12 0 1 MB
I.
JUDUL
: Pembuatan Larutan
TANGGAL PERCOBAAN
: Rabu, 25 November 2015
III.
SELESAI PERCOBAAN
: Rabu, 25 November 2015
IV.
TUJUAN PERCOBAAN
:
II.
1. Membuat larutan dengan satuan konsentrasi molar 2. Menghitung molaritas, molalitas, dan fraksi mol 3. Melakukan pengenceran larutan V.
TINJAUAN PUSTAKA
:
Larutan dapat di definisikan sebagai campuran homogen dari dua zat atau lebih yang terdispers sebagai molekul ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Disebut homogen karena komposisi dari larutan begitu seragam ( satu fase) sehingga tidak dapat diamati bagian – bagian komponen penyusunnya meskipun dengan mikroskop ultra. Dalam campuran heterogen permukaan – permukaan tertentu dapat diamat i antara fase – fase yang terpisah. Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut. Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O), selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan. Berdasarkan banyak jenis suatu zat yang menyusun larutan, dikenal dengan larutan biner (tersusun dari dua jenis zat), larutan terner (tiga jenis zat penyusun), larutan kuartener (empat jenis zat penyusun) dan seterusnya.
Contoh larutan biner Zat terlarut
Pelarut
Contoh
Gas
Gas
Udara, semua campuran gas
Gas
Cair
Karbondioksida dalam air
Gas
Padat
Hydrogen dalam platina
Cair
Cair
Alcohol dalam air
Cair
Padat
Raksa dalam tembaga
Padat
Padat
Perak dalam platina
Padat
Cair
Garam dalam air
Menurut sifat hantaran listriknya, dikenal dengan larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Zat cair yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit, sedangkan zat cair yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan non elektrolit. Zat cair yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit, sedangkan zat cair yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan non elektrolit. Data fisik larutan yang diuji dengan menggunakan alat uji elektrolit menunjukkan : a. Dapat menghantarkannya arus listrik pada larutan elektrolit disebabkan adanya ionion yang dapat bergerak bebas. b. Makin banyak ion-ion yang bergerak bebas, makin kuat daya hantar listriknya. c. Yang termasuk elektrolit kuat meliputi semua senyawa ionic dan sebagian senyawa kovalen polar, yaitu: Asam kuat : HClO4, HNO3, H2SO4, HCl, HBr, HI Basa kuat : NaOH, KOH, Ca(OH)2, Sr(OH)2, Ba(OH)2 Sedangkan ditinjau dari segi kemampuan suatu zat malarutkan ke dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu dikenal sebagai: a. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). b. Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan
yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). c. Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan.
Menurut Keenan (1996) larutan dapat dibedakan menjadi beberapa sifat, yaitu sebagai berikut: a. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil zat terlarut relatif terhadap jumlah zat pelarut. b. Larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar jumlah zat terlarut. c. Larutan lewat jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan zat terlarut atau sudah terjadi pengendapan. d. Larutan belum jenuh adalah larutan yang masih bisa untuk melarutkan zat terlarut atau belum terjadi atau terbentuk endapan. e. Larutan tepat jenuh adalah larutan yang menimbulkan endapan. . Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan gas dibuat dengan mencampurkan suatu gas dengan gas lainnya. Karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran gas adalah homogen ia merupakan larutan. Larutan cairan dibuat dengan melarutkan gas, cairan atau padatan dalam suatu cairan. Jika sebagian cairan adlah air, maka larutan disebut larutan berair. Larutan padatan adalah padatan-padatan dalam mana satu komponen terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya.
Konsentrasi Larutan Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume (berat , mol) tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).
Lambang Nama
Definisi
Satuan Fisika % w/w
Persen berat
% v/v
Persen volume
% w/v
Persen berat volume
Ppm
Parts per million
Ppb
Parts per billion
Satuan kimia X
Fraksi mol
F
Formal
M
Molal
N
Normal
m Eq
Mili ekuivalen
Osm
Osmolar
M
Molar
Seper seribu mol larutan
1.Fraksi mol adalah perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen dengan jumlah total mol dalam larutan. Contoh, dalam larutan yang mengandung 1 mol alkohol dan 3 mol air, maka fraksi mol alkohol adalah ¼ dan air ¾ (syukri, 1999). Jumlah kedua fraksimol (fraksi mol zat terlarut + fraksi mol pelarut) sama dengan 1 2.Molaritas dari solute adalah jumlah mol solute perliter larutan dan biasanya dinyatakan dengan huruf besar M. larutan 6,0 molar HCl ditulis 6,0 M, bararti bahwa larutan dibuat dengan menambahkan 6,0 mol HCl pada air yang cukup dan kemudian volume larutan dibuat menjadi satu liter. 3.Molalitas dari suatu solute adalah jumlah mol solute per satu kilogram solvent. Molalitas biasanya ditulis dengan hurup kecil m. Tulisan 6,0 m HCl dibaca 6,0 molal,
dan menyatakan suatu larutan yang dibuat dengan menambahkan 6,0 mol HCl pada satu kilogram air. 4.Normalitas dari suatu solute adalah jumlah gram ekuivalen solute per liter larutan. Biasanya ditulis dengan huruf besar N. Tulisan 0,25 N KMnO4 dibaca 0,25 normal, dan menyatakan larutan yang mengandung 0,25 gram ekuifalen dari kalium permanganat per liter larutan.
Persen dari solute dapat dinyatakan sebagai persen berat atau persen volume. Sebagai contoh, 3% berat H2O2 adalah 3 gram H2O2 tiap 100 gram larutan. Sedangkan 12% volulme adlah suatu larutan yang dibuat dari 12 ml alkohol dan solvent ditambahkan hingga volume menjadi 100 ml.
Pembuatan Larutan dengan Cara Pengenceran Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini bisa merusak kulit (Khopkar, 1990). Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat dengan konsentrasi tinggi dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. jika suatu larutansenyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang- kadang sejumlah panas dilepaskan. Rumus pengenceran menurut yaitu : M1 x V1 = M2 x V2
Yang mana
:
M1 = molaritas awal larutan M2 = molaritas akhir larutan
V1 = volume awal larutan V2 = volume akhir larutan
Karakteristik Asam Sulfat Pekat Asam sulfat mempunyai rumus kimia H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan, termasuk dalam kebanyakan reaksi kimia. Kegunaan utama termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak. Reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat, terjadi pendidihan. Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah ini disebabkan perbedaan isi padu kedua cairan. Air kurang padu dibanding asam sulfat dan cenderung untuk terapung di atas asam. Reaksi tersebut membentuk ion hidronium: H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4–.
Asam sulfat bersifat sebagai oksidator kuat. Reaksi asam sulfat pekat dengan air sangat kuat dan menimbulkan panas yang sangat tinggi. Pengenceran asam sulfat dilakukan dengan jalan menambahkan asam kedalam air secara perlahan, sedikit demi sedikit sambil diaduk. Air tidak boleh ditambahkan kedalam asam. Hal itu akan mengakibatkan memerciknya larutan sehingga menimbulkan hal yang membahayakan. Asam sulfat pekat juga bertindak sebagai dehidrator, yaitu menarik air dari senyawa lainnya. Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami dibumi oleh karena sifatnya yang higroskopis. Asam sulfat murni berupa cairan bening seperti minyak, dan oleh karenanya pada zaman dahulu ia dinamakan ‘minyak vitriol’. Pengenceran asam sulfat dilakukan dengan cara menambahkan asam kedalam air secara perlahan, sedikit demi sedikit sambil diaduk. Air tidak boleh ditambahkan kedalam asam, itu mengakibatkan memerciknya larutan sehingga menimbulkan hal yang berbahaya. Hal ini dikarenakan asam pekat panas umumnya beberapa sebagai oksidator, manakala asam encer berperan sebagai asam biasa. Sehingga ketika asam pekat panas bereaksi dengan seng, timah, dan tembaga, ia akan menghasilkan garam, air dan sulfur dioksida, asam encer yang bereaksi dengan logam seperti seng akan
menghasilkan garam dan hidrogen. Asam sulfat pekat juga bertindak sebagai dehidrator, yaitu menarik air dari senyawa lainnya. H2SO4 pekat memiliki sifat higroskopi. Higroskopi adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya baik melalui absorbsi atau adsorpsi. Suatu zat disebut higroskopis jika zat itu mempunyai kemampuan menyerap molekul air yang baik. Contoh zat-zat higroskopis adalah madu, gliserin, etanol, metanol, asam sulfat pekat, dan natrium hidrokida (soda kaustik) pekat. Kalsium klorida merupakan zat yang sangat higroskopis, sehingga kalsium klorida akan larut dalam molekul-molekul air yang diserapnya. Fenomena tersebut disebut juga deliquescence. Karena bahan-bahan higroskopis memiliki afinitas yang kuat terhadap kelembapan udara, biasanya mereka disimpan di wadah tertutup. Beberapa zat higroskopis juga ditambahkan pada makanan atau bahan-bahan tertentu untuk menjaga kelembapannya. Zat-zat ini disebut humektan.
Karakteristik HCl pekat Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H3O+: HCl + H2O → H3O+ + Cl− Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida oleh karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air. Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi asam, Ka, yang mengindikasikan tingkat disosiasi zat tersebut dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl, nilai Ka cukup besar. Beberapa usaha perhitungan teoritis telah dilakukan untuk menghitung nilai Ka HCl. Ketika garam klorida seperti NaCl ditambahkan ke larutan HCl, ia tidak akan mengubah pH larutan secara signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa Cl− adalah konjugat basa yang sangat lemah dan HCl secara penuh berdisosiasi dalam larutan tersebut. Untuk larutan asam klorida yang kuat, asumsi bahwa molaritas H+ sama dengan molaritas HCl cukuplah baik, dengan ketepatan mencapai empat digit angka bermakna. Seperti disebutkan dalam pendahuluan, asam klorida adalah asam kuat, dan terbuat dari atom hidrogen dan klorin. Atom Hidrogen dan klorin berpartisipasi dalam ikatan kovalen, yang berarti bahwa hidrogen akan berbagi sepasang elektron dengan klorin. Ini ikatan kovalen hadir sampai air ditambahkan ke HCl. Setelah
ditambahkan ke dalam air, HCl akan terpisah menjadi ion hidrogen (yang positif dan akan melakat pada molekul air) dan ion klorida (yang negatif). HCl bening dan tidak berwarna ketika ditambahkan ke air. Namun, asam klorida memiliki bau yang kuat, dan mengandung rasa asam yang khas dari kebanyakan asam. Asam klorida mudah larut dalam air pada semua konsentrasi, dan memiliki titik didih sekitar 110 derajat Celcius. Asam klorida bersifat korosif, yang berarti akan merusak dan mengikis jaringan biologis bila tersentuh. Selanjutnya, HCl dapat menyebabkan kerusakan besar internal jika terhirup atau tertelan. Untuk alasan ini, disarankan bahwa seseorang yang menangani HCl harus menggunakan sarung tangan, kacamata, dan masker saat bekerja dengan asam ini.
Karakteristik NaOH padatan NaOH berwarna putih atau praktis putih, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter. NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan padatan berwarna putih. Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida. Natrium hidroksida (NaOH) dikenal sebagai soda kaustik, soda api, atau sodium hidroksida adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. NaOH digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan Sorensen. NaOH sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis, yaitu pelepasan kalor dari system ke lingkungan karena titik didih NaOH lebih besar dibandingakan titik didih air. Semakin banyak massa NaOH maka larutan akan semakin panas dan kalor yang dilepas juga semakin besar. Selain itu ketika NaOH dilarutkan dalam air, NaOH akan terurai secara sempurna menjadi ion Na (Na+) dan ion OH-, dimana ion Na oleh keaktifan lagam Na itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan panas serta untuk memutuskan ikatan
hidrogen jaga saat penguraian NaOH maka dilepaskan kalor yang besar oleh NaOH kedalam larutan sehingga terjadilah reaksi eksoterm.
VI.
ALAT DAN BAHAN :
A. Alat - alat 1.
Labu ukur 250 mL
1 buah
2.
Gelas kimia 200 mL
2 buah
3.
Gelas ukur 50 mL
1 buah
4.
Corong kaca kecil
1 buah
5.
Pipet tetes
2 buah
6.
Pipet Ukur
1 buah
7.
Neraca ohauss
1 buah
8.
Kaca arloji kosong
1 buah
9.
Pengaduk
1 buah
10. Bak (wadah)
1 buah
B. Bahan - bahan 1.
Aquades
2.
Asam sulfat pekat 97% p.a (pro analysis)
3.
Asam klorida pekat 37% p.a (pro analysis)
4.
NaOH padat
VII.
ALUR KERJA : Percobaan I (Pembuatan Larutan Asam Sulfat) H2SO4 pekat 97% p.a
Aquades
Dihitung molaritas H2SO4
Dimasukkan ke dalam labu
pekat 97% p.a
ukur hingga ¼ bagian
Dihitung volume H2SO4 pekat 97% p.a Diambil dengan
meng-
gunakan pipet ukur H2SO4 pekat 97% p.a.
Aquades Dicampur Larutan H2SO4 Digoyang – goyang Ditambah aquades sampai batas meniskus Dikocok sampai merata
250 ml Larutan H2SO4 2M
Percobaan II (Pembuatan Larutan Asam Klorida) Asam Klorida pekat 37% p.a Dihitung Molaritas HCl pekat 37% p.a. Dihitung volume HCl pekat pekat 37% p.a Diambil HCl menggunakan pipet gondok Ditambahkan aquades kedalam labu ukur secara perlahan lahan sampai ½ bagian Digoyang – goyangkan labu ukur secara pelan pelan Ditambahkan aquades sampai tanda batas Dikocok sampai merata 250 ml Larutan HCl 2M Percobaan III ( Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida ) NaOH padat Dihitung massa NaOH untuk membuat 250 ml NaOH 2M Ditimbang kaca arloji kosong dengan neraca kasar Ohaus Dihitung massa arloji kosong dan NaOH yang akan ditimbang menggunakan neraca analitik Dimasukkan aquades ke dalam labu ukur sebanyak ¼ bagian Dimasukkan NaOH sedikit demi sedikit yang telah dilarutkan dengan aquades dalam gelas kimia yang berada di dalam bak (wadah yang berisi air) Dikocok pelan pelan Ditambahkan aquades sampai tanda batas Dikocok labu ukur secara perlahan 250 ml Larutan NaOH 2M
NO.Perc. 1.
Prosedur Percobaan Percobaan I (Pembuatan Larutan Asam Sulfat)
Hasil Pengamatan
H2SO4 pekat 97% p.a :
Tidak Menyengat Warna
:
Tidak Berwarna Suhu
:
Suhu ruang (Tidak
2M 250 mL Bau
Volume : 27,46 mL
:
Menyengat
Serta didapatkan
Warna
:
:
Tidak Berbau Warna
:
Molaritas =
Tidak
18,21 M
Berwarna
Molalitas =
:
Panas (++++)
2,25 molal Fraksi mol Xt = 0,039
Reaksi :
Larutan H2SO4
sebanyak 250 ml dan 2M.
Molaritas : 18,21 M Sesudah:
larutan H2SO4
Tidak
Suhu
panas)
Bau
Kesimpulan
Larutan H2SO4 Didapatkan
Sebelum: Bau
Dugaan/Reaksi
H2SO4(l) + H2O(l) H2SO4(aq)
Xp = 0,961 Normalitas = 4 N Mol n H2SO4 = 0,5 mol
Tidak Berwarna Suhu
n H2O = 12,36
:
mol
Panas (++++)
Massa
Volume
: 250 mL
m H2SO4 = 49
Molaritas
:2M
gram m H2O = 222,5 gram
2
Percobaan II (Pembuatan Larutan Asam Klorida) Asam Klorida pekat 37% p.a Dihitung Molaritas HCl pekat 37% p.a. Dihitung volume HCl pekat pekat 37% p.a
Sebelum:
Larutan HCl
Didapatkan
HCl pekat 37% p.a
2M 250 mL
larutan HCl
Bau
Menyengat (+++) Warna
Diambil HCl menggunakan pipet gondok Ditambahkan aquades kedalam labu ukur secara perlahan lahan sampai ½ bagian Digoyang – goyangkan labu ukur secara pelan pelan
:
:
Tidak Berwarna Suhu
:
Suhu ruang (tidak panas)
Ditambahkan aquades sampai tanda
Volume : 41,46 mL
batas
Molaritas : 12,06 M
Dikocok sampai merata
250 ml Larutan HCl 2M
Bau
:
sebanyak 250 ml
Menyengat
dan 2M.
(++)
Serta didapatkan
Warna
:
Molaritas =
Tidak
12,06 M
Berwarna
Molalitas =
Suhu Panas (+)
:
2,40 molal Fraksi mol Xt = 0,04 Xp = 0,96
Reaksi :
Normalitas = 2 N
Sesudah:
HCL (l) + H2O(l)
Mol
Larutan HCl
HCL (aq)
n HCl = 0,5 mol
Bau
:
n H2O = 11,59
Menyengat (++) Warna
:
Massa
Tidak Berwarna Suhu
mol
:
m HCl = 18,25 gram
Panas (+)
m H2O = 208,54
Volume
: 250 mL
Molaritas
:2M
gram
3.
Percobaan III ( Pembuatan Larutan Natrium Hidroksi da )
NaOH padat Dihitung massa NaOH untuk membuat 250 ml NaOH 2M Ditimbang kaca arloji kosong dengan neraca kasar Ohaus Dihitung massa arloji kosong dan NaOH yang akan ditimbang menggunakan neraca analitik Dimasukkan aquades ke dalam labu ukur
Sebelum: NaOH padat Bau
:
Tidak Menyengat Warna
:
Padatan berwarna putih Suhu
:
sebanyak ¼ bagian
Suhu ruang (Tidak
Dimasukkan NaOH sedikit demi sedikit yang
Panas)
telah dilarutkan dengan aquades dalam gelas kimia yang berada di dalam bak (wadah yang berisi air) Dikocok pelan pelan
250 ml Larutan NaOH 2M
Didapatkan
2M 250 mL
larutan NaOH
Bau
:
Tidak
: 20 gram
Menyengat Warna
:
Sesudah: Larutan NaOH Bau
:
Tidak Menyengat Warna
:
Serta didapatkan :
Tidak
Molalitas = 2
Berwarna
molal
Suhu
:
Fraksi mol
Panas (++)
Xt = 0,035 Xp = 0,965
Reaksi
Molalitas : 2 molal
sebanyak 250 mL 2 M.
Massa padatan NaOH
Ditambahkan aquades sampai tanda batas Dikocok labu ukur secara perlahan
Larutan NaOH
yang Normalitas = 2 N
terjadi :
Mol
NaOH (s) + H2O(l)
n NaOH(aq) = 0,5
NaOH (aq)
mol n H2O = 13,89 mol Massa
Tidak Berwarna Suhu
:
gram
Panas (++)
VIII.
HASIL PENGAMATAN:
m NaOH(s) = 20
Volume
: 250 mL
Molaritas
:2M
IX.
ANALISIS DATA
Pada percobaan pertama yaitu pembuatan larutan asam sulfat 250 ml dengan molaritas 2 M. Langkah awal percobaan adalah menghitung molaritas H2SO4 97% p.a kemudian setelah mengetahui molaritasnya, maka dapat dihitung volume H2SO4 yang dibutuhkan. Langkah selanjutnya adalah mengambil aquades lalu dimasukkan kedalam labu ukur hingga ¼ bagian labu ukur. Kemudian H2SO4 97% p.a. diambil sebanyak 27,46 mL diambil menggunakan pipet ukur yang telah dipasang karet hisap lalu dimasukkan kedalam labu ukur yang telah terisi aquades tersebut. Lalu digoyang-goyangkan secara perlahan, kemudian tambahkan kembali aquades kedalam labu ukur hingga mencapai batas meniskus. Setelah itu kocoklah secara perlahan agar larutan H2SO4 tercampur rata sehingga dari percobaan pertama ini diperoleh larutan H2SO4 dengan konsentrasi 2 M sebanyak 250 mL. Hasil larutan yang telah diperoleh kemudian dipindahkan kedalam botol reagen, lalu diberi label nama zat dan tanggal pembuatannya. Reaksi yang dihasilkan : H2SO4(l) + H2O(l) H2SO4(aq)
Perhitungan Percobaan Pertama Molaritas Diketahui: ρ H2SO4 : 1840 gram/1000 mL %
: 97%
Ditanya : Molaritas M= =
ρ x % x 10 𝑀𝑟 1,84 x 97 x 10 98
M = 18,21 M
Volume M1V1 = M2V2 18,21 x V1 = 2 x 250 500
V1 = 18,21 V1 = 27,46 mL
Mol
Fraksi mol
-mol zat Terlarut (H2SO4) n=MxV
𝑛𝑡
Xt = 𝑛𝑡+𝑛𝑝 0,5
= 0,5+12,36
= 2 x 250 = 500 mmol
0,5
= 12,86
= 0,5 mol
= 0,039
-mol zat Pelarut (H2O) Diketahui : ρ Air
𝑛𝑝
= 1 gr/cm3
Xp = 𝑛𝑡+𝑛𝑝
Ditanya : mol H2O V
12,36
= 250 – 27,46
= 0,5+12,36
= 222,5 mL
=
m=ρxV
12,36 12,86
= 0,961
= 1 x 222, 5 = 222,5 gram 𝑚
n = 𝑀𝑟 =
222,5 18
= 12,36 mol
Molalitas
Normalitas
Massa terlarut (mt) = n x Mr = 0,5 x 98 = 49 gram Massa pelarut (mp) = 222,5 gram 𝑚𝑡
Molalitas = 𝑀𝑟 x 49
N= =
𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 2 𝑥 0,5 0,25
=4N
1000 𝑚𝑝 1000
= 98 x 222,5 1
1000
= 2 x 222,5 = 2,25 molal
Pada percobaan kedua yaitu pembuatan larutan asam klorida (HCl) 250 ml dengan molaritas 2 M. Langkah awal percobaan adalah menghitung molaritas HCl 37% p.a kemudian setelah mengetahui molaritasnya, maka dapat dihitung
volume HCl yang dibutuhkan. Kemudian HCl 37% p.a diambil sebanyak 41,46 mL diambil menggunakan pipet ukur yang telah dipasang karet hisap lalu dimasukkan kedalam labu ukur.Langkah selanjutnya adalah tambahkan aquades kedalam labu ukur hingga ½ bagian, lalu digoyang-goyangkan secara perlahan, kemudian tambahkan kembali aquades kedalam labu ukur hingga mencapai batas meniskus. Setelah itu kocoklah secara perlahan agar larutan HCl tercampur rata sehingga dari percobaan pertama ini diperoleh larutan HCl dengan konsentrasi 2 M sebanyak 250 mL. Hasil larutan yang telah diperoleh kemudian dipindahkan kedalam botol reagen, lalu diberi label nama zat dan tanggal pembuatannya. Reaksi : HCL (l) + H2O(l) HCL (aq)
Perhitungan Percobaan Kedua Molaritas Diketahui : ρ HCl
: 1190 gram/1000 mL
%
: 37%
Ditanya : Molaritas M= =
ρ x % x 10 𝑀𝑟 1,19 x 37 x 10 36,5
= 12,06 M
Volume M1V1 = M2V2 12,06 x V1 = 2 x 250 500
V1 = 12,06 V1 = 41,46 mL
Mol
Fraksi mol
-Mol zat Terlarut (HCl) n=MxV
𝑛𝑡
Xt = 𝑛𝑡+𝑛𝑝 0,5
= 0,5+11,59
= 2 x 250 = 500 mmol
0,5
= 12,09
= 0,5 mol
= 0,04
-Mol zat Pelarut (H2O) ρ Air
= 1 gr/cm3
V
= 250 – 41,46
𝑛𝑝
Xp = 𝑛𝑡+𝑛𝑝
= 208,54 mL
11,59
= 0,5+11,59
m=ρxV
11,59
= 1 x 208, 54
= 12,09
= 208,54 gram
= 0,96
𝑚
n = 𝑀𝑟 =
208,54 18
= 11,59 mol
Molalitas
Normalitas
Massa terlarut (mt) = n x Mr = 0,5 x 36,5 = 18,25 gram Massa pelarut (mp) = 208,54 gram 𝑚𝑡
1000
Molalitas = 𝑀𝑟 x =
𝑚𝑝
18,25 36,5 1
1000
x 208,54
1000
= 2 x 208,54 = 2,40 molal
N= =
𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑥 0,5 0,25
=2N
Pada percobaan ketiga yaitu pembuatan larutan NaOH 250 ml dengan molaritas 2 M. Langkah awal percobaan adalah mengukur massa NaOH sebesar 20 gram menggunakan neraca ohauss.Caranya pertama kita timbang terlebih dahulu kaca arloji kosong kemudian kita timbang NaOH padatannya. Kemudian menyiapkan labu ukur yang selanjutnya diisi dengan aquades hingga ¼ bagian . Kemudian dimasukan hasil padatan NaOH yang telah dilarutkan dengan aquades dalam gelas kimia yang berada dalam bak yang berisi air kedalam labu ukur. Lalu dikocok secara perlahan, kemudian ditambahkan aquades hingga mencapai batas meniscus. Kemudian dikocok secara perlahan agar tercampur merata. Sehingga didapatkan larutan NaOH dengan konsentrasi 2M sebanyak 250 mL. Reaksi yang terjadi : NaOH (s) + H2O(l) NaOH (aq)
Perhitungan Percobaan Ketiga Massa NaOH padatan M
𝑔𝑟𝑎𝑚
=
𝑀𝑟 𝑔𝑟𝑎𝑚
2
=
2
=
gram =
40 𝑔𝑟𝑎𝑚 40
x x
1000 𝑚𝐿 1000 250
x4
80 4
= 20 gram
Molalitas 𝑚𝑡
Molalitas = 𝑀𝑟 x 20
= 40 x
1000 𝑚𝑝 1000 250
1
=2x4 = 2 molal
Mol
Fraksi mol
-Mol Zat Terlarut (NaOH) 𝑔𝑟
n = 𝑀𝑟
𝑛𝑡
Xt = 𝑛𝑡+𝑛𝑝 0,5
= 0,5+13,89
20
= 40 = 0,5 mol
= 0,035
-Mol Zat Pelarut (H2O) ρ Air
= 1 gr/cm3
V
= 250 mL 𝑚
n = 𝑀𝑟
𝑛𝑝
Xp = 𝑛𝑡+𝑛𝑝 13,89
= 0,5+13,89 = 0,965
𝜌.𝑉
= 𝑀𝑟 =
1.250 18
= 13,89 mol Normalitas N= =
𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑥 0,5 0,25
=2N
X.
PEMBAHASAN Larutan dapat di definisikan sebagai campuran homogen dari dua zat atau lebih yang terdispers sebagai molekul ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar jumlah zat terlarut. Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Pada percobaan pertama yaitu pembuatan larutan asam sulfat 250 ml dengan molaritas 2 M. Langkah awal percobaan adalah menghitung molaritas H2SO4 97% p.a kemudian setelah mengetahui molaritasnya, maka dapat dihitung volume H2SO4 yang dibutuhkan. Asam sulfat merupakan asam
mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan.Sebelum direaksikan dengan aquades, karakteristik H2SO4 adalah tidak berwarna, memiliki bau yang tidak menyengat, serta memiliki suhu ruang (tidak panas). Langkah selanjutnya adalah mengambil aquades dimasukkan kedalam labu ukur hingga ¼ sebelum H2SO4 pekat dimasukkan dalam labu ukur, hal ini dikarenakan sifat higroskopis yang dimiliki oleh H2SO4 yaitu kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya baik melalui absorbsi atau adsorpsi. Suatu zat disebut higroskopis jika zat itu mempunyai kemampuan menyerap molekul air yang baik. Kemudian H2SO4 97% p.a. diambil sebanyak 27,46 mL diambil menggunakan pipet ukur yang telah dipasang karet hisap lalu dimasukkan kedalam labu ukur yang telah terisi aquades tersebut. Lalu digoyanggoyangkan secara perlahan, kemudian tambahkan kembali aquades kedalam labu ukur hingga mencapai batas meniskus. Setelah itu kocoklah secara perlahan agar larutan H2SO4 tercampur rata sehingga dari percobaan pertama ini diperoleh larutan H2SO4 dengan konsentrasi 2 M sebanyak 250 mL. Larutan H2SO4 yang dihasilkan memiliki karakteristik larutan tidak berwarna dan baunya tidak menyengat. Reaksi ini merupakan reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika aquades direaksikan dengan asam sulfat pekat, terjadi pendidihan, suhu menjadi naik sehingga menimbulkan panas (++++).Sebagian dari masalah ini disebabkan perbedaan isi padu kedua cairan. Air kurang padu dibanding asam sulfat dan cenderung untuk terapung di atas asam. Asam sulfat bersifat sebagai oksidator kuat. Reaksi asam sulfat pekat dengan air sangat kuat dan menimbulkan panas yang sangat tinggi. Reaksi yang dihasilkan dari percobaan ini adalah: H2SO4(l) + H2O(l) H2SO4(aq)
Pada percobaan kedua yaitu pembuatan larutan asam klorida (HCl) 250 ml dengan molaritas 2 M. Asam klorida adalah asam kuat, dan terbuat dari atom hidrogen dan klorin, Asam klorida bersifat korosif, yang berarti akan merusak dan mengikis jaringan biologis bila tersentuh oleh karena itu
disarankan bahwa seseorang yang menangani HCl harus menggunakan sarung tangan, kacamata, dan masker saat bekerja dengan asam ini. Langkah awal percobaan adalah menghitung molaritas HCl 37% p.a kemudian setelah mengetahui molaritasnya, maka dapat dihitung volume HCl yang dibutuhkan. Kemudian HCl 37% p.a diambil sebanyak 41,46 mL diambil menggunakan pipet ukur yang telah dipasang karet hisap lalu dimasukkan kedalam labu ukur. Karakteristik HCl saat sebelum direaksikan atau dicampur dengan aquades adalah HCl pekat tidak berwarna, memiliki bau yang menyengat (+++), dan memiliki suhu ruang normal (tidak panas). Langkah selanjutnya adalah tambahkan aquades kedalam labu ukur hingga ½ bagian, lalu digoyang-goyangkan secara perlahan hal ini bertujuan agar larutan yang dibuat dapat bercampur secara merata. Kemudian tambahkan kembali aquades kedalam labu ukur hingga mencapai batas meniscus, jangan sampai melebihi batas karena akan mempengaruhi konsentrasi larutan yang dibuat. Setelah itu kocoklah secara perlahan agar larutan HCl tercampur rata sehingga dari percobaan pertama ini diperoleh larutan HCl dengan konsentrasi 2 M sebanyak 250 mL. Hasil larutan yang telah diperoleh memiliki karakteristik larutan HCl tidak berwarna dan baunya cukup menyengat (++) ada sedikit panas (+) yang dihasilkan saat HCl pekat dicampur dengan aquades. Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, atom Hidrogen dan klorin berpartisipasi dalam ikatan kovalen, yang berarti bahwa hidrogen akan berbagi sepasang elektron dengan klorin. Ini ikatan kovalen hadir sampai air ditambahkan ke HCl. Setelah ditambahkan aquades atau air, HCl akan terpisah menjadi ion hidrogen (yang positif dan akan melakat pada molekul air) dan ion klorida (yang negatif). Reaksi yang dihasilkan dari percobaan ini dapat ditulis sebagai berikut : HCL (l) + H2O(l) HCL (aq) Pada percobaan ketiga yaitu pembuatan larutan NaOH 250 ml dengan molaritas 2 M. Karakteristik padatan NaOH berwarna putih atau praktis putih, berbentuk pellet atau butiran kecil-kecil, bersifat sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. mudah larut dalam air dan dalam
etanol tetapi tidak larut dalam eter. Langkah awal percobaan adalah mengukur massa NaOH
sebesar 20 gram menggunakan neraca
ohauss.Caranya pertama kita timbang terlebih dahulu kaca arloji kosong kemudian kita timbang NaOH padatannya. Kemudian menyiapkan labu ukur yang selanjutnya diisi dengan aquades hingga ¼ bagian . Kemudian dimasukan hasil padatan NaOH yang telah dilarutkan dengan aquades dalam gelas kimia yang berada dalam bak yang berisi air kedalam labu ukur. Melarutkan padatan NaOH dengan aquades di dalam gelas kimia bertujuan agar NaOH tercampur merata. Lalu dikocok secara perlahan, kemudian ditambahkan aquades hingga mencapai batas meniscus, tidak boleh melebihi batas karena akan berpengaruh terhadap hasil konsentrasi larutan yang dibuat. Kemudian dikocok secara perlahan agar tercampur merata. Sehingga didapatkan larutan NaOH dengan konsentrasi 2M sebanyak 250 mL. Hasil larutan NaOH yang dibuat memiliki karakteristik larutan tidak berwarna, baunya tidak menyengat, dan terjadi kenaikan suhu sehingga menimbulkan sedikit panas (++). NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air dalam percobaan ini aquades, NaOH murni merupakan padatan berwarna putih. NaOH sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis, yaitu pelepasan kalor dari system ke lingkungan karena titik didih NaOH lebih besar dibandingakan titik didih air. Semakin banyak massa NaOH maka larutan akan semakin panas dan kalor yang dilepas juga semakin besar. Selain itu ketika NaOH dilarutkan dalam air, NaOH akan terurai secara sempurna menjadi ion Na (Na+) dan ion OH-, dimana ion Na oleh keaktifan lagam Na itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan panas serta untuk memutuskan ikatan hidrogen jaga saat penguraian NaOH maka dilepaskan kalor yang besar oleh NaOH kedalam larutan sehingga terjadilah reaksi eksoterm. Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut : NaOH (s) + H2O(l) NaOH (aq)
XI.
KESIMPULAN : o Pada percobaan pertama pembuatan larutan H2SO4 yang telah dilakukan dengan menggunakan aquades sebagai pelarut. Dari larutan 250 mL H2SO4 2 M, dengan zat terlarutnya adalah asam sulfat pekat 97% p.a (pro analysis). Didapatkan hasil sebagai berikut :
Molaritas
= 2M
Volume
= 250 mL
Molalitas
= 2,25 molal
Xt
= 0,039
Xp
= 0,961
Normalitas
=4N
o Pada percobaan kedua yaitu pembuatan larutan 250 mL HCl 2 M, dengan zat terlarutnya adalah asam klorida pekat 37% p.a (pro analysis). Didapatkan hasil sebagai berikut : Molaritas
= 2M
Volume
= 250 mL
Molalitas
= 2,40 molal
Xt
= 0,04
Xp
= 0,96
Normalitas
=2N
o Pada pembuatan larutan NaOH, dengan zat terlarutnya adalah NaOH padat. Didapatkan hasil sebagai berikut : Molaritas
= 2M
Volume
= 250 mL
Molalitas
= 2 molal
Xt
= 0,035
Xp
= 0,965
Normalitas
=2N
Untuk membuat larutan dengan zat cair digunakan metode pengenceran. Sedangkan untuk bahan dasar padatan seperti NaOH digunakan metode pelarutan. Pada dasarnya kedua metode ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah perbedaannya hanya pada perhitungan yang digunakan.
XII.
Pertanyaan
1. Tentukan Molaritas (M) asam sulfat pekat 97% yang memiliki kerapatan larutan 1,84 kg/L dan massa molekul relatif 98,08 g/mol ! Jawab Diketahui : ρ H2SO4
= 1,84 kg/L
% H2SO4
= 97%
Mr
= 98,08 g/mol
Ditanya
:M?
Dijawab
:M=
10 × 𝜌 × %
=
𝑀𝑟 10 × 1,84× 97 98,08
= 18,197 M = 18, 2 M
2. Berapa mL asam sulfat pekat yang diambil jika anda diminta membuat 100 mL asam sulfat 1 M ? Jawab Diketahui : M1 = 1M V1 = 100 mL M2 = 18,2M Ditanya
: V2 ?
Dijawab
: M1 × V1 =
M2 × V2
1 × 100 = 18,2 × V2 100
V2 = 18,2 V2 = 5,495 Ml
V2 = 5,5 mL
3. Berapa mL asam klorida pekat yang diambil jika anda diminta membuat 100 mL asam sulfat 3 M? Jawab Diketahui : ρ HCl
= 1,19 kg/L
% HCl
= 37%
Mr HCl
= 36,5 g/mol
M1
= 3M
V1
= 100 mL
Ditanya
: V2 ?
Dijawab
: M2
10 × 𝜌 × %
=
𝑀𝑟 10 × 1,19 × 37
=
36,5
= 12, 06 M M1 × V1 = M2 × V2 3 × 100 = 12,06 × V2 300
V2 = 12,06 V2 = 24,88 mL
4. Berapa mL asam klorida 3 M yang diambil jika anda diminta membuat 50 mL asam klorida 1 M ? Jawab Diketahui : M1 = 1M V1 = 50 mL M2 = 3 M Ditanya
: V2 ?
Dijawab
: M1 × V1 = M2 × V2 1 × 50 = 3 × V2 V2 =
50 3
V2 = 16,67 mL
5. Berapa mL asam klorida 1 M yang diambil jika anda diminta membuat 100 mL asam klorida 0,5 M ? Jawab Diketahui : M1 = 0,5 M V1 = 100 mL M2 = 1M Ditanya
: V2 ?
Dijawab
: M1 × V1 = M2 × V2 0,5 × 100 = 1 × V2 V2 =
50 1
V2 = 50 mL 6. Hitunglah berapa gram natrium hidroksida yang ditimbang untuk membuat 100 mL konsentrasi 1 M ! Jawab Diketahui
:
M
= 1M
V
= 100 mL
Mr NaOH Ditanya
: massa ?
Dijawab
: massa = 1 =
= 40
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑀𝑟 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 40
× ×
1000 𝑉 1000 100
4000
Massa = 1000 Massa = 4 gram 7. Hitunglah volume larutan natrium hidroksida 1 M yang diambil untuk membuat 100 mL natrium hidroksida 0,5 M ! Jawab Diketahui : M1 = 0,5M V1 = 100 mL M2 = 1M Ditanya
: V2 ?
Dijawab
: M1 × V1 = M2 × V2 0,5 × 100 = 1 × V2 V2 =
50 1
V2 = 50 mL
XII.
DAFTAR PUSTAKA : Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Banjar Baru: Universitas Lambung Mangkurat Chang, Raymond.1996.Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 2. Diterjemahkan oleh Suminar Achmadi. Jakarta: Erlangga. Keenan. 1986. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga. Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB Tim Kimia Dasar. 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Umum. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press
Surabaya, 02 Desember 2015 Mengetahui Dosen/ Asisten Pembimbing
Praktikan,
(……………………………………………)
(………………………………………..)
LAMPIRAN Keterangan
Foto
Alat-alat 1. Gelas Ukur 2. Labu Ukur 3. Corong 4. Kaca Arloji 5. Gelas Kimia 6. Pipet tetes 7. Pipet ukur+Karet Hisap 8. Neraca
9. Bahan-bahan 1. H2SO4 97% p.a. 2. HCl 37% p.a. 3. NaOH padatan 4. Aquades
Percobaan 1 Pembuatan Larutan H2SO4 250 mL dengan 2M
Memasukkan aquades kedalam labu ukur hingga ¼ bagian
(a)
a) Asam sulfat pekat 97% p.a (pro analysis b) Mengambil asam sulfat pekat dengan pipet ukur lalu dimasukkan ke labu ukur
Ditambahkan aquades hingga mencapai batas meniskus.
Hasil pembuatan larutan H2SO4 sebanyak 250 mL dengan konsentrasi 2 M
Percobaan 2 Pembuatan Larutan HCl 250 mL dengan konsentrasi 2 M
Asam Klorida pekat 37% p.a (pro analysis)
(b)
Diambil HCl dengan menggunakan pipet ukur lalu dimasukkan ke labu ukur
Aquades dimasukkan dalam labu ukur hingga ½ bagian lalu digoyang –goyang perlahan.
Ditambahkan aquades hingga mencapai batas meniskus
Dikocok-kocok secara perlahan agar merata
Sehingga dihasilkan larutan HCl 250 mL dan 2 M
Percobaan 3 Pembuatan Larutan NaOH 250 mL dengan konsentrasi 2 M.
Ditimbang NaOH padatan sebanyak 20 gram.
Dilarutkan padatan NaOH dengan aquades pada gelas kimia
Aquades dimasukkan kedalam labu ukur hingga ½ bagian
NaOH padatan yang telah dilarutkan dimasukkan kedalam labu ukur.
Lalu digoyang-goyang secara perlahan
Kemudian tambahkan kembali dengan aquades hingga mencapai batas meniskus. Lalu dikocokkocok secara perlahan agar tercampur merata.
Sehingga dihasilkan larutan NaOH sebanyak 250 mL dengan konsentrasi 2M