Laporan Monev SKP [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN HASIL MONITORING PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN RSUD KH. HAYYUNG PENDAHULUAN Keselamatan pasien adalah proses yang dijalankan oleh organisasi yang bertujuan membuat layanan kepada pasien menjadi lebih aman. Proses tersebut mencakup pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, dan kemampuan belajar dari suatu keadaan atau kejadian, menindaklanjuti suatu kejadian, dan menerapkan solusi yang tepat untuk mengurangi resiko tersebut terjadi kembali (Cinderasuci, 2012). American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patientsafety) merupakan sebuah prioritas yang strategis. Mereka juga menetapkan capaian peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target utamanya. Tahun 2000, Institute of Medicine Amerika Serikat, dalam “To Err Is Human, Building a Safer Health System” Melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit ada sekitar 316% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse Event). Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World Alliancefor Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit. Keselamatan pasien di Rumah Sakit sampai saat ini masih menjadi masalah global, Joint Commission International (JCI) &World Health Organitation(WHO) melaporkan beberapa negara terdapat 70% kejadian kesalahan pengobatan meskipun, JCI& WHO mengeluarkan “Nine LifeSaving Patient Safety Solutions” atau 9 solusi keselamatan pasien.Kenyataannya, permasalahan keselamatan pasien masih banyak terjadi termasuk di Indonesia (JCI, 2011). Institusi Rumah Sakit meningkatkan mutu pada 3 (tiga) elemen yaitu struktur, proses dan hasil dengan bermacam-macam konsep dasar, program regulasi yang berwenang misalnya antara lain penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, penerapan Quality Assurance, Total Quality Management, Continuous Quality Improvement, Perizinan, Akreditasi, Kredensialing, Audit Medis, Indikator Klinis, Clinical Governance, Internatiol Organization for Standarization (ISO), dan lain



sebagainya (Departemen Kesehatan RI, 2006). Program-program tersebut telah meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit baik pada aspek struktur, proses maupun keluaran dan hasil. Namun yang menjadi masalah, pada pelayanan yang telah berkualitas tersebut masih terjadi kejadian tidak diharapkan yang tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum. Oleh sebab itu perlu program untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena kejadian tidak diharapkan sebagian dapat merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan pasien berdasarkan haknya. Program tersebut yang kemudian dikenal dengan istilah Keselamatan Pasien (Patient Safety) (Departemen Kesehatan RI, 2008). 1



Dalam Permenkes 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011 menyatakan bahwa setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien. Sasaran Keselamatan Pasien meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut : 1)



Ketepatan identifikasi pasien;



2)



Peningkatan komunikasi yang efektif;



3)



Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;



4)



Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;



5)



Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan



6)



Pengurangan risiko pasien jatuh. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah



sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari World Health Organization (WHO) dalam Sutanto (2014) Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKP-RS, PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI). Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh. Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut : 1.



Ketepatan Identifikasi Pasien



Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua aspek /tahapan diagnosis dan pengobatan. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan pelayanan



menerima



atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan



terhadap individu tersebut. Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses



untuk mengidentifikasi pasien



ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. 2.



Peningkatan Komunikasi Yang Efektif



Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. 2



3.



Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert) Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun Alike/LASA). Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida 2 meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat.



4. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi Salah-lokasi,



salah-prosedur,



salah-pasien



pada



operasi,



adalah



sesuatu



yang



mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi. 5.



Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan



biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan



pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/ atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.



3



6.



Pengurangan Risiko Pasien Jatuh Sejumlah kasus pasien jatuh memungkinkan sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi menyeluruh bisa dilakukan termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.



TUJUAN MONITORING Tujuan dilakukannya monitoring terkait penerapan Sasaran Keselamatan Pasien yaitu : 1. Menjamin agar tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh RSUD KH. Hayyung dapat terwujud 2. Menjamin terjadinya interaksi dan sinergitas yang baik antar petugas dengan petugas lainnya dan antar petugas dengan pasien 3. Menjamin pelaksanaan Sasaran Keselamatan pasien sesuai yang diharapkan 4. Mengoptimalkan peran Petugas RSUD KH. Hayyung sebagai pelaksana layanan dan masyarakat sebagai pengguna layanan kesehatan 5. Menjamin terlaksnanya layanan yang baik, aman dan nyaman SASARAN Sasaran yang ingin dicapai yaitu : 1. Terealisasinya tujuan dan sasaran kerja RSUD KH. Hayyung 2. Terwujudnya iklim kerja yang baik 3. Terwujudnya patient safety 4. Tercapainya kinerja petugas yang baik dan berkualitas 5. Terwujudnya kepuasan masyarakat terhadap layanan Rumah Sakit METODE MONITORING Monitoring ini dilakukan menggunakan kuisioner,



dan pengamatan langsung tata cara



pengambilan tindakan sesuai prinsip Patient safety yang dilakukan oleh petugas disetiap ruang perawatan. Monitoring ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah KH. Hayyng Kabupaten Kepulauan Selayar. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan bulan Januari s/d Desember 2017. Pengumpulan data dilakukan juga dengan cara wawancara mendalam kepada informan yaitu Dokter, Perawat pelaksana, Bidan Pelaksana yang bertugas di setiap Ruang Rawat Inap RSUD KH. Hayyung. Pemilihan sampel pada monitoring ini berdasarkan prinsip kesesuaian (appropriatness) dan kecukupan (adequensy).



4



HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Pasien



Mengingat nama dan identitas pasien adalah wajib. Oleh karena itu : 1. Untuk mengidentifikasi nama pasien dengan tepat, Idealnya memasang gelang pasien yang mencakup minimal 4 (empat) warna a.l : Biru                   = pasien laki-laki Merah Muda      = pasien perempuan Merah                = pasien dg alergi Kuning               = pasien dg risiko cidera 2. Berikan penjelasan tentang manfaat pemasangan gelang. 3. Pada gelang pasien tertera minimal dua identitas, yaitu nama dan nomor RM. Identitas tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien. 4. Lakukan identifikasi dan klarifikasi kecocokan identitas nama pasien antara yang diucapkan pasien dg yang tertera pada gelang pasien 5. Identifikasi nama pasien wajib dilakukan pada saat: a.  Sebelum memberikan obat b.  Sebelum memberikan darah atau produk darah c.  Sebelum mengambil specimen darah d.  Sebelum melakukan tindakan/prosedur lainnya Kebijakan dan/atau prosedur yang dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses pengidentifikasian pasien ketika pemberian obat, darah/produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; memberikan Pengobatan atau tindakan lain sifatnya urgen agar tidak terjadi kesalahan atau insiden yang tidak harapkan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam tentang tingkat pemahaman petugas terkait identifikasi pasien dan observasi mengenai ketepatan identifikasi Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah KH. Hayyung



dari jawaban informan mengatakan bahwa ketepatan identifikasi Pasien



di Rumah Sakit Umum Daerah KH. Hayyung menggunakan gelang identitas dan setelah di observasi , sesuai yang disampaikan oleh informan tersaji dalam daftar tabel dibawah.



5



Diagram 1 Kemampuan melakukan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO Mampu 15



15



Tidak mampu



15 12 10



10



10 9



8 7



7 5



5 4



3



IGD



3



Ponek



Kenari



Delima



Melinjo



Jeruk



Peri



ICU



Keterangan : 1.



Dari 15 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang IGD sebanyak 15 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 3 orang tidak mampu



2.



Dari 21 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Ponek sebanyak 14 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 7 orang tidak mampu



3.



Dari 18 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Kenari sebanyak 15 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 3 orang tidak mampu



4.



Dari 15 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Delima sebanyak 10 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 5 orang tidak mampu



5.



Dari 15 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Melinjo sebanyak 8 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 7 orang tidak mampu



6.



Dari 28 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Jeruk sebanyak 18 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 10 orang tidak mampu



7.



Dari 15 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Perinatologi sebanyak 10 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 5 orang tidak mampu



8.



Dari 13 Orang petugas yang dimonitoring di ruang ICU sebanyak 9 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan sebanyak 4 orang tidak mampu



Pembahasan : Berdasarkan data diatas dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang memiliki Kemampuan melakukan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO sebanyak 94 orang atau 68,12% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 44 orang atau 31,88%. Persentase petugas yang tidak melaksanakan masih sangat besar sehingga diharapkan ada program pembinaan yang diberikan sehingga persentase petugas yang tidak paham bisa dieleminir atau paling tidak diminimalisir . Diagram 2 6



Kemampuan menjelaskan manfaat pemasangan gelang Mampu



Tidak mampu 19



18 15



14



13



4



IGD



4



Ponek



3



Kenari



12



3



2 Delima



12



3



12



3 1



Melinjo



Jeruk



Peri



ICU



Keterangan : 1.



Dari 15 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang IGD sebanyak 14 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 4 orang tidak mampu



2.



Dari 21 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Ponek sebanyak 17 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 4 orang tidak mampu



3.



Dari 18 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Kenari sebanyak 15 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 3 orang tidak mampu



4.



Dari 15 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Delima sebanyak 13 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 2 orang tidak mampu



5.



Dari 15 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Melinjo sebanyak 12 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 3 orang tidak mampu



6.



Dari 28 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Jeruk sebanyak 25 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 3 orang tidak mampu



7.



Dari 15 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Perinatologi sebanyak 12 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 3 orang tidak mampu



8.



Dari 13 Orang petugas yang dimonitoring di ruang ICU sebanyak 12 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan sebanyak 1 orang tidak mampu



Pembahasan : Berdasarkan data diatas dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang memiliki Kemampuan menjelaskan manfaat pemasangan gelang sebanyak 115 orang atau 83,33% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 23 orang atau 16,67%. Persentase petugas yang tidak melaksanakan masih sangat besar sehingga diharapkan ada program pembinaan yang diberikan sehingga persentase petugas yang tidak paham bisa dieleminir atau paling tidak diminimalisir .



Diagram 3 7



Kemampuan menjelaskan kapan seharusnya melakukan identifikasi pasien Mampu



Tidak mampu



20



19 14 12



12



11



10 7



6



5 3



3 1



IGD



10



Ponek



Kenari



Delima



Melinjo



3



2 Jeruk



Peri



ICU



Keterangan : 1.



Dari 15 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang IGD sebanyak 12 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 6 orang tidak mampu



2.



Dari 21 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Ponek sebanyak 19 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 2 orang tidak mampu



3.



Dari 18 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Kenari sebanyak 11 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 7 orang tidak mampu



4.



Dari 15 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Delima sebanyak 14 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 1 orang tidak mampu



5.



Dari 15 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Melinjo sebanyak 12 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 3 orang tidak mampu



6.



Dari 22 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Jeruk sebanyak 20 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 2 orang tidak mampu



7.



Dari 15 Orang Petugas yang dimonitoring di ruang Perinatologi sebanyak 10 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan 5 orang tidak mampu



8.



Dari 13 Orang petugas yang dimonitoring di ruang ICU sebanyak 10 orang mampu menerapkan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO dan sebanyak 3 orang tidak mampu



Pembahasan : Berdasarkan data diatas dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang memiliki Kemampuan menjelaskan kapan seharusnya melakukan identifikasi pasien sebanyak 108 orang atau 78,26% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 30 orang atau 21,74%. Persentase petugas yang tidak melaksanakan masih sangat besar sehingga diharapkan ada program pembinaan yang diberikan sehingga persentase petugas yang tidak paham bisa dieleminir atau paling tidak diminimalisir .



8



Peningkatan Komunikasi Yang Efektif Keselamatan menjadi isu global dan terangkum dalam lima isu penting yang terkait di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan 9.



pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Lima aspek keselamatan tersebut penting untuk dilaksanakan, namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan,



dan



peningkatan



menghasilkan



keselamatan



pasien.



Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telpon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telpon ke unit pelayanan. Hasil penelusuran, wawancara dan observasi terhadap ketaatan petugas dalam melaksanakan peningkatan komunikasi yang efektif di setiap Instalasi Rawat Inap RSUD KH. Hayyung, tersaji sebagai berikut : Assesment Pertama Diagram 1 Periode Januari s/d Juni 2017 Penatalaksanaan Komunikasi Efektif dengan Metode SBAR Ya



Tidak



20 15



14



13



13



13



11



10



9 5 2 IGD



Ponek



3



5



4 1



Kenari



Delima



Melinjo



Keterangan :



9



0 Jeruk



Peri



ICU



1.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas IGD 5 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 13 orang tidak paham



2.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Ponek 20 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBARdan 2 orang tidak paham



3.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas Kenari 3 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 15 tidak paham



4.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Delima 11 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 4 orang tidak



5.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Melinjo 14 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 1 orang tidak paham



6.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Jeruk 13 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 9 orang tidak paham



7.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Perinatologi 5 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 10 Orang tidak paham



8.



Berdasarkan hasil telusur dari 13 Orang Petugas ICU semuanya paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 0 orang yang tidak melaksanakan



Pembahasan :



Berdasarkan data diatas dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang melakukan penatalaksnaan komunikasi efektif dengan metode SBAR sebanyak 84 orang atau 60,87% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 54 orang atau 39,13%. Persentase petugas yang tidak melaksanakan masih sangat besar sehingga diharapkan ada program pembinaan yang diberikan sehingga persentase petugas yang tidak paham bisa dieleminir atau paling tidak diminimalisir .



10



Diagram 2 Periode Januari s/d Juni 2017 Penatalaksanaan pelaporan antar petugas(perawat/bidan/dokter) dengan menggunakan stempel TBAK Ya



Tidak



22



13



13



14



13



13 11



10



9 5



5



4 2



1



0 IGD



Ponek



Kenari



Delima



3



Melinjo



Jeruk



Peri



ICU



Keterangan : 1.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas IGD 13 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 5 orang tidak paham



2.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Ponek 22 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBARdan 0 orang tidak paham



3.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas Kenari 5 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 13 tidak paham



4.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Delima 13 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 2 orang tidak



5.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Melinjo 11 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 4 orang tidak paham



6.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Jeruk 13 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 9 orang tidak paham



7.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Perinatologi 11 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 4 Orang tidak paham



8.



Berdasarkan hasil telusur dari 13 Orang Petugas ICU 10 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3 orang tidak paham



Pembahasan :



Berdasarkan data diatas dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang melakukan penatalaksnaan pelaporan antar petugas(perawat/bidan/dokter) dengan menggunakan stempel TBAK sebanyak 101 orang atau 73,19% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 37 orang atau 26,81%. Persentase petugas yang tidak melaksanakan masih cukup besar sehingga diharapkan ada program pembinaan yang diberikan sehingga persentase petugas yang tidak paham bisa dieleminir atau paling tidak diminimalisir .



11



Diagram 3 Periode Januari s/d Juni 2017 Penatalaksanaan komunikasi pada saat serah terima pasien antar shift/antar ruangan Ya



Tidak



18



12



13



12



11 11



13



13 9



10



6



5 3



2



0 IGD



Ponek



Kenari



0 Delima



Melinjo



Jeruk



Peri



ICU



Keterangan : 1.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas IGD 12 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 6 orang tidak paham



2.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Ponek 11 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBARdan 11 orang tidak paham



3.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas Kenari 18 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 0 tidak paham



4.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Delima 12 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3 orang tidak



5.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Melinjo 13 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 2 orang tidak paham



6.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Jeruk 13 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 9 orang tidak paham



7.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Perinatologi 10 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 5 Orang tidak paham



8.



Berdasarkan hasil telusur dari 13 Orang Petugas ICU semuanya paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan tida



Pembahasan :



Berdasarkan data diatas dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang melakukan penatalaksanaan pada saat serah terima pasien antar shift/antar ruangan sebanyak 102 orang atau 73,91% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 36 orang atau 26,09%. Persentase petugas yang tidak melaksanakan masih cukup besar sehingga diharapkan ada program pembinaan yang diberikan sehingga persentase petugas yang tidak paham bisa dieleminir atau paling tidak diminimalisir. 12



Diagram 4 Periode Januari s/d Juni 2017 Pengulangan pesan (read back) serta penggunaan alphabet fonetik untuk pengejaan obat Norum/Lasa Ya 16



15



Tidak



15 12



13



10



12 9



8



7



6 3



8



3 1



0 IGD



Ponek



Kenari



Delima



Melinjo



Jeruk



Peri



ICU



Keterangan : 1.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas IGD 8 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 10 orang tidak paham



2.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Ponek 16 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBARdan 6 orang tidak paham



3.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas Kenari 15 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3 tidak paham



4.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Delima 15 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 0 orang tidak



5.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Melinjo 3 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 12 orang tidak paham



6.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Jeruk 13 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 9 orang tidak paham



7.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Perinatologi 7 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 8 Orang tidak paham



8.



Berdasarkan hasil telusur dari 13 Orang Petugas ICU 12 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 1 orang tidak paham



Pembahasan :



Berdasarkan data diatas dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang melakukan pengulangan pesan(read back) dan penggunaan alphaber fonetik sebanyak 89 orang atau 64,49% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 49 orang atau 35,51%. Persentase petugas yang tidak melaksanakan masih cukup besar sehingga diharapkan ada program pembinaan yang diberikan sehingga persentase petugas yang tidak paham bisa dieleminir atau paling tidak diminimalisir .



13



Diagram 5 Periode Januari s/d Juni 2017 Pelaporan nilai hasil kritik pada DPJP kurang dari 1 Jam Ya



Tidak



15 14 13 12 10



13



12 10 9



9



8 6



6



1 0 IGD



Ponek



Kenari



Delima



0 Melinjo



Jeruk



Peri



ICU



Keterangan : 1.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas IGD 10 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 8 orang tidak paham



2.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Ponek 12 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBARdan 10 orang tidak paham



3.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas Kenari 12 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 6 tidak paham



4.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Delima 15 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 0 orang tidak



5.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Melinjo 14 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 1 orang tidak paham



6.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Jeruk 13 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 9 orang tidak paham



7.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Perinatologi 9 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 6 Orang tidak paham



8.



Berdasarkan hasil telusur dari 13 Orang Petugas ICU semuanya paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan tidak



Pembahasan :



Berdasarkan data diatas dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang melakukan pelaporan nilai hasil kritik kepada DPJP kurang dari 1 Jam sebanyak 98 orang atau 71,01% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 40 orang atau 28,99%. Persentase petugas yang tidak melaksanakan masih cukup besar sehingga diharapkan ada program pembinaan yang diberikan sehingga persentase petugas yang tidak paham bisa dieleminir atau paling tidak diminimalisir .



14



Assesment Kedua Diagram 1 Periode Juli s/d Desember 2017 Penatalaksanaan Komunikasi Efektif dengan Metode SBAR Ya



Tidak



20



19 17 15 13



13



11



3



10



4



3



2



1 IGD



Ponek



Kenari



Delima



Melinjo



2 Jeruk



2 Peri



3



ICU



Keterangan : 1.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas IGD 15 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3 orang tidak paham



2.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Ponek 19 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBARdan 3 orang tidak paham



3.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas Kenari 17 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 1 tidak paham



4.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Delima 11 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 4 orang tidak



5.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Melinjo 13 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 2 orang tidak paham



6.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Jeruk 20 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 2 orang tidak paham



7.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Perinatologi 13 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 2 Orang tidak paham



8.



Berdasarkan hasil telusur dari 13 Orang Petugas ICU 10 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3orang tidak paham



Pembahasan :



Berdasarkan data diatas dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang melakukan penatalaksnaan komunikasi dengan metode SBAR sebanyak 118 orang atau 85,51% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 20 orang atau 14,49%. Persentase petugas yang tidak melaksanakan masih cukup besar sehingga diharapkan ada program pembinaan yang diberikan sehingga persentase petugas yang tidak paham bisa dieleminir atau paling tidak diminimalisir . 15



Diagram 2 Periode Juli s/d Desember 2017



Penatalaksanaan pelaporan antar petugas(perawat/bidan/dokter) dengan menggunakan stempel TBAK Ya



Tidak 21



20 15



15 13



13



11



3 IGD



2 Ponek



3 Kenari



10



4 2 Delima



Melinjo



1 Jeruk



2 Peri



3 ICU



Keterangan : 1.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas IGD 15 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3 orang tidak paham



2.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Ponek 20 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBARdan 2 orang tidak paham



3.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas Kenari 15 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3 tidak paham



4.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Delima 11 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 4 orang tidak



5.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Melinjo 13 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 2 orang tidak paham



6.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Jeruk 21 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 1 orang tidak paham



7.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Perinatologi 13 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 2 Orang tidak paham



8.



Berdasarkan hasil telusur dari 13 Orang Petugas ICU 10 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3orang tidak paham



Pembahasan : Berdasarkan data diatas dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang melakukan penatalaksanaan pelaporan antar petugas(perawat/bidan/dokter) dengan menggunakan stempel TBAK sebanyak 118 orang atau 85,51% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 20 orang atau 14,49%. Persentase petugas yang tidak melaksanakan masih cukup besar 16



sehingga diharapkan ada program pembinaan yang diberikan sehingga persentase petugas yang tidak paham bisa dieleminir atau paling tidak diminimalisir . Diagram 3 Periode Juli s/d Desember 2017 Penatalaksanaan komunikasi pada saat serah terima pasien antar shift/antar ruangan Ya



Tidak



21



21



15



15



15 12



12 10



3



3 1



IGD



Ponek



3



Delima



3



1



0 Kenari



3



Melinjo



Jeruk



Peri



ICU



Keterangan : 1.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas IGD 15 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3 orang tidak paham



2.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Ponek 21 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBARdan 1 orang tidak paham



3.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas Kenari 15 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3 tidak paham



4.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Delima 15 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan tidak yang tdk paham dgn penggunaan SBR



5.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Melinjo 12 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3 orang tidak paham



6.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Jeruk 21 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 1 orang tidak paham



7.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Perinatologi 12 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 23Orang tidak paham



8.



Berdasarkan hasil telusur dari 13 Orang Petugas ICU 10 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3orang tidak paham



Pembahasan : Berdasarkan data diatas dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang melakukan Penatalaksanaan komunikasi pada saat serah terima pasien antar shift/antar ruangan sebanyak 121 orang atau 87,68% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 17 orang atau 12,32%. Persentase petugas yang tidak melaksanakan masih cukup besar sehingga diharapkan ada program



17



pembinaan yang diberikan sehingga persentase petugas yang tidak paham /tidak melaksnakan bisa dieleminir atau paling tidak diminimalisir . Diagram 4 Periode Juli s/d Desember 2017 Pengulangan pesan (read back) serta penggunaan alphabet fonetik untuk pengejaan obat Norum/Lasa Ya



Tidak 21



20 17 15 13



12



12 10



3 IGD



2 Ponek



1 Kenari



3



2 Delima



3



3



1 Melinjo



Jeruk



Peri



ICU



Keterangan : 1.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas IGD 15 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3 orang tidak paham



2.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Ponek 20 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBARdan 2 orang tidak paham



3.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas Kenari 17 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 1 tidak paham



4.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Delima 13 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 2 orang tidak



5.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Melinjo 12 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3 orang tidak paham



6.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Jeruk 21 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 1 orang tidak paham



7.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Perinatologi 12 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR da Orang tidak paham



8.



Berdasarkan hasil telusur dari 13 Orang Petugas ICU 10 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3orang tidak paham



Pembahasan : Berdasarkan data diatas dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang melakukan pengulangan pesan(read back) dan penggunaan alphaber fonetik untuk pengejaan NORUM/LASA sebanyak 120 orang atau 86,96% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 18 18



orang atau 13,04%. Persentase petugas yang tidak melaksanakan masih cukup besar sehingga diharapkan ada program pembinaan yang diberikan sehingga persentase petugas yang tidak paham bisa dieleminir atau paling tidak diminimalisir . Diagram 5 Periode Juli s/d Desember 2017 Pelaporan nilai hasil kritik pada DPJP kurang dari 1 Jam Ya



Tidak 21



20 18 15



15 12



11



3



IGD



10



4 2 Ponek



0



0



Kenari



Delima



3



3



1 Melinjo



Jeruk



Peri



ICU



Keterangan : 1.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas IGD 15 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3 orang tidak paham



2.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Ponek 20 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBARdan 2 orang tidak paham



3.



Berdasarkan hasil telusur dari 18 Orang Petugas Kenari 18 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 0 tidak paham



4.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Delima 11 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 4 orang tidak



5.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Melinjo 11 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 4 orang tidak paham



6.



Berdasarkan hasil telusur dari 22 Orang Petugas Jeruk 21 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 1 orang tidak paham



7.



Berdasarkan hasil telusur dari 15 Orang Petugas Perinatologi 12orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 1 Orang tidak paham



8.



Berdasarkan hasil telusur dari 13 Orang Petugas ICU 10 orang paham penatalaksanaan komunikasi efektif menggunakan metode SBAR dan 3orang tidak paham.



Pembahasan : Berdasarkan data hasil assesment pada periode Juni s/d Desember 2017 terkait instrumen Pelaporan nilai hasil kritik pada DPJP kurang dari 1 Jam, diperoleh informasi bahwa keseluruhan sampel berjumlah 138 orang, yang paham 122 orang dan yang tidak paham berjumlah 16 orang. Dengan persentase tingkat pemahaman 88,405% : 11,59%. Angka persentase 11,59% yang tidak mampu masih cukup besar oleh



19



karenanya perlu ada tindakan penanganannya dalam bentuk program kegiatan nantinya keseluruhan petugas dapat membangun komunikasi yang efektif



20



sehingga diharapkan



PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI Indikator Peningkatan Keselamatan Penggunaan Obat-Obat yang perlu Kewaspadan Tinggi :



Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana pengobatan pasien, maka penerapan manajemen yang benar penting/krusial untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) demikian pula obat-obat yang tampak mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look–Alike Sound–Alike / LASA). Daftar obat-obatan yang sangat perlu diwaspadai tersedia di WHO. Yang sering disebut-sebut dalam keamanan obat untuk diwaspadai adalah : 1. Elektrolit pekat (KCl 7.46%, Meylon 8.4%, MgSO4 20%, NaCl 3%) tidak disimpan dalam unit pasien kecuali dibutuhkan secara klinis, dan tindakan dilakukan untuk mencegah penggunaan yang tidak seharusnya pada area yang diijinkan sesuai kebijakan. 2. Elektrolit pekat yang disimpan dalam unit perawatan pasien memiliki label yang jelas dan disimpan di tempat dengan akses terbatas. 3. Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi lainnya : Golongan opioid, anti koagulan, trombolitik, anti aritmia, insulin, golongan agonis adrenergic, anestetik umum, kemoterapi, zat kontras, pelemas otot dan larutan kardioplegia. Untung menunjang tingkat keamanan berikut Tips yang bisa digunakan: 1. Pemberian elektorlit pekat harus dengan pengenceran dan menggunakan label khusus. 2. Setiap pemberian obat menerapkan Prinsip 7 Benar. 3. Pastikan pengeceran dan pencampuran obat dilakukan oleh orang yang kompeten. 4. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA (Look Alike Sound Alike). 5. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi dimeja dekat pasien tanpa pengawasan. 6. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA, saat memberi / menerima instruksi.



21



Idealnya Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk menyusun daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan datanya sendiri.  Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi  area mana saja  yang membutuhkan elektrolit konsentrat secara klinis sebagaimana ditetapkan oleh petunjuk dan praktek profesional, seperti di IGD atau kamar operasi, serta menetapkan cara pemberian label yang jelas serta bagaimana penyimpanannya di area tersebut sedemikian rupa, sehingga membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati. Berdasarkan hasil telusur terkait penggunaan obat-obat yang perlu kewaspadaan tinggi di setiap Instalasi Rawat Inap RSUD KH. Hayyung, diperoleh data sebagai berikut : Tabel 1 PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI Penelusuran di Ruangan Rawat Inap periode Jauari s/d Desember 2017 IGD



ya



Tdk



ICU ya



Tdk



Peri ya



Tdk



Delima ya



Tdk



PONEK ya



Tdk



Jeruk ya



Tdk



Kenari ya



Tdk



Melinjo



Uraian Kegiatan



ya



1.



Elektrolit pekat (KCl 7.46%, Meylon 8.4%, MgSO4 20%, NaCl 3%) tidak disimpan dalam unit pelayanan pasien kecuali dibutuhkan secara klinis



V



v



v



v



v



v



v



v



v



2



Elektrolit pekat yang disimpan dalam unit perawatan pasien memiliki label yang jelas



v



v



v



v



v



v



v



v



v



3



Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi tersimpan di area yang dibatasi ketat



v



v



v



v



v



v



v



v



v



4.



Tersedia Daftar Obat NORUM dan LASA



v



v



v



v



v



v



v



v



v



No



Tdk



OKB



ya



Tdk



Pembahasan : Berdasarkan tabel diatas semua ruangan perawatan menjalankan prinsip peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai



22



KEPASTIAN TEPAT LOKASI/SISI, TEPAT PROSEDUR DAN TEPAT ORANG YANG OPERASI



Indikator Keselamatan Operasi : 1. Menggunakan tanda yang mudah dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan. 2. Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yang tepat, prosedur yang tepat, dan pasien yang tepat sebelum operasi, dan seluruh dokumen serta peralatan yang dibutuhkan tersedia, benar dan berfungsi. 3. Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out sesaat sebelum prosedur operasi dimulai. Tandai lokasi operasi (Marking), terutama : 1. 2. 3. 4.



Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri. Multiple structures (jari tangan, jari kaki) Multiple level (operasi tulang belakang, cervical, thorak, lumbal) Multipel lesi yang pengerjaannya bertahap



Anjuran Penandaan Lokasi Operasi 1. 2. 3. 4.



Gunakan tanda yang telah disepakati Dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan pemberian tanda Tandai pada atau dekat daerah insisi Gunakan tanda yang tidak ambigu (contoh : tanda “X” merupakan tanda yang ambigu) 5. Daerah yang tidak dioperasi, jangan ditandai kecuali sangat diperlukan 6. Gunakan penanda yang tidak mudah terhapus (contoh : Gentian Violet) Berdasarkan telusur dokumen dan pengamatan di Ruang Operasi, maka diperoleh data sebagai berikut :



23



PENGURANGAN RISIKO INFEKSI MELALUI 6 LANGKAH CUCI TANGAN Budayakan cuci tangan di RS pada saat : 1. Sebelum dan sesudah menyentuh pasien 2. Sebelum dan sesudah tindakan / aseptik 3. Setelah terpapar cairan tubuh pasien 4. Sebelum dan setelah melakukan tindakan invasive 5. Setelah menyentuh area sekitar pasien / lingkungan Adapun 6 langkah cuci tangan standar WHO adalah : –    Buka kran dan basahi kedua telapak tangan –   Tuangkan 5 ml handscrub/sabun cair dan gosokkan pada tangan dengan urutan TEPUNG SELACI PUPUT sbb : 1. Telapak tangan; gosok kedua telapak tangan 2. Punggung tangan; gosok punggung dan sela-sela jari sisi luar tangan kiri dan sebaliknya. 3. Sela-sela jari, gosok telapak tangan dan sela-sela jari sisi dalam 4. KunCi; jari jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci 5. Putar; gosok ibu jari tangan kiri dan berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya 6. Putar; rapatkan ujung jari tangan kanan dan gosokkan pada telapak tangan kiri dengan cara memutar mutar terbalik arah jarum jam, lakukan pada ujung jari tangan sebaliknya. –    Ambil kertas tissue atau kain lap disposable, keringkan kedua tangan –    Tutup kran dengan sikut atau bekas kertas tissue yang masih di tangan. Berdasarkan telusur penerapan pengurangan resiko infeksi melalui 6 Langkah cuci tangan pada Petugas di setiap Instalasi Perawatan, maka didapatkan data sebagai berikut :



24



Tabel 1 Data Kepatuhan Pengurangan Resiko Infeksi IGD Tdk



OKB Ya



Tdk



ICU Ya



Tdk



Peri Ya



Tdk



Delima Ya



Tdk



PONEK Ya



Tdk



Jeruk Ya



Tdk



Kenari Ya



Tdk



Melinjo



No



Uraian instrumen



Ya



Ya



1.



Pemahaman petugas tentang hand hygiene



v



v



v



v



v



v



v



v



v



2.



Budayakan cuci tangan di RS dengan 5 moment cuci tangan



v



v



v



v



v



v



v



v



v



3.



Penerapan 6 langkah cuci tangan



v



v



v



v



v



v



v



v



v



Tdk



Sumber : Pokja SKP Tim Akreditasi RSUD KH. Hayyung



Keterangan: Semua Petugas yang ada di Ruang Perawatan RSUD KH. Hayyung paham tentang manfaat hand hygiene dan dapat melaksanakan prinsip hand hygiene 5 moment cuci tangan dan 6 langkah cuci tangan.



25



PENGURANGAN RISIKO CIDERA KARENA PASIEN JATUH Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang diberikan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat dan konsumsi alkohol, penelitian terhadap gaya/cara jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Elemen Yang Harus Menjadi Perhatian Asesment Tindakan/prilaku 1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi  perubahan kondisi atau pengobatan. 2. Langkah antisipasi dan kewaspadaan diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko 3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja Assesment Sarana/Alat 1. Amati dengan teliti di lingkungan kerja anda terhadap fasilitas, alat, sarana dan prasarana yang berpotensi menyebabkan pasien cidera karena jatuh 2. Laporkan pada atasan atas temuan risiko fasilitas yang dapat menyebabkan pasien cidera 3. Lakukan asesmen risiko jatuh pada setiap pasien dg menggunakan skala (Skala Humpty Dumpty untuk pasien anak, Skala Risiko Jatuh Morse (MSF) untuk pasien dewasa, dan skala geriatric pada pasien geriatric. Berdasarkan hasil telusur data dokumen maupun observasi selama 2 tahun terakhir belum ditemukan kasus pasien jatuh disetiap Instalasi Perawatan di RSUD KH. Hayyung, meskipun demikian kebijakan pengurangan resiko pasien jatuh terus di kembangkan sehingga tingkat kepercayaan masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar terhadap layanan kesehatan di RSUD KH. Hayyung semakin tinggi. Berikut data Hasil Telusur dan Telaah Dokumen terkait pengurangan resiko pasien Jatuh :



26



Diagram Hasil Monitoring dan Assesment PENGURANGAN CEDERA AKIBAT JATUH Di semua Instalasi RSUD KH. Hayyung Periode Assesment Bulan April s/d Desember 2017



Jumlah pasien yang bersiko jatuh; 1231 Jumlah Pasien yg tidak beresiko; 1698



Jumlah pasien yg diamati khusus mencegah jatuh; 1038



Keterangan : 1. Jumlah Pasien yang di assesment sebanyak 2. Jumlah pasien yang beresiko jatuh; 1231 Orang 3. Jumlah Pasien yang duamati khusus mencegah jatuh; 1038 4. Jumlah pasien yang tidak beresiko jatuh; 1698 5. Jumlah Pasien yang jatuh dan cedera:0 6. Jumlah Pasien yang jatuh;0 Pembahasan : Berdasarkan hasil penelusuran ke semua instalasi perawatan didapatkan informasi bahwa Petugas tidak melakukan Assesment Resiko Jatuh untuk keseluruhan pasien yang dirawat, hal ini didapatkan dari informasi petugas dan pemeriksaan dokumen status pasien sesuai Diagram diatas.



27



ANALISIS PERMASALAHAN Melihat hasil telusur tentang penerapan sistem keselamatan pasien di Instalasi Rawat inap RSUD KH. Hayyung, ditemukan data dan fakta seperti yang tertuang pada tabel-tabel diatas. Kecenderungan perilaku Petugas yang kurang melaksanakan prinsip Patient safety harus dianalisis akar permasalahannya agar dapat disusun rencana strategis penanggulangannya. Hal ini penting karena kesalahan dalam penerapan sistem Patient safety dapat menimbulkan insiden yang dapat merugikan Rumah Sakit sebagai penyedia layanan dan masyarakat atau Pasien sebagai user layanan. ANALISIS PERMASALAHAN di Instalasi Perawatan : Permasalahan Berdasarkan data keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang yang dimonitor, yang memiliki Kemampuan melakukan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO sebanyak 94 orang atau 68,12% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 44 orang atau 31,88%. Berdasarkan data dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang yang dimonitor, yang memiliki Kemampuan menjelaskan manfaat pemasangan gelang sebanyak 115 orang atau 83,33% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 23 orang atau 16,67%. Berdasarkan data diatas dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang memiliki Kemampuan menjelaskan kapan seharusnya melakukan identifikasi pasien sebanyak 108 orang atau 78,26% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 30 orang atau 21,74%. Berdasarkan data dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang melakukan penatalaksnaan komunikasi dengan metode SBAR sebanyak 118 orang atau



Rumusan Permasalahan Petugas tidak melakukan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO sebanyak 44 orang atau 31,88% dari 138 orang yang diassesment



Akar Masalah Petugas tidak melakukan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO sebanyak 44 orang atau 31,88% dari 138 orang yang diassesment karena tidak paham



Petugas yang tidak mampu menjelaskan manfaat pemasangan gelang kepada pasien/keluarga pasien sebanyak 23 orang atau 16,67% dari 138 orang yang diassesment



Petugas yang tidak mampu menjelaskan manfaat pemasangan gelang kepada pasien/keluarga pasien sebanyak 23 orang atau 16,67% dari 138 orang yang diassesment karena sebagian kurang paham dan sebagian lagi kadang lupa



Petugas tidak punya Kemampuan menjelaskan kapan seharusnya melakukan identifikasi pasien sebanyak 30 orang atau 21,74% dari 138 orang yang diassesment



Petugas tidak punya Kemampuan menjelaskan kapan seharusnya melakukan identifikasi pasien sebanyak 30 orang atau 21,74% dari 138 orang yang diassesment karena kurang paham/lupa



Petugas tidak melakukan penatalaksnaan komunikasi dengan metode SBAR sebanyak 20 orang atau 14,49% dari 138 orang petugas yang diassesment



Petugas tidak melakukan penatalaksnaan komunikasi dengan metode SBAR sebanyak 20 orang atau 14,49% dari 138 orang petugas yang diassesment karena tidak



28



85,51% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 20 orang atau 14,49%. Berdasarkan data diatas dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang melakukan penatalaksanaan pelaporan antar petugas(perawat/bidan/dokter) dengan menggunakan stempel TBAK sebanyak 118 orang atau 85,51% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 20 orang atau 14,49%. Berdasarkan data dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang melakukan Penatalaksanaan komunikasi pada saat serah terima pasien antar shift/antar ruangan sebanyak 121 orang atau 87,68% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 17 orang atau 12,32%. Berdasarkan data dari keseluruhan petugas di Instalasi rawat inap berjumlah 138 orang, yang melakukan pengulangan pesan(read back) dan penggunaan alphaber fonetik untuk pengejaan NORUM/LASA sebanyak 120 orang atau 86,96% sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 18 orang atau 13,04%. Berdasarkan data hasil assesment yang dilakukan pada periode Juni s/d Desember 2017 terkait instrumen Pelaporan nilai hasil kritik pada DPJP kurang dari 1 Jam, diperoleh informasi bahwa keseluruhan sampel berjumlah 138 orang, yang melaksanakan 122 orang atau 88,41%dan yang tidak melaksanakan berjumlah 16 orang atau 11,59%. Berdasarkan monitoring di Ruang OK, terjadi ketidak konsistenan



paham/minimnya yang didapat



informasi



Petugas yang tidak melakukan penatalaksanaan pelaporan antar petugas(perawat/bidan/dokter) dengan menggunakan stempel TBAK sebanyak 20 orang atau 14,49% dari 138 orang petugas yang diassesent



Petugas yang tidak melakukan penatalaksanaan pelaporan antar petugas(perawat/bidan/dokter) dengan menggunakan stempel TBAK sebanyak 20 orang atau 14,49% dari 138 orang petugas yang diassesent karena terkadang lupa



Petugas yang tidak melakukan Penatalaksanaan komunikasi pada saat serah terima pasien antar shift/antar ruangan sebanyak sebanyak 17 orang atau 12,32% dari 138 orang petugas yang diassesment



Petugas yang tidak melakukan Penatalaksanaan komunikasi pada saat serah terima pasien antar shift/antar ruangan sebanyak sebanyak 17 orang atau 12,32% dari 138 orang petugas yang diassesment karena terkadang lupa/buruburu pulang



Petugas yang tidak melakukan pengulangan pesan(read back) dan penggunaan alphaber fonetik untuk pengejaan NORUM/LASA sebanyak 18 orang atau 13,04% dari 138 orang yang diassesment



Petugas yang tidak melakukan pengulangan pesan(read back) dan penggunaan alphaber fonetik untuk pengejaan NORUM/LASA sebanyak 18 orang atau 13,04% dari 138 orang yang diassesment karena dianggap pesannya sudah jelas.



Petugas yang tidak melakukan Pelaporan nilai hasil kritik pada DPJP kurang dari 1 Jam, berjumlah 16 orang atau 11,59% dari 138 orang petugas yang diassesment



Petugas yang tidak melakukan Pelaporan nilai hasil kritik pada DPJP kurang dari 1 Jam, berjumlah 16 orang atau 11,59% dari 138 orang petugas yang diassesment karena tau apa yang harus dilaporkan



Petugas tidak konsistenan dalam melakukan Penandaan Lokasi Pra



Petugas tidak konsistenan dalam melakukan Penandaan Lokasi Pra



29



Petugas dalam melakukan Penandaan Lokasi Pra Operasi, Pelaksanaan sign-in sebelum induksi anastesi, pelaksanaan time out sebelum incici kulit dan pelaksanaan sign out sebelum pasien meninggalkan kamar operasi



Operasi, Pelaksanaan sign-in sebelum induksi anastesi, pelaksanaan time out sebelum incici kulit dan pelaksanaan sign out sebelum pasien meninggalkan kamar operasi



Berdasarkan hasil penelusuran ke



Petugas tidak melakukan Assesment Resiko Jatuh untuk keseluruhan pasien yang dirawat



semua



instalasi



didapatkan Petugas



perawatan



informasi tidak



bahwa



melakukan



Operasi, Pelaksanaan sign-in sebelum induksi anastesi, pelaksanaan time out sebelum incici kulit dan pelaksanaan sign out sebelum pasien meninggalkan kamar operasi karena Kartu penandaan belum tersedia, sign-in, time out dan sign out terkadang ada yang lupa dilaksanakan Petugas tidak melakukan Assesment Resiko Jatuh untuk keseluruhan pasien yang dirawat karena beranggapan tidak membahayakan pasien



Assesment Resiko Jatuh untuk keseluruhan pasien yang dirawat, hal ini didapatkan dari informasi petugas dan pemeriksaan dokumen status



pasien



sesuai



Diagram



diatas.



FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT No Akar Masalah Faktor Pendorong 1



Petugas tidak melakukan langkah-langkah identifikasi pasien sesuai SPO sebanyak 44 orang atau 31,88% dari 138 orang yang diassesment karena tidak paham



2



Petugas yang tidak mampu menjelaskan manfaat pemasangan gelang kepada pasien/keluarga pasien sebanyak 23 orang atau 16,67% dari 138 orang yang diassesment karena sebagian kurang paham dan sebagian lagi kadang lupa Petugas tidak punya



3



1. RSUD KH. Hayyung mempunyai tenaga honorer dan PNS yang punya semangat kerja dan pengabdian yang tinggi 2. RSUD KH. Hayyung memiliki sejumlah Dokter Umum dan Dokter spesialis yang mumpuni dibidangnya 1. RSUD KH. Hayyung mempunyai tenaga honorer dan PNS yang punya semangat kerja dan pengabdian yang tinggi 2. RSUD KH. Hayyung memiliki sejumlah Dokter Umum dan Dokter spesialis yang mumpuni dibidangnya 1. RSUD KH. Hayyung



30



Faktor Penghambat 1.



Kurangnya petugas yang mengikuti pelatihan terkait SKP 2. Minimnya anggaran Pelatihan 3. Belum maksimalnya kerja Komite KPRS



1.



2. 3.



Solusi Permasalahan 1. Adakan sosialisasi SKP 2. Siapkan perencanaan anggaran untuk Pelatihan 3. Maksimalkan kerja Tim KPRS



Kurangnya petugas 1. Adakan yang mengikuti sosialisasi SKP pelatihan terkait 2. Siapkan SKP perencanaan Minimnya anggaran untuk anggaran Pelatihan Pelatihan Belum maksimalnya kerja 3. Maksimalkan kerja Tim Komite KPRS



KPRS



1.



Kurangnya petugas 1. Adakan



mempunyai tenaga yang mengikuti Kemampuan menjelaskan sosialisasi SKP honorer dan PNS pelatihan terkait kapan seharusnya 2. Siapkan yang punya semangat SKP melakukan identifikasi perencanaan kerja dan pengabdian 2. Minimnya pasien sebanyak 30 orang anggaran untuk yang tinggi anggaran Pelatihan atau 21,74% dari 138 Pelatihan 2. RSUD KH. Hayyung 3. Belum orang yang diassesment 3. Maksimalkan maksimalnya kerja memiliki sejumlah karena kurang paham/lupa kerja Tim Komite KPRS Dokter Umum dan KPRS Dokter spesialis yang



4



5



6



7



mumpuni dibidangnya 1. RSUD KH. Hayyung Petugas tidak melakukan mempunyai tenaga penatalaksnaan honorer dan PNS komunikasi dengan yang punya semangat metode SBAR sebanyak kerja dan pengabdian 20 orang atau 14,49% dari yang tinggi 138 orang petugas yang 2. RSUD KH. Hayyung diassesment karena tidak memiliki sejumlah paham/minimnya Dokter Umum dan informasi yang didapat Dokter spesialis yang mumpuni dibidangnya Petugas yang tidak 1. RSUD KH. Hayyung mempunyai tenaga melakukan honorer dan PNS penatalaksanaan yang punya semangat pelaporan antar kerja dan pengabdian petugas(perawat/bidan/do yang tinggi kter) dengan 2. RSUD KH. Hayyung menggunakan stempel memiliki sejumlah TBAK sebanyak 20 orang Dokter Umum dan atau 14,49% dari 138 Dokter spesialis yang orang petugas yang mumpuni diassesent karena dibidangnya



1.



2. 3.



Kurangnya petugas 1. Adakan yang mengikuti sosialisasi SKP pelatihan terkait 2. Siapkan SKP perencanaan Minimnya anggaran untuk anggaran Pelatihan Pelatihan Belum 3. Maksimalkan maksimalnya kerja kerja Tim Komite KPRS



KPRS



1.



2. 3.



Kurangnya petugas 1. Adakan yang mengikuti sosialisasi SKP pelatihan terkait 2. Siapkan SKP perencanaan Minimnya anggaran untuk anggaran Pelatihan Pelatihan Belum maksimalnya kerja 3. Maksimalkan kerja Tim Komite KPRS



terkadang lupa Petugas yang tidak 1. RSUD KH. Hayyung 1. Kurangnya petugas 1. mempunyai tenaga yang mengikuti melakukan honorer dan PNS pelatihan terkait 2. Penatalaksanaan yang punya semangat SKP komunikasi pada saat kerja dan pengabdian 2. Minimnya serah terima pasien antar yang tinggi anggaran Pelatihan shift/antar ruangan 2. RSUD KH. Hayyung 3. Belum sebanyak sebanyak 17 maksimalnya kerja 3. memiliki sejumlah orang atau 12,32% dari Komite KPRS Dokter Umum dan 138 orang petugas yang Dokter spesialis yang diassesment karena mumpuni terkadang lupa/buru-buru dibidangnya pulang Petugas yang tidak 1. RSUD KH. Hayyung 1. Kurangnya petugas 1. mempunyai tenaga yang mengikuti melakukan pengulangan honorer dan PNS pelatihan terkait 2. pesan(read back) dan 31



KPRS



Adakan sosialisasi SKP Siapkan perencanaan anggaran untuk Pelatihan Maksimalkan kerja Tim KPRS



Adakan sosialisasi SKP Siapkan



yang punya semangat SKP penggunaan alphaber perencanaan kerja dan pengabdian 2. Minimnya fonetik untuk pengejaan anggaran untuk yang tinggi anggaran Pelatihan NORUM/LASA sebanyak Pelatihan 3. Belum 2. RSUD KH. Hayyung 18 orang atau 13,04% dari 3. Maksimalkan maksimalnya kerja memiliki sejumlah 138 orang yang kerja Tim Komite KPRS Dokter Umum dan diassesment karena KPRS Dokter spesialis yang dianggap pesannya sudah mumpuni jelas. dibidangnya Petugas yang tidak 1. melakukan Pelaporan nilai hasil kritik pada DPJP kurang dari 1 Jam, berjumlah 16 orang atau 11,59% dari 138 orang petugas yang diassesment 2. karena tau apa yang harus dilaporkan



RSUD KH. Hayyung 1. mempunyai tenaga honorer dan PNS yang punya semangat kerja dan pengabdian 2. yang tinggi RSUD KH. Hayyung 3.



Petugas tidak konsistenan 1. dalam melakukan Penandaan Lokasi Pra Operasi, Pelaksanaan sign-in sebelum induksi anastesi, pelaksanaan time out sebelum incici kulit dan 2. pelaksanaan sign out sebelum pasien meninggalkan kamar operasi karena Kartu penandaan belum tersedia, sign-in, time out dan sign out terkadang ada yang lupa dilaksanakan 10 Petugas tidak melakukan 1. Assesment Resiko Jatuh untuk keseluruhan pasien yang dirawat karena beranggapan tidak membahayakan pasien 2.



RSUD KH. Hayyung 1. mempunyai tenaga honorer dan PNS yang punya semangat kerja dan pengabdian 2. yang tinggi RSUD KH. Hayyung 3.



8



9



memiliki sejumlah Dokter Umum dan Dokter spesialis yang mumpuni dibidangnya



memiliki sejumlah Dokter Umum dan Dokter spesialis yang mumpuni dibidangnya



RSUD KH. Hayyung 1. mempunyai tenaga honorer dan PNS yang punya semangat kerja dan pengabdian 2. yang tinggi RSUD KH. Hayyung 3. memiliki sejumlah Dokter Umum dan Dokter spesialis yang mumpuni dibidangnya



REKOMENDASI dan RENCANA TINDAK LANJUT Rekomendasi : 32



Kurangnya petugas 1. Adakan yang mengikuti sosialisasi SKP pelatihan terkait 2. Siapkan SKP perencanaan Minimnya anggaran untuk anggaran Pelatihan Pelatihan Belum maksimalnya kerja 3. Maksimalkan kerja Tim Komite KPRS



KPRS



Kurangnya petugas 1. Adakan yang mengikuti sosialisasi SKP pelatihan terkait 2. Siapkan SKP perencanaan Minimnya anggaran untuk anggaran Pelatihan Pelatihan Belum maksimalnya kerja 3. Maksimalkan kerja Tim Komite KPRS



KPRS



Kurangnya petugas 1. Adakan yang mengikuti sosialisasi SKP pelatihan terkait 2. Siapkan SKP perencanaan Minimnya anggaran untuk anggaran Pelatihan Pelatihan Belum maksimalnya kerja 3. Maksimalkan kerja Tim Komite KPRS



KPRS



1. Mengusulkan kepada



direktur agar memerintahkan kepada bagian perencanaan untuk



menyusun rencana Pelatihan yang komprehensif bagi tenaga Medis dan Para Medis diseimbangkan dengan jumlah layanan yang tersedia di RSUD KH. Hayyung ( Misal Pelatiahn ICU, PONEK, LBS dll ) agar bisa menyesuaikan dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu kesehatan. 2. Pelatihan / seminar / workshop dan lain-lain adalah sarana untuk mengembangkan skill oleh karenanya pengalokasian anggaran sebisa mungkin maksimal. 3. Pemerataan Pegawai yang di utus pelatihan harus diatur dengan baik sehingga ada pengembangan skill sehingga bisa saling mengisi antara satu dengan yang lain. 4. Setiap Pegawai yang diutus untuk mengikuti Pelatihan/Workshop setelah kembali harus mempresentasikan kembali ilmu / materi yang didapatkan sehingga ada transfer pengetahuan ke pegawai yang lainnya.



33



34



35



36



37



38



39



40



42



43