Laporan Lengkap Pembuatan Larutan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR β€œPEMBUATAN LARUTAN”



OLEH STIFA E 2020 KELOMPOK 2



ASISTEN: ASNITA LABORATORIUM KIMIA SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR MAKASSAR 2020



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Semua kehidupan yang terdapat dibumi ini semua pasti membutuhkan



campuran zat. Saat ini, begitu banyak reaksi kimia yang kita kenali, baik itu hasil dari laboratorium maupun yang terjadi secara alami. (Achmad, 1996). Larutan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, dari skala mikro hingga skala makro titik dialam, umumnya reaksi kimia berlangsung di dalam larutan air, termasuk bagaimana makhluk hidup menyerap mineral vitamin dan makanan dalam bentuk larutan titik larutan biasanya terdiri atas dua zat atau lebih yang bercampur dan bersifat homogen. (Sutresna, 2008) Larutan merupakan campuran homogen karena umumnya memiliki ukuran partikel yang begitu kecil sehingga memiliki komposisi yang begitu seragam dan sulit untuk dibedakan antara komponennya. Larutan terdiri atas dua komponen. Komponen-komponen tersebut yaitu pelarut dan zat terlarut. Pelarut biasanya disebut solvent dan zat terlarut biasanya disebut solute. Zat pelarut adalah zat yang memiliki jumlah terbanyak sedangkan zat terlarut memiliki jumlah yang lebih sedikit. (Syukri, 1999). Konsentrasi adalah kuantitas relatif



suatu



zat dalam larutan.



Konsentrasi menyatakan banyaknya zat yang terlarut dalam suatu pelarut atau larutan. Pada umumnya, disebut larutan yang konsentrasinya tinggi dan disebut pula larutan yang pekat. Sebaliknya jika zat terlarutnya sedikit, maka disebut larutan yang konsentrasinya rendah dan disebut pula larutan yang encer. (Sutresna, 2008) Oleh karena itu praktikum kali ini dilaksanakan untuk mengetahui perbedaan pembuatan larutan dari bahan padat dan cair, konsentrasi dari suatu larutan, serta faktor apa saja yang mempengaruhi konsentrasinya. (Syukri, 1999).



1.2.



Maksud Dan Tujuan Percobaan



1.2.1. Maksud Percobaan Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara



pembuatan



larutan beserta



cara



menghitung



konsentrasi



larutan. 1.2.2. Tujuan Percobaan Untuk mengetahui cara membuat larutan dalam berbagai konsentrasi dan cara menghitung konsentrasi larutan tersebut. 1.3.



Prinsip Percobaan Pembuatan



larutan



dilakukan



dengan



menghitung



massa



untuk membuat larutan dan bahan ditambahkan dengan aquadest. Prinsip kerja pengenceran dengan menghitung volume larutan yang ingin diencerkan dan menggunakan aquadest sebagai pelarut.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.



Teori Umum Larutan merupakan campuran dari dua zat atau lebih. Larutan



dapat terjadi karena komponen larutan terdispersi menjadi atom atau molekul-molekul atau lain-lain yang bercampur baur. Larutan dapat berupa padat, cair atau gas. Namun lazimnya yang disebut larutan



adalah



zat



cair.



Larutan



terdiri



dari



yaitu pelarut dan zat terlarut (Harjadi, 2000).



dua



komponen



Larutan adalah



campuran karena terdiri dari dua bahan yang disebuthomogeny karena sifat-sifatnya sama dengan sebuah cairan. Ka rena larutan adalah campuran molekul yang biasanya molekul -molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan bila dibandingkan dalam larutan murni (Wahyudi. 2000). Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu seri ng dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi



yang



sebenarnya perlu



dilakukan



standarisasi.



Standarisasi sering dilakukan dengan titrasi. Zat -zat yang didalam jumlah yang relative besar disebut pelarut (David, 2001). Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi (Chang, 2003). Molaritas merupakan salah satu cara untuk menyatak an konsentrasi larutanselain molalitas, normalitas maupun fraksi mol.



Molaritas menyatakan jumlah mol zat yang terlarut dalam Iiter larutan (James. E. Brady, 2000)



Rumus yang digunakan : π‘š=



𝑛 𝑣



Jika zat yang akan dicari molaritasnya ada dalam satuan gram dan volumenya



dalam



milliliter,



maka



molaritasnya



dapat



dihitung



dengan rumus : 𝑀=



𝑛 Γ— 1000 π‘šπ‘™



𝑀=



𝑔 Γ— 1000 π‘šπ‘Ÿ Γ— π‘šπ‘™



dengan M = Molaritas (mol/liter) n = Mol zat terlarut (mol) v = Volume zat terlarut (mL) g = Massa zat terlarut (gram) Mr = Massa molekul relatif



Cara membuat larutan aplikasinya banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin anda pernah membuat air teh manis. Untuk menghasilkan larutan yang sesuai dengan yang diharapkan tentu anda harus bisa mencampurkan bahan -bahan dengan komposisi yang sesuai. Keterampilan membuat larutan tentu sangat banyak manfaatnya baik di laboratorium maupun di bidang industri. (Wahyudi. 2000). Molaritas



(M)



adalah



suatu



konsentrasi



yang



mengukur



banyaknya mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Dapat ditulis dengan rumus :



𝑀=



π‘šπ‘œπ‘™ π‘§π‘Žπ‘‘ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘™π‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘‘ π‘™π‘–π‘‘π‘’π‘Ÿ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘™π‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘‘



π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘’ π‘šπ‘œπ‘™ =



π‘šπ‘œπ‘™ 𝑣



Membuat suatu larutan untuk eksperimen dapat dilakukan dengan melarutkanzat padat (Kristal) atau dengan melakukan pengenceran



larutan



konsentrasi



tinggimenjadi



konsentrasi



rendah.Pengenceran adalah penambahan zat terlarut ke dalam suatu larutan, sehinggakonsentrasi larutan menjadi lebih kecil dengan menambahkan air (pelarut).Dengan rumus : 𝑀1. 𝑉1 = 𝑀2. 𝑉2 Dimana : M1 = Molaritas mula-mula M2 = Molaritas akhir V1 = Volume larutan mula-mula V2 = Volume akhir



Adapun dua atau lebih larutan sejenis jika dicampur maka molaritas campuran dapat di hitung dengan menggunakan rumus : π‘€π‘π‘Žπ‘šπ‘ =



π‘š1. 𝑣1 + π‘š2. 𝑣2 + π‘š3. 𝑣3 … + 𝑣1 + 𝑣2 + 𝑣3



1. Molalitas Molalitas (m) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 g pelarut.Molalitas tidak tergantung pada temperatur, dan digunakan dalam bidang kimia fisika, teristimewa dalam sifat koligatif : π‘€π‘œπ‘™π‘Žπ‘Ÿπ‘–π‘‘π‘Žπ‘  (π‘š) =



π‘šπ‘œπ‘™ π‘§π‘Žπ‘‘ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘™π‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘‘ π‘˜π‘” π‘§π‘Žπ‘‘ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘™π‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘‘



2. Normalitas Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dala m tiap liter larutan. Ekivalen zat dalam larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat itu, karena satuan ini dipakai dalam penyetara zat dalam reaksi.



π‘π‘œπ‘Ÿπ‘šπ‘Žπ‘™π‘–π‘‘π‘Žπ‘  (𝑁) =



π‘π‘œπ‘Ÿπ‘šπ‘Žπ‘™π‘–π‘‘π‘Žπ‘  (𝑁) =



πΈπ‘˜π‘–π‘£π‘Žπ‘™π‘’π‘› π‘§π‘Žπ‘‘ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘™π‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘‘ πΏπ‘–π‘‘π‘’π‘Ÿ π‘™π‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘‘π‘Žπ‘›



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š π‘§π‘Žπ‘‘ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘™π‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘’π‘˜π‘–π‘£π‘Žπ‘™π‘’π‘› Γ— π‘™π‘Žπ‘Ÿπ‘’π‘‘π‘Žπ‘›



Adapun dua atau lebih larutan sejenis jika dicampur maka % campuran dapat di hitung dengan menggunakan rumus : 1. Persen berat (%b/b) Persen berat per berat menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan %



𝑏 π‘€π‘Žπ‘ π‘ π‘Ž π‘§π‘Žπ‘‘ = 𝑏 π‘€π‘Žπ‘ π‘ π‘Ž π‘π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘›



2. Persen volume (%v/v) Persen volume per volume menyatakan jumlah mL zat terlarut dalam 100 mL larutan %



𝑣 π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘§π‘Žπ‘‘ = 𝑣 π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘›



3. Persen berat per volume Persen berat per volume menyatan jumlah gram zat terlarut dalam 100 mL larutan %



𝑏 π‘€π‘Žπ‘ π‘ π‘Ž π‘§π‘Žπ‘‘ = 𝑣 π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘›



(James. E. Brady, 2000).



2.2.



Uraian Bahan :



1. Aquadest (Dirjen POM, 1997: Hal.96) Nama



: AQUA DESTILLATA



Sinonim



: Air suling



RM/BM



: H2O/18,02



Kelarutan



: Larut dalam etanol dan gliserol



Kegunaan



: Sebagai pelarut



Pemerian



: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup



2. Asam Klorida (Dirjen POM,1997: Hal.53) Nama



: ACIDUM HYDROCHLORIDIUM



Sinonim



: Asam klorida



RM/BM



: HCl/36,46



Kelarutan



: -



Kegunaan



: Sebagai zat terlarut (solute)



Pemerian



: Cairan tidak berwarna, berasap, dan bau merangsang



Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat



3. Asam Sulfat (Dirjen POM, 1997: Hal.58) Nama



: ACIDUM SULFURICUM



Sinonim



: Asam Sulfat



RM/BM



: H2SO4/98,07



Kelarutan



: -



Kegunaan



: Sebagai zat terlarut (solute)



Pemerian



: Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna jika ditambahkan dalam air menimbulkan panas



Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat



4. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1997: Hal.412) Nama



: NATRII HYDROXYDUM



Sinonim



: Natrium Hidroksida



RM/BM



: NaOH/40,00



Kelarutan



: Sangat mudah larut dalam air



Kegunaan



: Sebagai zat terlarut (solute)



Pemerian



: Putih atau praktis putih, keras, rapuh, dan menunjukkan



pecahan



hablur,



jika



terpapar di udara akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab. Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik



5. Natrium Klorida (Dirjen POM, 1997: Hal.403) Nama



: SODIUM CHOLORIDE



Sinonim



: Natrium Klorida



RM/BM



: NaCl/58,44



Kelarutan



: Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut dalam etanol air mendidih, larut dalam gliserin, sukar larut dalam etanol



Kegunaan



: Sebagai zat terlarut (solute)



Pemerian



: Hablur bentuk kubus, tidak berwarna/ hablur putih, rasa asin



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik



6. Natrium Fosfat (Dirjen POM, 1997: Hal.227) Nama



: DINATRII HYDROGENPHOSPHAS



Sinonim



: Natrium fosfat dan dinatrium hidrogenfosfat



RM/BM



: NA 2 HPO 4 /358,14



Kelarutan



: Larut dalam 5 bagian air; sukar larut dalam etanol (95%) .



Kegunaan Pemerian



: Sebagai zat terlarut (solute) : Hablur tidak berwarna; tidak berbau; rasa asin ; dan dalam udara kering merapuh.



Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik



7. Natrium Dihidrogenfosfat (Dirjen POM, 1997: Hal.409) Nama



: NATRII DIHYDROGENPHOSPHAS



Sinonim



: Natrium Dihidrogenfosfat



RM/BM



: NaH 2 PO 4 / 156,01



Kelarutan



: Larut dalam 1 bagian air



Kegunaan



: Zat terlarut (solute)



Pemerian



: Hablur tudak berwarna atau serbuk hablur



putih;



tidak



berbau;



asam dan asin Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik



rasa



asam



BAB III METODE KERJA 3.1.



Alat Dan Bahan



3.1.1. Alat Batang pengaduk, bola hidap , corong, gelas piala, gelas ukur, kaca arloji, labu ukur 100 mL, labu semprot, dan pipet takar. 3.1.2. Bahan Aquadest, Asam Klorida (HCl), Asam Sulfat (H2SO4), Dinatrium Hidrogen Fosfat (Na2HPO4) , Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium Klorida (NaCl), Dinatrium Hidrogen Fosfat (Na2HPO4), dan Natrium Asam Fosfat (NaH2PO4) 3.2.



Cara Kerja



3.2.1. Membuat Larutan HCl 1. Dimasukkan 50 mL aquadest ke dalam gelas piala 2. Dipipet 0,8 mL asam klorida dan dimasukkan ke dalam gelas



piala



yang



berisi



aquadest



diatas



melalui



dindingnya dengan hati -hati dan perlahan-lahan. 3. Dipindahkan larutan ke labu takar 100 ml 4. Setelah



itu



ditambahkan



aquadest



sampai



batas



miniskus 5. Lalu dihomogenkan 6. Dan dihitung persen normalitas, molaritas, dan persen kadar Asam Klorida.



3.2.2. Membuat Larutan H2SO 4 1. Dimasukkan 50 mL aquadest ke dalam gelas piala 2. Dipipet 1 mL asam sulfat dan dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi aquadest melalui dindingnya dengan hati-hati dan perlahan-lahan 3. Dipindahkan larutan tersebut ke labu takar 100mL 4. Setelah



itu



ditambahkan



aquadest



sampai



batas



miniskus 5. Lalu dihomogenkan 6. Dan hitung normalitas, molaritas, dan persen kadar asam sulfat tersebut 3.2.3. Membuat Larutan NaOH 1. Ditimbang 0,4 gram NaOH padat menggunakan wadah kaca arloji 2. Dimasukkan NaOH tersebut ke dalam gelas piala 3. Ditambahkan



kira-kira



10



mL



aquadest,



kemudian



diaduk sampai larut 4. Setelah semua larut, dipindahkan ke labu takar 100 mL. 5. Lalu ditambahkan aquadest sampai batas miniskus 6. Lalu dihomogenkan 7. Dan dihitung normalitas, molaritas, dan pesen kada r natrium hidroksida. 3.2.4. Membuat Larutan NaCl 1. Ditimbang 0,58 gram NaCl padat menggunakan wadah kaca arloji 2. Dimasukkan NaCl tersebut ke dalam gelas piala 100 mL. Lalu sisa dari NaCl pada kaca arloji dibilas dengan aquadest. 3. Diaduk sampai larut



4. Setelah semua larut dipindahkan kedalam labu ukur 5. Ditambahkan aquadest sampai batas miniskus 6. Lalu dihomogenkan 7. Dihitung normalitas, molaritas, dan persen kadar.



3.2.5. Membuat Larutan Na2HPO4 1. Ditimbang



1,7



gram Na 2 HPO 4



padat



menggunakan



wadah kaca arloji 2. Dimasukkan Na 2 HPO 4 tersebut



ke dalam gelas piala



100 mL. Lalu sisa dari Na 2 HPO 4 pada kaca arloji dibilas dengan aquadest. 3. Diaduk sampai larut 4. Setelah semua larut dipindahkan kedalam labu ukur 5. Ditambahkan aquadest sampai batas miniskus 6. Lalu dihomogenkan 7. Dan dihitung normalitas, molaritas, dan persen kadar.



3.2.6. Membuat Larutan NaH2PO4 1. Ditimbang 0,15 gram NaH 2 PO 4 padat menggunakan wadah kaca arloji 2. Dimasukkan NaH 2 PO 4 tersebut ke dalam gelas piala 100 mL. Lalu sisa dari NaH 2 PO 4 pada kaca arloji dibilas dengan aquadest. 3. Diaduk sampai larut 4. Setelah semua larut dipindahkan kedalam labu ukur 5. Ditambahkan aquadest sampai batas miniskus 6. Lalu dihomogenkan 7. Dan dihitung normalitas, molaritas, dan persen kadar.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.



Hasil Pengamatan Tabel Hasil Pengamatan Pembuatan Larutan



No Larutan



Konsentrasi M



N



%Kadar



1.



HCl



0,2



0,02



0,8%



2.



HCl



0,3



0,02



0,8%



3.



H2SO4



0,3



0,7



1%



4.



NaOH



0,1



0,1



0,4%



5.



NaOH



0,1



0,1



0,4%



6.



NaCl



0,1



0,1



0,8%



7.



Na2HPO4



0,1



0,1



1,7%



8.



NaH2PO4



0,96



0,01



1,5%



1.2.



Perhitungan



1. HCl = 0,8 ml 𝜌=



π‘š



𝑀=



𝑣



1,19 =



Molaritas



π‘š 0,8



𝑀=



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š π‘šπ‘Ÿ



1000



Γ— 𝑉 (π‘šπ‘™)



0,9 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 1000 Γ— 36,4 100



π‘š = 1,19 Γ— 0,8 π‘š = 0,9 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



𝑀=



0,9 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š Γ— 10 36,4



𝑀 = 0,2 𝑀 Normalitas 𝑁=



% v/v



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 𝐡𝐸 Γ— 𝑣



%



0,9 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



𝑉 0,8 π‘šπ‘™ = Γ— 100% 𝑉 100 π‘šπ‘™ 𝑣



% 𝑣 = 0,8%



N= 36,4 Γ—0,1 𝑙 𝑁 = 0,02 𝑁



2. HCl = 0,8 ml 𝜌=



π‘š



𝑀=



𝑣



1,19 =



Molaritas



π‘š 0,8



π‘š = 1,19 Γ— 0,8 π‘š = 0,9 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š π‘šπ‘Ÿ



1000



Γ— 𝑉 (π‘šπ‘™)



𝑀=



0,9 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 1000 Γ— 36,4 100



𝑀=



0,9 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š Γ— 10 36,4 𝑀 = 0,1 𝑀



Normalitas 𝑁=



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 𝐡𝐸 Γ— 𝑣 0,9 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



N= 36,4 Γ—0,1 𝑙



% v/v %



𝑉 0,8 π‘šπ‘™ = Γ— 100% 𝑉 100 π‘šπ‘™ 𝑣



% 𝑣 = 0,8%



𝑁 = 0,02 𝑁



3. H2SO4 Molaritas 𝑀= 𝑀= 𝑀=



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 1000 Γ— π‘€π‘Ÿ 𝑉 1,84 50



Γ—



1000 100



18,4 50



𝑀 = 0,3 𝑀



% v/v %



𝑉 π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘π‘Žπ‘‘ = Γ— 100% 𝑉 π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘›



%



𝑣 1 π‘šπ‘™ = Γ— 100% 𝑣 100 π‘šπ‘™



%𝑣/𝑣 = 1



Normalitas 𝑁= 𝑁=



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 1000 Γ— 𝐡𝐸 100 1,84 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



𝑁=



25



Γ—



1,84 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 25



𝑁 = 0,7 𝑁



1000 100



4. NaOH Molaritas



Normalitas



𝑀=



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 1000 Γ— π‘€π‘Ÿ 𝑉



𝑁=



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 1000 Γ— 𝐡𝐸 100



𝑀=



0,4 1000 Γ— 40 100



𝑁=



0,4 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 1000 Γ— 40 100



𝑀 = 0,01 Γ— 10



𝑁 = 0,01 Γ— 10



𝑀 = 0,1 𝑀



𝑁 = 0,1



% b/v %



𝑏 π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘‘ = Γ— 100% 𝑣 π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘›



%



𝑏 0,4 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š = Γ— 100% 𝑣 100 π‘šπ‘™



%𝑏/𝑣 = 0,4% 5. NaOH Molaritas 𝑀= 𝑀=



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š π‘€π‘Ÿ 0,4 40



Γ—



Γ—



Normalitas 1000 𝑉



1000 100



𝑁=



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



𝑁=



0,4 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



𝐡𝐸



40



Γ—



1000 100



Γ—



1000 100



𝑀 = 0,01 Γ— 10



𝑁 = 0,01 Γ— 10



𝑀 = 0,1 𝑀



𝑁 = 0,1 𝑁



% b/v %



𝑏 π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘‘ = Γ— 100% 𝑣 π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘›



%



𝑏 0,4 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š = Γ— 100% 𝑣 100 π‘šπ‘™



%𝑣/𝑣 = 0,4%



6. NaCl Molaritas 𝑀=



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 1000 Γ— π‘€π‘Ÿ 𝑉



𝑀=



0,58 gram 1000 Γ— 58 100



𝑀 = 0,1 𝑀



% b/v %



𝑏 π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘‘ = Γ— 100% 𝑣 π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘›



%



𝑏 0,58 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š = Γ— 100% 𝑣 100 π‘šπ‘™



%



𝑏 = 0,8% 𝑣



Normalitas 𝑁= 𝑁=



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 1000 Γ— 𝐡𝐸 100



0,58gram 1000 Γ— 58 100



𝑁 = 0,1 𝑁



7. Na2HPO4 Molaritas 𝑀= 𝑀=



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š π‘€π‘Ÿ 1,7 142



Normalitas



Γ—



Γ—



1000



𝑁=



𝑉



1000



𝑁=



100



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 𝐡𝐸



Γ—



1,7 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 142



1000 100



Γ—



1000 100



𝑀 = 0,01 Γ— 10



𝑁 = 0,01 Γ— 10



𝑀 = 0,1 𝑀



𝑁 = 0,1 𝑁



% b/v %



𝑏 π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘π‘Žπ‘‘ = Γ— 100% 𝑣 π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘›



%



𝑏 1,7 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š = Γ— 100% 𝑣 100 π‘šπ‘™



%



𝑏 = 0,4% 𝑣



8. NaH2PO4 Molaritas 𝑀=



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



𝑀=



0,15



π‘€π‘Ÿ



156



Normalitas



Γ—



Γ—



1000 𝑉



1000 100



𝑀 = 0,096 Γ— 10 𝑀 = 0,96 𝑀



𝑁= 𝑁=



π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 𝐡𝐸



Γ—



0,15π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š 78



𝑁 = 0,01 𝑁



1000 100



Γ—



1000 100



% b/v %



𝑏 π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘‘ = Γ— 100% 𝑣 π‘‰π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ π‘π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘›



%



𝑏 0,15 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š = Γ— 100% 𝑣 100 π‘šπ‘™



%



𝑏 = 1,5% 𝑣



1.3.



Pembahasan Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan larutan yang



pertama adalah sifat dari bahan-bahan yang akan digunakan, dalam



hal



ini



harus



melihat



MSDS



dari



setiap



bahan.



Penghitungan konsentrasi, ppm, %volume, dan %berat haruslah tepat dan cermat karena apabila terjadi kesalah kecil saja dapat menyebabkan praktikum gagal dan harus diulangi kembali lagi . Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan: Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volume atau massa larutan yang akan dibuat. Apabila larutannya lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang



diketahui



dengan



disesuaikan.Jumlah



zat



satuan terlarut



yang



diinginkan



sebelum



dan



harus sesudah



pengenceran adalah sama, dan memenuhi persamaan : M1.V1 = M2.V2.



Dimana



M1



adalah



konsentrasi



larutan



sebelum



diencerkan, V1: Volume larutan atau massa sebelum diencerkan, M2: konsentrasi larutan setelah diencerkan, V2: Volume larutan atau massa setelah diencerkan. Berdasarkan hasil praktikum pada percobaan pertama dan kedua, yaitu pembuatan larutan HCl , yang pertama 50 ml aquadest dimasukkan kedalam gel as piala, kemudian HCL dipipet sebanyak 0,8 ml ke dalam gelas piala yang berisi aquadest. Setelah itu larutan dipindahkan ke labu takar 100 ml, kemudian aquadest kembali ditambahkan dengan memperhatikan batas miniskus. Setelah itu, dilakukan perhitungan ko nsentrasi dan diperoleh, molaritas 0,2 M, normalitas 0,02 N, dan % volume per volume 0,3 %.



Berdasarkan hasil praktikum pada percobaan ketiga, yaitu pembuatan dimasukkan



larutan



H 2 SO 4 ,



kedalam



gelas



yang piala,



pertama



50



kemudian



ml



aquadest



H 2 SO 4



dipipet



sebanyak 1 ml ke dalam gelas piala yang berisi aquadest. Setelah itu larutan dipindahkan ke labu takar 100 ml, kemudian aquadest kembali ditambahkan dengan memperhatikan batas miniskus. Setelah itu, dilakukan perhitungan konsentrasi dan diperoleh, molaritas 0,3 M, normalitas 0,7 N, dan % volume per volume 1 %. Berdasarkan hasil praktikum pada percobaan keempat, yaitu pembuatan larutan NaOH, yang pertama NaOH padat ditimbang sebanyak 0,4gram menggunakan timbangan analitik. NaOH yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan aquadest kira-kira 10 ml, kemudian diaduk sampai larut. Selanjutnya larutan NaOH dimasukkan ke dalam labu takar 100



ml,



dan



kembali



ditambahkan



aquadest



dengan



memperhatikan batas miniskus. Kemudian dilakukan perhitungan konsentrasi dan diperoleh molaritas 0,1 M, normalitas 0,1 N dan % berat per volume 0,4 %. Berdasarkan hasil praktikum pada percobaan ke lima, yaitu pembuatan larutan NaCl, yang pertama NaCl padat ditimbang sebanyak 0,58 gram menggunakan timbangan analitik. NaCl yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas piala 100 ml, sisa NaCl pada kaca arloji dibilas menggunakan aquadest, kemudian diaduk sampai larut. Selanjutnya larutan NaOH dimasukkan ke dalam labu takar dan kembali ditambahkan aquadest,dengan memperhatikan batas miniskus. Setelah itu dilakukan perhitungan konsentrasi dan diperoleh molaritas 0,1 M, normalitas 0,1 N dan % berat per volume 0,8 %.



Berdasarkan hasil praktikum pada percobaan kelima, yaitu pembuatan larutan Na 2 HPO 4 , yang pertama Na 2 HPO 4 padat ditimbang sebanyak 1,7 gram menggunakan timbangan analitik. Na 2 HPO 4 yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas piala 100 ml, sisa Na 2 HPO 4 pada kaca arloji dibilas menggunakan aquadest, kemudian diaduk sampai larut. Selanjutnya larutan Na 2 HPO 4



dimasukkan



ke



dalam



labu



takar



da n



kembali



ditambahkan aquadest, dengan memperhatikan batas miniskus. Kemudian



dilakukan



perhitungan



konsentrasi,



dan



diperoleh



molaritas 0,1 M, normalitas 0,1 N dan persen berat per volume 0,4 %. Berdasarkan hasil praktikum pada percobaan kelima, yaitu pembuatan larutan NaH 2 PO 4 , yang pertama NaH 2 PO 4 padat ditimbang sebanyak 0,15 gram menggunakan timbangan analitik. NaH 2 PO 4 yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas piala 100 ml, sisa NaH 2 PO 4 pada kaca arloji dibilas menggunakan aquadest, kemudian diaduk sampai larut. Selanjutnya larutan NaH 2 PO 4



dimasukkan



ke



dalam



labu



takar



dan



kembali



ditambahkan aquadest, dengan memperhatikan batas miniskus. Kemudian



dilakukan



perhitungan



konsentrasi,



dan



diperoleh



molaritas 0,96 M, normalitas 0,01 N dan persen berat per volume 1,5 %.



BAB V PENUTUP 5.1.



Kesimpulan Setelah melakukan praktikum dapat diketahui bahwa :



Dapat diketahui cara membuat larutan dalam berbagai konsentrasi. Hal



yang



harus



diperhatikan



dalam



pembuatan



larutan



yang



pertama adalah sifat dari bahan-bahan yang akan digunakan dan alat yang akan digunakan. Dan dapat diketahui cara menghitung konsentrasi larutan. Seperti yang telah dipraktekkan bahwa konsentrasi larutan dapat dinyatakan dalam berbagai macam konsentrasi yaitu, molalitas(m), molaritas (M), normalitas, dan % (persen) 5.2.



Saran



5.2.1 Saran untuk Laboratorium Sebaiknya alat dan bahan yang masih kurang dilengkapi. 5.2.2 Saran untuk Dosen Sebaiknya lebih sabar dalam mendampingi siswa saat praktikum 5.2.3 Saran untuk Asisten Sebaiknya untuk asisten lebih mengawasi praktikan agar praktikum



berjalan



dengan



bai k



sesuai



dengan



yang



diinginkan 5.2.4 Saran untuk praktikan Sebaiknya sebelum melakukan praktikum ada baiknya kalau lebih mempelajari terlebih dahulu praktikum yang akan dilakukan di laboratorium sehingga praktikum berjalan lebih lancar dan tepat.



DAFTAR PUSTAKA Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Larutan. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung. Anonim,1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Dapertemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta. Brady, J.E.2003. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara Chang, R. 2003. Kimia Dasar . PT.Gramedia Pustaka : Jakarta Gunawan, Adi dan Roeswati. 2003. Sifat Fisik Dan Kimia. PT. Gramedia Pustaka : Jakarta. Harjadi, W. 2000. Ilmu Kimia Analitik . PT. Gramedia Pustaka, Jakarta. Wahyudi, 2000. JURNAL KIMIA DAN LARUTAN. UJS. Purwekerto Sutresna, Nana. 2008. Kimia 2A. Grafindo Media Pratama: Bandung. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid I. ITB: Bandung. Wahyudi, 2000.Jurnal Kimia Dan Larutan. UJS. Purwekerto



LAMPIRAN



1. Larutan NaCl



3. Larutan H2SO4



2. Larutan NaOH



4. Larutan HCl