Laporan Magang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

I.



1.1.



PENDAHULUAN



Latar Belakang Pakan adalah makanan atau asupan yang diberikan kepada hewan ternak atau



peliharaan, istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa (Sastra W. 2008). Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan kehidupan makhluk hidup (Halver dan Hardy, 2002). Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan pembuatnya. Pembuatan pakan buatan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrisi atau gizi hewan ternak atau peliharaan yang bersangkutan, sumber dan kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Dengan berbagai pertimbangan tersebut, diharapkan pakan buatan yang dihasilkan, dalam hal ini adalah pakan ikan, dapat memiliki standar mutu tinggi dengan biaya yang murah (Mudjiman, 2004). menghasilkan



energi



yang



Fungsi utama pakan pada ikan adalah untuk



digunakan



untuk



menopang



pertumbuhan



dan



perkembangan ikan. Pakan tersebut bisa diperoleh dari pakan alami maupun pakan buatan. Tujuan pemberian pakan pada ikan adalah menyediakan kebutuhan gizi untuk kesehatan yang baik, pertumbuhan dan hasil panen yang optimum, produksi limbah yang minimum dengan biaya yang masuk akal demi keuntungan yang maksimum (Tamsil et al. 2012). Pakan yang berkualitas kegizian dan fisik merupakan kunci untuk mencapai tujuan-tujuan produksi dan ekonomis budidaya ikan. Pengetahuan tentang gizi ikan dan pakan ikan berperan penting di dalam mendukung pengembangan budidaya ikan (aquaculture) dalam mencapai tujuan tersebut. Di dalam budidaya ikan, formula pakan ikan harus mencukupi kebutuhan gizi ikan yang dibudidayakan, seperti: protein (asam amino esensial), lemak (asam lemak esensial), energi (karbohidrat), vitamin dan mineral. Mutu pakan akan tergantung pada tingkatan gizi dari bahan yang dibutuhkan oleh ikan. Pakan bermutu umumnya tersusun dari bahan baku pakan (feedstuffs) yang bermutu yang dapat berasal dari berbagai sumber dan sering kali digunakan karena sudah tidak lagi dikonsumsi oleh manusia. Pemilihan bahan baku tersebut tergantung pada kandungan bahan gizinya,



1



kecernaannya (digestibility) dan daya serap (bioavailability) ikan, tidak mengandung anti nutrisi dan zat racun, tersedia dalam jumlah banyak dan harga relatif murah. Pakan apung adalah pakan buatan berupa pelet yang diproduksi dengan proses ekstrusi sedemikian rupa sehingga menghasilkan kepadatan yang memungkinkan pakan mengapung di permukaan air dalam waktu yang lebih lama. Pakan apung memiliki keunggulan karena pembuatannya membutuhkan proses pemasakan dengan tekanan tinggi agar terjadi rongga dalam pakan untuk udara sehingga pakan ikan bisa terapung. Proses pemasakan ini juga membuat bahan yang terkandung lebih matang sehingga untuk bahan terutama bunkil kedalai yang mengandung bahan anti nutrien seperti inhibitortripsin yang menghambat kerja tripsin, lektin yang merusak sel darah merah, goitrogen yang menghambat pemasukan iodin oleh kelenjar triod dan beberapa zat anti nutrisi lain (Hery, 2008) yang cara menghilangkan atau menghambatnya membutukan pemanasan yang lebih seperti pada pembuatan pelet apung. Hal ini berdampak pada daya cerna ikan yang akan lebih baik sehingga penyerapan nutrisi lebih optimal dan menghasilkan FCR baik. Pakan yang terapung memudahkan ransum ikan untuk melihat pakan termakan atau tidak sehingga meminimalisir pakan yang terbuang di perairan. Pakan yang terbuang dapat menyebabkan kualitas air menurun yang dapat membahayakan ikan peliharaan dan lingkungan budidaya, jadi sebaiknya tetap memantau ikan waktu makan merupakan hal yang penting, hentikan pemberian pakan ketika 80 % ikan tidak lagi berkumpul merebut makanan. Selain itu sifatnya yang terapung dan menyebar dapat menghasilkan ukuran ikan panen yang lebih merata karena ikan akan mendapatkan porsi yang merata. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan pakan apung antara lain : Tabel 1. Kelebihan dan kekurangan pakan terapung Kelebihan pakan apung  



Kekurangan pakan apung



Pemasakan sempurna, zat anti nutrisi







Lebih mahal dari pakan tenggelam



dapat terdegradasi.







Dapat menyebabkan kematian jika



FCR akan lebih baik karena pakan



pemberian pakan berlebihan.



2



yang



dimasak



mengoptimalkan



sempurna



kecernaan







ikan



yang sama dengan ikan yang diberi



pakan tersebar sempurna sehingga ukuran ikan pada saat panen lebih



Bobot ikan akan ringan dari ukuran



pakan tenggelam. 



Penyimpanan kurang ringkas.



merata. 



Dapat dikontrol pemberiannya karena sifatnya yang terapung sehingga jika ikan sudah kenyang dan tidak mau makan lagi, pemberi pakan dapat melihat dan menghentikan pemberian pakan serta butiran tidak gampang hancur bila terendam air.







Hal diatas berdampak ke efisiensi pemberian pakan dan pengurangan limbah sisa pakan.



3



1.2.



Tujuan Tujuan dari pelaksanaan magang kerja ini adalah mengetahui proses



pembuatan pakan ikan apung, fomulasi pakan ikan, dan komponen bahan penyusun pakan ikan.



1.3.



Manfaat Manfaat magang kerja ini yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan



mahasiswa, khususnya dalam bidang nutrisi dan pakan ikan.



1.4.



Waktu dan Tempat Magang kerja ini dilaksanakan selama 2 bulan, sejak tanggal 25 Maret 2015 -



20 Mei 2015, bertempat di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Cijeruk, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Bogor.



4



II.



2.1.



TINJAUAN UMUM LOKASI MAGANG KERJA



Sejarah Singkat Lokasi Magang Kerja Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) mulai



didirikan pada tanggal 26 Juni 1927 dengan nama ‘’Laboratorium Voor de Binnenvisserij’’ yang bertempat di Bogor. Tahun 1946 setelah proklamasi kemerdekaan RI, di Magelang didirikan Laboratorium Perikanan Darat. Sementara itu, yang berlokasi di Bogor berada dalam kekuasaan Belanda. Setelah penyerahan kedaulatan Indonesia berdasarkan SK Mentri Pertanian pada tanggal 8 September 1951 No. 81/UM/51, di Jakarta didirikan Balai Penyelidikan Perikanan Darat. Tahun 1953 Laboratorium Perikanan Darat di Bogor berada di bawah Balai Penyelidikan Perikanan Darat Jakarta. Tahun 1961 mengalami perubahan nama dari Laboratorium Perikanan Darat menjadi Lembaga Penelitian Perikanan Darat yang pada waktu itu berada di bawah wewenang Penelitian Depertemen Pertanian. Setelah 36 tahun (1927-1963) maka berdasarkan SK Mentri Pertanian bulan Agustus 1964 No. 23/Men/Lk/1964 Lembaga Penelitian Perikanan Darat berada di bawah Depertemen Perikanan Darat/Laut dan dua tahun kemudian (1966) berdasarkan SK Mentri Pertanian tanggal 10 Desember 1966 No. Kep.30/12/1966 berada di bawah Direktorat Jendral Perikanan Deprtemen Pertanian. Selanjutnya berubah lagi menjadi Balai Penelitian Perikanan Darat pada tahun 1980 dengan surat keputusan Mentri No. 861/KPTS/Org/12/1980. Tanggal 16 Agustus 1984, secara resmi berubah nama menjadi Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Nalitkanwar) dan tahun 1991 Balitkanwar berpindah lokasi di Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Selanjutnya sejak tahun 2002, berubah nama menjadi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT) yang bertempat di Bogor, Jawa Barat. Tahun 2011 menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar berdasarkan peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan RI No. Per.31/MEN/2011.



5



2.2.



Struktur organisasi BPPBAT Struktur organisasi BPPBAT Bogor sebagai berikut :



Tabel 2. Struktur organisasi balai penelitian dan pengembangan budidaya air tawar.



KEPALA BALAI KA. SUB BAG TATA USAHA KA.URUSAN KEUANGAN B. UMUM KA. URUSAN KEPEGAWAIAN KA.SIE. TATA OPERASIONAL



KA. SIE PELAYANAN TEKNIS DAN SARANA



KA.SUB. SEKSI PROGRAM



KA. SUB.SIE PELAYANA TEKNIS



KA.SUB SEKSI MONITORING DAN EVALUASI KA. INSTALASI CIJERUK



KA.SUB.SIE SARANA PRASARANA KA.INSTALASI CIBALAGUNG



KELOMPOK FUNGSIONAL



2.3.



Visi dan Misi BPPBAT Bogor. Visi BPPBAT Bogor adalah untuk menjadi lembaga riset proaktif dan



partisipatif, Iptek – Perikanan Air Tawar, dan pembangunan perikanan bertanggung jawab dan berkelanjutan. Sedangkan misi BPPBAT Bogor adalah mencapai teknologi



6



budidaya tepat guna, rintisan, ras unggul, dan komoditas baru serta intensitas kerja sama yang profesionalisme, SDM, dan profesionalisme di bidang air tawar.



2.4.



Tugas Pokok dan Fungsi BPPBAT BPPBAT memiliki tugas yaitu melaksanakan kegiatan riset strategis



perikanan budidaya air tawar. Lembaga ini menyelenggarakan fungsi dalam melaksanakan tugasnya, yaitu : -



Menyusun program dan kerja sama riset strategis.



-



Melaksanakan riset strategis perikanan budidaya air tawar di bidang domestikasi, reproduksi, pemuliaan dan genetika, bioteknologi, nutrisi, teknologi pakan, kesehatan ikan, sistim dan teknologi budidaya, lingkungan perikanan budidaya serta analisis komoditas untuk pengembangan produksi.



-



Inventarisasi, identifikasi, serta evaluasi sumber daya dan plasma nutfah ikan perairan



budidaya



air



tawar



untuk



pemanfaatan,



pengelolaan



dan



pelestariannya. -



Pengembangan teknologi dan kerja sama BPPBAT.



-



Pemberdayaan sarana dan prasarana BPPBAT.



-



Pelayanan teknik, jasa dan informasi hasil riset.



-



Pengembangan dan pengelolaan jaringan sistem informasi di bidang riset perikanan budidaya air tawar.



-



Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.



2.5.



Bidang Penelitian dan Fasilitas



1.



Perbenihan dan Genetika Populasi. 



Laboratorium Molekuler Biologi







Laboratorium Perbenihan







Bioreproduksi







Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Budidaya Air Tawar Cijeruk.



7



2.



Nutrisi dan Teknologi Pakan. 



Laboratorium Uji Coba Formulasi Pakan







Laboratorium Pengujian Bahan Baku dan Analisis Proksimat







Laboratorium Pabrik Pakan Mini



3.



Kesehatan Ikan. 



Laboratorium Mikrobiologi







Laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR)







Laboratorium Histology



4.



Lingkungan, Toksikologi, Teknolgi Budidaya dan Identifikasi Kelayakan Lahan Budidaya Air Tawar. 



Laboratorium Kualitas Air







Kolam Prototipe Pond Enginneering







Indoor Hatchery







Instalasi Penelitian Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung



5.



Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Air Tawar. 



Alat Dokumentasi







SOP Produk pengembangan teknologi yang telah dihasilkan oleh BPPBAT Bogor



tertera pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Produk Teknologi yang dihasilkan BPPBAT Bogor Produk Biologi



Teknologi



Ikan mas Strain Sinyonya dan Majalaya, Teknologi Pemijahan Buatan, Budidaya Patin Jambal, Udang Galah Strain G. Kolam



Air



Deras,



Budidaya



KJA,



Macro, Lobster Air Tawar (Cherax sp), Teknologi Resilkulasi Air, Teknologi Ikan Nila BEST, Ikan Batak dan Vaksin Akuaponik Streptococcus agalactiae.



dan



Teknologi



IMTA



(Budidaya Ikan Terpadu).



8



III. HASIL PELAKSANAAN MAGANG KERJA



3.1.



Prosedur Kegiatan



3.1.1 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan pakan ikan terapung yaitu : 1. Data dasar bahan baku lokal : -



Alat tulis



-



Kantong plastik



-



Kamera



-



Komputer



2. Pemilihan bahan baku lokal pakan ikan : -



Ayakan tepung



-



Alat penepung



-



Peralatan analisis proksimat :



o Mesin kjeltec 2100 (Analisis protein) o Alat titrasi (Analisis protein) o Desikator (Pendingin/penetral) o Timbangan digital (Timbang semua sampel) o Mesin soxtec 2055 (analisis lemak) o Tabung reaksi ukuran 100 ml (Analisis protein) o Oven (pengering dan sterilisasi alat) o Cup batu (analisis kadar abu) o Cup aluminium (analisis lemak) o Cawan petri (analisis kadar air) o Furnace (analisis kadar abu) o Weta 5067 (analisis serat kasar) o Komfor elektrik (analisis serat kasar) o Pinset (analisis serat kasar) o Kertas wetmen (pembungkus semua sampel) 9



3. Formulasi pakan ikan sesuai SNI : -



Komputer yang memiliki program microsof office exel



4. Penimbangan bahan baku sesuai formula : -



Timbangan



-



Karung



-



Ember



5. Pencampuran bahan baku : -



Ember



-



Terpal plastik karung



-



Mixer kapasitas 200 kg



6. Pencetakan pelet dan pengeringan : -



Ember



-



Terpal plastik



-



Karung



-



Mesin pencetak pelet



7. Pengayakan, pengemasan dan lebelling : -



Ayakan



-



Ember



-



Karung berlabel



8. Penggudangan dan distribusi pakan : -



Gudang



-



Alas ukuran 2 x 1 m



-



Label



-



Alat tulis



10



Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan pakan ikan terapung yaitu : 1) Data dasar bahan baku lokal : -



Peta kabupaten (Jia diperlukan)



-



Daftar bahan baku



2) Pemilihan bahan baku lokal pakan ikan : -



Sampel bahan rujukan yang baik



-



Bahan baku dari pemasok



3) Formulasi pakan ikan sesuai SNI -



Komposisi proksimat bahan baku yang akan digunakan



4) Penimbangan bahan baku sesuai formula : -



Bahan baku sesuai formula



-



Tepung ikan, dedak, polar, tapioka dll.



5) Pencampuran bahan baku : -



Bahan baku sesuai formula



-



Tepung ikan, dedak, polar, tapioka dll.



6) Pencetakan pelet dan pengeringan : -



Adonan bahan baku formula



-



Air panas (jika di perlukan)



7) Pengayakan, pengemasan dan lebelling : -



Pelet dingin hasil cetakan



8) Penggudangan dan distribusi pakan: -



Bahan baku



-



Pelet ikan



11



3.2.



Prosedur Kerja. Standar prosedur operasional pembuatan pakan untuk pembesaran ikan



berbasis bahan baku lokal sebagai berikut : A.



Data Dasar Bahan Baku Lokal. Bahan baku merupakan faktor utama yang harus tersedia dalam pembuatan pakan buatan. Bahan baku yang dipakai dalam pembuatan pakan berfungsi sebagai sumber protein, sumber energi, mineral dan vitamin. Bahan baku dikatakan menjadi sumber protein jika mengandung protein kasar lebih dari 19%. Sementara bahan baku yang mengandung protein kasar kurang dari 16% dan serat kasarya lebih kecil dan 18% digolongkan sebagai bahan baku sumber energi. Setiap bahan baku tidak memiliki kandungan nutrisi yang sempurna, karena itu dalam menyusun pakan buatan perlu dilakukan pencampuran berbagai bahan pakan untuk menghasilkan komposisi yang diinginkan (Hasting, w.H. and L M. Dickie. 1982). Oleh karena itu perlu dilakukan survei ke tempat penjualan pakan, tempat produksi bahan baku dan instansi terkait guna mendapatkan data bahan baku yang baik atau layak pakai sebagai bahan baku pakan ikan (Gambar 1).



Prosedur Kerja. 



Survei ke tempat penjualan pakan ikan/ternak untuk mendata bahan - bahan yang dijual : nama, harga, ketersediaan bahan, pengambilan gambar dan sampling sebanyak 500 g untuk analisis proksimat.







Survei ke tempat pembudidaya ikan/peternak ayam untuk mendata bahan bahan yang biasa digunakan sebagai pakan ikan : nama, dimana diperoleh, harga, ketersediaan bahan, pengambilan gambar dan sampling sebanyak 500 g untuk analisis proksimat.







Survei ke tempat kegiatan agroindustri dan pengolahan ikan untuk mendata bahan - bahan yang biasa digunakan sebagai pakan ikan : nama, lokasi di peroleh, harga, ketersediaan bahan, pengambilan gambar dan sampling sebanyak 500 g untuk analisis proksimat.



12







Survei ke instansi pemerintah, khususnya untuk mencari informasi sumber protein utama.







Menganalisis proksimat bahan baku ke laboratorium terakreditasi terdekat.







Membuat daftar data dasar bahan baku lokal dengan mengelompokan sumber protein hewani dan nabati yang memuat kandungan proksimat, harga dan kelimpahannya.



Gambar 1. Survei ke tempat penjualan bahan baku pakan ikan.



B.



Pemilihan Bahan Baku Lokal Pakan. Bahan pembuatan pakan ikan dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu bahan baku dan bahan tambahan (bahan pelengkap). Bahan baku pembuatan pakan ikan yang merupakan limbah industri antara lain : dedak (bekatul), tepung ikan, ampas tahu, pollar dan tepung jagung. Bahan tambahan pembuatan pakan ikan antara lain : minyak ikan, minyak sayur, vitamin dan mineral, dan semua bahan-bahan ini perlu dilakukan analisis proksimat (Djarijah, AS. 1998). Selain itu semua bahan baku kering yang akan di gunakan sebagai bahan penyusun pakan ikan harus dalam bentuk tepung (Gambar 10). a. Tepung lkan Tepung ikan dibuat dari ikan rucah yang dikeringkan dan digiling halus. Kualitas tepung ikan sangat tergantung dari kualitas dan jenis ikan sebagai bahan utamanya. Penyediaan tepung ikan dapat membuat sendiri atau



13



membeli langsung dari pabrik atau distributor. Tepung ikan merupakan sumber protein hewani (Gambar 2).



Gambar 2. Tepung Ikan.



b. Ampas tahu Bungkil kedelai dapat dibeli langsung dari industri tahu, bahan ini merupakan sumber protein nabati (Gambar 3).



Gambar 3. Tepung ampas tahu/bungkil kedelai.



c. Pollar Pollar merupakan produk samping penggilingan gandum yang diambil dan dijadikan bahan baku pembuatan pakan ikan. Pollar biasanya digunakan sebagai bahan tambahan atau sebagai sumber karbohidrat (Gambar 4).



14



Gambar 4. Tepung pollar



d. Tepung Jagung Tepung jagung dapat dibeli di toko pakan ternak atrau membuat sendiri dengan cara menggiling butiran jagung utuh {agung pipilan). Tepung jagung merupakan sumber karbohidrat dan sedikit protein (Gambar 5).



Gambar 5. Tepung jagung.



e. Dedak (bekatul) Dedak merupakan produk samping penggilingan gabah (rice mill) Bahan ini di pedesaan dapat diperoleh setiap kali menumbuk padi. Kulit gabah yang mengelupas dan hancur beserta selaput beras disaring dengan ayakan lembut untuk dipisahkan dari ampasnya. Dedak halus inidalam pembuatan pakan ikan digunakan sebagai sumber karbohidrat (Gambar 6).



15



Gambar 6. Tepung Dedak.



f. Minyak lkan Minyak ikan sebagai sumber lemak dan sekaligus sebagai atraktan (bahan penyedap aroma pakan ikan). Bahan ini lebih mudah diperoleh di kios-kios sekitar pantai. Minyak ikan, disamping sebagai sumber lemak hewani, merupakan sumber vitamin A yang sangat dibutuhkan oleh ikan (Gambar 7).



Gambar 7. Minyak Ikan.



g. Minyak sayur Minyak sayur sebagai sumber lemak nabati merupakan pelengkap nutrisi bagi tubuh ikan yang berperan penting dalam proses metabolisme tubuh ikan (Gambar 8).



16



Gambar 8. Minyak Sayur/Nabati



h. SumberVitamin dan Mineral Beberapa jenis vitamin dan mineral dapat dibeli dari toko pakan ternak Beberapa sumber mineral dan vitamin buatan industry (pabrik) biasanya telah diberi pengawet atau pelindung dari kerusakan alamiah. Bahan pakan ikan dapat juga ditambah antioksidan yang berfungsi sebagai pengawet (Gambar 9)



Gambar 9. Vitamin dan Mineral Mix



Prosedur kerja : 



Sampel diambil secara acak dari bahan baku yang akan dibeli







Bandingkan warna dan bau sampel bahan baku dengan bahan baku rujukan. Bahan baku yang baik belum berubah warna dan bau.







Amati hasil analisis proksimat (air, protein, lemak, serat kasar dan abu) dan label yang tertera dalam kemasan, khususnya campuran vitamin/mineral.



17







Mengayak bahan baku yang dibeli dan menepungnya jika partikelnya masih kasar.







Memilih bahan baku dengan harga termurah dan menganalisis komposisi proksimat bahan baku ke laboratorium yang terakreditasi.







Menyimpan bahan baku dalam ruangan yang mempunyai pertukaran udara yang baik dan tidak lembab.



Gambar 10. Proses analisis proksimat dan Penepungan bahan baku yang masih kasar.



C.



Formulasi Pakan Pembesaran Ikan Sesuai SNI Komposisi bahan dalam pakan buatan disusun berdasarkan kebutuhan zat gizi setiap jenis ikan maupun udang. Komposisi ini sering disebut formulasi pakan.



Formulasi yang baik berarti mengandung semua zat gizi yang



diperlukan ikan dan secara ekonomis murah serta mudah diperoleh sehingga dapat meinberikan keuntungan. Penyusunan formulasi pakan terutama memperhatikan penghitungan nilai kandungan protein karena zat gizi ini merupakan komponen utama untuk pertumbuhan mbuh ikan (Afrianto E dan Liviawaty E. 2005). Setelah diketahui kandungan protein dari pakan yang akan dibuat maka langkah selanjutnya adalah perhitungan untuk komponen zat-zat gizi lainnya.



18



Prosedur Kerja : 



Nyalakan komputer dengan cara menekan tombol on







Buka software program microsof office exel dan input data analisis seperti Tabel berikut. Tabel 4. Contoh formula pembesaran ikan patin. No Bahan Baku



Komposisi (%)



1 Tepung Ikan Lokal



20.00



2 Tepung Bungkil Kedelai



27.00



3 Dedak Padi



33.25



4 Tepung Bungkil Kelapa



10.00



5 Tapioka



4.50



\6 Hidrila



1.00



7 Daun Kembang Kol



1.00



8 Minyak Ikan



1.00



9 Vitamin Premix



1.25



10 Mineral Premix



1.00



TOTAL



100.00



I Komposisi Proksimat (% Berat Basah) 1 Air



8.98



2 Protein



31.7



3 Lemak



6.08



4 Serat Kasar 5 Abu



12.46



6 BETN



45.28



II Energi (kkal) III Rasio energi-Protein 



5.8



341.11 10.76



Tetapkan lebih dahulu komposisi proksimat pakan ikan sesuai SNI.



19



D.



Penimbangan Bahan Baku Sesuai Dengan Formulasi Pakan. Penimbangan bahan baku bertujuan untuk komposisi yang dihasilkan didalam pakan ikan nanti sesuai dengan formulasi yang kita buat. Proses penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian yang berbedabeda (Gambar. 11). Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses penimbangan adalah timbang semua bahan baku yang jumlahnya paling banyak kemudian bahan baku yang jumlahnya sedikit (Winarno FG. 2008). Prosedur Kerja : 



Sebelum ditimbang, bahan baku diperiksa dari materi asing seperti besi dan serpihan kayu.







Tetapkan adonan bahan baku yang akan dibuat pakan.







Bahan baku dalam jumlah besar seperti tepung ikan, tepung bungkil kedelai, dedak, ditimbang dengan menggunakan alat timbangan ketelitian 0,1g sesuai dengan kebutuhan.







Bahan baku dalam jumlah kecil seperti minyak ikan/nabati, campuran vitamin mineral ditimbang dengan menggunakan alat timbangan dengan ketelitian 0,01g sesuai dengan kebutuhan.







Setelah di timbang bahan baku disimpan dalam wadah karung atau ember.



Gambar 11. Penimbangan Bahan Baku.



20



E.



Pencampuran Bahan Baku. Pencampuran bahan baku merupakan suatu proses untuk mencampur beberapa bahan baku sesuai formula sehingga diperoleh suatu adonan pakan yang tercampur secara merata baik manual dan mengunakan alat. Pencampuran manual ditujukan untuk mencampur bahan baku menjadi adonan sebanyak 25 kg, sedangkan pencampuran dengan alat mixer ditujukan untuk mencampur bahan baku menjadi adonan sebanyak 200 kg (Gambar 12). Pencampuran bahan baku dilakukan mulai dari bahan baku yang jumlahnya banyak/besar kemudian dilanjutkan dengan bahan baku yang jumlahnya lebih sedikit/kecil (Buwono ID. 2000). Prosedur kerja : a. Secara Manual : 



Siapkan bahan baku masing - masing yang telah ditimbang sebanyak 50 %.







Masukan tepung bungkil kedelai ke dalam ember 1, tambakan minyak ikan di tambah minyak sayur lalu dicampur/aduk merata.







Masukan tepung tapioka, hidrilla, daun kembang kol dan vitamin premik untuk pembesaran dan tambahkan lagi mineral premik ke dalam ember dua dan aduk hingga merata.







Siapkan terpal plastik untuk menaruh tepung ikan dan tambahkan dedak padi dan tepung bunkil kelapa untuk pembesaran dan ditambah dengan tepung kedelai untuk induk serta diaduk hingga merata.







Adonan dijadikan satu dan diaduk hingga merata dan dimasukan ke dalam karung.







Waktu yang di butuhkan untuk mengaduk secara manual berkisar 30 menit.



b. Mengunakan alat mixer kapasitas 200 kg : 



Siapkan bahan baku masing - masing yang telah ditimbang sebanyak 2 kali.







Nyalakan mesin mixer dengan kecepatan normal.







Sementara itu, masukan tepung bungkil kedelai ke dalam ember dan campur dengan minyak ikan untuk pembesaran dan tambahkan minyak sayur untuk induk serta diaduk hingga merata.



21







Masukan kedalam mixer tepung ikan, diikuti oleh dedak padi dan tepung pollar untuk pembesaran dan ditambah dengan tepung daging (jika ada) untuk induk lalu diaduk hingga merata.







Masukan adonan bungkil kedelai tambah minyak ikan, minyak sayur kedalam mixer dan aduk hingga merata.







Tahap terakhir adalah memasukan bahan baku yang tersisa, dicampur hingga merata dan dimasukan kedalam karung.







Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan adonan secara merata maksimum 30 menit.



Gambar 12. Pencampuran bahan baku secara manual dan mengunakan alat mixer kapasitas 200 kg.



F.



Pencetakan pelet dan langsung pendinginan. Pencetakan adonan bahan baku menjadi pelet merupakan suatu proses untuk menghasilkan pelet ukuran 3-4 mm sesuai SNI dalam bentuk langsung kering dengan menggunakan alat cetakan pakan apung (Gambar 13). Pakan pelet kering dapat disimpan hingga 2 (dua) bulan tanpa menurunkan kualitas dari pakan pelet tersebut. Untuk mendapatkan hasil pakan pelet yang baik, pencetakan bahan baku harus sesuai formula yang telah ditentukan dan ditimbang. Hasil cetakan pakan apung langsung didinginkan pada terpal plastik dengan suhu ruangan selama 1-2 jam dan pelet siap dimasukan kedalam karung (Kadir M. 2005).



22



Prosedur kerja : 



Siapkan adonan bahan baku yang akan dicetak







Nyalakan mesin pelet beberapa saat







Masukan adonan kedalam mesin pencetak pelet dan potong pelet dengan bilah bambu jika tidak menggunakan pisau pemotong, pelet yang keluar langsung ditampung dalam ember







Dinginkan pelet yang keluar pada suhu ruangan di atas terpal plastik selama 1-2 jam dan pelet siap dimasukan kedalam karung.



Gambar 13. Pencetakan pelet apung dan pendinginan dengan suhu ruangan.



G.



Pengayakan pakan, pengemasan dan lebelling. Pengayakan pakan pelet merupakan suatu proses untuk memisakan serbuk atau debu dengan pelet sebelum pelet dikarungi dan di beri label (Gambar 14). Pengayakan serbuk atau debu perlu dilakukan agar kualitas pakan tetap baik dan bertahan lebih lama (Murtidjo B A. 2001). Setelah pengayakan selesai maka pakan pelet apung sudah siap untuk dikemas atau dikarungkan dan di beri label. Prosedur kerja : 



Pelet yang telah dingin diayak dengan alat waring dan dimasukan kedalam karung berlabel peruntukan dan komposisi bahan baku utama yang digunakan dan kandungan nutrisinya.



23







Serbuk atau debuh ditampung di dalam ember yang ditempatkan dibawa saringan dan selanjutnya dapat dicetak kembali atau diberikan kebenih untuk pakan induk.







Pakan pelet siap dalam karung siap disimpan dalam gudang dan atau didistribusikan.



Gambar 14. Pengayakan pakan, pengemasan dan lebelling.



H.



Pengudangan dan distribusi pakan. Pengudangan merupakan suatu proses penyimpanan bahan baku dan pakan pelet hasil cetakan yang telah dikemas dan diberi label. Gudang tempat penyimpanan bahan baku dan pakan pelet hasil cetakan disimpan pada tempat yang berbeda dan gudang yang baik adalah gudang yang memiliki sirkulasi udara yang baik, sehingga penguapan bahan baku dan pakan pelet hasil cetakan tidak tersimpan didalam gudang dan akan mengganggu aktifitas karyawan didalam gudang (Gambar 15). Masing-masing bahan baku sudah memiliki tempat penyimpanan sendiri-sendiri dan bahan baku disusun secara berlawanan (Timur-Barat dan Utara-Selatan) sehingga menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan dan mempermudah saat mengangkat/memindakan bahan baku. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola gudang yaitu, catat semua bahan baku yang ada, kapan masuk, kapan keluar dan semua tnggaltanggalnya, sehingga data lengkap bahan baku dapat diketahui dengan jelas (Mahyuddin K. 2007).



24



Prosedur kerja : 



Bersikan gudang dari sampah dan debu







Susun pelet yang memugkinkan terjadinya sirkulasi udara







Simpan bahan baku atau pelet dan catat jumlahnya yang masuk dan keluar.



Gambar 15. Penyusunan bahan baku dan pengambilan data bahan baku pada gudang



25



IV.



4.1.



PENUTUP



Kesimpulan Dari hasil magang kerja pada BPPBAT Bogor tentang proses pembuatan pakan ikan apung dapat saya simpulkan bawah : Dalam proses pembuatan pakan ikan apung ada beberapa tahapan yang perlu di perhatikan, seperti data dasar bahan baku lokal, pengadaan bahan baku, formulasi pakan ikan sesuai SNI, penimbangan bahan baku sesuai formula, pencampuran bahan baku, pencetakan pelet dan pendinginan, pengayakan, pengemasan dan lebelling, pengudangan dan distribusi pakan.



4.2.



Saran Adapun saran yang ingi saya sampaikan adalah penempatan lokasi kerja sebaiknya satu tempat atau satu lokasi sehingga waktu yang digunakan lebih efesien dalam melakukan pekerjaan.



26



DAFTAR PUSTAKA



Afrianto E dan Liviawaty E. 2005. Pakan Ikan dan Perkembangannya. Yogyakarta (ID): Kanisius. Buwono ID. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Djarijah, AS. 1998. Membuat Pellet Pakan lkan Teknologi Tepat Guna' Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hery, 2008. Pengenalan Bahan Baku Pakan Ikan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi (BBPBAT Sukabumi). Jawa Barat. Halver JE dan Hardy RW. 2002. Fish Nutrition Third Edition. California (US): Elsevier Science. Hasting, w. H. and L M. Dickie. 1982. Feed Formulation and Evaluation' ln J' E' Hevler (Ed) Fish Nutrition Aced. Press, New York. Kadir M. 2005. Penggunaan Limbah Kecap Ikan sebagai sumber lemak dalam pakan Ikan Patin pangasius hyphopthalmus ( Skripsi). Bogor (ID): IPB. Mahyuddin



K. 2007. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta (ID): Penebar



Swadaya. Mudjiman A. 2004. Makanan Ikan. Depok (ID): Penebar swadaya. Murtidjo B. A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Sastra W. 2008. Fermentasi Rusip (Skripsi). Bogor (ID): IPB. Tamsil, Rosni, Teken Y. 2012. Pemanfaatan Jerami Sebagai Bahan Baku Ikan. Buletin Litkayasa Akuakultur. 10(1): 37-41. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi EdisiTerbaru. Bogor (ID): M-BRIO Press.



27



28