antara udara dingin yang ada diluar. Pipa-pipa PSG juga dilapisi oleh alumunium foil agar panas yang dialirkan tetap terjaga, tidak kembali menjadi air, dan tidak membahayakan teknisi jika sedang dilakukan control manual. Pure steam juga berfungsi untuk sterilisasi alat sebelum masuk ke daerah aseptik.



Gambar 3.5 Pure Steam Generator Unit (Sumber: stilmas.com)



3.1.2. Komponen-Komponen Utama Water System Water System yang digunakan oleh PT. Pfizer Indonesia memiliki berbagai komponen-komponen utama dalam plant keseluruhan sistem pengolahan air, diantaranya adalah: 1) Storage Tank 50 m3 Tangki penampungan dengan volume 50 m3 merupakan tangki penampungan awal untuk sumber mata air yang akan diolah nantinya, di mana sumber mata air berasal dari air PDAM (city water) dan air sumur (deep well). Pada tangki ini, dilakukan injeksi klorin menggunakan dashing pump dengan kriteria 0.31 ppm. Injeksi klorin dilakukan untuk proses desinfeksi, di mana proses ini berperan dalam memisahkan senyawa kontaminan yang berbahaya dan dapat menyebabkan berbagai penyakit.



Universitas Indonesia



48



2) Sand Filter Sand filter berfungsi untuk menghilangkan lumpur, berbagai endapan dan partikel-partikel yang terdapat pada raw water. Sand filter terdiri dari beberapa filter dengan porositas tertentu. Filter-filter ini tersusun dalam satu vessel (tabung) dengan bagian bawah tabung yang diberikan gravel atau pasir sebagai alas vessel. Sand filter memiliki tujuan untuk memisahkan kandungan pasir/tanah dan senyawasenyawa kontaminan, di mana kontaminan ini dapat membentuk biofilm yang akan merusak sistem dan produk steril. 3) Storage Tank Potable Water A dan Potable Water B Tangki penampungan potable water A dan B merupakan tangki penampungan untuk hasil potable water yang sudah di filterisasi oleh sand filter. Storage tank berfungsi untuk mengendalikan aliran potable water, agar selama proses pengolahannya, aliran potable water dapat didistribusikan dengan baik untuk tahap proses selanjutnya. 4) Pressure Tank PW A dan PW B Pada komponen water system, terdapat dua pressure tank, yaitu pressure tank PW A dan pressure tank PW B. Pressure tank PW A memiliki fungsi utama, yaitu untuk memberi tekanan pada pendistribusian potable water untuk tanaman. Sedangkan, pressure tank PW B memiliki fungsi untuk menjaga tekanan agar konstan saat potable water dialirkan menuju tahapan selanjutnya. Pressure tank juga berfungsi untuk menahan tekanan dalam waktu lama, sehingga tekanan yang dijaga dapat berlangsung konstan. 5) Sand and Carbon Filter Sand and carbon filter memiliki fungsi yang hampir sama dengan sand filter, di mana filter ini memiliki komponen tambahan, yaitu ‘active carbon’. Active carbon adalah karbon yang telah diaktifkan dengan menggunakan uap bertekanan tinggi atau karbon dioksida (CO2) yang berasal dari bahan yang memiliki daya adsorbsi yang sangat tinggi. Biasanya digunakan dalam bentuk granular (butiran). Active carbon berfungsi sebagai pre-treatment sebelum proses de-ionisasi untuk menghilangkan chlorine, chloramine, benzene, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan rasa dalam air. Sand filter memiliki tujuan untuk memisahkan kandungan pasir/tanah dan senyawa-senyawa kontaminan, di mana



Universitas Indonesia



49



kontaminan ini dapat membentuk biofilm yang akan merusak sistem dan produk steril. 6) Ultraviolet Lamp Berfungsi untuk mensterilkan air dari mikroba yang masih terkandung dalam purified water dan menjaga proses setelahnya yaitu daya operasi dari reverse osmosis karena terhindar dari tumbuhnya mikroba yang dapat merusak jaringan membran semipermeable. 3.2. Osmosis Terbalik (Reverse Osmosis) Osmosis merupakan proses dua larutan yang dipisahkan dengan membran semi permeabel, di mana air akan bergerak melalui membran dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Hal ini ditujukan untuk menyamakan konsentrasi dikedua sisi membran. Adanya tekanan pada proses osmosis akan menyebabkan terjadinya osmosis terbalik (reverse osmosis) (Shinta R., dkk, 2012). Menurut teori yang dikaji oleh Shinta R. Dkk (2012), penyaring membran adalah tipe penyaring permukaan yang menahan partikel dengan ukuran lebih besar dari ukuran pori pada permukaan bagian atas aliran membran polimer dengan ukuran pori membran untuk proses reverse osmosis ini ialah 1-10 Å. Membran semipermeabel ini mampu untuk menolak sebagian besar senyawa organic, bakteri, dan virus dan juga 90-99% semua ion. Membran yang digunakan untuk reverse osmosis biasanya merupakan polimer komplek. Polimer yang paling lazim digunakan yaitu Cellulose Acetate Triacetate (CA), polyamide (PA), Thinfilm composite (TEC) dan Sulfon composite. Sistem reverse osmosis beroperasi pada perbedaan tekanan 100-500 psi karena ukuran pori yang sangat kecil.



Gambar 3.6 Diagram Reverse Osmosis (Sumber: h20distribution.com)



Universitas Indonesia



50



3.3. Distilasi Distilasi adalah suatu proses yang melibatkan penguapan air dan kemudian mengkondensasikan uap yang dihasilkan. Kebanyakan kontaminan yang terlarut tidak menguap pada suhu didih air karena tidak terbawa ke dalam uap dan uap kondensat (Shinta R., dkk, 2012). Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi, distilasi biasa dilakukan melalui penyulingan efek multiple, yang dirancang untuk memanfaatkan kembali energi yang sudah digunakan untuk menguapkan air. Distilasi relatif mahal, tetapi mampu untuk menghilangkan hampir semua pengotor organik dan anorganik sehingga dapat mencapai air yang berkualitas sangat baik (tinggi) dan dianggap sebagai cara yang paling aman untuk mencegah kontaminasi mikroba dan endotoksin. Air sumber untuk alat distilasi sering diberi perlakuan awal dengan menggunakan sistem osmosis terbalik (RO) dan atau cara lain untuk mengurangi bahaya kebakaran dan untuk meningkatkan mutu desilat. Oleh karena itu, distilasi merupakan cara yang dominan untuk memproduksi air untuk injeksi (WFI) (Shinta R., dkk, 2012). 3.4. Sistem Injeksi Klorin Sejumlah kontaminan, termasuk bakteri penyebab penyakit dan organisme lainnya, dapat mempengaruhi kualitas dan kemurnian air. Karena alasan inilah persediaan air dilakukan injeksi dengan klorin (proses desinfeksi). Meningkatkan kualitas dan kemurnian air dapat dicapai melalui pemasangan berbagai sistem filtrasi. Dalam beberapa kasus, tingkat kontaminan di dalam sumur sangat tinggi sehingga perlu digunakannya sistem dispenser klorin. Sistem injeksi klorin tipe rumahan dapat mendisinfeksi dan membuat air yang aman untuk diminum dengan memfilter atau mengeluarkan kontaminan yang mempengaruhi rasa, penampilan dan bau air. Carbon filter pada sistem ini dapat menghilangkan klorin sebelum air dialirkan untuk kebutuhan rumah. 3.5. Konduktivitas Air Konduktivitas adalah ukuran kemampuan air untuk melewati aliran listrik. Kemampuan ini berhubungan langsung dengan konsentrasi ion dalam air. Ion konduktif ini berasal dari garam terlarut dan bahan anorganik seperti senyawa



Universitas Indonesia



51



alkali, klorida, sulfida dan karbonat. Senyawa yang larut menjadi ion juga dikenal sebagai elektrolit. Semakin banyak ion yang hadir, semakin tinggi konduktivitas air. Demikian juga, semakin sedikit ion yang ada di dalam air, semakin tidak konduktif. Air sulingan atau deionisasi dapat bertindak sebagai isolator karena nilai konduktivitasnya yang sangat rendah (jika tidak dapat diabaikan). Air laut, di sisi lain, memiliki konduktivitas yang sangat tinggi. Ion melakukan listrik karena muatan positif dan negatifnya. Ketika elektrolit larut dalam air, mereka dipecah menjadi partikel bermuatan positif (kation) dan bermuatan negatif (anion). Karena zat terlarut terbelah dalam air, konsentrasi masing-masing muatan positif dan negatif tetap sama. Ini berarti bahwa meskipun konduktivitas air meningkat dengan ion tambahan, ia tetap netral secara elektrik



Gambar 3.7 Basis Konduktivitas Air (Sumber: fondriest.com)



3.6. Katup (Valve) Valve atau katup adalah sebuah perangkat yang terpasang pada sistem perpipaan, yang berfungsi untuk mengatur, mengontrol dan mengarahkan laju aliran fluida dengan cara membuka, menutup atau menutup sebagian aliran fluida. Katup/valve memiliki peran penting dalam suatu industri seperti industri migas yang meliputi pengaliran kedalam kolom distilasi dan mengontrol pengapian pada furnace (tungku).



Universitas Indonesia



52



Valve dapat dioperasikan secara manual, baik dengan menggunakan pegangan, tuas pedal dan sebagainya. Selain dioperasikan secara manual, ada juga jenis valve yang dioperasikan secara otomatis, yakni pengendaliannya dilakukan dengan menggunakan prinsip perubahan aliran, tekanan dan suhu di dalam pipa. Ketiga perubahan tersebut akan mempengaruhi diafragma, pegas ataupun piston sehingga secara otomatis akan menggerakkan katup dengan sistem buka tutup. Terdapat berbagai macam jenis valve yang digunakan pada kilang minyak maupun di pabrik-pabrik lain. Setiap jenis katup memiliki fungsi dan prinsip kerja masing-masing, seperti berikut: 1.



Untuk menutup dan membuka aliran dengan syarat, ketika terbuka memiliki hambatan aliran dan pressure loss yang minimum. Contohnya: gate valve, ball, plug dan butterfly valve.



2.



Untuk keperluan mengatur aliran, dengan cara menahan aliran dengan perubahan arah atau menggunakan suatu hambatan, bisa juga dengan kombinasi keduanya.



3.



Untuk mencegah aliran balik (back flow), biasanya menggunakan check valve (lift check dan swing check). Valve ini akan tetap terbuka dan akan tertutup apabila terdapat aliran yang berlawanan arah.



4.



Untuk keperluan mengatur tekanan, beberapa pengaplikasian valve di lapangan, tekanan yang masuk (line pressure) harus dikurangi untuk mencapai tekanan yang diinginkan. Biasanya menggunakan pressure-reducing valve atau regulator.



5.



Untuk pressure relief (pelepasan tekanan) dengan menggunakan relief valve dan safety valve. Relief valve digunakan untuk mengatasi bila adanya tekanan yang berlebihan yang dapat mengganggu proses pengaliran atau bahkan kegagalan proses pengaliran. Sedangkan safety valve mengunakan per (spring loaded), valve ini akan membuka jika tekanan melebihi batas yang sudah ditentukan.



Berikut berbagai macam jenis valve dengan dengan karakteristik dan cara kerjanya masing-masing: 1.



Gate Valve



Universitas Indonesia



53



Jenis ini didesain untuk membuka dan menutup aliran dengan cara tertutup rapat dan terbuka penuh. Karena sistem kerjanya hanya membuka dan menutup, maka valve ini tidak cocok untuk mengatur debit aliran karena kurang akurat dalam hal mengontrol volume aliran di dalam pipa. 2.



Plug Valve Memiliki fungsi yang sama dengan gate valve yaitu dengan menutup atau



membuka aliran secara keseluruhan. Namun, beberapa pengaplikasian jenis valve ini hanya digunakan untuk mengontrol aliran gas, seperti transportasi gas melalui pipa. 3.



Ball Valve Jenis ini dapat dioperasikan pada fluida bertemperatur -450°F hingga -



500°F. Ball valve merupakan tipe quick opening valve yang hanya memerlukan 1/4 putaran dari posisi tertutup penuh ke terbuka penuh. 4.



Globe valve



Aliran dalam valve berubah arah sehingga menghasilkan friksi yang cukup besar meskipun dalam keadaan terbuka lebar. Jenis valve ini cukup penting bila digunakan untuk penutupan yang rapat terutama pada aliran gas. 5.



Needle Valve Pada dasarnya, jenis ini digunakan pada instrument, gage dan meter line



service. Valve ini dapat digunakan untuk keperluan proses throttling karena sangat akurat, serta dapat juga digunakan pada tekanan tinggi dan temperatur tinggi. 6.



Diaphragm Valve Valve ini memiliki kelebihan yaitu memiliki aliran yang tenang dan fluida



akan mengalir tanpa hambatan, jenis ini sangat baik untuk flow control dan penutupan aliran yang sangat rapat walaupun di dalam jalur pipa terkandung suspended solid. Diaphragm valve cocok digunakan untuk fluida yang korosif, viscous material, fibrous materials, sludges, solids in suspension, gas dan udara bertekanan. 7.



Butterfly Valve Merupakan jenis valve dengan desain sederhana dan umumnya hanya



digunakan untuk aliran bertekanan rendah. Desainnya yang sangat sederhana



Universitas Indonesia



54



tersebut, sehingga dalam mengontrol aliran, untuk membuka penuh dan menutup penuh hanya diperlukan 1/4 putaran. 8.



Check valve



Jenis ini didesain untuk mencegah terjadinya aliran balik di dalam pipa. Check valve terdiri dari beberapa jenis, seperti lift check, swing check dan ball check. 9.



Traps Valve Fungsi dari trap valve adalah untuk membuang kondensat yang berasal dari



perpipaan steam (uap) tanpa adanya steam yang ikut terbuang. Trap valve terdiri dari tiga jenis, yaitu float trap, bucket trap dan inverted bucket trap. Ukuran trap disesuaikan dengan kapasitas discharge aktual atau effective valve area bukan berdasarkan dengan ukuran inlet dan outlet pada sambungan pipa.



Gambar 3.8 Kumpulan Jenis-Jenis Katup (Sumber: prosesindustri.com)



3.7. Penukar Panas Shell and Tube Penukar panas shell and tubes terdiri dari rangkaian tabung. Satu set tabung ini berisi cairan yang harus dipanaskan atau didinginkan. Fluida kedua mengalir di atas tabung yang sedang dipanaskan atau didinginkan sehingga bisa memberikan



Universitas Indonesia



55



panas atau menyerap panas yang dibutuhkan. Satu set tabung disebut tabung bundel dan dapat terdiri dari beberapa jenis tabung: polos, bersirip longitudinal, dan lainlain Penukar panas shell dan tabung biasanya digunakan untuk aplikasi bertekanan tinggi (dengan tekanan lebih dari 30 bar dan suhu lebih tinggi dari 260°C). Hal ini karena penukar panas shell dan tube kuat karena bentuknya. Beberapa fitur desain termal harus dipertimbangkan saat merancang tabung di penukar panas shell dan tube: Ada banyak variasi pada desain shell dan tube. Biasanya, ujung setiap tabung dihubungkan ke plenum (kadang-kadang disebut kotak air) melalui lubang di tabung. Tabung bisa lurus atau bengkok berbentuk U, yang disebut tabung U.



Gambar 3.9 Penukar Panas Shell and Tubes (Sumber: en.wikipedia.org)



Universitas Indonesia



4. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan studi pustaka. Data hasil penelitian kemudian diolah ke dalam bentuk grafik dan dianalisis, dengan pendekatan analisis bersifat deskriptif. Penelitian dalam bentuk tugas khusus ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisa lebih lanjut mengenai salah satu unit dalam stilmas water system yang digunakan oleh PT. Pfizer Indonesia yaitu tentang unit Water for Injection. 4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian metode observasi berlokasi di PT. Pfizer Indonesia, Jalan Raya Bogor KM. 28 Jakarta Timur. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2017, dengan rentang 30 menit untuk tiap pengambilan satu data. 4.3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan 3 cara, yaitu: a.



Studi Pustaka



Penulis mengumpulkan data sekunder mengenai sterilisasi WFI dari perpustakaan Departemen Engineering. Pengumpulan dilakukan dengan teknik pencatatan atau perekaman terhadap laporan-laporan lain yang berkaitan dengan penelitian dan pencarian teori-teori terkait di berbagai literatur online mengenai bahan penelitian. b.



Observasi



Penulis mengamati komponen-komponen WFI di lokasi, di mana WFI terletak dan mengamati cara kerja atau mekanisme kerja WFI melalui visualisasi pada perangkat lunak yang ada di ruang kontrol utility, departemen engineering. c.



Wawancara



Teknik pengumpulan data melalui wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab terhadap beberapa pekerja yang berkaitan dengan penelitian. Wawancara dilakukan dalam bentuk overview yang diberikan oleh supervisor bidang yang bersangkutan kepada peserta kerja praktik. Kegiatan overview terdiri dari penjelasan mengenai sistem yang bersangkutan oleh supervisor disertai tur ke unit-



56



Universitas Indonesia



57



unit. Selain overview di water system, peserta kerja praktik juga diberikan overview unit pengolahan air limbah dan kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan di PT. Pfizer Indonesia, overview divisi kalibrasi, maintenance, dan overview proses produksi oleh Departemen Produksi. Overview tambahan ini dimaksudkan untuk menambah wawasan peserta kerja praktik mengenai lingkup kerja yang ada di PT. Pfizer Indonesia. 4.4. Metode Analisis Data Analisis data dilakukan dengan berawal dari pengolahan data angka yang didapat dari kegiatan pengumpulan data menjadi grafik. Data yang bukan berupa angka, seperti prosedur dan data komponen unit, akan dianalisis secara kualitatif dan hasilnya disajikan dalam bentuk paragraf deskriptif dan penjabaran. Analisis terdiri dari analisis skema kerja water system secara umum, analisis STILMAS water system, analisis WFI, dan analisis sterilisasi WFI. Lebih lanjut, analisis sterilisasi WFI terdiri dari analisis alat dan bahan, analisis prosedur sterilisasi, dan analisis hasil sterilisasi.



Universitas Indonesia



5. BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Skema Kerja Pengoperasian Water System Secara Umum PT. Pfizer Indonesia merancang flow chart water system dengan dua sumber mata air dan menghasilkan tiga jenis air murni untuk tiap use point. Gambar 5.1 akan menjelaskan mengenai skema kerja operasi water system yang diaplikasikan di PT. Pfizer Indonesia.



Gambar 5.1 Flow Chart Water System PT. Pfizer Indonesia (Sumber: PT. Pfizer Indonesia, 2017)



Dari skema kerja operasi stilmas water system diatas, dapat dilihat bahwa proses pengolahan air yang pertama adalah untuk produksi potable water. Pfizer menggunakan dua sumber mata air untuk bahan awal raw water, yaitu air PDAM



58



Universitas Indonesia



59



(city water) dan air sumur (deep well). Selanjutnya, kedua sumber air ini ditampung pada storage tank berukuran 50 m3. Pada saat penampungan di storage tank 50 m3, dilakukan injeksi klorin menggunakan dashing pump dengan spesifikasi 0.3-1 ppm. Hal ini diperlukan untuk membunuh bakteri berbahaya yang mungkin saja terdapat dalam air. Selanjutnya, air yang sudah di injeksi klorin akan dialirkan melalui sand filter dengan tujuan untuk pemisahan kandungan pasir/tanah dan senyawa-senyawa kontaminan, di mana kontaminan ini dapat membentuk biofilm yang akan merusak sistem dan produk steril. Sehingga, dihasilkan potable water yang ditampung pada storage tank potable water A. Potable water yang ditampung dialirkan ke dua tangki, yaitu pressure tank PW A dan storage tank PW B. Potable water pada pressure tank PW A didistribusikan untuk penyiraman ke tanaman yang ada di pekarangan industri. Selain untuk penyiraman tanaman, potable water juga berfungsi untuk menunjang keperluan industri seperti kebutuhan MCK dan Kantin. Pressure tank digunakan agar tekanan air pada saat disalurkan sama untuk setiap titik dan terjaga konstan. Proses pengolahan air yang kedua adalah untuk produksi purified water. Berawal dari hasil potable water dari storage tank PW A, di mana potable water ini menjadi raw water untuk proses reverse osmosis. Raw water RO yang sudah ditampung pada storage tank PW B akan dilakukan injeksi klorin dengan spesifikasi klorin 0.3-0.6 ppm. Selanjutnya, raw water RO dialirkan melalui pressure tank PW B dan dilanjutkan ke sand and carbon filter. Dengan adanya ‘active carbon’, filter ini berfungsi untuk menyaring kandungan logam, klorin, warna, bau, serta bahan-bahan organik yang berbahaya lainnya. Selanjutnya, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, dilakukan penyinaran dengan sinar lampu UV, di mana lampu UV ini di monitoring dengan spesifikasi ≤ 4000 jam. Lampu UV ini berfungsi untuk mensterilkan raw water RO dari mikroba yang masih terkandung di dalamnya, serta menjaga proses daya operasi dari mode reverse osmosis. Karena pertumbuhan mikroba dapat merusak jaringan membran semipermeable. Selanjutnya, dilakukan proses demineralisasi yaitu penghilangan kandungan mineral dalam air.



Universitas Indonesia



60



Demineralisasi dilakukan dengan menginjeksikan kation dan anion. Kandungan ion dalam air digambarkan dengan konduktivitas; sehingga penghilangan mineral atau ion dilakukan agar konduktivitas air sesuai dengan persyaratan air yang digunakan dalam produksi produk farmasi. Di PT. Pfizer Indonesia, resin anionik dan resin kationik ditempatkan dalam satu kolom yang sama yang disebut mix bed. Unit demineralisasi di PT. Pfizer Indonesia juga terdiri dari dua unit yang disebut Line A dan Line B. Line A dan Line B digunakan secara bergantian dan sebagai antisipasi, misalnya apabila sedang dilakukan regenerasi pada Line A, maka proses pengolahan air tidak berhenti karena digantikan kerjanya oleh Line B. Purified water sebelum dialirkan ke RO unit harus melewati filter 3 µ terlebih dahulu untuk filterisasi tahap akhir, di mana akan menghasilkan purified water yang bebas dari ion-ion yang ingin dipisahkan, kemudian diolah lebih lanjut menuju RO unit. RO unit disini berperan dalam menurunkan nilai TOC (Total Organic Compound) dan konduktivitas purified water sebelum dimasukkan ke dalam tangki penampungan WPU. Proses pengolahan air yang ketiga adalah untuk produksi water for injection. Setelah purified water berhasil ditampung pada tangki WPU, selanjutnya akan disaring kembali melalui dua filter, yaitu filter dengan ukuran 0.45 µ dan filter dengan ukuran 0.22 µ. Hal ini dimaksudkan untuk memurnikan zat besi, ion mineral, dan ion-ion yang tidak diperlukan lebih teliti dengan ukuran filter yang lebih kecil (partikel yang berukuran mikro), yaitu 0.45 µ. Selanjutnya, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, dilakukan kembali penyinaran dengan sinar lampu UV, di mana lampu UV ini di monitoring dengan spesifikasi ≤ 8000 jam. Lampu UV ini berfungsi untuk mensterilkan purified water dari mikroba yang masih terkandung di dalamnya. Lampu UV juga berfungsi untuk menghilangkan paparan ozon yang mengandung radikal bebas di dalam purified water. Setelah mendapatkan penyinaran dari lampu UV, purified water didistribusikan melalui loop WPU, di mana dilakukan rutinitas periode sanitasi dengan waktu 15-19 minggu sekali, atau sesuai dengan jadwal yang tertera pada CMMS. Loop WPU mendistribusikan purified water ke tiga titik use point, yaitu WPU use point, WFI production (Distillation), dan pure steam generator unit.



Universitas Indonesia



61



Proses produksi water for injection dilakukan dengan cara distilasi pada unit Pharmastill. Unit pharmastill bekerja dengan empat kali penyulingan dan menggunakan 2 buah heat exchanger. Berawal dari purified water yang dialirkan dari penampungan tangki WPU, kemudian dipompakan menuju heat exchanger yang pertama. Selanjutnya, uap panas (uap kondensat) dibuang keatas dengan vent filter, dan air yang dialirkan dari heat exchanger pertama menuju keempat kolom distilasi bertujuan untuk dilakukan penyulingan berkala dengan suhu yang tinggi. Distilasi merupakan proses untuk mengoptimalkan sekaligus meminimalisir kandungan kontaminan, di mana dilakukan empat kali penyulingan sampai kandungan mineral water for injection telah memenuhi kriteria yang dibutuhkan. Hasil dari empat kali penyulingan menghasilkan water for injection yang murni dengan suhu yang tinggi (panas). Selanjutnya, water for injection murni dialirkan kembali ke heat exchanger yang kedua dengan fungsi untuk memisahkan kondensat panas berupa uap murni dari water for injection murni yang telah diproduksi oleh pharmastill. Hal ini bertujuan agar water for injection yang dihasilkan dapat diturunkan suhunya dengan spesifikasi yang diinginkan, di mana selanjutnya akan ditampung di tangki penampungan WFI. Water for injection yang dihasilkan akan didistribusikan ke use point WFI melalui tangki penampungan WFI dan loop WFI dengan spesifikasi suhu water for injection yang dialirkan adalah sekitar 70-80°C untuk suhu rendah (pada tangki) dan 80-90°C lebih untuk suhu tinggi (pada pendistribusian melalui loop WFI). Dan proses produksi yang terakhir adalah untuk membuat pure steam dari unit PSG, di mana menggunakan gas sebagai zat pemanas dalam pemasakan purified water menjadi uap-uap yang panas. Selanjutnya, uap-uap panas ini melalui filter cartridge yang berfungsi untuk memurnikan zat besi, garam, ion mineral, dan ion-ion lainnya yang tidak diperlukan, sehingga didapatkan hasil uap yang lebih murni untuk kemudian dilairkan ke use point PSG yang terdapat di ruangan produksi. 5.2. Analisis Water for Injection (WFI) 5.2.1. Pengertian dan Fungsi WFI Berdasarkan monografi Farmakope Indonesia Edisi III, Water for Injection (WFI) adalah air suling segar yang disuling kembali dan digunakan untuk pelarut



Universitas Indonesia



62



dalam pembuatan obat suntik (injeksi), yang akan disterilkan sesudah dibuat, di mana air untuk obat suntik hanya dapat digunakan dalam waktu 24 jam sesudah penampungan disimpan dalam wadah dari gelas steril dan harus bebas pirogen. Sedangkan, menurut USP (1995), WFI adalah air yang telah dimurnikan dengan distilasi atau reverse osmosis dan tidak mengandung substansi tambahan. Unit WFI atau Water for Injection unit merupakan salah satu unit dalam water system yang berfungsi sebagai penyimpanan dan pendistribusi water for injection yang dihasilkan dari proses WFI Production (Distillation) pada unit Pharmastill. 5.2.2. Komponen - Komponen WFI Unit WFI pada dasarnya terdiri dari berbagai komponen-komponen utama yang melengkapi plant unit WFI. Komponen utama WFI dibagi menjadi dua, yang pertama adalah komponen-komponen yang berada di WFI Generator dan yang kedua adalah komponen-komponen yang berada di WFI Loop. WFI Generator terdiri dari pure steam generator (PSG), feed water pump (P020), feed water pump (P009), dan Heat Exchange WFI Distillation. Sedangkan, WFI Loop terdiri dari tangki WFI, ventilasi filter (vent filter), perpipaan loop WFI yang tersusun sedemikian rupa dan dilengkapi dengan katup-katup yang terhubung ke beberapa use point, WFI pump, dan heat exchanger. Feed water pump (P009) memompakan purified water menuju heat exchange WFI distillation atau biasa disebut unit Pharmastill, sedangkan feed water pump (P020) memompakan purified water menuju unit PSG untuk kemudian dihasilkan pure steam. Purified water yang pompakan ke unit Pharmastill dimaksudkan untuk produksi air WFI dengan cara penyulingan empat kali sampai di dapatkan water for injection yang murni. Tangki WFI terdiri dari bejana berbahan dasar stainless steel dengan muatan level air 2000-2500 L. Tangki WFI dilengkapi dengan ventilasi yang berguna untuk menjaga tekanan di dalam tangki WFI agar sama dengan tekanan lingkungan. Jika tidak diberikan ventilasi, maka pada saat air dikeluarkan, akan terjadi vakum pada bagian dalam tangki akibat udara dalam tangki terhisap keluar pula, sehingga akan menyebabkan rusaknya tangki karena perbedaan tekanan udara. Di dalam selongsong ventilasi juga terdapat filter yang berguna untuk menyaring udara yang



Universitas Indonesia



63



masuk agar air dalam tangki tetap higienis. Ventilasi filter (Hydrophobic microbialretentive vent filters) yang terdapat pda tangki WFI, harus dilakukan integrity test sebelum dan sesudah pemakaian. Vent filter juga harus dijaga agar bebas dari kondensat. Tangki WFI digunakan untuk menampung water for injection dari unit Pharmastill untuk kemudian dipompakan ke use point yang terdapat di ruanganruangan produksi dengan menggunakan WFI pump. WFI pump digunakan untuk mendorong aliran air agar tetap mengalir melewati loop. Loop WFI tersusun dari rangkaian pipa-pipa yang dilengkapi dengan diaphragm valve pada tiap titik use point. Penggunaan diaphragm valve mempunyai keunggulan yaitu dapat menutup dengan baik dengan peluang terkontaminasinya fluida atau cairan yang mengalir melewatinya tergolong rendah, sehingga tidak mempengaruhi kualitas air. Use point tempat keluarnya water for injection terdapat di ruangan cuci botol (bottle washer, room 123), wastafel khusus (sink, room 123), autoclave room 123, tank rooms 144A, 144B, dan room 145. WFI juga dilengkapi dengan heat exchanger. Heat exchanger yang digunakan adalah jenis shell and tube, di mana zat bersuhu tinggi (steam) berada pada bagian tube dan air dingin berada pada bagian shell saat digunakan. Steam berada di bagian tube untuk menjamin keamanan pekerja agar pekerja tidak terpapar suhu yang sangat panas. Shell and tube mempunyai kelebihan yaitu dapat menangani suhu dan tekanan yang tinggi, berkapasitas besar, mudah dikontrol dan dioperasikan. Kelebihan-kelebihan ini membuat heat exchanger tipe ini cocok digunakan di industri. 5.2.3. Mekanisme WFI Purified water yang telah diolah menggunakan unit Pharmastill dengan distilasi, dialirkan ke tangki WFI. Ketinggian air dalam tangki WFI berkisar 2000 L. Dari tangki WFI, water for injection dialirkan ke use point melalui loop WFI. Use point tersebut terdapat di ruangan produksi, berupa katup-katup air di ruanganruangan produksi. Jika water for injection tidak digunakan, air akan terus mengalir melalui loop kembali ke tangki WFI. Jika water for injection digunakan, tangki



Universitas Indonesia



64



WFI akan menerima kembali water for injection hasil olahan unit Pharmastill dan siap didistribusikan. Untuk tangki dan loop WFI, dilakukan proses sterilisasi dengan menggunakan clean steam dan spesifikasi suhu 121°C selama 20 menit setiap 1519 minggu sekali atau sesuai dengan waktu yang tertera / jadwal yang dikeluarkan oleh CMMS. Pada saat itu, WFI untuk sementara tidak beroperasi (tangki WFI dikosongkan) hingga proses sterilisasi selesai.



Gambar 5.2 Komponen-Komponen WFI pada P&ID Unit WFI (Sumber: Dokumen PT. Pfizer Indonesia)



5.2.4. Analisis Data Harian WFI Data harian WFI diambil dalam jangka waktu satu hari, setiap 30 menit sekali pada tanggal 16 Agustus 2017, sehingga didapatkan 48 data untuk satu hari. Data terdiri dari suhu tangki WFI, suhu loop WFI, dan konduktivitas loop WFI. Data yang diambil kemudian disajikan ke dalam bentuk grafik, yang kemudian data tersebut di analisis secara deskriptif. 5.2.4.1. Analisis Suhu Harian Tangki dan Loop WFI Grafik suhu pada tangki dan loop WFI ditunjukkan pada Gambar 5.3. Grafik ini terdiri dari kurva yang menggambarkan trend line nilai suhu tangki WFI, suhu



Universitas Indonesia



65



loop WFI sebelum melewati heat exchanger, dan suhu loop WFI yang kembali lagi ke tangki setelah melewati heat exchager. 90



Temperatur (°C)



85



80



75



70



Waktu (Pukul) WFI Return Loop Temp. TE-015.4 (>70 °C)



WFI Return Loop Temp. After Exch. TE-015.5 (>70 °C)



WFI Tank Temp. TE-015.1 (>70 °C)



Gambar 5.3 Suhu Harian Tangki dan Loop WFI (Sumber: Data Harian WFI PT. Pfizer Indonesia)



Pada Gambar 5.3 diatas, suhu loop WFI dan suhu loop WFI yang kembali lagi ke tangki setelah melewati heat exchager memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan suhu pada tangki WFI. Hal ini dapat disebabkan karena loop WFI memiliki kerangka susunan yang melewati mezzanine area, di mana area ini merupakan lokasi bagian atas pabrik yang memuat berbagai pipa penghubung, baik untuk proses water system maupun penempatan filter-filter HEPA dan AHU. Mezzanine area ini memiliki suhu ruang yang cukup panas, sehingga udara panas tersebut mempengaruhi dinding loop WFI dan juga meningkatan suhu loop WFI. Namun, pada kurva diatas terdapat tiga titik yang trend suhu nya menurun, baik itu suhu tangki WFI, suhu loop WFI sebelum melewati heat exchanger, dan suhu loop WFI setelah melewati heat exchanger. Hal ini dapat disebabkan karena ketidakstabilan level air yang ditampung pada tangki WFI, di mana jika air WFI



Universitas Indonesia



66



digunakan, volume nya akan cukup berkurang dan kemungkinan dapat mempengaruhi penurunan suhu tangki dan loop WFI. Selanjutnya, kurva diatas juga menunjukkan bahwa, suhu loop WFI setelah melewati heat exchanger memiliki suhu yang lebih besar dengan jarak ±1°C dari suhu loop WFI sebelum melewati heat exchanger. Pada dasarnya water for injection sendiri memiliki suhu yang tinggi untuk keperluan steril di ruang produksi maupun sebagai bahan baku produk, sehingga water for injection perlu disirkulasi pada suhu panas dengan tujuan mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Maka dari itu, heat exchanger mempengaruhi peningkatan suhu aliran water for injection pada loop WFI setelah melewati heat exchanger. Faktor kenaikan suhu lainnya juga dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan di area sekitar plant WFI, di mana suhu lingkungan area plant WFI dapat berubah sewaktu-waktu dan kemungkinan dapat sedikit mempengaruhi suhu tangki dan loop WFI. Dari data yang diberikan oleh Departement Engineering, PT. Pfizer Indonesia, Berikut ini adalah tabel data suhu harian tangki dan loop WFI yang diambil dari nilai maksimum, minimum, dan rata-rata. Tabel 5.1 Data Suhu Harian Tangki dan Loop WFI



No.



Spesifikasi Suhu WFI



1



Suhu Tangki WFI



2



Suhu Loop WFI Sebelum



Max (°C)



Min (°C)



Rata-rata (°C)



83,6



79,6



80,78



85,2



75,5



82,02



85,7



80,2



82,75



melewati heat exchanger 3



Suhu



Loop



WFI



Setelah



melewati heat exchanger



(Sumber: Diolah dari Data Harian WFI PT. Pfizer Indonesia)



Nilai suhu yang telah dipaparkan diatas membuktikan bahwa semua suhu yang didapatkan, telah memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan pada tangki WFI (≥70°). 5.2.4.2. Analisis Konduktivitas Harian WFI Konduktivitas WFI ditunjukkan pada Gambar 5.4, di mana kurva di bawah ini terdiri dari kurva yang menggambarkan trend line nilai konduktivitas harian WFI, pada hari Rabu, 16 Agustus 2017. Data yang diambil tiap 30 menit dari pukul 00.00 hingga 23.30 menghasilkan 48 data.



Universitas Indonesia



67



0,5



Konduktivitas WFI (µS)



0,45



0,4



0,35



23:00



22:00



21:00



20:00



19:00



18:00



17:00



16:00



15:00



14:00



13:00



12:00



11:00



10:00



09:00



08:00



07:00



06:00



05:00



04:00



03:00



02:00



01:00



0,25



00:00



0,3



Waktu (Pukul) Gambar 5.4 Nilai Konduktivitas Air Harian WFI (Sumber: Data Harian WFI PT. Pfizer Indonesia)



Berdasarkan kurva di atas, dapat dilihat bahwa dari ke-48 data tersebut ratarata memiliki nilai konduktivitas air dalam WFI yang konstan sebesar 0,3 µS. Hal ini menunjukkan bahwa air dalam loop WFI yang tersirkulasi memiliki konduktivitas yang sesuai dengan kriteria, di mana kriteria untuk konduktivitas water for injection adalah ≤ 0,50 µS. Terdapat pula perubahan nilai konduktivitas air pada WFI dengan jarak ±0,01 µS, di mana data pada pukul 07.30 nilai konduktivitas air pada WFI berubah naik menjadi 0,31 µS dan data pada pukul 09.30 hingga 11.00 turun menjadi 0,29 µS. Hal ini dapat disebabkan oleh air umpan (feed) yang masuk dari purified water dapat memiliki perbedaan nilai konduktivitas air, di mana purified water diolah terlebih dahulu oleh unit Pharmastill untuk dilakukan distilasi, sehingga dihasilkan nilai konduktivitas water for injection yang berbeda. 5.3. Sterilisasi Water for Injection (WFI) 5.3.1. Alat dan Bahan Sterilisasi WFI Alat yang digunakan untuk sterilisasi WFI adalah heat exchanger, sedangkan bahan yang digunakan untuk sterilisasi WFI adalah pure steam (uap murni basah) dari Pure Steam Generator (PSG) unit.



Universitas Indonesia



68



5.3.2. Prosedur Sterilisasi WFI Proses sterilisasi WFI dilaksanakan dalam beberapa langkah berikut ini. 1) Melepas air vent filter ditangki kemudian pasang filter baru yang telah lulus diintegrity dan melakukan integrity test filter 0.22µ yang telah dilepas. 2) Memastikan semua diaphragm valve pada use point loop WFI dapat berfungsi dengan baik, use point yang harus diperiksa “V15.A1, V15.A4, V15.A2, V15.A3A, V15.A3B”. 3) Meyakinkan bahwa loop WPU dan PSG sedang dijalankan. 4) Meyakinkan bahwa semua keran use point WFI dalam keadaan tertutup. 5) Menekan tombol F8 untuk melakukan sterilisasi loop WFI. Proses sterilisasi otomatis berjalan dengan tahapan fase yang berurutan, yaitu pengosongan minimal (minimal level emptying), pengosongan total (total emptying), pemanasan (heating), sterilisasi (sterilization), dan depressureization. 6) Setelah melalui proses sterilisasi loop WFI, selanjutnya hasil WFI akan diuji kualitasnya oleh Laboratorium QO dengan dilakukan test kualitas air untuk injeksi. 7) Laboratorium QO akan melakukan sampling terhadap WFI, baik sebelum maupun sesudah sterilisasi. 8) Laporan hasil analisis sebelum dan sesudah sterilisasi ditandatangani oleh personil Engineering dan Laboratorium QO. 5.3.3. Analisis Sterilisasi Pada Water for Injection (WFI) 5.3.3.1. Tujuan Sterilisasi WFI Sterilisasi WFI bertujuan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat pada tangki WFI. Hal ini dilakukan agar water for injection yang dihasilkan oleh unit Pharmastill (WFI Production) tetap terjaga kualitasnya selama ditampung di dalam tangki WFI dan saat disalurkan ke beberapa use point yang terdapat di ruangan produksi untuk kegunaan steril. 5.3.3.2. Analisis Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk proses sterilisasi loop dan tangki WFI adalah heat exchanger. Heat exchanger adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin.



Universitas Indonesia



69



Biasanya, medium pemanas dipakai uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Heat exchanger dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja. Oleh karena itu, WFI dipanaskan denga pure steam menggunakan heat exchanger sebagai supplier panas untuk lebih lanjut digunakan dalam proses sterilisasi uap basah terhadap tangki dan loop WFI. Bahan yang digunakan dalam proses sterilisasi tangki dan loop WFI adalah pure steam. Pure steam merupakan salah satu bahan yang umum digunakan dalam proses sterilisasi, baik di area steril produksi, kebutuhan untuk pencucian alat-alat steril, dan objek lainnya yang diperlukan untuk sterilisasi. Pure steam menjadi sebuah keharusan di industri farmasi terutama pada produk-produk steril. Syarat yang ditetapkan adalah syarat Quality dan syarat Purity. Syarat Quality adalah upaya untuk menjamin efektifitas proses sterilisasi, sementara syarat Purity adalah upaya untuk menjamin bahwa uap basah yang dipakai untuk sterilisasi tidak akan memberikan kontaminasi terhadap obyek sterilsiasi. 5.3.3.3. Analisis Prosedur Proses sterilisasi dilakukan di hari yang sama dengan proses sanitasi, di mana tahap awal nya adalah melepas air vent filter pada tangki WFI dan kemudian memasang filter baru yang telah lolos dari integrity test yang dilakukan untuk pemasangan filter yang baru, baik untuk sanitasi maupun sterilisasi. Filter yang dilakukan integrity test bertujuan untuk mendeteksi apakah terjadi kebocoran pada filter. Selanjutnya, dilakukan kembali integrity test pada filter 0,22 µ yang telah dilepas. Diaphragm valve pada tiap use point dapat dipastikan berfungsi dengan baik, agar tidak ada air panas yang keluar dari loop ke lingkungan pada saat proses sterilisasi berlangsung. Sistem plant WFI menggunakan katup jenis diaphragm valve karena katup ini memiliki kemampuan menutup yang baik jika dibandingkan dengan jenis lain dan kecil kemungkinan terkontaminasi oleh medium yang mengalir melalui katup tersebut. Hal ini membuat diaphragm valve umum digunakan di berbagai industri, terkhusus di industri farmasi, di mana bahan yang



Universitas Indonesia



70



digunakan harus bersih dan steril untuk kebutuhan produksi. Diaphragm valve ini juga harus dapat membuka dengan benar agar penyaluran water for injection ke use point di ruang produksi dapat berjalan dengan lancar sesuai kebutuhan. Loop WPU dan PSG harus dipastikan sedang berjalan, agar proses sterilisasi dapat dijalankan dengan baik. Sterilisasi WFI membutuhkan pure steam sebagai bahan utama untuk sterilisasi, di mana pure steam ini dihasilkan dari PSG unit yang sedang dijalankan. Berjalannya loop WPU dimaksudkan untuk berjalannya proses sanitasi, karena proses sanitasi dan sterilisasi dijalankan di hari yang sama. Semua keran use point WFI harus dipastikan sedang dalam keadaan tertutup. Hal ini dimaksudkan agar proses sterilisasi dapat berjalan dengan baik tanpa adanya celah yang dilewati uap murni basah, sehingga tidak membahayakan personil produksi. Proses sterilisasi loop WFI dilakukan dengan menekan tombol F8 pada operator panel pada water system. Fungsi dari tombol F8 ini adalah untuk mengaktifkan proses sterilisasi yang akan dilangsungkan hingga selesai secara otomatis sesuai waktu yang diinginkan oleh operator. Proses sterilisasi akan bekerja melalui beberapa tahapan, yaitu pengosongan minimal (minimal level emptying), pengosongan total (total emptying), pemanasan (heating), sterilisasi (sterilization), dan depressureization. Pengosongan minimal level air tangki penyimpanan water for injection dilakukan hingga sesuai dengan spesifikasi level minimal pengosongan yang diinginkan, di mana pengosongan tersebut sebesar 0 L. Proses pengosongan ini dilakukan dengan total selama 60 hingga 70 menit, karena water for injection perlu dibuang hingga tangki WFI benar-benar kosong dan setelah itu baru dapat dilakukan proses sterilisasi. Selanjunya, proses pemanasan dilakukan agar dapat menjaga suhu tinggi dari uap murni basah yang digunakan dalam proses sterilisasi. Suhu yang digunakan dalam proses sterilisasi WFI di PT. Pfizer Indonesia adalah sebesar 121°C, di mana suhu tersebut merupakan suhu minimal agar pure steam yang digunakan dapat berfungsi untuk menghancurkan mikroorganisme dan spora yang terdapat pada tangki dan loop WFI. Suhu pure steam dapat dicek oleh PLC (Programmable Logic Controller) yang terdapat pada loop distribusi WFI.



Universitas Indonesia



71



Dilanjutkan dengan proses utama, yaitu proses sterilisasi. Pada dasarnya, sterilisasi adalah tingkat tertinggi bersih yang melibatkan desinfeksi serta penghancuran mikroorganisme dan spora. Sterilisasi menggunakan pure steam, dimaksudkan untuk membebaskan alat dari segala bentuk kehidupan, di mana kehidupan tersebut adalah bakteri, kuman, atau mikroorganisme lainnya. Pure steam juga dimaksudkan untuk menjamin efektifitas proses sterilisasi serta untuk menjamin bahwa uap basah yang dipakai untuk sterilisasi tidak akan memberikan kontaminasi terhadap obyek sterilisasi. Proses sterilisasi dilakukan selama 20 menit, di mana terdapat beberapa titik penting yang perlu diperhatikan agar suhu pemanasan tetap terjaga 121°C, yaitu suhu pada tangki WFI, loop sebelum heat exchanger, loop setelah heat exchanger, dan semua using point yang terdapat di ruang produksi. Hal ini dilakukan agar proses sterilisasi secara keseluruhan dapat berjalan baik dan efektif dalam membersihkan serangkaian alat WFI dari kontaminan seperti mikroorganisme dan kontaminan lain seperti spora, fungi, dsb. Setelah proses sterilisasi selesai, dilakukan tahap yang terakhir yaitu depressurization, di mana tahap ini adalah pengurangan atau peniadaan suatu tekanan yang disebabkan oleh suhu tinggi yang telah di proses sebelumnya. Pada dasarnya, depressurization dilakukan karena akan terjadi pembuangan hasilan proses sterilisasi dalam bentuk kondensat hasil dari pure steam yang telah diproses, di mana kondensat tersebut masih memiliki suhu yang tinggi. Maka dari itu, perlu dilakukan depressurization saat proses pendinginan kondensat untuk mencegah terjadinya fenomena water hammer pada tangki, yaitu ketika air dingin bertemu dengan air yang lebih tinggi suhunya, kemungkinan buruknya hal tersebut dapat merusak atau membuat retak tangki WFI akibat dari tekanan yang ditimbulkan. Proses depressurization ini dilakukan selama 20-30 menit, agar proses peniadaan tekanan dapat sekaligus dilakukan bersamaan dengan dibuangnya kondensat steril yang telah didinginkan, sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan. Setelah proses sterilisasi WFI selesai, selanjutnya Laboratorium QO akan melakukan analisis lebih lanjut terhadap WFI sebelum dan sesudah sterilisasi dengan sampling test agar kualitas WFI tetap terkontrol.



Universitas Indonesia



72



5.3.3.4.Analisis Hasil Proses Sterilisasi Sterilisasi tangki dan loop WFI dilakukan pada tanggal 21 Mei 2017, di mana analisis data-data ini menggunakan data sekunder yang sudah dilakukan sebelumnya oleh beberapa personil departement engineering, karena sterilisasi belum dilakukan kembali pada saat periode kerja praktik. Proses sterilisasi yang dilakukan melibatkan perubahan suhu tangki dan loop WFI, konduktivitas WFI saat sterilisasi, dan ketinggian air (level) pada tangki WFI. 5.3.3.4.1. Analisis Suhu Tangki dan Loop WFI Berikut adalah grafik suhu tangki dan loop WFI pada tanggal 21 Mei 2017. Data yang diambil merupakan data sekunder yang diberikan oleh PT. Pfizer Indonesia sebagai acuan analisis sterilisasi WFI. Pengambilan data dilakukan setiap 30 menit sekali dari pukul 00.00 hingga 23.30, sehingga didapatkan 48 data. 155 140 125



Suhu (°C)



110 95 80 65 50 35



Waktu (Pukul) Return Loop Temp. TE-015.4 (>70 °C)



Return Loop Temp. After Exch. TE-015.5 (>70 °C)



Tank Temp. TE-015.1 (>70 °C)



Gambar 5.5 Suhu Tangki dan Loop WFI Saat Sterilisasi (Sumber: Data Harian Saat Sterilisasi WFI PT. Pfizer Indonesia)



Pada umumnya, di hari-hari lainnya, suhu pada tangki WFI terpantau sedikit lebih rendah dari suhu pada loop WFI, baik sebelum melewati heat exchanger maupun sesudah melewati heat exchanger. Dapat diamati bahwa, pada gambar 5.5 suhu tangki WFI yang digambarkan oleh kurva abu-abu, pada pukul 00.00 hingga 06.00 data yang di dapat cukup konstan antara 79,2-80,2°C. Sedangkan, suhu loop WFI baik sebelum maupun sesudah melewati heat exchanger (kurva biru dan oranye) di waktu yang sama memiliki data yang berbeda, di mana kurva biru



Universitas Indonesia



73



menunjukkan sedikit kenaikan pada pukul 01.30-02.30 dan kurva oranye menunjukkan sedikit penurunan pada pukul 01.30-03.00. Hal ini disebabkan oleh feed water yang meningkat ±30 L sehingga mempengaruhi suhu loop WFI. Data tersebut menunjukkan bahwa, pada saat itu tangki dan loop WFI masih dalam operasi biasa dan proses sterilisasi belum dimulai karena jika ditinjau kembali dari prosedur, sebelum sterilisasi WFI dimulai, loop WPU dan PSG harus dijalankan untuk menyuplai purified water yang sedang dilangsungkannya sanitasi WPU dan pure steam sebagai bahan utama untuk sterilisasi WFI. Hal lain yang menunjukkan suhu tangki dan loop WFI masih dalam keadaan operasi biasa adalah karena ditinjau dari suhu tangki dan loop WFI pada umumnya, yaitu berkisar antara 70-80°C (≥70°C). Suhu tangki dan loop WFI ini mulai memiliki pergerakan yang signifikan yaitu terjadi penurunan kemudian kenaikan tajam untuk suhu tangki WFI pada pukul 06.00 ke 07.00 (penurunan) dan pukul 07.00 ke 07.30 (kenaikan). Sedangkan untuk suhu loop WFI sebelum tersirkulasi melalui heat exchanger, mengalami kenaikan pada pukul 05.30 hingga 06.30 dan penurunan kemudian kenaikan kembali pada pukul 06.30 ke 07.30. Untuk suhu loop WFI setelah melalui heat exchanger mengalami penurunan pada pukul 06.00 ke 06.30 dan kenaikan pada pukul 06.30 ke 07.30. Penurunan suhu tangki WFI (80°C hingga 69,3°C), suhu loop WFI (93,4°C ke 93,3°C), dan suhu loop WFI setelah melewati heat exchanger (82,6°C ke 72,9°C) disebabkan karena pada saat ini telah dilakukan fase tahapan pertama proses sterilisasi, yaitu pengosongan level minimal dari tangki. Dilakukannya pengosongan level minimal tangki WFI sampai isi tangki tidak ada lagi water for injection yang tersisa (level air 0 L) dengan cara mematikan unit WFI untuk sementara waktu. Pengosongan total ini dilakukan dengan jangka waktu kurang lebih 60-70 menit. Hal ini dimaksudkan agar proses sterilisasi WFI berjalan dengan baik, di mana tahap pengosongan isi tangki WFI hingga 0 L merupakan salah satu syarat proses sterilisasi dapat berjalan. Sedangkan, kenaikan tajam suhu tangki WFI (69,3°C menjadi 127,1°C), suhu loop WFI arah balik (93,3°C menjadi 137,4°C), dan suhu loop WFI setelah melalui heat exchanger (86,5°C menjadi 138,4°C) disebabkan karena pada saat ini



Universitas Indonesia



74



telah dilakukan fase heating (pemanasan). Pemanasan yang dilakukan pada tangki WFI pada dasarnya memiliki suhu minimal, yaitu 121°C sehingga semua suhu tangki dan loop WFI telah memenuhi kriteria untuk dilakukan sterilisasi WFI. Kenaikan suhu yang terjadi pada suhu tangki WFI menandakan bahwa proses sterilisasi sudah dimulai dan sedang berlangsung pada pukul 07.30, di mana fase sterilization memiliki jangka waktu 20 menit. Selama proses sterilisasi berlangsung, suhu tangki dan loop WFI harus dapat dipastikan terjaga diatas 121°C. Setelah fase sterilisasi berlangsung, terjadi penurunan suhu tangki dan loop WFI kembali pada pukul 07.30 hingga 11.00, di mana pada fase ini sedang berlangsungnya fase depressurization selama 20-30 menit. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan tekanan agar saat hasil sterilisasi ingin dibuang ke lingkungan, air kondensat tersebut tidak membahayakan lingkungan. Penurunan suhu pada loop WFI hingga dibawah spesifikasi (41,3°C) menandakan bahwa loop mengalami pendinginan lebih dahulu oleh heat exchanger dan suhunya lebih dulu turun dibandingkan suhu tangki WFI. Pada pukul 11.30 hingga 12.30, suhu tangki dan loop WFI mulai kembali normal, di mana tangki WFI sudah mulai terisi kembali oleh air WFI hingga memenuhi spesifikasi level tangki (≥100 L) dan suhu spesifikasi tangki dan loop WFI terpenuhi (≥70°C). Pada pukul 12.30 hingga 23.30, suhu tangki dan loop WFI sudah kembali lagi seperti data harian yang biasa, di mana suhu tangki lebih rendah dibandingkan suhu loop WFI dengan terpenuhinya spesifikasi. 5.3.3.4.2. Analisis Konduktivitas Loop WFI Berikut adalah grafik konduktivitas loop WFI pada tanggal 21 Mei 2017, di mana pada hari ini dilakukan proses sterilisasi WFI.



Universitas Indonesia



75



0,5



Konduktivitas WFI (µS)



0,45 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15



0,1 23:00



22:00



21:00



20:00



19:00



18:00



17:00



16:00



15:00



14:00



13:00



12:00



11:00



10:00



09:00



08:00



07:00



06:00



05:00



04:00



03:00



02:00



01:00



00:00



0,05



Waktu (Pukul) Gambar 5.6 Konduktivitas WFI Saat Sterilisasi (Sumber: Data Harian Saat Sterilisasi WFI PT. Pfizer Indonesia)



Pada dasarnya, konduktivitas loop WFI memiliki spesifikasi ≤ 0.50 µS dan konduktivitas loop WFI saat sedang dilakukan sterilisasi telah memenuhi spesifikasi untuk digunakan produksi. Namun, pada pukul 07.30 di mana sterilisasi sedang berlangsung, terjadi penurunan drastis konduktivitas loop WFI hingga 0,08 µS. Penurunan konduktivitas loop WFI dapat disebabkan karena unit WFI sedang dimatikan untuk sementara waktu selama proses sterilisasi berlangsung. Hal ini sangat mempengaruhi nilai konduktivitas loop WFI, karena saat proses sterilisasi berlangsung tidak ada aliran air pada loop WFI sehingga nilai konduktivitas menjadi kecil. Jika diamati dari Gambar 5.6, penurunan konduktivitas loop WFI berawal pada pukul 05.30 hingga 07.30 dengan nilai konduktivitas 0,3 µS sampai 0,08 µS. Di waktu yang sama, terjadi pula perubahan suhu tangki dan loop WFI karena pada saat ini sedang dilakukannya pengosongan total pada WFI hingga 0 L. Konduktivitas loop WFI mulai kembali terjadi kenaikan sedikit demi sedikit pada pukul 07.30 hingga 11.00 dengan nilai konduktivitas berkisar antara 0,12-0,15 µS. Pada saat yang sama, sedang terjadi proses penurunan tekanan setelah proses sterilisasi selesai untuk memberikan panas tertentu. Penurunan tekanan ini berdampak pada kenaikan konduktivitas loop WFI, karena pada saat ini terdapat beberapa embun uap basah (kondensat) yang masih tersisa pada loop WFI sehabis sterilisasi yang membuat nilai konduktivitas mulai naik sedikit demi sedikit.



Universitas Indonesia



76



Pada pukul 11.30 hingga 12.30, nilai konduktivitas mulai semakin naik menjadi kisaran 0,2-0,29 µS. Kenaikan nilai konduktivitas loop WFI bersamaan dengan dimulainya proses pengisian kembali pada tangki WFI oleh air WFI hingga memenuhi spesifikasi level tangki (≥100 L). Perlu diketahui, penurunan nilai konduktivitas loop WFI dapat dipastikan tidak berdampak pada kualitas air yang dihasilkan dan selama proses sterilisasi tidak ada air yang digunakan pada jalur distribusi. 5.3.3.4.3. Analisis Volume Air (Level) Tangki WFI Gambar 5.7 menunjukkan grafik volume air dalam tangki WFI seiring waktu pada tanggal 21 Mei 2017. Grafik ini merepresentasikan fase apa saja yang dilalui dan berapa lama proses sterilisasi berlangsung. 700



Volume Air (L)



600 500 400 300 200 100 0



Waktu (Pukul) Gambar 5.7 Volume Air dalam Tangki WFI Saat Sterilisasi (Sumber: Data Harian Saat Sterilisasi WFI PT. Pfizer Indonesia)



Proses sterilisasi WFI diawali dengan pengosongan minimal level air pada tangki, dengan setpoint 0 L. Dapat dilihat di trendline grafik diatas bahwa persiapan sterilisasi berawal dari penurunan drastis pada pukul 05.30 hingga 06.00 dengan level 262,1 L menjadi 32,3 L. Pada tahap ini, unit WFI sudah mulai dimatikan sementara waktu, agar proses sterilisasi dapat berjalan. Kemudian, tahapan selanjutnya yaitu pengosongan total tangki WFI terjadi pada pukul 06.00 hingga 06.30 dengan level 32,3 L menjadi 0 L. Tahap pengosongan total dilakukan selama 60-70 menit. Pengosongan total menandakan bahwa proses sterilisasi sedang berlangsung, di mana pada pukul 06.30 hingga 10.30 level air tangki WFI tetap



Universitas Indonesia



77



belum terisi (0 L). Hal ini sesuai dengan berbagai perubahan pada suhu tangki dan loop WFI serta menurunnya nilai konduktivitas. Setelah proses pemanasan dan sterilisasi selesai, tangki WFI kembali terisi dengan air WFI yang di produksi dari unit Pharmastill, berawal pada pukul 10.30 hingga 11.00 level air dari 0 L menjadi 32,7 L kemudian semakin menaik setiap ±150 L untuk 30 menit hingga pada pukul 13.00, di mana air sudah terisi sebanyak 689,5 L. Dari pukul 13.00 hingga 23.30, dapat dilihat pada grafik bahwa level air nya terus semakin menurun sedikit demi sedikit. Hal tersebut disebabkan karena air WFI didistribusikan kembali seperti biasa ke use point ruangan produksi untuk berbagai kebutuhan, dan otomatis jumlah nya semakin berkurang akibat air WFI dikeluarkan dari use point yang membutuhkan.



Universitas Indonesia



6. BAB 6 PENUTUP 6.1. Kesimpulan 1.



Water for injection (WFI) adalah air yang telah dimurnikan dengan distilasi atau reverse osmosis dan tidak mengandung substansi tambahan.



2.



WFI merupakan bagian unit dari water system di PT. Pfizer Indonesia yang berfungsi sebagai penyimpanan dan pendistribusi water for injection ke use point yang terdapat di ruangan-ruangan produksi.



3.



WFI terdiri dari pure steam generator (PSG), feed water pump, heat exchange WFI Distillation, tangki WFI, ventilasi filter (vent filter), perpipaan loop WFI, dan heat exchanger shell&tube.



4.



Mekanisme WFI adalah water for injection yang telah tersimpan dalam tangki WFI, disalurkan menggunakan perpipaan loop WFI ke use point di ruangan produksi. Water for injection akan tersirkulasi otomatis ke tangki WFI dengan return loop WFI, jika tidak ada yang menggunakan di use point.



5.



Pengambilan data pada 16 Agustus 2017 untuk suhu tangki dan loop WFI, baik sebelum maupun setelah melewati heat exchanger didapatkan suhu yang sesuai dengan kriteria di atas 70°C (75,5-85,7°C).



6.



Konduktivitas loop WFI yang dilakukan untuk data harian pada 16 Agustus 2017 terjaga di bawah 0,50 μS (sekitar 0,29-0,31 μS).



7.



Sterilisasi WFI dilakukan secara otomatis oleh STILMAS water system dan terdiri dari fase pengosongan minimal level tangki, pengosongan total, heating, sterilization, depressurization.



8.



Suhu tangki dan loop WFI baik sebelum maupun setelah melewati heat exchanger berada pada 121°C dan lebih pada saat dilakukan proses sterilisasi.



9.



Konduktivitas loop WFI pada saat proses sterilisasi menurun menjadi semakin kecil jika dibandingkan data konduktivitas harian dan tetap terjaga dibawah 0,50 μS (0,08 – 0,15 μS).



10. Level air pada tangki WFI telah memenuhi kriteria yang sesuai dengan fasefase tahapan proses tangki saat sedang dilakukan sterilisasi.



78



Universitas Indonesia



79



6.2. Saran Pihak perusahaan disarankan untuk tetap menjaga perlakuan proses sterilisasi WFI, karena prosedur yang telah ditetapkan telah berjalan dengan baik dan tetap menjaga agar air steril hasil olahan selalu sesuai dengan standar mutu bahan baku obat injeksi. Perusahaan diharapkan untuk selalu memperhatikan suhu, kondktivitas, dan parameter lain terkait keseluruhan water system untuk menjaga kualitas mutu obat-obatan yang diproduksi serta menjaga kesterilan ruangan dengan penggunaan water for injection. Peralatan yang digunakan untuk mengukur parameter-parameter yang dibutuhkan juga harus selalu dijaga dan dipantau, sehingga bila terjadi kerusakan dapat segera ditangani agar tidak mengganggu kualitas obat-obatan secara berkepanjangan.



Universitas Indonesia



DAFTAR PUSTAKA Amrih, Pitoyo. 2015. Steam Grade. [online] pitoyo.com . Tersedia di: http://www.pitoyo.com/catatanpitoyo/index.php/eng/151-steam-gradedan-syarat-pemenuhannya [Diakses 22 Agustus 2017] Badan BPOMRI. 2015. Monografi Farmakope Indonesia Edisi III. [online] perpustakaan.pom.go.id.



Tersedia



di:



perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Info%20POM/0615.p df [Diakses 22 Agustus 2017] Fundamental of Environments Measurements. 2016. Conductivity, Salinity & Total



Dissolved



Solids.



[online]



fondriest.com.



Tersedia



di:



http://www.fondriest.com/environmental-measurements/parameters/waterquality/conductivity-salinity-tds/#cond1 Mangel, Andreas. 2002. Guidance on Quality of Water for Pharmaceutical Use. [online]



gmp-compliance.org.



Tersedia



di:



http://www.gmp-



compliance.org/gmp-news/note-for-guidance-on-quality-of-water-forpharmaceutical-use [Diakses 22 Agustus 2017] Proses



Industri.



2015.



Fungsi



Valve



prosesindustri.com.



dan



Jenis-Jenisnya.



[online]



Tersedia



di:



http://www.prosesindustri.com/2015/02/pengertian-valve-dan-jenisjenisnya.html [Diakses 22 Agustus 2017] Saputra, Vincent Cahya. 2014. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker. Depok: Universitas Indonesia Saunders, E. A. 1988. Heat Exchanges: Selection, Design and Construction. New York: Longman Scientific and Technical. Shinta R., dkk. 2012. Water For Injection. Yogyakarta: Universitas Sanatha Dharma, Fakultas Farmasi. Suwarno, Fachry Falcony. 2011. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker. Depok: Universitas Indonesia United States Pharmacopeia. 2002. The United States Pharmacopeia, World Health Organization. [online] who.int. Tersedia di: http://www.who.int/medicines/ US_Pharmacopoeia.pdf [Diakses 22 Agustus 2017]



80



Universitas Indonesia



LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Pfizer Indonesia



Manufacturing Director



Senior Admin. Assistant



Production Manager



Material and Export Manager



Quality Operation Manager



Engineering Manager



81



Contract Manuf. and Technical Serv. Manager



Administration Assist.



Universitas Indonesia