Laporan Magang KKP Kelas I Surabaya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KEGIATAN MAGANG/PKL DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN (KKP) KELAS I SURABAYA Tanggal 16 Januari s/d 26 Februari 2017



GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN TRAPPING TIKUS DALAM RANGKA SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I SURABAYA BULAN FEBRUARI 2017



Oleh: Wildan Satrio Darmawan NIM. 132110101161



BAGIAN EPIDEMIOLOGI DAN BIOSTATISTIKA KEPENDUDUKAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2016/2017



LAPORAN KEGIATAN MAGANG/PKL DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN (KKP) KELAS I SURABAYA Tanggal 16 Januari s/d 26 Februari 2017



GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN TRAPPING TIKUS DALAM RANGKA SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I SURABAYA BULAN FEBRUARI 2017



Oleh: Wildan Satrio Darmawan NIM. 132110101161



BAGIAN EPIDEMIOLOGI DAN BIOSTATISTIKA KEPENDUDUKAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2016/2017



ii



LEMBAR PENGESAHAN Bagian Epidemiologi Dan Biostatistika Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember Laporan Magang/PKL Semester Genap 2016/2017 1. Judul Laporan Kegiatan



:



Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Trapping Tikus Dalam



Rangka



Surveilans



Epidemiologi



Kesehatan Lingkungan Di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya Bulan Februari 2017. 2. Nama NIM Alamat



: : :



3. Bidang Ilmu 4. Instansi – Unit Tempat Magang/ PKL 5. Tanggal Pelaksanaan



: : :



Wildan Satrio Darmawan 132110101161 Jl. PB Sudirman No. 135 Desa Menampu Kec. Gumukmas Kab. Jember Epidemiologi Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Surabaya – Unit Pegendalian Risiko Lingkungan 16 Januari s/d 26 Februari 2017 Menyetujui



Pembimbing Akademik



Pembimbing Lapangan



Irma Prasetyowati, S.KM., M.Kes NIP. 19800516 200312 2 002



Devika Martyawati, S.KM., M.Kes NIP. 19790311 200312 2 003



Mengetahui Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat



Ketua Bagian



Irma Prasetyowati, S.KM., M.Kes NIP. 19800516 200312 2 002



Ni’mal Baroya, S.KM., M. PH. NIP. 19770108 200501 2 004



iii



KATA PENGANTAR Telah diketahui bersama bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perlu diselenggarakan kegiatan untuk mencegah terjadinya penyakit dalam rangka kewaspadaan dini. Berkembang, meluas, dan timbulnya penyakit-penyakit yang ditularkan oleh vektor seperti pes mengakibatkan keresahan bagi masyarakat atau biasa disebut penyakit Public Health Emergency International Concern (PHEIC). Hal ini menuntut adanya perhatian yang lebih khusus untuk mencegah dan mengendalikan penyakit tersebut. Dalam laporan ini penulis menganalisis kegiatan dalam rangkai surveilans untuk cegah tangkal penyakit tular vektor di lintas batas negara yaitu pelabuhan yang dilaksanakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya. Kami menyampaikan rasa syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan individu pelaksanaan kegiatan magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Surabaya. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung terlaksananya kegiatan magang hingga tersusunnya laporan individu pelaksanaan kegiatan magang ini, yaitu: 1. Ibu Irma Prasetyowati, S. KM., M. Kes., selaku Dekan dan Dosen Pembimping Akademik Praktek Kerja Lapangan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember; 2. Dr. Farida Wahyu N., S. KM., M. Kes., selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember; 3. dr. Ragil Ismi Hartanti, M. Sc., selaku Koordinator Praktek Kerja Lapangan (Magang) Semester Genap Tahun Ajaran 2016/2017 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember; 4. Ibu Yenike Tri H., S. KM., M. Kes., selaku Wakil Koordinator Praktek Kerja Lapangan (Magang) Semester Genap Tahun Ajaran 2016/2017 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember; 5. dr. Nyoman Murtiyasa, M. Kes., selaku Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya; 6. Ibu Devika Martyawati, S.KM., M.Kes., selaku Dosen Pembimping Lapangan Praktek Kerja Lapangan yang telah memberikan banyak motivasi, bimbingan, saran, dan arahan sehingga magang dapat terlaksana dan penyusunan laporan magang/ PKL dapat tersusun dengan sangat baik



iv



7. Bapak Budi Santosa, S. KM., M. KKK, selaku Kepala Bidang Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi (PKSE) Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya; 8. Bapak Suharnoto, S. T., M. Kes., selaku Kepala Bidang Pengendalian Resiko Lingkungan (PRL) Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya; 9. dr. M. Zainul, M. MMRS, selaku Kepala Bidang Upaya Kesehatan Lintas Wilayah (UKLW) Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya; 10. Bapak Pudjo Suwanto, S. KM., M. Kes., selaku Koordinator Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya Wilayah Kerja Juanda; 11. Agung Dwi Hermanto dan Anggi Rizki Dzuladha selaku teman satu kelompok yang bersama-sama menjalankan kegiatan magang/PKL di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya yang telah memberikan semangat, motivasi, dan kebahagiaan selama proses magang dan penyusunan laporan magang/PKL; 12. Seluruh staf Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya dan pihak-pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan magang dan penyusunan laporan. 13. Serta rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember yang berada di Surabaya yang telah banyak membantu dalam proses kegiatan selama magang berlangsung. Kritik dan saran sangat kami butuhkan demi kesempurnaan laporan magang/PKL ini. Kami selaku kelompok mahasiswa magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya mohon maaf atas segala kesalahan yang kami perbuat. Akhirnya kami harapkan laporan magang/PKL ini dapat membantu dosen dalam rangka penilaian kegiatan magang/PKL dan bermanfaat bagi teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.



Jember, Februari 2017 Penyusun



v



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.....................................................................................................i HALAMAN JUDUL.......................................................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................iii KATA PENGANTAR.....................................................................................................iv DAFTAR ISI...................................................................................................................vi DAFTAR TABEL..........................................................................................................vii DAFTAR GAMBAR....................................................................................................viii DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................ix BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................................1 1.1



Latar Belakang



1.2



Tujuan



1



3



1.2.1 Tujuan Umum...................................................................................................3 1.2.2 Tujuan Khusus..................................................................................................3 1.3



Manfaat 3



1.3.1 Manfaat Bagi Peserta Magang/ PKL................................................................3 1.3.2 Manfaat Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat................................................3 1.3.3 Manfaat Bagi Instansi Magang.........................................................................4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................5 2.1



Surveilans Epidemiologi 5



2.1.1 Definisi Surveilans Epidemiologi.....................................................................5 2.1.2 Tujuan dan fungsi Surveilans...........................................................................5 2.1.3 Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi......................................................6 2.1.4 Ruang Lingkup dan Sasaran Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi........7 2.1.5 Kegiatan Surveilans Epidemiologi.................................................................10 2.1.6 Komponen Surveilans....................................................................................12



vi



2.1.7 Indikator Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.......13 2.2



Pes (Plaque)



15



2.3



Tikus (Rodent)



16



2.4



Pinjal (Flea)



17



2.5



Peran Tikus dan Pinjal Dalam Penularan Penyakit



2.6



Pendekatan Sistem



2.7



Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)



18



19 22



2.7.1 Definisi...........................................................................................................22 2.7.2 Klasifikasi KKP..............................................................................................23 BAB 3. METODE KEGIATAN MAGANG/ PKL......................................................28 3.1



Waktu dan Tempat Magang/ PKL



3.2



Jadwal Kegiatan 28



3.3



Pengelola Program Magang/ PKL



3.4



Pembimbing Magang/ PKL



28



30



30



BAB 4. HASIL KEGIATAN MAGANG/PKL.............................................................31 4.1



Input



31



4.2



Proses



36



4.3



Output



39



BAB 5. PEMBAHASAN...............................................................................................40 5.1



Identifikasi Masalah Pada Input Kegiatan Trapping Tikus Bulan Februari 2017



5.2



Identifikasi Masalah Pada Proses Kegiatan Trapping Tikus Bulan Februari 2017



5.3



40



43



Identifikasi Masalah Pada Output Kegiatan Trapping Tikus Bulan Februari 2017



43



BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................45 6.1



Kesimpulan



45



vii



6.2



Saran



46



DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................48 LAMPIRAN...................................................................................................................50



viii



DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan........................13 Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Mahasiswa Di KKP Kelas I Surabaya................................28 Tabel 3.2 Pengelola Program Magang/PKL Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember Semester Genap tahun ajaran 2016/2017...........................................30 Tabel 4.1 Jumlah SDM Kegiatan Trapping Tikus...........................................................31 Tabel 4.2 Sarana Prasarana Pendukung Trapping Tikus.................................................32 Tabel 4.3 Distribusi Tempat Pemasangan Perangkap.....................................................36



vii



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema Proses Komponen Surveilans.........................................................13 Gambar 2.2 Bagan penularan penyakit Pes....................................................................19 Gambar 2.3 Modul Sistem..............................................................................................19 Gambar 4.1 Algoritma Pengendalian Tikus dan Pinjal di Pelabuhan/Bandara..............35 Gambar 4.2 Hasil Identifikasi Tikus dan Pinjal di Pelabuhan Tanjung Perak................37 Gambar 4.3 Distribusi Spesies Tikus.............................................................................38



viii



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A. Formulir Yang Digunakan Pada Kegiatan Trapping Tikus.......................50 Lampiran B. Standart Operasional Prosedur Pengendalian Tikus Dan Pinjal Bidang PRL KKP Kelas I Surabaya Di Pelabuhan/Bandara...........................................54 Lampiran C. Dokumentasi Kegiatan...............................................................................59 Lampiran D. Surat Pemberitahuan Dan Rekomendasi....................................................62 Lampiran E. Rekapitulasi Daftar Hadir Dan Kegiatan Magang/PKL.............................63



ix



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit pes merupakan salah satu penyakit zoonosis yang biasanya ditularkan melalui vektor, yaitu pinjal yang berada di bulu tikus. Epidemik penyakit pes di dunia mulai terjadi pada abad ke-13 sekitar tahun 1347, kasus ini terjadi di negara Cina dan India. Sejak epidemik penyakit pes berlangsung sudah tercatat kasus 13.000.000 orang meninggal. Pada abad yang sama, juga dilaporkan terjadinya wabah pes di negara Mesir dan Palestina. Kasus kematian yang terlaporkan sebanyak 13.000 orang meninggal akibat penyakit pes. Pada tahun 1894 pandemik pes mulai menyebar keempat benua, penyebarannya bermula dari daratan Cina (Depkes RI, 2008). Kejadian penyakit pes pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1910, kemudian di tahun 1916 ditemukan di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang. Selanjutnya penyakit pes menyebar melalui pelabuhan-pelabuhan di Cirebon pada tahun 1923 dan pelabuhan di Tegal pada tahun 1927. Sejak tahun 1910 pes pertama kali masuk ke Indonesia hingga tahun 1960 sudah tercatat korban meninggal akibat penyakit pes sebanyak 245.375 orang. Distribusi penyebaran 245.375 orang kasus pes yang meninggal di Jawa Barat 30,9%, di Jawa Tengah 51,5%, dan di Jawa Timur 17,6% (Depkes RI, 2008). Kejadian penyakit pes ini tidak lepas dari keberadaan tikus yang menjadi host reservoir vektor utama penyebaran penyakit pes, yaitu pinjal. Pelabuhan merupakan titik simpul pertemuan atau aktifitas keluar masuk kapal, barang dan orang, sekaligus sebagai pintu gerbang transformasi penyebaran penyakit. Aktifitas di pelabuhan dengan mobilisasi yang begitu tinggi secara otomatis penyebaran penyakit akan semakin cepat dan beragam. Hal ini merupakan ancaman global terhadap kesehatan masyarakat karena adanya penyakit karantina, penyakit menular baru (new emerging diseases), maupun penyakit menular lama yang timbul kembali (re-emerging diseases) (Menteri Kesehatan RI, 2007). Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal dengan vectorborne disease. Penyakit ini merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan dapat menimbulkan kematian. Berdasarkan PERMENKES RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2010 bahwa penyakit



1



2



tular vektor merupakan penyakit yang menular melalui hewan perantara (vektor). Penyakit tular vektor salah satunya adalah pes yang ditularkan melalui pinjal Xenopsylla cheopis yang ada pada tikus (Purwanto, 2012). Upaya pencegahan penyakit pes di pelabuhan perlu dilakukan dalam daerah kerja Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional, dan Internasional. Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan yang dapat dilakukan Dalam Rangka kewaspadaan dini untuk mencegah dan menanggulangi masuknya penyakit dan masalah kesehatan dengan kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan yang terpadu melalui program trapping tikus. Dengan kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan ini diharapkan mampu mengidentifikasi pinjal dan tikus yang merupakan reservoir yang menjadi sumber penularan penyakit pes serta di dapatkannya indeks pinjal di wilayah pelabuhan. Kantor kesehatan pelabuhan (KKP) merupakan salah satu instansi kesehatan yang melaksanakan kegiatan surveilans epidemiologi. KKP adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, salah satu kegiatan surveilans epidemiologinya adalah surveilans vektor pes dan tikus di wilayah pelabuhan. Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan merupakan bidang di KKP yang mempunyai tugas untuk melakukan pengendalian terhadap vektor pes dan tikus. Selain itu juga mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan dan koordinasi pelaksanaan pengendalian vektor dan binatang penular penyakit wilayah kerja pelabuhan. Dari latar belakang diatas penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang bagaimana gambaran pelaksanaan kegiatan trapping tikus dalam rangka surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya dengan pendekatan sistem.



3



1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Menggambarkan pelaksanaan kegiatan trapping tikus dalam rangka surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya dengan pendekatan sistem. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Menggambarkan input kegiatan trapping tikus di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya yang terdiri dari man, money, method, materials, dan machine. 2. Menggambarkan proses kegiatan trapping tikus di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya yang terdiri dari pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan interpretasi data 3. Menggambarkan output kegiatan trapping tikus di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya berupa informasi, diseminasi, dan feedback. 4. Mengidentifikasi permasalahan yang timbul pada pelaksanaa kegiatan trapping tikus di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya berdasarkan pendekatan sistem untuk menentukan alternatif pemecahan masalah. 1.3 Manfaat Kegiatan magang/PKL di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya memberikan manfaat yang dijabarkan sebagai berikut: 1.3.1



Manfaat Bagi Peserta Magang/ PKL 1. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat khususnya surveilans epidemiologi di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya. 2. Memperoleh pengalaman dan ilmu di bidang kesehatan masyarakat di semua bidang terutama bidang Pengendalian Risiko Lingkungan.



1.3.2



Manfaat Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat 1. Menambah referensi kepustakaan di bidang Surveilans Epidemiologi. 2. Membangun hubungan kerjasama yang baik antara institusi pendidikan dengan instansi kerja.



4



3. Menambah jejaring kerja antara institusi pendidikan tinggi dengan instansi kerja. 1.3.3 Manfaat Bagi Instansi Magang 1. Laporan magang yang disusun oleh peserta magang dapat dijadikan referensi dan masukan dalam pengambilan keputusan dalam pemecahan masalah. 2. Menjalin hubungan kerja antara instansi kerja dengan institusi pendidikan tinggi.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surveilans Epidemiologi 2.1.1 Definisi Surveilans Epidemiologi Terminologi surveilans adalah penerapan pengumpulan data, analisa, interpretasi data dan diseminasi data kepada mereka yang memerlukan. Kemudian perkembangan surveilans menjadi pengumpulan data secara sistematis, terus menerus, analisis dan interpretasi data untuk dipergunakan dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat. Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan (WHO, 2004). Menurut Kepmenkes RI No. 1116 Tahun 2003, untuk lebih menekankan pada aspek analisisnya surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. 2.1.2 Tujuan dan fungsi Surveilans Secara umum surveilans bertujuan untuk pencegahan dan pengendalian dalam masyarakat Dalam Rangka deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi



perencanaan



dalam



hal



pencegahan,



penanggulangan



maupun



pemberantasan pada berbagai tingkat administrasi. Secara rinci, tujuan surveilans adalah: a. Indentifikasi, investigasi dan penanggulangan situasi luar biasa atau wabah yang terjadi dalam masyarakat sedini mungkin b. Indentifikasi kelompok penduduk tertentu dengan resiko tinggi c. Untuk penentuan penyakit dengan prioritas penanggulangannya



5



6



d. Untuk bahan evaluasi input pada berbagai program kesehatan dengan hasil luarannya berupa insiden dan prevalensi penyakit dalam masayarakat e. Untuk memonitoring kecenderungan (trend) perkembangan situasi kesehatan maupun penyakit dalam masyarakat (Noor, 2008). Dalam pelaksanaan surveilans epidemiologi ada terminologi atau istilah yang cukup populer , yaitu “Garbage In Garbage Out” dengan pengertian bahwa jika data yang diolah sampah maka keluarnya juga sampah. Tidak ada gunanya mengolah data yang tidak mempunyai arti atau tidak dapat digunakan untuk bahan pengambilan keputusan. Esensi kegiatan surveilans adalah memberikan informasi yang valid dan tepat waktu jadi sangat disayangkan apabila melakukan pekerjaan yang tidak mempunyai nilai dan banyak energi yang kita keluarkan (Ansyori, 2014). Fungsi surveilans epidemiologi, , yaitu untuk menghasilkan informasi epidemiologi guna : a. Menyusun perencanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi program kesehatan b. Melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) c. Merencanakan studi epidemiologi, penelitian dan pengembangan program. 2.1.3 Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Cara penyelenggaraan surveilans epidemiologi dibagi berdasarkan atas metode pelaksanaan, aktifitas pengumpulan data dan pola pelaksanaannya (Kepmenkes RI No. 1116, 2003). 1. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan a. Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu adalah penyelenggaraan surveilans epidemiolgi terhadap beberapa kejadian, permasalahan dan atau faktor risiko kesehatan. b. Surveilans Epidemiologi Khusus adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan faktor risiko atau situasi khusus kesehatan. c. Surveilans Sentinel adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.



7



d. Studi Epidemiologi adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada periode tertentu serta populasi dan atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebih mendalam gambaran epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau faktor risiko kesehatan. 2. Penyelenggaraan Berdasarkan Aktivitas Pengumpulan Data a. Surveilans Aktif adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya. b. Surveilans Pasif adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut dari unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya. 3. Penyelenggaraan Berdasarkan Pola Pelaksanaan a. Pola Kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana. b. Pola Selain Kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk keadaan diluar KLB dan atau wabah dan atau bencana. 4. Penyelenggaraan Berdasarkan Kualitas Pemeriksaan a. Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan. b. Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan surveilans



dimana



data



diperoleh



berdasarkan



pemeriksaan



laboratorium atau peralatan pendukung pemeriksaan lainnya. 2.1.4 Ruang Lingkup dan Sasaran Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1479 (2003), sasaran penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan meliputi masalah-masalah yang berkaitan dengan program kesehatan yang ditetapkan berdasarkan prioritas nasional, bilateral, regional dan global, penyakit potensial wabah, bencana dan komitmen lintas sektor serta sasaran spesifik lokal atau daerah. Secara rinci



8



sasaran penyelenggaran sistem surveilans epidemiologi kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor risiko untuk mendukung upaya



pemberantasan



penyakit menular. Contoh : DBD (Demam Berdarah Dengue), Malaria. Prioritas sasaran penyelenggaraan surveilans epidemiologi penyakit menular adalah : a. Surveilans penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi b. Surveilans AFP c. Surveilans penyakit potensial wabah atau kejadian luar biasa penyakit menular dan keracunan d. Surveilans penyakit demam berdarah dan demam berdarah dengue e. Surveilans malaria f. Surveilans penyakit-penyakit zoonosis, antraks, rabies, leptospirosis dan sebagainya g. Surveilans penyakit filariasis h. Surveilans penyakit tuberkulosis i. Surveilans penyakit diare, tipus perut, kecacingan dan penyakit perut lainnya j. Surveilans penyakit kusta k. Surveilans penyakit frambosia l. Surveilans penyakit HIV/AIDS m. Surveilans penyakit menular seksual n. Surveilans penyakit pnemonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat (severe acute respiratory syndrome) 2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor risiko untuk mendukung upaya



pemberantasan



penyakit tidak menular. Contoh: Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner. Prioritas sasaran penyelenggaraan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular adalah:



9



a. Surveilans hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner b. Surveilans diabetes mellitus c. Surveilans neoplasma d. Surveilans penyakit paru obstuksi kronis e. Surveilans gangguan mental f. Surveilans kesehatan akibat kecelakaan 3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku, merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor risiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan. Contoh: Vektor Nyamuk, Keberadaan Rodent/Tikus, PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Prioritas



sasaran penyelenggaraan



surveilans epidemiologi



kesehatan lingkungan dan perilaku adalah : a. Surveilans sarana air bersih b. Surveilans tempat-tempat umum c. Surveilans pemukiman dan lingkungan perumahan d. Surveilans limbah industri, rumah sakit dan kegiatan lainnya e. Surveilans vektor penyakit f. Surveilans kesehatan dan keselamatan kerja g. Surveilans rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, termasuk infeksi nosokomial 4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko untuk mendukung program- program kesehatan tertentu. Contoh: Cakupan Program Imunisasi, Program Pemberantasan Vektor Nyamuk. Prioritas sasaran penyelenggaraan surveilans epidemiologi masalah kesehatan adalah : a. Surveilans gizi dan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) b. Surveilans gizi mikro kurang yodium, anemia gizi besi, kekurangan vitamin A c. Surveilans gizi lebih d. Surveilans kesehatan ibu dan anak termasuk reproduksi. e. Surveilans kesehatan lanjut usia.



10



f. Surveilans penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya g. Surveilans penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisionil, bahan kosmetika, serta peralatan h. Surveilans kualitas makanan dan bahan tambahan makanan 5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra, merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra (kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, kesehatan kedirgantaraan). Contoh: Kegiatan Ibadah Haji, Kegiatan Penyelaman, Kesehatan Militer. Prioritas sasaran penyelenggaraan surveilans epidemiologi kesehatan matra adalah : a. Surveilans kesehatan haji b. Surveilans kesehatan pelabuhan dan lintas batas perbatasan c. Surveilans bencana dan masalah sosial d. Surveilans kesehatan matra laut dan udara e. Surveilans pada kejadian luar biasa penyakit dan keracunan. 2.1.5 Kegiatan Surveilans Epidemiologi Menurut Noor (2008), Kegiatan surveilans epidemiologi dapat bersifat rutin dan dapat pula bersifat khusus. Bentuk kegiatan yang bersifat rutin meliputi: 1. Laporan rutin kasus penyakit tertentu, baik penyakit menular maupun tidak menular, atau berbagai kejadian yang berhubungan dengan kesehatan secara umum. Surveilans merupakan program yang melakukan pelaporan yang terdiri dari laporan bulanan, dan laporan tahunan. Hasil analisis dari laporan tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan bidang kesehatan, baik untuk penyusunan program maupun untuk evaluasi program serta analisis status kesehatan masyarakat. 2. Pencatatan dan pelaporan khusus kejadian tertentu dalam masyarakat yang biasanya terbatas pada berbagai kejadian yang mungkin mempunyai dampak yang berat atau yang mempunyai potensi wabah. 3. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan jenis penyakit yang wajib dilaporkan termasuk berbagai penyakit menular tertentu/penyakit



11



karantina serta berbagai penyakit yang dianggap mempunyai potensi mewabah atau penyakit yang jarang dijumpai dalam masyarakat. Jenis penyakit yang wajib dilaporkan ini, biasanya tidak sama untuk setiap negara. 4. Surveilans ekologi dan lingkungan yakni surveilans yang khusus dilakukan terhadap berbagai vektor penyakit menular, dan udara serta pengamatan terhadap beradanya bahan berbahaya lain dalam lingkungan yang dapat berupa, vektor penyakit tertentu, pengotoran lingkungan dan lain lain. 5. Pengamatan dan pengawasan pemakaian zat tertentu seperti insektisida, vaksin, obat-obatan yang bersifat keras dan zat lainnya yang dianggap berbahaya. 6. Pencatatan dan pelaporan peristiwa vital yang meliputi kelahiran, perkawinan, perceraian, dan kematian. Pada umumnya pelaksanaan surveilans yang bersifat rutin ini dilakukan secara terprogram melalui pusat pelayanan kesehatan pada tingkatan tertentu. Selain itu, dikenal pula pelaksanaan epidemiologi surveilans yang bersifat kegiatan khusus dan dilakukan pada batas waktu tertentu atau secara periodik dengan selang waktu tertentu. Pelaksanaan surveilans tersebut terdiri dari: 1. Pelaksanaan survei berkala untuk berbagai hal tertentu seperti status kesehatan masyarakat melalui survei kesehatan rumah tangga, berbagai jenis survei epidemiologis penyakit tertentu dalam masyarakat. 2. Pengamatan khusus terhadap kejadian luar biasa atau wabah serta penelitian aktif penyakit tertentu. 3. Pengamatan khusus oleh dokter praktik swasta, pengamatan di klinik swasta dan lain sebagainya. 2.1.6 Komponen Surveilans Kepmenkes RI No. 1116 (2003) menyatakan bahwa setiap penyelengaraan surveilans epidemiologi penyakit dan masalah kesehatan lainnya terdiri dari beberapa komponen penyusun bagan sistem surveilans, diantaranya: 1. Tujuan yang jelas dan dapat terukur



12



2. Unit kerja surveilans epidemiologi yang terdiri dari kelompok kerja surveilans epidemiologi dengan dukungan tenaga profesional 3. Adanya konsep surveilans epidemiologi sehingga terdapat kejelasan sumber dan cara memperoleh data, cara mengolah data, cara melakukan analisis, sasaran penyebaran atau pemanfaatan data dan informasi epidemiologi, serta mekanisme kerja surveilans epidemiologi 4. Dukungan advokasi, peraturan perundang-undangan, sarana dan anggaran 5. Pelaksanaan mekanisme kerja surveilans epidemiologi 6. Jejaring surveilans epidemiologi yang dapat membangun kerjasama dalam pertukaran data dan informasi epidemiologi, analisis, dan peningkatan kemampuan surveilans epidemiologi 7. Indikator kinerja. Penyelenggaraan surveilans epidemiologi dilaksanakan melalui jejaring surveilans epidemiologi antara unit surveilans dengan sumber data, antara unit surveilans epidemiologi dengan pusat penelitian dan kajian, program intervensi kesehatan dan unit surveilans lainnya. Secara skematis dapat digambarkan jejaring sistem surveilans epidemiologi kesehatan diantara unit utama di Departemen Kesehatan (Depkes) dan Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPT), pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang) dan pusat data dan informasi, diantara unit kerja Dinas Kesehatan Provinsi (lembaga pemerintah di Provinsi yang bertanggung-jawab dalam bidang kesehatan) dan UPT Dinas Kesehatan Provinsi, dan diantara unit kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (lembaga pemerintah di Kabupaten/Kota yang bertanggung-jawab dalam bidang kesehatan) dan UPT Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Jejaring surveilans



epidemiologi



juga



terdapat



antara



Pusat,



Kabupaten/Kota serta mitra nasional dan internasional. Pengumpulan Data



Pencegahan/ Penanggulangan



Pengolahan Data



Analisis / Interpretasi Data



Diseminasi Data



Gambar 2.1Skema Proses Komponen Surveilans



Provinsi



dan



13



2.1.7 Indikator Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan Kinerja penyelengaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan diukur dengan indikator masukan, proses dan keluaran. Ketiga indikator tersebut merupakan satu kesatuan, dimana kelemahan salah satu indikator tersebut menunjukkan kinerja sistem surveilans yang belum memadai (Kepmenkes RI No. 1116, 2003). Tabel 2.1Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan Masukan



Tingkat



1. Pusat



Tenaga 2. Propinsi



3. Kabupaten/ Kota



4. Rumah Sakit Sarana



5. Puskesmas 1. Pusat, Propinsi



Indikator Unit utama Departemen Kesehatan memiliki: a. 1 tenaga epidemiolog ahli (S3) b. 8 tenaga epidemiolog ahli (S2) c. 16 tenaga epidemiolog ahli (S1) d. 32 tenaga epidemiolog terampil e. 16 tenaga dokter umum UPT Departemen Kesehatan memiliki : a. 2 tenaga epidemiolog ahli (S2) b. 4 tenaga epidemiolog ahli (S1) c. 4 tenaga epidemiolog terampil d. 1 tenaga dokter umum a. 1 tenaga epidemiolog ahli (S2) b. 2 tenaga epidemiolog ahli (S1) c. 2 tenaga epidemiolog terampil d. 1 tenaga dokter umum a. 1 tenaga epidemiolog ahli (S2) b. 2 tenaga epidemiolog ahli (S1) atau terampil c. 1 tenaga dokter umum a. 1 tenaga epidemiolog ahli b. 1 tenaga epidemiolog terampil 1 tenaga epidemiolog terampil a. 1 paket jaringan elektromedia b. 1 paket alat komunikasi (telepon, faksimili, SSB dan telekomunikasi lainnya) c. 1 paket kepustakaan d. 1 paket pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan program aplikasi komputer e. 4 paket peralatan pelaksanaan surveilans



14



Masukan



Tingkat



2. Kabupaten/Kota



9. Puskesmas dan Rumah Sakit



Proses



Tingkat



1. Pusat



2. Propinsi



3. Kabupaten/Kota



Indikator epidemiologi f. 1 roda empat, 1 roda dua a. 1 paket jaringan elektromedia b. 1 paket alat komunikasi (telepon, faksimili, SSB dan telekomunikasi lainnya) c. 1 paket kepustakaan d. 1 paket pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan program aplikasi komputer e. 1 paket formulir f. 2 paket peralatan pelaksanaan surveilans epidemiologi g. 1 roda empat, 2 roda dua a. 1 paket komputer b. 1 paket alat komunikasi (telepon, faksimili, SSB) c. 1 paket kepustakaan d. 1 paket pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan program aplikasi komputer e. 1 paket formulir f. 1 paket peralatan pelaksanaan surveilans epidemiologi g. 1 roda dua



Indikator a. Kelengkapan laporan unit pelapor dan sumber data awal sebesar 80 % atau lebih b. Ketepatan laporan unit pelapor dan sumber data awal sebesar 80 % atau lebih c. Penerbitan buletin kajian epidemiologi sebesar 12 kali atau lebih setahun d. Umpanbalik sebesar 80 % atau lebih a. Kelengkapan laporan unit pelapor dan sumber data awal sebesar 80 % atau lebih b. Ketepatan laporan unit pelapor dan sumber data awal sebesar 80 % atau lebih c. Penerbitan buletin kajian epidemiologi sebesar 12 kali atau lebih setahun d. Umpanbalik sebesar 80 % atau lebih a. Kelengkapan laporan unit pelapor sebesar



15



80 % atau lebih b. Ketepatan laporan unit pelapor sebesar 80 % atau lebih c. Penerbitan buletin kajian epidemiologi sebesar 4 kali atau lebih setahun d. Umpanbalik sebesar 80 % atau lebih



Keluaran



Tingkat



Indikator



1. Pusat



Profil Surveilans Epidemiologi Nasional sebesar 1 kali setahun



2. Propinsi



Profil Surveilans Epidemiologi sebesar 1 kali setahun



Propinsi



Profil Surveilans Epidemiologi Kabupaten/Kota sebesar 1 kali setahun Sumber: (Kepmenkes RI No. 1116, 2003) 3. Kabupaten/Kota



2.2 Pes (Plaque) Pes merupakan penyakit zoonosa , yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia atau sebaliknya (UU RI No. 18, 2009). Penyakit ini ada pada tikus dan rodent lainya dan dapat ditularkan kepada manusia yang bersifat akut disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis (Pasteurella pestis). Pes pada manusia yang pernah dikenal sebagai black death pada perang dunia kedua dan mengakibatkan kematian sangat tinggi. Penyakit ini juga dikenal dengan sampar yang merupakan penyakit yang sangat fatal dengan gejala bekterimia demam tinggi, shock, penurunan tekanan darah, nadi cepat dan tidak teratur, gangguan mental, kelemahan, kegelisahan dan koma (Yudhastuti dalam (Riha, 2014). Menurut Raharjo dalam (Riha, 2014) penyakit pes merupakan penyakit yang terdaftar dalam karantina internasional sesuai dengan International Health Regulations (IHR) pada tahun 1969. Penyakit ini termasuk dalam undang-undang No.4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular dan termaktub di dalam peraturan Menkes RI. No. 560/ Menkes/ Per/ VIII/ 1989 tentang penyakit yang menimbulkan wabah, yang diatur dalam surat edaran Dir. Jen. PP&PL No. 451 I/PD.03.04/IF/1989 (BBTKL PPM Yogyakarta, 2007). Reservoir utama penyakit pes adalah tikus (rodent) sebagai sumber penularan



16



kepada manusia. Penyakit pes ditularkan dari tikus ke manusia melalui gigitan pinjal Xenopsylla cheopis yang merupakan vektor dari penyakit pes. 2.3 Tikus (Rodent) Tikus (rodent) adalah binatang yang seringkali berada disekitar kehidupan manusia, hidup berdampingan dan sudah sangat beradaptasi dengan kehidupan manusia. Termasuk dalam ordo Rodentia, Sub ordo Myormorpha, famili Muridae. Famili Muridae ini merupakan famili yang dominan dari ordo Rodentia karena mempunyai daya reproduksi yang tinggi, pemakan segala macam makanan (Omnivorous) dan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang diciptakan manusia. Jenis tikus yang sering ditemukan di habitat rumah dan ladang adalah jenis Rattus dan Mus. Beberapa jenis dan ciri-ciri tikus antara lain adalah sebagai berikut : 1. Tikus Rumah (Rattus tanezumi) Tikus ini mempunyai panjang total ujung kepala sampai ujung ekor 220370 mm, ekor 101-180 mm, kaki belakang 20-39 mm, ukuran telinga 13-23 mm sedangkan rumus mamae 2+3 = 10. Warna rambut badan atas coklat tua dan rambut badan bawah (perut) coklat tua kelabu. Tikus ini banyak dijumpai di rumah (atap, kamar, dapur) dan gudang. Kadang-kadang juga ditemukan pula di kebun sekitar rumah. 2. Tikus Got (Rattus norvegicus ) Tikus got ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor 300-400 mm, panjang ekornya 170-230 mm, kaki belakang 42-47 mm, telinga 18-22 mm dan mempunyai rumus mamae 3+3 = 12. Warna rambut badan atas coklat kelabu, rambut bagian perut kelabu. Tikus ini banyak dijumpai di seluruh air/riol/got di daerah pemukiman kota dan pasar. 3. Tikus Wirok (Bandicota indica) Panjang dari tikus wirok ini dari ujung kepala sampai ekor 400-580 mm, panjang ekornya 160-315 mm, kaki belakang 47-53 mm, telinga 29-32 mm, sedangkan rumus mamae 3+3 = 12. Warna rambut badan atas dan rambut bagian perut coklat hitam, rambutnya agak jarang dan rambut di pangkal ekor kaku seperti ijuk, jenis tikus ini banyak dijumpai di daerah berawa, padang alang-alang dan kadang-kadang di kebun sekitar rumah. 4. Tikus Piti (Mus musculus) Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor kurang dari 175



17



mm, ekor 81-108 mm, kaki belakang 12-18 mm, sedangkan telinga 8-12 mm, sedangkan rumus mamae 3+2 = 10. Warna rambut badan atas dan bawah coklat kelabu. Jenis ini banyak terdapat di dalam rumah, dalam almari, dan tempat penyimpanan lainya. Ada beberapa cara mengidentifikasi , yaitu sebagai berikut: 1. Panjang total tikus adalah panjang dari ujung hidung sampai ujung ekor diukur dalam posisi tubuh lurus dan terlentang. 2. Panjng ekor diukur dari pangkal sampai ujung ekor tikus. 3. Panjang Telinga diukur dari pangkal telinga ketitik yang terjauh di daun telinga. 4. Berat tubuh tikus diukur dengan timbangan dengan satuan gram 5. Warna rambut, pengamatan pada warna rambut dipunggung dan perut. 6. Rumus puting susu, jumlah depan menunjukan jumlah puting yang tumbuh didada, sedang jumlah belakang menunjukanjumlah puting yang tumnuh diperut (Rusmini dalam (Riha, 2014). 2.4 Pinjal (Flea) Pinjal merupakan serangga dari ordo Siphonaptera berukuran kecil (1,5 – 4 mm), berbentuk pipih dibagian samping (dorso lateral) bentuk kepala, dada, dan perut terpisah secara jelas. Pinjal tidak bersayap, berkaki panjang terutama kaki belakang, bergerak aktif di antara rambut inang dan dapat meloncat. Pinjal dewasa bersifat parasitik sedangkan predewasanya hidup di sarang, tempat berlindung atau tempattempat yang sering dikunjungi tikus (Kemenkes, 2012). Pinjal menjadi infektif apabila menghisap darah dari inang sakit atau terinfeksi Y. Pestis. Interval antara saat menghisap darah dengan masa infektif terjadi setelah 21 hari untuk X. Cheopis dan rata-rata masa infektif berlangsung selama 17 hari atau maksimal sampai 44 hari. Ciri-ciri morfologi pinjal X. Cheopis adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Tubuh kecil ukuran 1,5 – 4mm berbentuk pipih lateral Tidak bersayap Mulut bertipe penghisap dan penusuk Memiliki 3 pasang kaki yang panjang dan kuat Memiliki rambut mata (ocular bristle) di sekitar mata Pada betina terdapat spermateca (alat penampung sperma) sedangkan jantan terdapat clasper (sejenis penis/alat kelamin jantan)



18



Dalam penyelidikan surveilans kesehatan lingkungan ideks diidentifikasi jenisnya dan diukur indeks pinjalnya. Cara menghitung indeks pinjal adalah sebagai berikut:



Indeks Pinjal =



Sumber (Kemenkes RI, 2014) 2.5 Peran Tikus dan Pinjal Dalam Penularan Penyakit Disamping sebagai reservoir penyakit pes, tikus juga merupakan hospes pinjal vektor pes. Tikus dapat berperan sebagai reservoir atau sekaligus rodent penyebar penyakit. Pinjal yang terdapsat pada tikus merupakan vektor penyakit pes. Kuman pes berkembang biak dalam tubuh tikus sehingga apabila pinjal menghisap tikus, kuman pes ikut dalam darah yang terhisap dan menyumbat pada tengorokan pinjal. Hal ini menyebabkan pinjal muntah untuk mengeluarkan kuman kuman pes yang menyumbat tenggorokannya. Muntahan ini masuk dalam luka gigitan dan terjadi infeksi dengan P. Pestis, setelah itu pinjal yang tersumbat tenggorokannya akan lekas mati. Berikut merupakan bagan penularan penyakit pes:



Gambar 2.2Bagan penularan penyakit Pes 2.6 Pendekatan Sistem Menurut Jeffery, dkk (2001) dalam (Wahyuningtyas, 2016) sistem merupakan elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk satu kesatuan atau organisasi.



19



Dalam kegiatan organisasi hubungan informasi ini sesuai dengan sistem yang berlaku sehingga memerlukan jalinan prosedur dan metode kerja yang jelas antara unit informasi dengan unit informasi lainnya. Untuk itu perlu diatur suatu tatanan kerja yang dapat mengurangi kerumitan-kerumitan hubungan antara organisasi dengan organisasi lainnya. Untuk tujuan pemakaian sistem, maka hubungan antar elemen dalam organisasi dalam sistem informasi dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut : Input



Proses



Output



Gambar 2.3 Modul Sistem Terdapat 2 konsep sistem dalam kegiatan organisasi , yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka , yaitu sistem yang bekerjanya dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, dan sistem tertutup , yaitu sistem yang bekerjanya tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor luar. Karakteristik sistem juga ada dua , yaitu sistem fisik dan non fisik. Sistem fisik adalah peralatan dan perlengkapan infromasi seperti komputer, mesin, tenaga listrik, dokumen, hasil cetak dan lain sebagainya. Sedangkan sistem non fisik adalah data, informasi, analisis manusia, pikiran manusia dan lain-lain. Sistem ialah satu kesatuan yang utuh diperkirakan berhubungan, serta satu sama lain saling mempengaruhi, yang ketemunya dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Unsur-unsur atau komponen dasar sistem adalah : 1. Input ialah kumpulan elemen/bagian yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. 2. Proses ialah kumpulan elemen/bagian yang berfungsi mengubah masalah menjadi keluaran yang direncanakan. 3. Output ialah kumpulan elemen/bagian yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. Dalam output yang diharpkan adalah Feed back (balikan). Feed back ialah kumpulan elemen/bagian yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut (Anwar, 2009).



20



Pendekatan Sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan analisis secara sistem. Pendekatan sistem diperlukan apabila kita menghadapi suatu masalah yang kompleks sehingga diperlukan analisa terhadap permasalahan tadi, untuk memahami hubungan bagian dengan bagian lain dalam masalah tersebut, serta kaitan antara masalah tersebut dengan masalah lainnya. Analisa sistem adalah suatu cara kerja yang dengan mempergunakan fasilitas yang ada, dilakukan pengumpulan pelbagai masalah yang dihadapi untuk kemudian dicarikan pelbagai jalan keluarnya, lengkap dengan uraian, sehingga membantu administrator dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu analisa sistem yang baik adalah : 1. Tentukan input dan output dasar dari sistem. 2. Tentukan proses yang dilakukan di tiap-tiap tahap. 3. Rancang perbaikan sistem dan lakukan pengujian dengan : a. Fersibility : cari yang memungkinkan b. Viability : kelangsungan c. Cost : cari yang harganya murah/terjangkau d. Effectiveness : dengan input yang sedikit, output besar. 4. Buat rencana kerja dan penunjukkan tenaga. 5. Implementasikan dan penilaian terhadap sistem yang baru. Menurut Harrington Emerson dalam Phiffner John F. dan Presthus Robert V. (1960) dalam Satrianegara (2009), manajemen mempunyai lima unsur (5M), , yaitu: a. Man (Manusia) Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orangorang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan. b. Money Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh



21



karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi. c. Materials Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki. d. Machines Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja. e. Methods Method atau Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbanganpertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri. 2.7 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) 2.7.1 Definisi Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta



22



pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara (Permenkes RI No. 2348, 2011). Dalam melaksanakan tugas, KKP menyelenggarakan fungsi: 1. pelaksanaan kekarantinaan; 2. pelaksanaan pelayanan kesehatan; 3. pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara; 4. pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit baru, dan penyakit yang muncul kembali; 5. pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi, dan kimia; 6. pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan internasional; 7. pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang kesehatan, serta kesehatan matra termasuk penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan penduduk; 8. pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara; 9. pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika dan alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan mengawasi persyaratan dokumen kesehatan OMKABA impor; 10. pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya; 11. pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara; 12. pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara; 13. pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara; 14. pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan surveilans kesehatan pelabuhan;



23



15. pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara; 16. pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP. 2.7.2 Klasifikasi KKP Berdasarkan beban kerja di bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara, KKP diklasifikasikan ke dalam 4 kelas, diantaranya , yaitu : 1. KKP Kelas I terdapat 7 KKP, , yaitu Tanjung Priok, Denpasar, Surabaya, Soekarno Hatta, Medan, Makassar, dan Batam. Susunan organisasi KKP kelas I terdiri dari : a. Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan program, pengelolaan informasi, evaluasi, pelaporan, urusan tata usaha, keuangan, penyelenggaraan pelatihan, kepegawaian, serta perlengkapan dan rumah tangga. b. Bidang



Pengendalian



Karantina



dan



Surveilans



Epidemiologi,



mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang kekarantinaan, surveilans epidemiologi penyakit dan penyakit potensial wabah serta penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas OMKABA, jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta pengembangan teknologi, pendidikan dan pelatihan bidang kekarantinaan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. c. Bidang



Pengendalian



Risiko



Lingkungan,



mempunyai



tugas



melaksanakan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang Pengendalian vektor dan binatang penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring kerja, kemitraan, kajian dan pengembangan teknologi, serta pendidikan dan pelatihan bidang pengendalian risiko lingkungan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. d. Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah, mernpunyai tugas melaksanakan perencanaan dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang pelayanan kesehatan terbatas, kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra, vaksinasi internasional, pengembangan jejaring kerja,



24



kemitraan, kajian dan teknologi, serta pendidikan dan pelatihan bidang upaya kesehatan pelabuhan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. e. Instalasi f. Wilayah Kerja g. Kelompok Jabatan Fungsional. 2. KKP Kelas II terdapat 21 KKP, , yaitu Tanjung Pinang, Banjarmasin, Kendari, Tarakan, Mataram, Padang, Semarang, Palembang, Probolinggo, Ambon, Pekanbaru, Balikpapan, Manado, Bandung, Banten, Pontianak, Samarinda, Cilacap, Panjang, Jayapura, dan Tanjung Balai Karimun. Susunan organisasi KKP kelas II terdiri dari : a. Subbagian Tata Usaha, mempunyai tugas melakukan koordinasi dan penyusunan program, pengelolaan informasi, evaluasi, laporan, urusan tata usaha, keuangan, penyelenggaraan pelatihan, kepegawaian, serta perlengkapan dan rumah tangga. b. Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan



laporan,



dan



koordinasi



pelaksanaan



kekarantinaan,



surveilans epidemiologi penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit baru, dan penyakit yang muncul kembali, pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas OMKABA, jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta pengembangan teknologi, pelatihan teknis bidang kekarantinaan dan surveilans epidemiologi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. c. Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyujsunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan pengendalian vektor dan binatang penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring kerja, kemitraan, kajian dan pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang pengendalian risiko lingkungan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.



25



d. Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi pelayanan kesehatan terbatas, kesehatan kerja, kesehatan matra, kesehatan haji, perpindahan penduduk, penanggulangan



bencana,



vaksinasi



internasional,



pengembangan



jejaring kerja, kemitraan, kajian dan teknologi, serta pelatihan teknis bidang upaya kesehatan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. e. Instalasi f. Wilayah Kerja g. Kelompok Jabatan Fungsional. 3. KKP Kelas III terdapat 20 KKP, , yaitu Pangkal Pinang, Bitung, Tembilahan, Jambi, Dumai, Palu, Kupang, Biak, Sorong, Manokwari, Sampit, Banda Aceh, Merauke, Lhokseumawe, Bengkulu, Poso, Palangkaraya, Gorontalo, Ternate, dan Sabang. Susunan organisasi KKP kelas III terdiri dari : a. Subbagian Tata Usaha, mempunyai tugas melakukan koordinasi dan penyusunan program, pengelolaan informasi, evaluasi, laporan, urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian, penyelenggaraan pelatihan, serta perlengkapan dan rumah tangga. b. Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan kekarantinaan dan surveilans epidemiologi penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit baru, dan penyakit yang muncul kembali, pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas OMKABA, jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta pengembangan teknologi, dan pelatihan teknis bidang kekarantinaan dan surveilans epidemiologi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. c. Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan dan Kesehatan Lintas Wilayah, mempunyai



tugas



melakukan



penyiapan



bahan



perencanaan,



pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi pengendalian vektor dan binatang penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan,



26



kesehatan terbatas, kesehatan kerja, kesehatan matra, kesehatan haji, perpindahan



penduduk,



penanggulangan



bencana,



vaksinasi



internasional, jejaring kerja, kemitraan, kajian dan pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang pengendalian risiko lingkungan dan upaya kesehatan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. d. Instalasi e. Wilayah Kerja f. Kelompok Jabatan Fungsional. 4. KKP Kelas IV terdapat 1 KKP, , yaitu Yogyakarta. Susunan organisasi KKP kelas IV terdiri dari : a. Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas melakukan koordinasi dan penyusunan program, pengelolaan informasi, evaluasi, pelaporan, keuangan, kepegawaian, urusan tata usaha, perlengkapan dan rumah tangga. b. Petugas



Pengendalian



mempunyai



tugas



Karantina



melakukan



dan



Surveilans



penyiapan



Epidemiologi,



bahan



perencanaan,



pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan kekarantinaan dan surveilans epidemiologi penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit baru, dan penyakit yang muncul kembali, pengawasan alat angkut dan muatannya, lalu lintas OMKABA, jejaring kerja, dan kemitraan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. c. Petugas Pengendalian Risiko Lingkungan dan Kesehatan Lintas Wilayah, mempunyai



tugas



melakukan



penyiapan



bahan



perencanaan,



pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi pengendalian vektor dan binatang penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, kesehatan terbatas, kesehatan kerja, kesehatan matra, kesehatan haji, perpindahan



penduduk,



penanggulangan



bencana,



vaksinasi



internasional, jejaring kerja, kemitraan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. d. Instalasi



27



e. Wilayah Kerja f. Kelompok Jabatan Fungsional.



BAB 3. METODE KEGIATAN MAGANG/ PKL 3.1 Waktu dan Tempat Magang/ PKL Kegiatan magang/ PKL dilaksanakan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Surabaya dimulai tanggal 16 Januari – 26 Februari 2017. Adapun pelaksanaannya dilakukan di kantor induk Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya yang terletak di Tanjung Perak selama 33 hari dan di kantor KKP Wilayah Kerja Bandara Juanda selama 7 hari. 3.2 Jadwal Kegiatan Adapun jadwal kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa magang di KKP Kelas I Surabaya dimuat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Mahasiswa Di KKP Kelas I Surabaya No. 1.



Tanggal 16 Januari 2017



2.



Kegiatan Pengenalan KKP Kelas Surabaya 1. Upaya



Surabaya pengendalian



karantina kapal 2. Pelayanan terpadu 17 – 22 Januari 2017



Bidang/Unit Kerja I Kantor KKP Kelas 1



dan



penerbitan dokumen kapal 3. Praktek pemeriksaan kapal 4. Pemeriksaan penjamah



Bidang PKSE



makanan (bersama bidang PRL) 1. Sistem informasi vaksinasi 2. Pelayanan penerbitan



3.



23 – 29 Januari 2017



International Certificate of Vaccination (ICV) 3. Pelayanan perpanjangan P3K kapal



28



Bidang UKLW



29



4.



1. Upaya



pengendalian



karantina pesawat 2. Upaya pengendalian risiko 30 Jan – 5 Feb 2017



lingkungan 3. Pelayanan



penerbitan



Wilayah Kerja



International Certificate of



Bandara Juanda



Vaccination (ICV) 1. Surveilans epidemiologi alat



5.



angkut 2. Surveilans



epidemiologi



obat, makanan, kosmetika, 6 – 12 Februari 2017



alat



kesehatan,



dan



zat



adiktif (OMKABA) 3. Surveilans epidemiologi kesehatan



matra



Bidang PKSE



(Haji,



Umroh, Idul Fitri, dan Natal Tahun Baru) 1. Trapping Tikus 2. Identifikasi tikus dan pinjal 3. Survei jentik dan



6.



identifikasi 13 – 19 Februari 2017



agepty 4. Fogging 5. Pengambilan



larva



Aedes Bidang PRL



sampel



air



bersih di pelabuhan 6. Sanitasi tempat-tempat 7.



20 – 26 Februari 2017



umum Penyusunan



laporan



dan



seminar hasil laporan magang



Bidang PKSE



3.3 Pengelola Program Magang/ PKL Pengelola program magang/PKL Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember Semester Genap tahun ajaran 2016/2017 dimuat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.2 Pengelola Program Magang/PKL Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember Semester Genap tahun ajaran 2016/2017



30



No.



Nama



1.



Irma Prasetyowati, S. KM., M. Kes.



2.



Dr. Farida Wahyu N., S. KM., M. Kes.



3.



dr. Ragil Ismi Hartanti, M. Sc.



4.



Yenike Tri H., S. KM., M. Kes



5.



Irma Prasetyowati, S. KM., M. Kes.



Jabatan Dekan dan Penanggung Jawab Program Magang/PKL Pembantu Dekan 1 dan Pengarah Program Magang/PKL Koordinator Program Magang/PKL Wakil Koordinator Program Magang/PKL Dosen Pembimbing Akademik



3.4 Pembimbing Magang/ PKL Pembimbing magang/PKL Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember Semester Genap tahun ajaran 2016/2017 adalah: 1. Dosen Pembimbing Akademik : Irma Prasetyowati, S. KM., M. Kes. 2. Dosen Pembimbing Lapangan : Devika Martyawati, S.KM., M.Kes.



31



BAB 4. HASIL KEGIATAN MAGANG/PKL Salah satu tugas dari unit Pengenendalian Risiko Lingkungan adalah pemberantasan serangga penular penyakit, tikus dan pinjal di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. Tugas ini dibawah bagian seksi Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit. Di bulan Februari 2017 seksi Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit memiliki rencana kegiatan yang akan dilakukan. Salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan adalah kegiatan trapping tikus. Tujuan utama dari kegiatan trapping tikus ini adalah untuk mengendalikan vektor pes, yaitu pinjal X. Cheopis. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan yang dilakukan secara aktif karena penemuan masalah dilakukan langsung ke lapangan. Kegiatan trapping tikus ini dilakukan untuk mengukur indeks pinjal di daerah perimeter KKP Kelas I Surabaya. Setelah dilakukan pemasangan perangkap tikus, petugas KKP melakukan pengambilan tikus yang terkena perangkap, melakukan penyisiran dan identifikasi spesies tikus serta pinjal yang ditemukan saat penyisiran. Secara pendekatan sistem kegiatan trapping tikus dalam rangka surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan digambarkan sebagai berikut: 4.1 Input a. Man (Sumber Daya Manusia) Dalam kegiatan Trapping Tikus Dalam Rangka Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan, man adalah petugas dan pegawai tertentu yang diberi tugas untuk melakukan pengendalian risiko lingkungan dan atau tindakan penyehatan berdasarkan undang-undang yang berlaku melalui peningkatan kemampuan dan pendidikan mengenai pengendalian risiko lingkungan (Dirjen PP & PL, 2007). Jumlah petugas dalam kegiatan ini berjumlah enam orang, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 4.1 Jumlah SDM Kegiatan Trapping Tikus Tenaga Seksi Pengendalian Tenaga Standart Vektor dan Binatang Penular Penyakit Tenaga ahli (S2) 1 orang 2 orang Tenaga ahli (S1) 2 orang 1 orang Tenaga terampil (D3) 2 orang 3 orang



Keterangan



Memenuhi Kurang Memenuhi



32



Sumber: KKP Kelas I Surabaya b. Money (Pembiayaan) Pembiayaan kegiatan Trapping Tikus Dalam Rangka Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan bersumber dari daftar isian perencanaan angaran (DIPA) KKP Kelas I Surabaya. Pengajuan anggaran dilakukan oleh KKP Kelas I Surabaya kepada Dirjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI. Kemudian pengajuan anggaran akan diserahkan kepada Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan. Setelah dana dicairkan melalui kantor pelayanan perbendaharaan negara (KPPN) lalu dialokasikan untuk biaya transportasi dan pengambilan data. Pembiayaan pada kegiatan ini dialokasikan sebanyak sembilan kali kegiatan. c. Material (Sarana dan Prasarana) Sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan Trapping Tikus Dalam Rangka Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dapat dilihat dalam rincian berikut: Tabel 4.2Sarana Prasarana Pendukung Trapping Tikus Kategori Sarana dan Prasarana Dokumen/Formulir 1. Form daftar tempat pemasangan trapping 2. Form identifikasi tikus dan pinjal 3. Kunci identifikasi tikus dan pinjal 4. Petunjuk teknis pengendalian pes 5. Pedoman teknis pengendalian tikus dan mencit Alat Komunikasi 1. Telepon 2. Handphone (HP) 3. Email Alat Transportasi Alat Pendukung



1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Satu Kendaraan roda empat Satu Kendaraan roda dua Perangkap Kantong Baskom Sisir Timbangan Mikroskop Petridish Penyedot pinjal



Keterangan Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak Ada



33



Kategori



Sarana dan Prasarana Keterangan 9. Tabung gelas Ada 10. Pipet Ada 11. Botol vial Ada 12. Kapas Ada 13. Masker Ada 14. Sarung tangan Ada 15. Baju khusus Tidak Ada 16. Kaca slide dan coverglass Ada 17. Tong Ada 18. ATK (bolpoin, pensil, Ada penggaris, dan kertas label) Bahan Kimia 1. Chloroform Ada 2. Alkohol Ada 3. Desinfektan Ada 4. Umpan Ada Laboratorium 1. Laboratorium Rodent Ada 2. Laboratorium Entomologi Ada Sumber: KKP Kelas I Surabaya Sarana dan prasarana tersebut didasarkan pada indikator surveilans dan berdasarkan SOP pengendalian tikus dan pinjal bidang PRL KKP Kelas I Surabaya. Pemeliharaan sarana dan prasarana dilakukan sesuai jenis dan kategorinya. Misalnya untuk perangkap tikus, dilakukan pencucian untuk pembersihan perangkap agar bau tikus yang melekat pada perangkap hilang sehingga tidak menghalangi trapping pada kegiatan di 40 hari kedepan. Setelah itu disimpan dalam gudang dengan rapi. Pengadaan sarana dan prasarana didapatkan dari penganggaran DIPA khusus bidang PRL kemudian dilakukan pendistribusian ke wilayah kerja. d. Machine (Mesin) Dalam pelaksanaan kegiatan Trapping Tikus Dalam Rangka Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan, tidak memakai mesin dalam pelaksanaan trapping karena menggunkan perangkap tikus biasa. Dalam kegiatan identifikasi menggunakan



mikroskop



stereo



dan



cold fogger



untuk pembersihan



laboratorium setelah kegiatan identifikasi. Mesin lain yang digunkan untuk alat penunjang dalam kegiatan input, pengolahan, analisis, dan interpretasi data adalah personal computer dan printer. e. Method (Metode) Metode pelaksanaan kegiatan Trapping Tikus Dalam Rangka Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan mengacu pada standart



34



operasional prosedur (SOP) pengendalian tikus dan pinjal bidang PRL KKP Kelas I Surabaya di pelabuhan/bandara dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Persiapan SDM, sarana, dan prasarana 2. Pemetaan daerah yang menjadi lokasi pengendalian di pelabuhan 3. Pemasangan perangkap dan pengamatan tikus dan pinjal 4. Mengidentifikasi tikus dan pinjal 5. Melakukan pemusnahan tikus Jejaring kerja kegiatan ini tidak terlepas dari lintas sektor agar semua metode dapat terlaksana dengan baik, jejaring kerja dalam kegiatan ini adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Administrator pelabuhan PELINDO Institusi pemerintah yang ada di lingkungan pelabuhan Institusi swasta yang ada di lingkungan pelabuhan Perusahaan pelayaran Badan usaha swasta (BUS) Pemilik gudang



35



Gambar 4.1 Algoritma Pengendalian Tikus dan Pinjal di Pelabuhan/Bandara



36



4.2 Proses a. Pengumpulan Data Pengumpulan data pada kegiatan ini dilakukan secara aktif, , yaitu dengan memasang perangkap tikus di delapan lokasi dengan rincian, yaitu: No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Tabel 4.3Distribusi Tempat Pemasangan Perangkap Tempat Pemasangan Perangkap Jumlah Perangkap Terminal Roro 50 Gudang 100 80 Gudang Kalimas 604B 20 Gudang Kalimas 606 30 Gudang Kalimas 607B 30 Gudang Kalimas 607C 35 Gudang Kalimas 1488 30 Gudang Kalimas 609 25 Jumlah 300



Data yang diperoleh merupakan data primer yang didapatkan dari pengawasan perangkap setiap hari selama empat hari. Tikus-tikus yang terjebak dalam perangkap diambil dan dibawa ke laboratorium rodent untuk dilakukan identifikasi spesies tikus dan penyisiran untuk mengetahui adanya pinjal dibulu tikus. Pinjal yang ditemukan saat penyisiran di matikan dengan larutan desinfektan dan dibawa ke laboratorium entomologi untuk diidentifikasi. Kegiatan trapping tikus ini dilakukan setiap 40 hari sekali terhitung dari tanggal terakhir kegiatan ini selesai dibulan sebelumnya. b. Pengolahan Data Setelah dilakukan proses pengumpulan data dan identifikasi pada tikus dan pinjal yang terperangkap kemudian dilakukan proses pengolahan data. Data yang telah dikumpulkan diolah secara sederhana menggunakan software Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk tabel tetapi tidak disajikan dalam bentuk grafik, berikut ini adalah contoh gambar penyajian dalam bentuk tabel hasil pemasangan perangkap tikus:



Gambar 4.2 Hasil Identifikasi Tikus dan Pinjal di Pelabuhan Tanjung Perak



37



38



c. Analisis data Proses analisis data dilakukan secara deskriptif sederhana tanpa menggunakan aplikasi khusus. Analisis data dilakukan oleh petugas unit pengendalian vektor dan binatang penular penyakit dengan mengelompokkan spesies tikus dan spesies pinjal yang telah diidentifikasi. d. Interpretasi Data Cara intrepretasi data yang dilakukan unit pengendalian vektor dan binatang penular penyakit untuk kegiatan trapping tikus adalah jumlah tikus perspesies dan indeks kepadatan pinjal sebagai langkah kewaspadaan dini pada penyakit pes. Frekuensi distribusi spesies tikus dalam kegiatan trapping tikus bulan Februari 2017 disajikan pada gambar berikut:



Gambar 4.3 Distribusi Spesies Tikus Dari hasil pengolahan data dari indentifikasi pinjal didapatkan indeks pinjal umum dan indeks pinjal khusus X. cheopis sebesar 2,09. Hasil ini didapatkan dari persamaan sebagai berikut: Indeks Pinjal = Indeks Pinjal = Indeks Pinjal = 2,09



39



Dari data identifikasi diperoleh informasi bahwa jumlah perangkap yang diambil pada akhir kegiatan sejumlah 164 perangkap sedangkan perangkap yang dipasang berjumlah 300 perangkap. Hal ini menunjukan bahwa angka kerusakan dan kehilangan perangkap tikus masih tinggi, yaitu sejumlah 136 perangkap (45,3%). 4.3 Output a. Informasi Output yang dihasilkan dari kegiatan trapping tikus Dalam Rangka surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan adalah informasi berupa jumlah tikus dan spesies tikus yang diidentifikasi, jumlah kepadatan pinjal dan spesies pinjal yang diidentifikasi. Semua informasi tersebut didapatkan setelah kegiatan trapping tikus berupa informasi harian yang dilakukan selama empat hari , yaitu mulai tanggal 13 – 17 Februari 2017. Informasi tersebut kemudian dibuat laporan akhir kegiatan bulanan dan triwulan. Informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi kegiatan, perencanaan dibulan berikutnya, dan pertimbangan untuk melakukan perubahan SOP jika diperlukan. b. Diseminasi Laporan akhir kegiatan trapping tikus ini didesiminasikan ke beberapa instansi terkait, yaitu KKP Kelas I Surabaya dan PT. PELINDO 3 sebagai kantor otoritas pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Jika terdapat masalah seperti indeks pinjal yang melebihi nilai ambang batas, maka dilakukan konfirmasi berupa surat dan diseminasi informasi yang berisi rekomendasi untuk melakukan tindakan pengendalian. c. Feedback Unit pengendalian vektor dan binatang penular penyakit tidak mengikuti sampai feedback dari PT PELINDO 3 dilakukan dikarenakan tugas dari unit ini hanya sampai pemberian rekomendasi. Feedback yang diketahui pernah dilakukan PT. PELINDO 3 adalah pengosongan gudang-gudang yang memiliki faktor risiko besar dalam distribusi tikus dan pinjal karena tikus akan menetap jika tersedia banyak sumber makanan.



40



BAB 5. PEMBAHASAN Setelah dilakukan analisis menggunakan pendekatan sistem pada kegiatan ini, teridentifikasi beberapa masalah pada input, proses dan output yang dijelaskan sebagai berikut: 5.1 Identifikasi Masalah Pada Input Kegiatan Trapping Tikus Bulan Februari 2017 Pada input kegiatan trapping tikus dalam rangka surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan ini terdapat beberapa permasalahan yang terjadi , yaitu: a. Man Jumlah petugas di seksi pengendalian vektor dan binatang penular penyakit secara keseluruhan sudah mencukupi dan sesuai dengan SOP karena memiliki entomolog dan sanitarian. Menurut SOP syarat petugas harus berjumlah dua orang , yaitu satu entomolog dan satu sanitarian, tetapi tenaga ahli S1 belum memenuhi standart karena hanya memiliki 1 orang. Dalam kegiatan bulan februari 2017 seksi pengendalian vektor dan binatang penular penyakit dibantu oleh mahasiswa magang yang berjumlah tujuh orang. b. Money Pembiayaan kegiatan Trapping Tikus Dalam Rangka



Surveilans



Epidemiologi Kesehatan Lingkungan bersumber dari daftar isian perencanaan angaran (DIPA) KKP Kelas I Surabaya. Pembiayaan dirasa sudah cukup untuk membiayai sembilan kali kegiatan trapping tikus. Untuk pengadaan perangkap juga sudah mencukupi baik perangkap yang digunakan KKP induk dan yang didistribusikan ke wilayah kerja KKP Kelas I Surabaya. c. Material Sarana dan prasarana pendukung harus dipertimbangkan kelayakan dan kelengkapannya agar mampu menunjang keberhasilan suatu kegiatan. Peralatan pendukung kegiatan trapping tikus sudah sesuai dengan SOP, tetapi ada beberapa sarana dan prasarana yang belum dipunyai oleh KKP, , yaitu kendaraan roda dua, penyedot pinjal dan baju khusus. Kendaraan roda dua tidak boleh memasuki kawasan pelabuhan sehingga dirasa masih belum terlalu diperlukan. Sedangkan penyedot pinjal sudah digantikan dengan pinset untuk mengambil pinjal dikarenakan pinjal yang disisir langsung jatuh



41



kewadah yang berisi campuran air dan desinfektan sehingga sebelum diambil pinjal sudah dalam keadaan mati. Untuk baju khusus petugas sudah memiliki pakaian dinas lapang, tetapi setelah melakukan identifikasi seharusnya petugas berganti pakaian karena dikhawatirkan pinjal yang masih hidup loncat ke baju petugas dan ada mikroba-mikroba lain yang menempel pada saat proses melakukan identifikasi. d. Method Pelaksanaan



kegiatan



Trapping



Tikus



Dalam



Rangka



Surveilans



Epidemiologi Kesehatan Lingkungan metodenya sudah sesuai dengan SOP. Tetapi ada beberapa masalah yang ditemukan pada saat pelaksanaan kegiatan, , yaitu: 1. Tahap Pemetaan Pemetaan ini dilakukan dengan tujuan agar dapar mengevaluasi daerah mana saja yang paling banyak ditemukan tikus sehingga pada setiap



kegiatan,



pemasangan



didasarkan



pada



kegiatan-kegiatan



sebelumnya. Pemetaan yang dilakukan belum sesuai dengan Kepmenkes RI No. 431 Tahun 2007 tentang pedoman teknis pengendalian risiko lingkungan di pelabuhan/bandara/pos lintas batas dalam rangka karantina kesehatan. Didalamnya menyatakan bahwa pemetaan seharusnya menunjuknan lokasi gedung dan bangunan, posisi, kapal, sistim rioling, lokasi tempat bak sampah, lokasi penumpukan barang di area terbuka dan lokasi-lokasi lain yang dianggap perlu. Dampak yang akan timbul apabila pemetaan belum memenuhi syarat adalah peta tidak dapat menggambarkan lokasi dimana akan dilakukan pemasangan perangkap tikus dan luas suatu daerah/bangunan di wilayah pelabuhan. Akibatnya tidak dapat diketahui banyaknya jumlah perangkap tikus yang akan dipasang pada masing-masing lokasi sehingga tindakan pemasangan perangkap dapat lebih efektif dan efisien. 2. Tahap Pemasangan Perangkap Pemasangan perangkap tikus oleh KKP Kelas I Surabaya dilakukan di delapan lokasi. Pemasangan perangkap tikus setiap bulannya berbeda lokasi pemasangan karena pelabuhan Tanjung Perak memiliki bangunan yang cukup banyak serta luas. Perangkap yang dipasang berjumlah 300 buah selama empat hari berturut-turut dengan umpan ikan asin. Umpan



42



ikan asin dipilih karena kebiasan orang dipelabuhan yang mengonsumsi ikan asin sehingga sesuai dengan tikus yang kebiasaanya makan makanan manusia. Dalam (Kepmenkes RI No. 431, 2007) menyatakan bahwa pemasangan perangkap tikus adalah di daerah pengamatan pelabuhan besar dapat dibagi menjadi 2 – 4 bagian sesuai keadaan dan dipasang perangkap selama lima hari berturut-turut. Pada kegiatan trapping tikus pada bulan Februari 2017 pemasangan perangkap tikus dilakukan dipagi hari. Menurut (Wikurendra, 2015) pemasangan perangkap pada pagi hari dapat menyebabkan perangkap yang dipasang hilang, dislokasi perangkap, dan umpan dalam perangkap dimakan oleh hewan lain. Pada kegiatan trapping bulan ini pada hari pertama umpan dimakan oleh kucing dan kucing terperangkap dalam perangkap tikus. Selain itu tidak dilakukan penggantian umpan setiap harinya karena menurut (Kepmenkes RI No. 431, 2007) umpan diusahakan diganti selama pemasangan 5 hari berturut-turut. Pada saat pengawasan ditemukan perangkap tikus tertutup penutupnya dan pindahnya lokasi perangkap tikus dari jalur yang ditentukan oleh petugas. Pengambilan dan pengawasan perangkap dilakukan pada pagi hari saat jam kerja, hal ini menyebabkan ramai orang beraktivitas di gudang yang akan dilakukan pengawasan dan pengambilan perangkap (Wikurendra, 2015). Pada hari keempat pengawasan dilakukan pengambilan seluruh perangkap yang dipasang pada delapan lokasi di pelabuhan Tanjung Perak. Dari 300 buah perangkap yang terpasang, 136 buah perangkap hilang dan rusak. Hal ini disebakan oleh perangkap tertimpa dengan barang-barang yang ada digudang. 3. Tahap Pemusnahan Tikus Setelah dilakukan proses pemusnahan menggunakan



cairan



chloroform tikus yang mati dikubur di tanah bawah pohon mangga disamping Unit Pelayanan Kesehatan dan Penerbitan ICV. Bangkai tikus dapat diklasifikasikan sebagai limbah B3, yaitu setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik



43



secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Bangkai tikus dikategorikan sebagai limbah yang menyebabkan infeksi , yaitu limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit. Meskipun dapat terurai dalam tanah tetapi perlu diperhatikan tempat penguburan bangkai tikus agar tidak membahayakan manusia karena pada bangkai tikus mengandung kuman penyebab penyakit. Selain itu choloroform yang digunakan untuk membunuh tikus masih terdapat pada tubuh tikus sehingga masih. 5.2 Identifikasi Masalah Pada Proses Kegiatan Trapping Tikus Bulan Februari 2017 Dalam tahap ini masalah yang timbul adalah pada kegiatan interpretasi data. Hasil penghitungan indeks pinjal pada kegiatan trapping tikus bulan Februari 2017 sebesar 2,09. Hal ini melebihi nilai ambang batas indeks pinjal , yaitu >1 dan harus segera dilakukan tindakan. 5.3 Identifikasi Masalah Pada Output Kegiatan Trapping Tikus Bulan Februari 2017 a. Informasi yang dihasilkan pada output kegiatan trapping tikus dalam rangka surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan adalah berupa informasi bulanan dan triwulan yang digunakan sebagai bahan evaluasi seksi pengendalian vektor dan binatang penular penyakit. Sehingga pada proses informasi tidak terjadi masalah. b. Dilakukan diseminasi kepada pihak KKP Kelas I Surabaya dalam format laporan bulanan dan dibuat pelaporan SIMKESPEL (sistem informasi dan manajemen kesehatan pelabuhan). Selain itu diseminasi lintas sektor juga dilakukan dikarenakan indeks pinjal melebihi ambang batas. Diseminasi diberikan kepada PT. PELINDO 3 dalam bentuk surat rekomendasi pengendalian. Dalam memberikan rekomendasi seksi pengendalian vektor dan binatang penular penyakit masih menggunakan surat kemudian isi yang diberikan hanya sebatas pemberitahuan dan saran untuk melakukan pemberantasan tikus.



44



c. Timbal balik atau feedback dari pengiriman surat rekomendasi tidak diikuti oleh pihak KKP sehinga belum ada pengawasan pada rekomendasi yang disarankan.



BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan kegiatan magang yang dilakukan di bidang Pengendalian Risiko Lingkungan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan kegiatan trapping tikus bulan Februari 2017 dalam rangka surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya dilakukan oleh petugas seksi pengendalian vektor dan binatang penular penyakit yang berjumlah enam orang. Pembiayaan bersumber dari daftar isian perencanaan angaran (DIPA) KKP Kelas I Surabaya yang diajukan kepada Dirjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI. Sarana dan prasarana yang digunaka telah mengacu pada SOP yang ada meskipun ada beberapa sarana dan prasarana yang tidak dimiliki oleh KKP Kelas I Surabaya. Metode yang digunakan mengacu pada standart operasional prosedur (SOP) pengendalian tikus dan pinjal bidang PRL KKP Kelas I Surabaya di pelabuhan/bandara. 2. Proses kegiatan trapping tikus bulan Februari 2017 dalam rangka surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya terdiri dari pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan interpretasi data. Pengumpulan data pada kegiatan ini dilakukan secara aktif,, yaitu dengan memasang perangkap tikus di delapan lokasi dan data diperoleh merupakan data primer yang didapatkan dari pengawasan perangkap setiap hari selama empat hari. Data yang telah dikumpulkan diolah secara sederhana menggunakan software Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis data dilakukan secara deskriptif sederhana tanpa menggunakan aplikasi khusus dengan mengelompokkan spesies tikus dan spesies pinjal yang telah diidentifikasi. Intrepretasi dilakukan dengan memaparkan distribusi tikus perspesies dan hasil indeks kepadatan pinjal sehingga didapatkan hasil 2,09. 3. Output yang dihasilkan dari kegiatan trapping tikus bulan Februari 2017 dalam rangka surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I adalah informasi harian yang dilakukan selama empat hari , yaitu mulai tanggal 13 – 17 Februari 2017 lalu disusun dalam



45



46



laporan kegiatan bulanan dan triwulan. Laporan akhir kegiatan trapping tikus ini didesiminasikan ke beberapa instansi terkait , yaitu KKP Kelas I Surabaya dan PT. PELINDO 3 sebagai kantor otoritas pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. 4. Permasalahan yang muncul selama kegiatan trapping tikus bulan Februari 2017 dalam rangka surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I adalah: a. Beberapa sarana dan prasarana yang belum dipunyai oleh KKP, yaitu kendaraan roda dua, penyedot pinjal dan baju khusus, b. Terdapat masalah pada tahap pemetaan, pemasangan perangkap dan pemusnahan tikus, c. Hasil penghitungan indeks bulan Februari 2017 sebesar 2,09 yang melebihi nilai ambang batas indeks pinjal , yaitu >1, d. Rekomendasi masih menggunakan surat dan hanya sekedar pemberitahuan dan saran untuk melakukan pemberantasan, dan e. Proses timbal balik tidak diikuti oleh pihak KKP sehinga belum ada pengawasan pada rekomendasi yang disarankan. 6.2 Saran Dari hasil pembahasan maka dapat diberikan saran sebagai alternatif pemecahan masalah , yaitu:. 1. Melakukan pengadaan kendaraan roda dua, penyedot pinjal, dan baju khusus untuk kegiatan trapping tikus serta menambah kendaraan roda empat. 2. Meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan petugas akan bahaya lain selain pinjal sehingga setelah melakukan identifikasi sebaiknya petugas berganti pakaian. 3. Menyempurnakan pemetaan yang sudah ada dengan mencantumkan lokasi bak sampah, posisi kapal, sistim rioling, dan tempat penumpukan barang di area terbuka agar pemasangan perangkap lebih tepat sasaran dan hasilnya optimal. 4. Hendaknya pemasangan perangap tikus dilakukan di sore hari karena sifat tikus adalah binatang nocturnal sehingga umpan yang dipasang masih segar selain itu mencegah perangkap yang dipasang hilang dan dimakan oleh hewan lain.



47



5. Proses pengambilan dan pengawasan perangkap hendaknya dilakukan pada pagi hari sebelum sebelum aktivitas dalam gudang mulai ramai agar terhinar dari gangguang hewan dan manusia. 6. Mangusahakan penggantian umpan setiap dua hari sekali atau lebih baik jika diganti setiap hari. 7. Untuk mencegah kehilangan perangkap sebaiknya untuk melakukan koordinasi dan bimbingan kepada pengelola gudang dan bangunan. 8. Memberikan rekomendasi yang tepat pada pengendalian pinjal kepada PT. PELINDO 3 agar dapat menurunkan angka indeks pinjal yang tinggi. 9. Dalam pemberian rekomendasi sebaiknya tidak hanya diberikan melalui surat saja, bisa dilakukan dengan menemui pimpinan PT. PELINDO secara langsung atau dengan mendekati stakeholder agar rekomendasi benar-benar diperhatikan. 10. Sebaiknya mengikuti dan melakukan pengawasan terhadap feedback yang dilakukan PT. PELINDO 3 agar rekomendasi bisa dilakukan sesuai dengan harapan.



DAFTAR PUSTAKA



Ansyori.



(2014).



Analisis



dan



Interpretasi



Data



Surveilans.



Serial



Online



[http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/34812365/Analisis_dan_Int erpretasi_Data_Surveilans.pdf? AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1487212546&Signat ure=eDg9kGGoxedOXbHtZ3Dd1pUXYNI%3D&response-contentdisposition=attachment%3]. Anwar, A. (2009). Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta: Bina Rupa Aksara. BBTKL PPM Yogyakarta. (2007). Profil Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pemberantasan Penyakit Menular. Yogyakarta: Depkes RI Dirjen PP & PL. Depkes RI. (2008). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Dirjen PP & PL. (2007). Pedoman teknis Pengendali Risiko Kesehatan Lingkungan di Pelabuhan/Bandara?pos lintas Batas Dalam Rangka Karatina Kesehatan. Jakarta: Depkes RI. Kemenkes RI. (2014). Petunjuk Teknis Pengendalian Pes. Jakarta: Dirjen PP & PL. Kepmenkes RI No. 1116. (2003). Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. KKP Kelas I Surabaya. (2016). Laporan Surveilans Epidemiologi Alat Angkut Di Wilayah Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Menteri



Kesehatan



RI.



(2007).



425/MENKES/SK/IV/2007



Keputusan tentang



Menteri



Pedoman



Kesehatan



RI.



penyelenggaraan



Nomor karantina



kesehatan di kantor kesehatan pelabuhan. Noor, N. (2008). Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Rineka Cipta. PERMENKES No. 356. (2008). Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. PMK RI No. 949. (2004). Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa. Purwanto, T. (2012). Evaluasi Program Pengendalian Peyakit akibat Vektor di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banjarmasin.



48



49



Riha, R. (2014). Hubungan Faktor Iklim Dengan Indeks Pinjal sebagai Indikator Wilayah Berisiko Kejadin Penyakit Pes di Dusun Surorowo Pasuruan. Serial Online



[http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/736/gdlhub-gdl-s2-2014-



riharustam-36759-6.-bab-1-n.pdf], 8. UU RI No. 18. (2009). Peternakan dan kesehatan Hewan. Wahyuningtyas, M. W. (2016). Gambaran Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra Posko NATARU Tahun 2015-2016 Di KKP Kelas I Surabaya. 19. Wikurendra, E. A. (2015). Pelaksanaan Pengendalian Vektor Tikus Di Wilayah KKP Kelas I Surabaya Tahun 2015.



LAMPIRAN Lampiran A. Formulir Yang Digunakan Pada Kegiatan Trapping Tikus



50



51



52



53



Lampiran B. Standart Operasional Prosedur Pengendalian Tikus Dan Pinjal Bidang PRL KKP Kelas I Surabaya Di Pelabuhan/Bandara



54



55



56



57



58



Lampiran C. Dokumentasi Kegiatan



59



60



61



Lampiran D. Surat Pemberitahuan Dan Rekomendasi



62



Lampiran E. Rekapitulasi Daftar Hadir Dan Kegiatan Magang/PKL



63