Laporan Kimia Organik Revisii [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK SINTESIS “ISOLASI KASEIN DAN LAKTOSA DARI SUSU”



OLEH: KELOMPOK 1 TRANSFER A 2020 Asisten: Sarwan Hamid S.Farm



LABORATORIUM KIMIA FARMASI PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR 2021



BAB I PENDAHULUAN I.1



Latar Belakang Pada umumnya kebanyakan masyarakat memenuhi kebutuhan gizi



dengancara mengkonsumsi susu. Susu tersebut merupakan produk buatan pabrik yangdapat berupa susu cair bubuk. Selain



atau dalam



bentuk susu



enak, alasanmasyarakat sering mengkonsumsi susu



adalah karena susu merupakan minumanpelengkap bagi kebutuhan gizi manusia



karena mengandung hampir semua zatgizi yang diperlukan



tubuh manusia misalkan karbohidrat, protein, lemak/ lipid,vitamin dan mineral (Wahyudi, 2006) Komponen utama dari susu sebenarnya adalah air, lemak dan protein.Protein yang terdapat dalam susu terdiri atas kasein dan whey. Protein pentingdalam



menyusun



proses



danperkembangan (Haryanti,2008). Sekitar 80%



pertumbuhan



komponen



sel,



terutama



dalam



dari protein yang terdapat dalam susu adalah kasein.Olehnya, sering kali dikatakan bahwa kasein juga adalah protein susu (Rasyid,2006) Protein susu/ kasein merupakan senyawa kompleks dengan partikel



yangbesar dan sering disebut sebagai



micell).



Ukuran



partikeltersebut



berkisar



kasein misel



antara



30







(casein 300



nm



(Minard,2009). Kasein berwarna putih seperti salju dalamkeadaan normal, selain itu kasein tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yangkhas. Kasein dapat diendapkan oleh asam, enzim rannet dan alkohol. Oleh karenaitu



kasein dalam susu dapat dikoagulasikan atau digumpalkan



oleh asam yangterbentuk di dalam susu sebagai aktivitas dari mikroba (Setiawan,2010). Laktosa adalah karbohidrat utama susu dengan proporsi 4,6% dari total susu. Laktosa tergolong dalam disakarida yang disusun dua monosakarida, yaitu glukosa dan galaktosa. Rasa manis laktosa tidak semanis disakarida lainnya, semacam sukrosa. Rasa manis laktosa hanya seperenam kali rasa manis sukrosa (Anonim;2012).



I.2



Maksud dan Tujuan Percobaan



I.2.1



Maksud Percobaan Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan



memahami proses isolasi kasein dan laktosa dari susu. I.2.2



Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara



mengisolasi kasein dan laktosa dalam susu dan melakukan uji spesifik untuk menganalisis keberadaan protein dan laktosa I.2.3



Prinsip Percobaan Adapun prinsip dari percobaan ini yaitu mengisolasi kasein dan



laktosa dari susu yang kemudian diidentifikasikan masing-masing dengan menggunakan pengujian karbohidrat (uji fehling) dan pengujian protein (uji biuret dan ninhidrin)



BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1



Teori Umum



II.1.1 Susu Di dalam susu sapi, terdapat protein yang disebut kasein dan karbohidrat berupa laktosa (gula susu). Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam susu yang dapat digunakan oleh kultur starter lactobacilus bulgaricus dan streptacoccus thermophilus sebagai sumber karbon dan energi untuk  pertumbuhan. Laktosa dihidrolisasi oleh kedua bakteri tersebut dan hasil akhir  berupa asam piruvat. Asam piruvat ini lalu diubah menjadi asam laktat oleh enzim laktat dehidrogenese yang dihasilkan oleh kedua bakteri tersebut (Fahrudin. 2010). Asam laktat yang dihasilkan menyebabkan penurunan PH susu atau menungkatkan keasaman susu. Kasein merupakan protein utama dalam susu yang terpengaruh oleh perubahan PH atau keasaman ini. Jika PH susu menjadi sekitar 4,6 atau lebih rendah maka keasan susu akan menjadi tidak stabil dan terkoagulasi (menggumpal) dan membentuk gel yoghurt. Gel yoghurt ini  berbentuk semsolid (setengah padat dan menentukan tekstur yoghurt). Asam laktat juga memberikan ketajaman rasa, rasa asam, dan menimbulkan aroma khas pada yoghurt (Fahrudin. 2010) Tabel 1. Komposisi zat-zat nutrisi susu sapi segar Komposisi Nutrisi



Presentase (%)



Air



87,7



Bahan kering



12,3



Bahan Kering Tanpa Lemak



8,6



Lemak



3,4



Protein



3,2



Laktosa



4,6



Mineral



0,8



            Susu memiliki beberapa manfaat penting diantaranya, mencegah osteoporosis dan menjaga tulang tetap kuat. Manfaat bagi anak-anak sebagai pertumbuhan tulang yang membuat anak bertambah tinggi. Menurunkan tekanan darah dan mencegah kerusakan gigi serta menjaga kesehatan mulut. Mempercantik kulit, membuat kulit lebih bersinar dan membantu agar lebih ce[at tidur dikarenakan kandungan susu akan merangsang hormon melatonin yang akan membuat tubuh mengantuk (Winarno; 2004). Susu terdiri dari tiga komponen utama: air, lemak, dan protein. Protein yang terdapat dalam susu terdiri dari dua jenis, yakni kasein dan whey. Seperti kita pelajari di SMA dulu, ciri dari protein adalah terdapatnya unsur N pada rantainya, tidak seperti lemak dan karbohidrat yang hanya terdiri dari unsur C, H, dan O.Protein merupakan senyawa yang sangat kompleks,terdiri dari 80% kasein dan 20% whey.Kasein termasuk jenus phospoprotein,terdiri dari beberapa unit asam amino yang terikat dengan ikatan peptida (Andaiyani; 2011). Selanjutnya Lehninger (1982) menjelaskan, bahwa dengan teknik fraksinasi secara klasik dari protein susu yang dijalankan dengan proses sedimentasi, maka macam protein susu yang dihasilkan terdiri dari kasein, laktoglobulin, dan laktalbumin. Namun setelah ditemukan teknik yang baru, ternyata masing-masing komponen tersebut masih terdiri dari fraksifraksi yang lain.Menurut Adnan (1984), kasein di dalam susu merupakan partikel yang besar. Di dalamnya tidak hanya terdiri dari zat-zat organik, melainkan mengandung juga zat-zat anorganik seperti kalsium, phosphor, dan magnesium. II.1.2 Kasein Kasein merupakan golongan protein yang komposisinya mencapai 80% dari komposisi keseluruhan protein susu. Protein kasein terbagi



menjadi beberapa komponen, komponen yang umum dijumpai adalah αs1-kasein, αs2-kasein, β-kasein, dan κ-kasein (Phadungath C. May; 2004). Protein kasein memiliki daerah hidrofobik dan hidrofilik yang bervariasi. Kasein relative tidak sensitive terhadap panas, dibutuhkan temperature diatas 120°C untuk merusak struktur kasein hingga menjadi tidak larut dalam air.Di sisi lain, kasein cukup sensitive terhadap pH, maka itu protein kasein akan mengendap pada titik isoelektriknya. Protein kasein mempunyai masa molekul sebesar 106 hingga 109 Dalton. Kasein mampu menyebarkan cahaya. Oleh karena keberadaan kasein di dalam susu, susu berwarna putih (Phadungath C. May; 2004). Protein kasein bersama dengan kalsium fosfat, dapat membentuk semacam



partikel



koloid



yang



terdispersi,



yang



disebut



misel



(micelles).Karena protein kasein berupa suspensi, protein tersebut dapat dipisahkan



dari



campuran



menggunakan



sentrifugasi.



Setelah



sentrifugasi, beberapa protein tertingal di dalam larutan.Protein yang larut di dalam supernatan tersebut disebut protein whey (Phadungath C. May; 2004). Kasein mengandung asam beragam asam amino yang diperlukan mamalia muda untuk tumbuh. Karena memiliki protein berkualitas tinggi seperti kasein, susu sapi dianggap sebagai salah satu makanan manusia yang paling penting. Lebih jauh lagi, protein kasein terdesain untuk berikatan dengan kalsium fosfat, yang secara langsung mengendap pada lambung bayi baru lahir. Hal ini membuat protein tersebut mudah dicerna. Karena protein kasein dinilai mempunyai signifikansi yang besar terhadap kehidupan manusia, struktur kasein telah dipelajari secara menyeluruh, akan tetapi struktur pasti kasein masih diperdebatkan (Phadungath C. May; 2004). Kasein yang merupakan partikel yang besar dan senyawa yang kompleks tersebut dinamakan juga kasein misel (casein micell). Kasein misel tersebut besarnya tidak seragam, berkisar antara 30 – 300 mµ.



Kasein juga mengandung sulfur (S) yang terdapat pada metionin (0,69%) dan sistin (0,09%). Kasein adalah protein yang khusus terdapat dalam susu. Oleh karena itu kasein dalam susu dapat dikoagulasikan atau digumpalkan oleh asam yang terbentuk di dalam susu sebagai aktivitas dari mikrobia. Kasein dapat diendapapkan oleh asam, enzim rennet, dan alkohol. Selain penambahan asam, pengendapan kasein susu juga dilakukan dengan penambahan renin, yaitu suatu enzim proteolitik yang diperoleh dari induk sapi betina. Oleh karena itu, susu dapat dikoagulasikan (digumpalkan) oleh asam yang terbentuk di dalam susu sebagai aktivitas dari mikroba. Kasein merupakan protein yang stabil terhadap pemanasan dan tidak mengalami denaturasi bila air susu dipanaskan. Kasein di dalam air merupakan molekul besar yang terdiri dari zat-zat anorganik seperti kalsium, fosfor dan sedikit magnesium



sertasitrat. Kasein merupakan



suatu misel yang mengandung kalsium dan fosfat yang membentuk kalsium kaseinat phosphatase kompleks. Titik isoelektris kasein pH 4,6 – 5,0 dan pada titik ini kasein mudah sekali mengendap. Kasein dapat pula mengendap dengan naiknya keasaman, perubahan Ca dan P yang larut menjadi tidak larut dan terjadinya interaksi antara protein yang ada. Kasein tersuspensi dalam susu dalam kompleks yang disebut misel. Kandungan fosfat yang tinggi pada kasein terkait dengan garam kalsium fosfat sehingga susu menjadi sumber kalsium dalam diet. Kappa kasein terdapat pada bagian luar misel(Andaiyani; 2011).



Kasein mengandung S yang terdapat dalam methionin dan cystein. Kasein merupakan campuran tiga jenis protein yaitu :-kasien, -kasein (3 %) dan  -kasein (22%). Kasein dalam susu



(75 %),



merupakan partikel kompleks atau berupa misel yang terdiri atas Ca, P anorganik, Mg, dan sutrat selain protein kasein. Senyawa kompleks ini sering disebut “Kalsium Caseinat Phosphatkompleks” (Andaiyani; 2011). Kasein penting dikonsumsi karena mengandung komposisi asam amino yang dibutuhkan tubuh. Dalam kondisi asam (pH rendah), kasein akan mengendap karena memiliki kelarutan (solubility) rendah pada kondisi



asam.



Susu



adalah



bahan



makanan



penting,



karena



mengandung kasein yang merupakan protein berkualitas juga mudah dicerna (digestible) saluran pencernaan (Andaiyani; 2011). Kasein asam (acid casein) sangat ideal digunakan untuk kepentingan medis, nutrisi, dan produk-produk farmasi. Selain sebagai makanan, acid casein digunakan pula dalam industry pelapisan kertas (paper coating), cat, pabriktekstil, perekat, dan kosmetik. Pemanasan, pemberian



enzim



proteolitik



(rennin),



dan



pengasaman



dapat



memisahkan kasein dengan whey protein. Selain itu, sentrifugasi pada susu dapat pula digunakan untuk memisahkan kasein(Andaiyani; 2011). Protein dalam kasein terususun oleh rantai-rantai peptide jika mengalami hidrolisis akan menjadi disakarida seperti berikut:



Dalam isolasi, kasein larut dalam air, alkohol dan eter namun tidak larut dalam etanol, senyawa alkali dan beberapa larutan asam.



Setelah kasein dikeluarkan, maka protein lain yang tersisa dalam susu disebut whey protein. Protein serum terdiri dari b-laktoglobulin 50%, a-laktalbumin 20%, albumin, immunoglobulin, laktoferin, trasferin dan sebagian kecil protein dan enzim. Whey tidak mengandung fosfor tapi mengandung asam amino sulfur yang membentuk ikatan disulfide. Jika ikatan rusak maka protein mengalami denaturasi(Andaiyani; 2011). Whey protein merupakan protein butiran (globular). Bethalactoglobulin, alpha-lactalbumin, Immunoglobulin (Ig), dan Bovine Serum Albumin (BSA) adalah contoh dari whey protein. Alpha-lactalbumin merupakan protein penting dalam sintesis laktosa dan keberadaannya juga merupakan pokok dalam sintesis susu. Dalam whey protein terkandung pula beberapa enzim, hormon, antibodi, faktor pertumbuhan (growth factor), dan pembawa zat gizi (nutrient transporter). Sebagian besar whey protein kurang tercerna dalam usus. Ketika whey protein tidak tercerna secara lengkap dalam usus, maka beberapa protein utuh dapat menstimulasi reaksi kekebalan sistemik. Peristiwa ini dikenal dengan alergi protein susu (milk protein allergy) (Andaiyani; 2011).



Struktur kasein II.1.3 Laktosa Kadar Laktosa (karbohidrat) Karbohirat merupakan zat organik yang terdiri atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat dapat dikelompokan berdasarkan jumlah molekul gula-gula sederhana (simple sugars) dalam karbohidrat tersebut.



Monosakarida,



disakarida,



dan



polisakarida



merupakan



beberapa kelompok karbohidrat. Laktosa adalah karbohidrat utama susu dengan proporsi 4,6% dari total susu. Laktosa tergolong dalam disakarida yang disusun dua monosakarida, yaitu glukosa dan galaktosa. Rasa manis laktosa tidak semanis disakarida lainnya, semacam sukrosa. Rasa manis laktosa hanya seperenam kali rasa manis sukrosa (Anonim; 2012). Laktosa dapat mempengaruhi tekanan osmosa susu, titik beku, dan titik didih. Keberadaan laktosa dalam susu merupakan salah satu keunikan dari susu itu sendiri, karena laktosa tidak terdapat di alam kecuali sebagai produk dari kelenjar susu. Laktosa merupakan zat makanan yang menyediakan energi bagi tubuh. Namun, laktosa ini harus dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim bernama laktase agar dapat diserap usus (Anonim; 2012). Enzim laktase merupakan enzim usus yang digunakan untuk menyerap dan mencerna laktosa dalam susu. Enzim adalah suatu zat yang bekerja sebagai katalis untuk melakukan perubahan kimiawi, tanpa diikuti perubahan enzim itu sendiri. Jika kekurangan enzim laktase dalam tubuhnya, manusia akan mengalami  gangguan pencernaan pada saat mengonsumsi susu. Laktosa yang tidak tercerna akan terakumulasi dalam usus besar dan akan memengaruhi keseimbangan osmotis di dalamnya, sehingga air dapat memasuki usus. Peristiwa tersebut lazim dinamakan intoleransi laktosa (Anonim; 2012).



II.1.4 Uji Kasein II.1.4.1 Melihat Butiran Lemak Besar kecilnya butir lemak ditentukan oleh kadar air yang ada didalamnya. Makin banyak air maka makin besar globuler dan keadaan ini dikhawatirkan akan menjadi pecah. Bila globuler pecah maka air susu



disebut pecah. Air susu yang pecah tidak dapat dipisahkan lagi krimnya, dan tidak dapat dijadikan sebagai bahan makanan. Globuler air susu mudah menyerap bau dari sekitarnya, oleh karena itu jangan simpan air susu pada tempat yang berbau (Saleh; 2004). II.1.4.2 Pengukuran Kadar pH Susu segar mempunyai sifat ampoter, artinya dapat bersifat asam dan basa sekaligus. Jika diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan menjadi merah, sebaliknya jika diberi kertas lakmus merah warnanya akan berubah menjadi biru. Potensial ion hydrogen (pH) susu segar terletak antara 6.5 sampai 6.7. Jika dititrasi dengan alkali dan kataliasator penolptalin, total asam dalam susu diketahui hanya 0.10 sampai 0.26 % saja. Sebagian besar asam yang ada dalam susu adalah asam laktat. Meskipun demikian keasaman susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa-senyawa pospat komplek, asam sitrat, asam-asam amino dan karbondioksida yang larut dalam susu. Bila nilai pH air susu lebih tinggi dari 6,7 biasanya diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan adanya kolostrum ataupun pemburukan bakteri (Saleh; 2004). II.1.4.3 Penggumpalan Kasein Susu mengandung protein berupa kasein yang dapat mengalami penggumpalan. Penggumpalan susu dalam proses pembuatan tahu susu dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan asam, enzim proteolitik, dan alkohol serta dapat dipercepat dengan pemanasan. Penggumpal yang biasa digunakan adalah penggumpal kimia antara lain kalsium / magnesium-klorida, kalsium sulfat, glukano-D-laktone, dan penggumpal asam (asam laktat, asam asetat) (Anggraeni et al; 2013). II.1.5 Sifat-sifat Kasein (Uji Reaksi Protein) II.1.5.1 Uji biuret. Ikatan peptida dan asam amino ketika direaksikan akan membentuk kromofor (senyawa berwarna). Ikatan antara asam amino dengan ikatan peptida adalah struktur paling sederhana (struktur primer). Struktur



sekunder yaitu ikatan antara ikatan peptida dengan ikatan hidrogen sehingga membentuk α-helix dan β-helix. Sekumpulan dari struktur sekunder membentuk struktur tersier ikatan peptida. Struktur kuartener dibentuk dari ikatan antar polipeptida (Lehninger; 1995). II.1.5.2 Uji hopskin-cole. Pencampuran pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di bawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut (Hart et al; 2003) II.1.5.2 Uji Milon. Uji milon bertujuan untuk mengetahui adanya asam amino tirosin pada susu. Gumpalan kasein ketika ditambahkan 1ml larutan HgSO 4 1% dan dipanaskan selama 10 menit lalu didinginkan maka akan terbentuk endapan putih yang dihasilkan dari reaksi antara Hg dengan asam amino tirosin pada albumin. Ditambahkan sedikit NaNO 3 kristal kemudian dipanaskan



kembali



selama



10



menit,



akan



terbentuk



endapan



merah.Endapan merah yang dihasilkan berasal dari pencampuran HgSO 4 dengan NaNO3 menjadi HgNO3. Hal ini sesuai dengan pendapat Jalip (2008), apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. II.1.5.3 Uji xanthoprotein. Uji xanthoprotein bertujuan untuk mengetahui adanya asam amino ristal (tripthopan, tirosin dan fenilalanin) pada susu. Hasil yang diperoleh dari gumpalan kasein yang ditambahkan dengan HNO 3 pekat, dipanaskan dan didinginkan menunjukkan adanya endapan berwarna kuning dan setelah itu penambahan NH4OH menyebabkan endapan pada larutan tersebut



semakin



keruh



dan



kuning



keoranyenan.



Endapan



ini



mengindikasikan bahwa di dalam susu tersebut terdapat asam amino tirosin, tripthopan dan fenilalanin. Susu mengandung senyawa N yang jika



direaksikan dengan HNO3 pekat akan menghasilkan ikatan N yang lebih banyak



yang



ditandai



denagn



warna



kuning,



kemudian



setelah



ditambhakan dengan NH4OH ikatan yang dihasilkan semakin lebih banyak, sehingga warna dari larutantersebut semakin berwarna kuning keoranyenan., warna kuning terbentuk karena asam amino dari tirosin, triptofan dan fenilalanin memiliki inti ristal yang jika ditambahkan dengan larutan HNO3 pekat akan membentuk warna kuning, tetapi warna kuning ini akan berubah menjadi warna orange jika diberi penambahan larutan basa (Sumirdjo; 2008). II.1.6 Pengujian terhadap Sifat-sifat Filtrat II.1.6.1 Preparasi. Filtrat dari hasil uji penggumpalan kasein dipanaskan hingga terdapat endapan putih di dasar larutan tersebut. Larutan yang telah dipanaskan tersebut disaring dan ristal dari larutan tersebut dibagi menjadi dua sama banyak yang akan digunakan untuk uji benedict dan uji osazon. Pemanasan ini bertujuan untuk menggumpalkan protein sehingga pada ristal sudah tidak ada lagi kandungan proteinnya. Selain itu pemanasan juga akan menghidrolisis senyawa yang terkandung dalam ristal menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga pengujian selanjutnya lebih mudah untuk dilakukan. II.1.6.2 Uji benedict. Uji benedict ini bertujuan untuk mengetahui adanya gugus pereduksi



dalam



laktosa.



Sebanyak



1



ml



ristal



hasil



preparasi



ditambahkan dengan reagen benedict dan dipanaskan sehingga larutan tersebut dari warna biru berubah menjadi terdapat endapan berwarna merah bata di dasar larutan. Pemanasan dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi pelepasan gugus reduksi yang ada di dalam glukosa susu atau laktosa. Hasil yang didapat pada percobaan ini adalah adanya endapan merah bata. Gugus reduksi yang sudah terlepas dari laktosa mampu mereduksi larutan Benedict (CuSO 4) menjadi senyawa Cu2O yang berwarna merah bata. Hasil percobaan sesuai dengan pendapat



Sudarmadji (2003), bahwa Gula reduksi dengan larutan Benedict (campuran garam kuprisulfat, Natrium sitrat, Natrium karbonat) akan terjadi reaksi reduksi-oksidasi dan dihasilkan endapan berwarna merah bata dari senyawa Cu2O. II.1.6.3 Uji osazon. Uji osazon bertujuan untuk mengetahui adanya uji fisik karbohidrat yang ada didalam susu atau laktosa. Sisa ristal hasil preparasi ditambah dengan lima tetes asam asetat ristal dan sedikit fenilhidrazin padat serta Na Asetat dengan perbandingan 1:2 lalu dipanaskan dan kemudian disaring. Pemanasan ini bertujuan untuk melepaskan gugus aldehid atau keton bebas dari senyawa karbohidrat yang ada di dalam ristal. Penyaringan dilakukan bertujuan untuk memisahkan antara ristal yang mengandung gugus aldehid atau keton dengan gumpalan yang berisi senyawa yang tidak diperlukan. Tahapan berikutnya adalah adanya pemanasan kembali selama 30 menit. Pemanasan kedua bertujuan untuk mempercepat reaksi antara gugus aldehid atau keton yang ada di dalam laktosa dengan fenilhidrzin sehingga terbentuk osazon. Senyawa osazon yang terbentuk diamati melalui mikroskop. Hasil percobaan sesuai dengan pendapat McGilvery (1996), bahwa semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan membentuk osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazina berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai bentuk 14 ristal yang khas dan titik lebur yang berbeda bagi masing-masing karbohidrat. II.2 URAIAN BAHAN II.2.1 Aquadest (Depkes RI, 1979 Halaman 96) Nama Resmi



: AQUADESTILLATA



Nama Lain



: Air suling, Aquadest



Rumus kimia



: H2O



Berat molekul



: 18,02



Pemerian



: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak   mempunyai rasa.



Penyimpanan : Dalam wadah tertutup. II.2.2 Asam asetat 10%(F.I edisi III hal : 41) Nama Resmi



: ACIDUM ACETICUM



Nama lain



: Asam asetat



Pemerian



: Cairan jernih tidak berwarna, bau menusuk, ras asam,tajam



Kelarutan



:Dapat bercampur dengan air, dengan etanol(95%) p dan dengan Gliserol



Penyimpanan Kegunaan



: Dalam wadah tertutup baik :



Sebagai reaksi.



II.2.3 Calcium Carbonate ( FI Ed IV hal : 159 Nama Resmi



: Calcii Carboat



Nama lain



: Calcium Carbonat



Rumus molekul



: CaCO3



Berat molekul



: 100,09



Kelarutan



: Praktis tidak larut dalam air, kelarutan dalam air meningkat dengan adanya sedikit garam amonium atau karbon dioksida,adanya alkalihidroksida merupakan larutan;tidak larutdalam etnol; Larut dalam Asam Asetat 1 N ,dalam Asam Klorida 3 N dan dalam AsamNitrat 2 N dengan membentuk gelombanggas.



Pemerian



: Serbuk,hablur mikro,putih tidakberbau;tidakberasa, stabil di udara.



Kegunaan



: Zat Tambahan.



II.2.4 Etanolum (FI III, 1979 Hal, 65)



Nama Resmi



: AETHANOLUM



Nama lain



: Alkohol, etanol



RM/BM



: C2H6O /46,07



Pemerian



: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak: bau khas; rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.



Kelarutan:



Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam eter P



Kegunaan



: Zat Tambahan



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup rapat; terlindung dari cahaya; di tempat sejuk,



II.2.5 Eter 500 ml (Dirjen POM,672) Nama Resmi



: DIETIL ETER



Nama Lain



: ETER P



RM



: C2H5OC2H5



Pemerian



: Cairan transparan,tidak berwarna, bau khas,rasa manis dan membakar. Sangat mudah menguap,sangat mudah terbakar,campuran uapnya dengan oksigen,udara atau dinitrogenoksida pada kadar tertentu dapat meledak.



Kelarutan



: Larut dalam 10 bagian air,dapat campur dengan etanol (95%) P, dengan kloroform P, dengan



Penyimpanan



: Dalam wadah kering, tertutup rapat



BAB III METODE KERJA III.1



Alat Adapunalat-alat yang digunakanadalahbeaker gelas, erlenmeyer,



batu didih, kertas saring, termometer, tabung reaksi, batang pengaduk, seperangkat alat pemanasan dan alat pelengkap pendukung lainnya III.2



Bahan Adapunbahan-bahan



yang



digunakan



adalahSusu



bubuk



(Dancow), Susu cair (Beruang), aquadest, asam asetat 10%, CaCO3 20%, Etanol 95%, karbon aktif, eter, es batu, dan bahan pendukung lainnya. III.3



Prosedur Kerja



1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang susu law fat sebanyak 25 gram 3. Dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu ditambahkan Aquadest 100 mL hangat (40-55 derajat Celcius) sambil dipanaskan 4. Kemudian ditambahkan Asam asetat 10% sebanyak 5-10 tetes 5. Diaduk sampai terbentuk gumpalan 6. Selanjutnya dilakukan dekantasi dan menghasilkan filtrat dan residu III.3.1 Filtrat (Laktosa) 1. Hasil filtrate dimasukkan kedalam erlenmeyer 2. Ditambahkan CaCO3 20% panaskan sampai mendidih 3. Disaring panas-panas lalu ditambahkan batu didih 4. Dipanaskan kembali sampai 5 mL 5. Ditambahkan 25 mL etanol 95%,



100 mg karbon aktif dan 1 mL



aquadest 6. Disaring lalu ditambahkan 1 mL aquadest



7. Disaring kembali kemudian didinginkan dengan esbatu lalu dilakukan identifikasi III.3,2Uji Molisch 1. Sampeldimasukkankedalamtabungreaksi 2. Ditambahkan 2 tetes pereaksi molisch 3. Ditambahkan H2SO4 4. Hasil positif berwarna ungu III.3.3 Uji Benedict 1. Dimasukkan kedalam tabung reaksi 2. Ditambahkan 2 tetespereaksi benedict 3. Dipanaskan 4. Hasil positif terbentuk endapan merah III.3.2 Residu (kasein) 1. Hasil residu dimasukkan di gelas kimia lalu ditambahkan 5 mL atau 30 mL etanol sampai homogen 2. Dilakukan dekantasi 3. Ditambahkan 5 mL atau 30 mL eter kemudian disaring 4. Kemudian dilakukan identifikasi III.3.3 Uji Nihidrin 1. Sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi 2. Ditambahkan 4 tetes pereaksi Nihidrin 3. Ditambahkan H2SO4 4. Hasil positif berwarna biru



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1 Tabel Hasil Pengamatan IV.1.1 Hasil Isolasi Kasein dan Laktosa Sampel



Bobot sampel



Bobot teoritis



% Rendamen (b/v)



Susu bubuk (Dancow)



25 gr



100 ml



0,7777 %



25 ml



100 ml



4,6055 %



Susu cair (Beruang)



IV.1.2 Identifikasi Kasein dan Laktosa Sampel



Uji



Hasil



Hasil positif (Pustaka)



SusuBubuk



Molisch



Dancow



(-)



Ungu



abu-abu Benedict



(-)



Endapan merah bata



Nihidrin



SusuCair



(+) Warna biru



Warna biru



(-)



Ungu



Molisch



hitam



Benedict



(-)



Beruang



Endapan merah bata



(+) Nihidrin



Warna biru



Warna biru



IV.2 Perhitungan Perhitungan % Rendamen Susu Bubuk Dancow Dik : Bobot teoritis = 100 ml Bobot nyata = Hasil penimbangan kertas saring- Kain saring kosong = 4,0628 gr –3,2851 gr = 0,7777 gr Penyelesaian : % Rendamen = =



Bobot nyata x 100% Bobot teoritis 0,7777 gr x 100 % 100 ml



= 0,7777 % b/v Perhitungan % Rendamen Susu Cair Beruang Dik : Bobot teoritis = 100 ml Bobot nyata = Hasil penimbangan kertas saring- Kain saring kosong = 7,5528 gr – 2,9473 gr = 4,6055 gr Penyelesaian : % Rendamen = =



Bobot nyata x 100% Bobot teoritis 4,6055 gr x 100 % 100 ml



= 4,6055 % b/v IV.2



Reaksi



IV.4 Pembahasan Susu merupakan sumber nutrisi yang penting untuk pertumbuhan b ayimammalia, termasuk manusia, yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak,mineral dan vitamin.Laktosa yang merupakan satu-satunya karbohidrat dalamsusu mammalia, adalah disakarida yang terdiri dari gabungan 2 monosakrida yaituglukosa dan galaktosa (Heyman, 2006). Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui mengisolasi kasein dan laktosa dalam susu dan melakukan uji spesifik untuk menganalisis keberadaan protein dan laktosa. Isolasi kasein yang dilakukan dalam percobaan ini dengan menggunakan susu sapi murni. Pertamaisolasi kasein dilakukan dengan pemanasansusu sapi Dancow putih dalam air panas.Pemanasan ini bertujuan



untuk



menurunkan



kelarutan



protein



sehingga



dapat



mengendapkan protein susu dan pemanasan ini dapat menyebabkan denaturasi



rusaknya



struktur



protein



sehingga



mempercepat



pengendapan (Ananda, 2015) pemanasan dilakukan hingga suhu 40ºc55ºc karena suhu 40ºc merupakan suhu konstan untuk mengendapkan kasein. Jika suhu kurang dari 40ºc maka pembentukan kasein tidak sempurna. Lalu menambahkan asam asetat sebnyak 5-10 tetes penambahan asam mengakibatkan penambahan ion H + sehingga akan menetralkan protein ddan menuju tercapainya pH isoelektrik. Pada titik isoelektrik ini kasein bersifat hidrofobik, kasein akan berikatan antar muatannya sendiri membentuk lipatan ke dalam sehingga terjadi pengendapan yang relatif cepat. Penambahan asam cuka (asam asetat glasial) pada susu yang



telah dipanaskan berarti menambahkan konsentrasi dari ion H + yang kemudian akan mengadakan reaksi dengan muatan negatif protein yang berasal dari gugus hiroksil bebasnya. Semakin banyak konsentrasi H + yang ditambahkan maka semakin banyak pula penurunan pH dari susu sehingga titik isoelektriknya semakin dekat. Apabila pH isoelektrik sudah tercapai maka muatan yang saling berlawanan akan saling menetralkan sehingga akan terbentuk gumpalan.Titik isoelektris kasein pH 4,6 – 5,0 dan pada titik ini kasein mudah sekali mengendap. Dalam kondisi asam ataupH yang rendah, kasein akan mengendap karena memiliki kelarutan yang rendah pada kondisi asam (Ananda, 2015). Setelah terbentuk endapan maka larutan dan endapan yang terbentuk ini disaring dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan endapannya. Residu yang didapatkan selanjutnya dipindahkan ke gelas kimia lalu ditambahkan 5 mL atau 30 mL etanol : eter (1:1). Hal ini bertujuan untuk memisahkan lemak dari endapan kasein di mana lemak akan ikut melarut bersama dengan eter karena sifat kepolaran keduanya tidak jauh berbeda. lemak tersebut dihilangkan dalam proses dekantasi. Sedangkan etanol akan melarutkan protein atau senyawa lain selain kasein. Kasein masih berada dalam bentuk endapannya karena kasein tidak larut dalam etanol sehingga akan diperoleh kasein yang lebih murni (Tria, 2013). Setelah dilakukan penyarikan selanjutnya dilakukan identifikasi. Idenfikasi yang pertama yaitu uji nihidrin, uji nihidrin dilakukan untuk menguji keberadaan asam α-amino dan protein yang mengandung gugus amina bebas (Tria, 2013) pada percobaan ini didapatkan hasil positif berwarna biru dimana hal ini sesuai dengan literatur. Selanjutnya, Erlenmeyer



filtrat



dengan



yang



didaptkan



menambahkan



dimasukkan



CaCO 3 yang



ke



bertujuan



dalam untuk



mengendapkan albumin dalam susu sehingga didapatkan laktosa yang murni



(novia,



2014)



lalu



dilakukan



penyaringan



bertujuan



untuk



memisahkan senyawa lain sehingga didapatkan latosa yang leboh murni kemudian penambahan batu didih agar tidak terjadi bumping. Kemudian



dipanaskan lalu ditambahkan 25 mL etanol 95% bertujuan agar etanol mendesak airsehingga kristal laktosa mengendap kemudian dilakukan penyaringan lalu didinginkan dalam es batu (sisilia, Selanjutnya dilakukan identifikasi. Identifikasi yang pertama yaitu uji molish, uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi karbohidrat (Tria, 2013) pada percobaan ini didapatkan hasil negatif berwarna abu-abu dimana hasil ini tidak sesuai dengan literatur dimana hasil positif berwarna ungu.Identifikasi yang kedua yaitu uji benedict, uji benedict dilakukan untuk membedakan gula pereduksi dengan gula non-pereduksi (Tria, 2013) pada percobaan ini didapatkan hasil negatif berwarna abu-abu dimana hasil ini tidak sesuai dengan literatur



dimana



hasil



positif



terbentuk



endapan



Adapunberatsampelsusudancow yang kering 7,5528gram.



merah



bata.



BAB V PENUTUP V.1



Kesimpulan Dari hasil percobaan isolasi kasein dan laktosa dari susu



didapatkan pengujian filtrat didapatkan hasil negatif pada uji molisch dan uji benedict baik sampel susu bubuk maupun susu cair dan pengujian pada residu didapatkan hasil positif pada uji nihindrin dari kedua sampel yaitu sampel susu bubuk dan susu cair. Adapun % rendemen yang didapatkan pada susu bubuk dancow



0,7777 % b/v dan susu cair



beruang 4,6055 % b/v. V.2



Saran Untuk praktikan sebaiknya memahami dan mengetahui cara kerja



untuk menghindari kesalahan dalam praktikum.



DAFTAR PUSTAKA Ananda,,R.E. 2015. Isolasi Kasein. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar: Makassar Andaiyani. 2011. Pengertian kasein (online). http://id.shvoong.com/exactsciences/physics/2119918-pengertian-kasein/. Diakses pada tanggal 24 April 2021. Anggreini, R.P., Agustinus, H.D.R., dan R. Singgih, S.S. 2013. Pengaruh Level Enzim Bromelin Dari Nanas Masak Dalam Pembuatan Susu Terhadap Rendemen dan Kekenyalan Tahu Susu. Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto. Fahruddin. 2010. Bioteknologi Lingkungan. Bandung : Arfabeta Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J. 2003. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta. Haryanti T., 2008, ‘Manfaat Susu Sapi’, (1-2), Bandung Hasim., E. Martindah. 2008. PerbandinganSusuSapiDenganSusuKedelai :TinjauanKandungandanBiokimiaAbsorbsi. InstitutPertanian Bogor. Bogor. Heyman, M. B. 2006. Lactose intolerance in infants, children and adolescent.Ped. J. 118 (3): 1279. Lehninger, A.H. 1995. Dasar-dasarBiokimia.Erlangga. Jakarta. McGilvery, Goldstein. 1996. BiokimiaSuatuPendekatanFungsional. Edisi 3.Airlangga University Press. Surabaya. Minard, R., 2009, Isolation of Casein, Lactose, and Albumin from Milk, Introductionto Organic Laboratory Techniques.



Novia, J.J. 2014.Isolasi Laktosa Dari Susu Skim. Universitas Surabaya: Surabaya Phadungath C (May 2004). "Casein micelle structure : a concise review". Songklanakarin J. Sci. Tehnol.27 (1): 201–12. Rasyid Y. G., 2006, ’Susu Sumber Makanan Sempurna’, Kumpulan Tulisan IlmuPengetahuan dan Teknologi Tepat Guna (17), Yogyakarta Saleh, Eniza. 2004. DasarPengolahanSusudanHasilIkutanTernak.USU Digital Library. Medan. Sediaoetama, D.A. 2006. IlmuGiziJilid I. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta Setiawan, N., 2010, Daging dan Telur Ayam Sumber Protein Murah. StandarNasional Indonesia. 2011. Susu Segar – Bagian1 :Sapi. BadanStandardisasiNasional. Jakarta. Sudarmadji, S. 2003. UGM.Yogyakarta.



Mikrobiologi



Pangan.



PAU



PangandanGizi



Sumirdjo, D. 2008. Pengantar Kimia :Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Tria,A.2013. Protein Dan Karbohidrat : Isolasi Kasein Dan Laktosa. Wahyudi M., 2006, ‘Proses Pembuatan Dan Analisis Mutu Yoghurt’, Buletin TeknikPertanian Vol. 11 No. 1 (12), Bandung Winarno, F.G. 2004.Kimia PangandanGizi.PT GramediaPustakaUtama. Jakarta.



LAMPIRAN



Sampel susu “Dancow” dipanaskan



Proses penyaringan sampel



Filtrat (lapisan air) dengan penambahan karbon aktif